03-Sifat Dan Penggunaan Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SIFAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI



Setelah membaca bab ini, Anda diharapkan akan mampu untuk: Memahami Akuntansi



Sifat



Memahami penyusunan pembuktian teori



Dasar dan



Memahami pendekatan formulasi teori akuntansi Memahami pengukuran dalam akuntansi Memahami Alasan dibalik akuntansi berpasangan



1.



Sifat Dasar Akuntansi



Komite Terminologi AICPA (The Commitee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Jika mengacu pada konsep informasi, akuntansi adalah aktivitas jasa, yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada. Definisi ini merujuk akuntansi sebagai suatu “seni” maupun sebagai “aktivitas jasa” dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencangkup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfaat untuk suatu bidang tertentu. (Eldon S, 1996:66) Berikut merupakan sifat-sifat baik dari praktik akuntansi, diantaranya: a.



Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya.



b.



Memiliki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraan dan akuntabilitas.



c.



Sensitif terhadap nilai kerjasama dan konfiik dengan mengantisipsi terjadinya konflik dan menciptakan adanyaa semacam penegakan kerja sama melalui penggunaan Teknik-teknik akuntansi manajemen.



d.



Sifat akuntansi yang komunikatif dengan menceritakan pengalaman- pengalaman ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi.



e.



Penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan keputusan.



Ahmed Riahi Belkaui (2000), para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Pandanganpandangan tersebut sebagai berikut : a.



Akuntasi Sebagai Sebuah Ideologi



Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologis sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi, dan politik saat ini. Akuntansi juga dipandang



sebagai simbol dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang di dalamnya agen-agen sosial berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujud dalam pandangan umum bahwa akuntansi juga instrumen rasionalisasi ekonomi dan alat sistem kapitalisme. Persepsi bahwa akuntansi merupakan sebuah intrumen rasionalisme ekonomi ditunjukan dengan sangat baik oleh Weber (1969 : 85), yang mana mendefinisikan tindakan rasionalisme ekonomi sebagai “perluasan perhitungan kuantitatif atau akuntansi yang secara teknis dapat dilakukan dan secara nyata dapat diaplikasikan”. b.



Akuntansi sebagai sebuah Bahasa



Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tentang bisnis. Akuntansi sering dianggap sebagai media atau sarana bahasa untuk menyampaikan informasi karena manajemen harus mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dan diolahnya kepada pihak lain, seperti pemegang saham, investor, pelanggan maupun pemerintah. Sehingga akuntansi tersebut memiliki simbol dan tata aturan tertentu secara sistematis. c.



Akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu (historis)



Teori ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan, penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukan dengan pihak lain. Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme, objektivitas, konsistensi dan observasi tindakan akuntan masa lalu. Catatan ini merupakan gambaran terhadap kegiatan manajemen dalam mengelola kekayaannya secara teratur sesuai dengan ketentuan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. d.



Akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini



Argumen utama yang mendukung pandangan bahwa akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi saat ini dari pada kos historis. Metode yang digunakan agar lebih menunjukan realitas ekonomi saat ini, lebih difokuskan pada penerapan harga saat ini dan di masa mendatang dari pada penetapan pendapatan sesungguhnya (true income). e.



Akuntansi sebagai suatu sistem informasi



Pandangan ini mengasumsikan akuntansi sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan



penerima (pengguna eksternal). Dengan menggunkan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat definisi sebagai “proses menyandikan sejumlah observasi ke dalam bahasa sistem akuntansi, memanipulasi sinyal sistem pelaporan, dan mengawasandikan (decoding) serta mentransmisikan hasilnya”. (Eldon S, 1996:69) Sistem akuntansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lagi dalam menilai kemampuannya untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran dari penyajian data historis. Sepanjang setiap pengguna yg berbeda dapat menemukan informasi yang diinginkan saat itu pula dapat ditentukan bahwa sitem tersebut bermanfaat. 2.



