Dokumen Yang Hidup Anton Boisen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pada waktu Anton Boisen pertama kali menyarankan agar pendeta-pendeta seharusnya memasukkan “kajian atas dokumen-dokumen yang hidup” ke dalam persiapan pelayanan mereka sebagai pendeta, ia mengusulkan sebuah analogi yang implikasi-implikasinya tidak pernah dikembangkan sepenuhnya. Boisen umumnya diakui sebagai pendiri dari pendidikan klinis pastoral (clinical pastoral education) di Amerika. Oleh karena itu, ia merupakan satu dari perintis gerakan konseling pastoral abad ke-20. Namun demikian, konseling pastoral bukanlah perhatian utamanya. Perhatiannya yang lebih mendasar ialah bahwa usaha-usaha untuk mengobyektifkan bahasa teologis jangan sampai kehilangan pertalian dengan data konkrit pengalaman manusia. Ia khawatir bahwa mahasiswa-mahasiswa seminari dan pendeta-pendeta telah mempelajari bahasa teologi tanpa pertalian dengan data konkrit pengalaman manusia. Dalam sudut pandang Boisen, yang dapat memulihkan pertalian itu hanyala studi yang sistemastis dan teliti atas kehidupan orang-orang yang sedang bergumul dengan pokok-pokok kehidupan rohani di dalam kekonkritan hubungan sosial mereka. Bagi Boisen hal ini berarti studi atas dokumen-dokumen yang hidup. Dengan memprioritaskan studi terhadap pengalaman religius yang konkrit, Boisen menyingkapkan pertaliannya dengan tradisi psikologi agama yang dibentuk pada akhir abad ke19 dan awal abad ke-20 oleh William James, Edwin, Starbuck, James Leuba, G.Stanley Hall dan yang lainnya. Pragmatisme tradisi itu terbukti di dalam pengutamaan yang diberikan Boisen pada pertanyaan, bagaimana fungsi-fungsi pengalaman religius di dalam membentuk tanggapan orang-orang terhadap masalah kehidupan mereka. Namun demikian, studi yang dimaksudkan Boisen bukanlah sekedar studi atas pengalaman religius saja. Perhatian risetnya disertai oleh perhatian yang mendalam terhadap kesejahteraan orang-orang yang bermasalah. Boisen mungkin tidak pernah menggunakan istilah konseling pastoral. Namun jelaslah kegiatan yang disebut dengan nama itu bukan hanya menjadi perhatian baginya, tapi juga mempunyai makna religius yang dalam baginya. Beberapa tahun kemudian, ia secara tajam mengkritik keterlibatan pengikut-pengikutnya di dalam psikoanalisa dan psikoterapi sekuler. Bagi Boisen penyembuhan batin harus, secara fundamental dilaksanakan dengan bahan mentah pengalaman religius. Dalam citra Boisen, seorang manusia dapat dipandang sebagai suatu “dokumen” yang dapat dibaca dan diinterpretasikan dalam cara-cara yang sama dengan interpretasi terhadap teksteks historis, misalnya teks-teks Kitab Suci. Citra (image) ini, sampai kini, lebih dipandang sebagai sekedar teguran agar kita mulai mengembangkan teori pelayanan pastoral dengan pengalaman manusia konkrit. Memang tujuan utama Boisen demikian. Namun, yang dimaksudkan Boisen lebih dari itu. Yaitu, bahwa pengalaman dari orang-orang di dalam pergumulan kehidupan mental dan rohani, mereka menuntut hormat yang sama seperti yang dituntut teks-teks historis yang darinya dasar-dasar tradisi iman Yahudi-Kristen kita digali. Setiap dokumen yang hidup dari tiap-tiap orang mempunyai integrasinya masing-masing dan menuntut pemahaman dan interpretasi khas, bukan kategorisasi dan penyamarataan. Sama seperti orang pengkhotbah tidak boleh membelokkan teks Kitab Suci ke dalam makna yang



diinginkannya, demikian pula tiap-tiap teks manusia itu menuntut pemahaman bagi kepentingannya sendiri.