123bab-3 Survey Lapangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bab – 3 HASIL SURVEY LAPANGAN



3.1.



UMUM



Kegiatan survey lapangan dilakukan untuk melengkapi data-data primer yang belum ada pada laporan/hasil studi terdahulu. Survey lapangan yang dilakukan terdiri dari: 



Survey Topografi







Survey Hidrometri







Survey Geologi & Mekanika Tanah



3.2.



TOPOGRAFI



3.2.1. PENGKURAN POLYGON Dalam pengukuran dan pemetaan suatu areal digunakan kerangka dasar pengukuran yang disebut poligon. Poligon merupakan rangkaian segi banyak yang digunakan untuk menentukan posisi horisontal dengan melakukan pengukuran sudut, asimuth dan jarak (sisi) yang dilakukan dari titik awal sampai titik akhir pada rangkaian yang dikehendaki. Tahapan pengukuran poligon yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.



Membuat sketsa poligon rencana dan menentukan langkah-langkah pengukuran



2.



Pengukuran alur sungai dan rencana tapak bangunan dilakukan berdasarkan



C



metode



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



poligon



tertutup



dengan



pengukuran



profil



III - 1



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



memanjang dan profil melintang maksimal 100 meter dan bila terdapat tikungan/belokan maka jarak tersebut harus disesuaikan sehingga posisi belokan dapat tergambarkan. Jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pengukuran poligon dalam studi ini antara lain: 1.



Pengukuran sudut



2.



Pengukuran jarak



3.



Pengikatan patok referensi.



a.



Pengukuran sudut



Alat ukur yang dipergunakan mengukur sudut horisontal adalah alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan beberapa alat bantu seperti statif, rambu (jalon) dan unting-unting. Pengukuran sudut horisontal dilakukan dengan menggunakan metode repetisi. Dalam metode tersebut sudut diukur secara berulang-ulang, misalnya direnanakan n kali sudut diukur, maka sudut teratakan adalah 1/n dari jumlah pengukuran.



R



P



β



S



i. Sudut Horisontal



b.



Pengukuran jarak



Jarak antara dua titik di lapangan adalah satuan panjang yang menyebabkan hubungan langsung arah horisontal antara dua titik tersebut. Pada gambar di



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 2



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



bawah A dan B adalah dua titik di lapangan sehingga dAB adalah jarak antara titik A samapi dengan B. dAB B



A ii. Jarak Antara Dua Titik



Pengukuran jarak dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pelaksanaan di lapangan jarak ukur secara tidak langsung yaitu dengan metode benang optis. Pengukuran jarak secara optis adalah pengukuran jarak dengan menggunakan alat ukur sudut rambu ukur. Jarak diperoleh dengan menghitung data ukur berdasarkan rumus seperti berikut: h



= A (ba – bb) Cos2 h atau



h



= A (ba – bb) Sin2 z atau



dengan : h



= Jarak horisontal



A



= Konstanta pengali



ba



= Bacaan benang atas



bb



= Bacaan benang bawah



H



= Sudut miring ukuran



Z



= Sudut zenit ukuran



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 3



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



iii. Pengukuran Jarak Dengan Pembacaan Optis



Pengukuran jarak untuk pekerjaan ini khususnya untuk pekerjaan pengukuran sipat datar selain dilakukan dengan optis juga dikontrol dengan pita ukur. Metode



yang



demikian



ini



akan



sangat



membantu



dalam



ketelitian



pengukuran.



c.



Pengikatan Titik Referensi



Pengikatan titik referensi untuk koordinat X dan Y dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dengan memakai sistem UTM. Koordinat yang tercatat akan disesuaikan dengan peta topografi skala 1:50.000 dari Bakosurtanal juga dengan BM lama yang dipakai oleh LPPM – ITB.



d.



Metode Poligon



Metode



poligon



yang



dipergunakan



dalam



pengukuran



ini



adalah



menggunakan Metode poligon tertutup. Toleransi Pengukuran Polygon adalah sebagai berikut: -



Kesalahan jarak linier adalah lebih kecil atau sama dengan 1/10.000



-



Salah penutup sudut adalah lebih kecil atau sama dengan 10√n. dimana n adalah jumlah titik polygon.