Penyusunan dan Pembuktian Teori



Akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam bidang spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka konseptual implisit yang terdiri dari prisip-prisip dan praktik-praktik yang telah diterima oleh profesi, dikarenakan oleh kegunaan dan logika yang dikandungnya. Petunjuk yang disebut sebagai ”prinsip-prinsip akuntansi berterima umum/PABU (general accepted accounting principles/GAAP)” kini mengarahkan profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai pratik terbaik. Penyajian prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan hasil suatu proses evolusi yang diharapkan terus berlanjut di masa mendatang. Perubahan dapat saja muncul pada setiap tingkatan prinsipprinsip akuntansi berterima umum. Perubahan terhadap prinsip-prinsip akuntansi berterima umum dapat dilakukan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan sosial terhadap pengetahuan dan teknologi baru, dan terhadap permintaan pengguna akan informasi keuangan yang lebih berguna. Perubahan prinsip umumnya merupakan hasil berbagai upaya untuk menyajikan solusi terhadap munculnya masalah-masalah akuntansi dan untuk merumuskan kerangka teoretis untuk pengembangan ilmu. Penyusunan teori akuntansi berasal dari kebutuhan untuk menyajikan secara rasional apa yang dilakukan, atau apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh para akuntan. Proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi pula dengan proses pembuktian (verification) dan pengesahan(validation) teori. Pembuktian dalam penelitian dan analisis dapat merujuk pada beberapa hal, termasuk kebenaran argumen – argumen metamatis dan logika, dapat diterapkan rumus dan persamaan yang dibuat, dapat dipercayanya laporan



keautentikan dokumen, alat ataupun barang-barang peninggalan, dll. Teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan keakuratannya. Apabila teori didasarkan pada fenomena fisik atau sosial, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui hubungan anatara kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya yang digunakan untuk membuat kesimpulan. Oleh karena itu teori akuntansi seharusnya merupakan hasil proses penyusunan dan juga pembuktian teori. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi yang ada. Dalam perumusan teori akuntansi berdasarkan pendekatan tradisional, praktik dan pembuktian akuntansi memiliki arti yang sama; dalam pendekatan yang baru, upaya-upaya dilakukan untuk menyajikan pembuktian teori yang logis dan empiris. 3.



Pendekatan-pendekatan dalam Formulasi Teori Akuntansi



Walaupun belum ada satupun teori akuntansi yang komprehensif, namun berbagai teori akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah pendekatan yang berbeda. Pendekatan-pendekatan ini telah mencapai suatu tahap penerimaan dan pengungkapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan baru, pendekatan tradisional tersebut meliputi: a.



Pendekatan Non-teoritis, praktis, atau pragmatis (informal)



Pendekatan-pendekatan non-teoritis biasanya merupakan pendekatan pragmatis (praktis) dan otoriter (otoritarian). Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis. Menurut pendekatan ini, teknik-teknik dan prinsip akuntansi seharusnya dipilih atas dasar manfaatnya bagi pengguna informasi akuntansi dan keterkaitannya dengan proses pembuatan keputusan. Pendekatan otoritarian dalam penyusunan teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi. Kedua pendekatan ini berasumsi bahwa teori akuntansi dan teknik-teknik yang dihasilkan harus didasarkan pada pemanfaatan secara maksimal laporan keuangan, apabila akuntansi diharapkan memiliki fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah teori yang buruk. (Hendriksen, 1977:23)



b.



Pendekatan Teoritis



1.



Pendekatan Deduktif



Pendekatan ini dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi. Secara umum langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah menentukan tujuan laporan keuangan; memilih postulat akuntansi yang sesuai dengan kondisi



ekonomi,



politik,



dan



sosiologi;



menentukan



prinsip



akuntansi;



dan



mengembangkan teknik akuntansi (Belkoui, 1993). Keuntungan lain dari pendekatan ini adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori akuntansi yang konsisten, terkoordinasi, lengkap, dan setiap tahapan dapat berjalan secara logis. 2.



Pendekatan Induktif



Bahwa dalam akuntansi, proses induktif melibatkan kegiatan observasi mengenai data keuangan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan dalam prinsip-prinsip akuntansi sesuai dengan hubungan yang ada. Pendekatan ini menggunakan pola dari khusus ke umum. Langkah-langkah yang dilakukan dalam



pendekatan



ini



adalah



mencatat



semua



observasi;



menganalisis



dan



mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan; hasil observasi kemudian digeneralisasi; dan pengujian terhadap generalisasi (Belkoui, 1993). Tujuan yang melandasi pendekatan ini adalah untuk merumuskan konklusi teoritis dan bersifat abstrak dan rasionalisasi dalam praktik akuntansi. Keuntungan yang dapat diperoleh bila menggunakan pendekatan ini adalah dalam penggunaaannya pendekatan ini berdasarkan pada kebebasan dimana dalam perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang telah diyakini atau disiapkan sebelumnya. 3.



Pendekatan Etis



Dalam pendekatan ini sebagai dasar utama adalah pada konsep kebenaran (truth), keadilan (justice), kewajaran atau kejujuran (fairness). Hal ini lebih pada penekanan moral karena dalam merumuskan teori akuntansi harus benar-benar memperhatikan unsur tersebut bukan semata-mata pada kepentingan praktik akuntansi (bisnis) semata. Namun harus



memperhatikan faktor etika, baik dalam bisnis, masyarakat maupun dengan lingkungan (alam sekitarnya). 4.



Pendekatan Sosiologis



Pendekatan ini menekankan pada pengaruh sosial yang timbul akibat dari teknik-teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial di lingkungan tempat akuntansi digunakan. Akuntansi sosial yang dilandasi oleh kepentingan ekonomi yang dikembangkan, bertujuan untuk mendorong perusahaan agar dapat manajemen dapat mempertanggungjawabkan kegiatan usahanya pada lingkungan sosial yang dinamis. Yaitu melalui pengukuran, internalisasi dan pengungkapan dampak sosial dari kegiatan perusahaan dalam laporan keuangan tersebut. Pengungkapan ini lebih bersifat moral dan bertujuan untuk menjamin kelangsungan entitas dalam jangka panjang. 5.



Pendekatan Economis



Pemilihan terhadap teknik akuntansi tergantung pada pengaruhnya terhadap ekonomi nasional secara umum, dan lokal secara khusus. Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah kebijakan dan teknik akuntansi hendaknya dapat merefleksikan pada realitas ekonomi yang terjadi, dan pemilihan teknik akuntansi sangat tergantung pada konsekuensi ekonomi yang timbul dari penerapan teknik akuntansi tersebut. 6.



Pendekatan Eklektik Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan akuntansi dengan cara menggabungkan berbagai pendekatan yang selama ini digunakan. Pendekatan ini digunakan terutama untuk menyusun atau menggali suatu informasi secara empiris yang melibatkan semua disiplin ilmu yang terkait. Sehingga dalam pendekatan ini memerlukan ahli atau orang yang kompeten di bidangnya.



4.



Pengukuran Dalam Akuntansi



Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukur sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran yang memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. Langkah pertama dalam akuntansi adalah mengidentifikasi dan memilih objek-objek ini, aktivitas atau kejadian dan atributatributnya yang dianggap relevan bagi para pengguna yang sebenarnya dilakukan.



Jenis Ukuran Terdapat beberapa jenis ukuran dalam akuntansi: a.



Ukuran-ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung. Ukuran langsung atau utama adalah ukuran nyata dari suatu objek atau atribut yang ia miliki. Ukuran tidak langsung atau sekunder diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar dari sejumlah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beberapa objek atau atribut. Objek atau atribut ini adalah objek-objek intrinsic dari suatu ukuran tidak langsung. Biaya unit produksi yang didapatkan melalui total biaya produksi dibagi dengan volume produksi adalah ukuran tidak langsung atau sekunder. Kebanyakan ukuran yang digunakan dalam akuntansi adalah ukuran tidak langsung yang dihasilkan dari beberapa transformasi. Tingkat transformasi itulah yang memberikan peredaan antara apa yang dianggap sebagai suatu ukuran langsung ataupun tidak langsung, dan sekaligus menentukan sumber dari kesalahan dalam pengukuran. Jadi, kesalahan ukuran akan dapat teȘadi baik dalam kuantifikasi utama awal atau dalam proses transformasi



b.



Dilihat dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai ukuran lampau, ukuran masa kini, atau masa depan.



c.



Untuk menentukan apakah objek akuntansi atau atribut pengukurannya berada dikejadian masa lampau, masa kini, atau masa depan. Jika dilihat secara relative terhadap waktu ketika ukuran ukuran itu dibuat, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retrospektif, ukuran konteporer, dan ukuran prospektif.



d.



Pengukuran dapat berupa: a. Pengukuran fundamental dimana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuai dengan referensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung kepada pengukuran darri variable-variabel yang lain. b. Pengukuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan bergantung kepada adanya suatau teori empiris yang telah diverivikasi yang menghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain. c. Pengukuran dapat dilakukan ketika teori-teori empiris yang telah dikonfirmasi mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka atau dibuat melalui suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbiter. Kebanyakan pengukuran dalam akuntansi adalah pengukuran melalui kepuutusan resmi, meskipun suatu pendektan ilmiah terhadap penyusunan teori akuntansi dan verifikasinya



mencoba untuk memberikan pengujian empiris yang dibutuhkan, dan karenanya mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian kearbiteran dalam definisi dan pengukuran konsep-konsep akuntansi. d. Pengukuran melalui keputusan resmi adalah hal yang paling tidak diinginkan karena sangat bergantung pada intuisi dari sipelaku percobaan dan sering kali menawarkan jumlah kemungkinanatau alternative definisional yang terlalu besar 5. Alasan Dibalik Akuntansi Berpasangan Dari buku summa de Arithmetica, Geometria, Propotioni et Proportionalita yang diterbitkan pada tahun 1494, pencatatan berpasangan atau dikenal sebagai “metode Venesia” adalah suatu formulasi “dari mana, ke mana” (where-got, where- givet, sistem dua dimensional yang memungkinkan adanya klasifikasi dalam suatu kumpulan kelas. Pencatatan berpasangan mengharuskan klasifikasi ganda sejalan dengan prinsiip dualtesnya. Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri atas dua jenis akuntansi pencatatan berpasangan klsifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kausal. Kedua jenis pencatatan tersebut bergantung padda keseimbangan dari debit dan kredit. 1.



Akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional (classificational double- entry accounting) Ditunjukan untuk tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental yang merangkum posisi klasifikasional tersebut: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Dalam akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional, sisi debit menggambarkan suatu klasifikas, sementara sisi kredit menggambarkan klasifikasi yang lain. Dengan demikian akan terdapat dua klasifikasi yang berbeda. Contoh: Suatu pembelian persediaan secara kredit sebesar $20.000, akan dicatat: Debit Persediaan Utang Usaha



Kredit



$20.000 $20.000



Pencatatan ini akan menimbulkan dua klasifikasi, satu klasifikasi didasarkan pada aktiva baru yang dibeli dan yang lainnya berdasarkan pada utang baru yang terjadi,



keduanya menjadi bagian dari dua sisi berbeda dari persamaan akuntansi. 2.



Akuntansi pencatatan berpasangan kausal Berlawanan dengan pencatatan berpasangan klasifikasional, dualitas dalam pencatatan berpasangan kausal memiliki akar yang lebih dalam. Dalam pencatatan kausal, suatu kenaikan (debit) dipasangkan dengan satu penurunan (kredit) Pembukuan pencatatan berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu kenaikan dengan penurunan. Nilai dari kenaikan (debit) di-offsife oleh nilai penurunan yang sama (kredit). Contoh: Suatu pembelian persediaan yang sama secara tunai $20.000: Debit Persediaan



Kredit



$20.000



Kas



a.



$20.000



Prinsip Akuntansi Berterima Umum



Arti GAAP Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) adalah berupa sekumpulan konsep, standar, prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih atau dianggap berterima secara umum serta dijadikan pedoman umum dilingkungan (negara) tertentu. PABU merupakan rerangka pedoman untuk menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam suatu lingkungan akuntansi (negara). Menurut IAI (2015) sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah: a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia; b. Pernyataan dari badan yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut; c. Pernyataan dari badan yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan yang mempertimbangkan



isu



akuntansi



dalam



forum



publik



dengan



tujuan



menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang berlaku umum atau pernyataan tersebut pada butir b yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik; d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum atau penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik. Prinsip yang berlaku umum. Pernyataan No.4 dan Accounting Principles Board (APB) of the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan bahwa GAAP mencatat “pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan kebutuhan praktis dan mereka” mencakup ketentuan, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum pada satu waktu tertentu. Ketentuan, aturan, dan prosedur mendapatkan status khusus dengan tercantum dalam GAAP karena mereka memiliki dukungan kewenangan yang substansial. APB membahas istilah ini dari APB Statement No.4: “Disamping prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menjadi perwujudan dari suatu Konsensus, mereka juga bergantung kepada pemikiran-pemikiran seperti berlaku umum dan dukungan keewenangan yang substansial yang tidak dapat didefinisikan scara pasti” Literatur yang menyinggung GAAP telah mengalami perluasan seiring dengan waktu dengan dimuatnya sejumlah laporan, opini, dan pernyataan lainnya dari berbagai sumber ya ng berwenang. Ia meliputi pernyataan-pernyataan yang saat ini berlaku dari beragam badanbadanyang bertugas untuk menetepakn standar, diantaranya Financial Accounting Standards Board (FASB), Statement of Financial Accounting Standars (SFAS) dan interpretasiinterpretasinya, berikut pula opini-opini dari Accounting Principle Board(APB) dan buletin riset akuntansi American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Sumber-sumber umum yang lain dari GAAP adalah: 1.



Pedoman audit dan dan akuntansi industry dan pernyataan posisi AICPA serta interpretasi akuntansin AICPA;



2.



Publikasi-publikasi lain dari FASB, seperti buletin teknis, dan publikasi lain yang diterbitkan oleh pendahulunya, seperti APB Statement,



3.



Publikasi dari Securities and Exchange Commisions (SEC) seperti rilis-rilis seri akuntansi;



4.



Praktik-praktik yang lazim dan diakui seperti yang tercermin dalam publikasi tahunan AICPA Accounting Trends and Techniques;



5.



Masalah isu-isu AICPA, Pernyatan konsep FASB, buku-buku teks, dan artikel-artikel. Penggunaan istilah “berlaku umum” masih akan tetap menjadi sumber kebingungan,



terutama pada situasi baru atau ketika sebuah standar dimandatkan. Dalam situasi baru, sudah pasti tidak ada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika entirtas-entitas yang berbeda menerapkan kebijakan tang berbeda-beda, maka tidak terdapat mekanisme untuk menilai prinsip mana yang berlaku umum. (Pada praktiknya, bukanlah suatu hal yang tidak mungkin bahwa kesemuanya akan dianggap sebagai prinsip-prinsip yang berlaku umum). Di sisi lain, sebuah rekomendasi dari badan yang menetapkan stansar secara otomatis akan dianggap menjadi berlaku umum tanpa melihat praktik-praktik lainnya, tidak peduli seberapa tidak populernya rekomendasi yang diberikan tersebut. b.



Mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP Khusus, atau OCBOA? Terjadi suatu perubahan persepsi terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum



(generally accepted accounting principle-GAAP). GAAP kini tidak lagi dilihat satu set aturan pengukuran yang kaku. Banyaknya perbedaan dalam penerapan mereka, pada kenyataannya akan berbeda tergantung pada kondisi yang terjadi. Di satu pihak, kita memiliki bermacammacam GAAP dan GAAP khusus (special GAAP) yang berbeda, seperti GAAP untuk organisasi-organisasi pemerintah, GAAP untuk perusahaan bisnis yang dibawah regulasi, GAAP untuk organisasi-organisasi nirlaba, GAAP untuk perusahan-perusahaan investasi, dan GAAo untuk perbankan. Bahlan terdapat perdebatan serius yang mendukung satu set GAAP khusus untuk perusahaan-perusahaan kecil. Hal ini telah secara resmi diadopsi oelh FASB yang telah memberikan keringanan kepada usaha-usaha kecil dan dikendalikan langsung dari kewajiban-kewajiban pengungkapan tertentu dalam laporan keuangannya seperti penundaan kewajiban untuk mengungkapkan laba per saham dan informasi segmen bagi perusahaan yang sahamnya tidak diperjualbelikan public pada tahun 1978-atau dibedakannya pengungkapan yang diwajibkan untuk semua perusahaan dan pengungkapan yang diwajibkan hanya untuk jenis-jenis perusahaan tertentu yang telah ditetapkan. Terdapat lebih banyak perhatian pula yang diberikan pada alternatif- alternatif dari GAAP yang pada dasarnya mengenai laporan keuangan yang dibuat menurut basis akuntansi komprehensif lainnya (othercomprehensive base of accounting-OCBOA). Dengan untuk



berpindah ke OCBOA timbul akibat adanya perubahan yang terjadi pada undang-undang perpajakan yang dibuat oleh Undang- undang Economic Recovery Act (Pemulihan Ekonomi) pada tahun 1981 dan meningkatnya pemisahan akuntansi perpajakan dari akuntansi GAAP, meningkatnya jumlah persekutuan, perusahaan subbab S dan entitas-entitas lain yang lebih memilih untuk menyajikan laporan keuangan yang berdasarkan atas perpajakan dan basis kas, serta kesimpulan sementara dari komite khusus AICPA untuk studi kelebihan beban standar akuntansi yang mendukung peningkatan akuntansi dengan basis pajak. Pedoman bagi para praktisi yang menghadapi pernyataan-pernyataan OCBOA diberikan dalam pernyataan AICPA tahun 1976 mengenai Standar Audit No.14 Laporan Khusus. Dari empat jenis laporan yang diidentifikasi satu diantaranya didasarkan pada OCBOA. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai OCBOA satu dari kriteria berikut ini harus dipenuhi: 1.



Basis akuntansi yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan regulasi. Pada dasarnya ini adalah GAAP untuk perusahaan-perusahaan yang mendapat regulasi.



2.



Basis akuntansi yang dapat digunakan untuk pelaporan pajak penghasilan. Pada dasarnya ini adalah akuntansi berbasis pajak.



c. Hipotesis Perataan Income Definisi awal mengatakan bahwa peratan laba (Income Smoothing) adalah “pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahuntahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan”. Definisi yang lebih akhir mengenai perataan laba melihatnya sebagai fenomena “proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tertentu”. Kedua definisi diatas sepertinya mengandung maksud bahwa hanya terdapat satu bentuk perataan laba yang digunakan un tuk meredam fluktuasi yang terjadi pada pendapatan menuju ke arah tingkat pendapatan yang diharapkan. Dari beberapa studi yang membedakan beberapa potensi jenis perataan yang berbeda, artikel yang ditulis oleh Eckel memberikan klasifikasi yang lebih mendetail mengenai berbagai jenis arus perataan laba. Pembedaan yang pertama dinyatakan antara perataan yang dibuat atau disengaja dan perataan alami. Pembedaan kedua adalah untuk mengklasifikasikan perataan yang dibuat atau disengaja tadi menjadi suatu perataan artificial atau perataan nyata. Berbagai jenis perataan ini akan dijelaskan lebih lanjut.



Perataan yang direncanakan atau disengaja mengacu secara spesifik kepada keputusan atau pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi pendapatam ke suatu tingkat tertentu. Oleh sebab itu, perataan yang dibuat atau disengaja ini pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba. Karenanya dan pada dasarnya perataan laba adalah suatu bentuk akuntansi yang dirancang. Perataan alami berbeda dengan perataan buatan adalah produk alami dari proses penghasilan laba, dan bukan hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen. Eckel memberikan contoh berikut ini “sebagai contoh, orang akan memiliki ekspektasi bahwa proses penghasilan laba dari suatu perusahaan fasilitas umum adalah sedemikian rupa sehingga arus labanya secara aklami akan rata”. Perataan yang dibuat dapat dicapai baik melalui pertain artifıcial maupun perataan nyata. Pertain artfisial adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan manipulasi akuntansi untuk meratakan laba. Seperti yang diungkapkan oleh Eckel: “manipulasi-manipulasi ini tidak mencerminkan peristiwa-peristiwa ekonomi yang mendasari atau memengaruhi arus kas, melainkan menggeserkan biaya dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya. Sebagai contoh, sebuah perusahaan akan meningkatkan atau menurunkan pertaan laba yang dilaporkannya dengan mengubah asumsi aktuarianya yang berhubungan dengan biaya pensiun”. Terahir perataan yang sesungguhnya melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari transaksi yang dapat mempengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi yang mendasarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu pembelian, menyewa produksi, investasi, penjualan, penganggaran modal, penelitian dan pengembangan, periklanan dan keputusan-keputusan lainnya. Pada dasarnya ini adalah suatu pilihan pelaksanaan bisnis yang secara sengaja akan mengubah arus kas dari sebuah perusahaan kea rah peredaman fluktuasi dari pendapatan. Bentuknya antara lain berupa upaya untuk mengendalikan peristiwa ekonomi yang terjadi atau upaya untuk membuat suatu peristiwa ekonomi dengan maksud mempengaruhi arus kas dan meratakan laba. Tindakan yang diambil oleh manajemen dalam perataan riil dimaksudkan untuk mengubah keputusan produksi damatau investasi perubahan pada akhir tahun dengan didasarkan atas pengetahuan mengenai bagaimana kinerja perusahaan sampai dengan saat



tersebut.



sudah ada sebelumnya dan bersifat setengah jadi (middle range), dari pada melalui pengembangan suatu teori yang komprehensif. Dalam ha1 bagaimana seharusnya para pengguna dan penyaji data akuntansi berperilaku. Perbedaan ini menyebabkan America Accounting Association's Committee on Concept and Standards (or External Financial Report) menyimpulkan bahwa : 1. Tidak ada satupun pengaruh teori akuntansi keuangan yang cukup memadai dalam memenuhi spesifikasi pengguna lingkungan yang luas secara efektif; sehingga 2. Yang ada dalam literature akuntansi keuangan selama ini bukanlah teori akuntansi keuangan melainkan sekumpulan teori yang dikumpulkan dari perbedaan-perbedaan dalam spesifikasi pengguna-lingkungan.



E.S. Hendrikson mengunakan definisi “teori” yang dapat diaplikasikan dalam akuntansi. Berdasarkan Webster’ Third New International Dictionary, “teori menyajikan “sekumpulan hipotesis, konsep, dan prinsip-prinsip pragmatis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum untuk suatu bidang penelitian”. Menurut ES Hendrikson Teori akuntansi memiliki 2 sifat dasar yaitu Prinsip-prinsip yang menyajikan suatu kerangka acuan umum untuk menilai praktik akuntansi dan Prinsip-prinsip untuk mengarahkan pengembangan



praktik



dan



prosedur



akuntansi



yang baru, sedangkan menurut MC Donald, teori harus memiliki 3 elemen yaitu : a. Dapat disajikan secara symbol b. Dapat digabungkan sesuai aturan c. Dapat menerjemahkan fenomena yang ada



DAFTAR PUSTAKA Belkaoui, & Riahi, A. (2006). Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 84 Harahap. S. S. (2011). Teori Akuntansi. Jakarta: Jawara Pers. Hal. 6-10 Hendriksen. S. E. (1988). Teori Akuntansi. Jakarta: Erlangga



16