Perhitungan koreksi sudut adalah:



 b  ( a  b )  n  180 b 



bi  b



o



b



dimana : b



=



Jumlah koreksi sudut



b



=



Harga koreksi sudut



a



=



Azimuth



b



=



Jumlah sudut



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 4



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



i



=



Nomor titik



n



=



Jumlah titik



Laporan Akhir Sementara



Perhitungan koordinat sementara adalah: x(i)



= x(i-1) + d(i-1) x sin [ a(i-1) + b(i-1)]



y(i)



= y(i-1) + d(i-1) x cos [ a(i-1) + b(i-1)]



dimana: x



= Harga absis



y



= Harga ordinat



d



= Harga sisi (jarak datar)



a



= Harga azimuth



Perhitungan koreksi koordinat adalah : [x] = [dx] [y] = [dy] x(i) = dx(i-1) / [dx] x [x] y(i) = dy(i-1) / [dy] x [y] dimana : [x] = Jumlah koreksi absis [y] = Jumlah koreksi ordinat [dx] = Jumlah selisih absis [dy] = Jumlah selisih ordinat x



= Harga koreksi absis



y



= Harga koreksi ordinat



Perhitungan koordinat definitif (X,Y): X(i) = x(i) + x(i) Y(i) = Y(i) + y(i)



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 5



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



3.2.2. PENGUKURAN SIPAT DATAR Pengukuran sipat datar dimaksudkan untuk mendapatkan hasil beda tinggi antara titik poligon dimana dengan perhitungan yang sederhana dapat diperoleh ketinggian setiap poligon. Pengukuran sipat datar dibedakan dalam 2 jenis pekerjaan yaitu pengukuran sipat datar memanjang dan pengukuran sipat datar melintang.



3.2.3. PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui ketinggian titik-titik dari permukaan tanah yang dilewati dan biasanya diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Hasil dari pengukuran ini adalah data ketinggian dari titik-titik (patok) sepanjang jalur pengukuran. Ketentuan atau kaidah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pengukuran sipat datar profil memanjang sama dengan kaidah dalam pengukuran sipat datar melintang. Alat ukur yang akan digunakan dalam pekerjaaan ini adalah alat ukur waterpass tipe WILD NAK.2 NI.2. Detail yang diukur adalah ketinggian patok-patok kayu yang telah dipasang sebelumnya dan ketinggian permukaan tanah pada patok tersebut. Panjang dari setiap slag maksimum 50 meter.



c a



1



A



h



f



d



b



g



e



2



3



B



iv. Pengukuran Sipat datar memanjang



Keterangan : A,B



= titik yang ditentukan beda tingginya



1,2,3



= titik-titik bantu



a,c,e,g



= Bacaan rambu belakang



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 6



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



b,d,f,h= Bacaan rambu depan Apabila titik A telah diketahui tinggi (elevasi), maka dengan perhitungan dapat diperoleh ketinggian pada titik B dengan cara sebagai berikut : H1



= h + HA-1



H2



= hA + hA-1



+ h1-2



H9



= hA + hA-1



+ h1-2 + h2-9



dan seterusnya



dalam hal ini : hA



= tinggi titik A



h1, h2, h3



= tinggi titik-titik bantu



hA-1, hA-2, hA-3 = tinggi titik-titik bantu



3.2.4. PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL MELINTANG Pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan untuk mengetahui bentuk irisan melintang dari alur sungai. Pengambilan titik-titik detail penampang harus serapat mungkin dan diikatkan pada titik poligon. Jarak pengambilan melintang 25 meter arah kanan dan 25 meter arah kiri dari tebing sungai. Tujuan pengukuran sipat datar melintang adalah mengetahui profil atau tampang tubuh tanah dari suatu trace sungai, jalan, jaringan pipa dan lainlain.



3.2.5. PEMASANGAN PATOK BENCH MARK (BM) Untuk keperluan pengukuran topografi dibuat patok BM sebanyak 4 buah. Patok BM tersebut berfungsi sebagai titik kontrol terhadap kerangka polygon maupun pengukuran sipat datar. Pengambilan titik referensi elevasi awal disesuaikan koordinat BM dari pengukuran LPPM – ITB sebelumnya. Cara pengikatan dengan menggunakan GPS, yaitu dengan cara membaca koordinat BM referensi dengan alat tersebut. Dan selanjutnya pada BM (yang baru) dibaca pula koordinatnya dengan memakai GPS.



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 7



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



Berikut adalah hasil analisa data pengukuran koordinat dan elevasi dari masing-masing BM yang dipasang. Tabel 3 - 1 Koordinat BM No.



Nama BM



1 2 3 4



BM.1 BM.2 BM.3 BM.4



3.3.



PIRR.03 PIRR.03 PIRR.03 PIRR.03



Koordinat DR-JR DR-JR DR-JR DR-JR



X



Y



Z



201.011.000 200.989.955 200.798.372 201.029.849



91.080.000 91.090.999 90.615.432 91.557.583



+ + + +



4.000 3.727 4.183 3.548



HIDROMETRI



Pengamatan fluktuasi muka air pada daerah muara telah dilakukan oleh studi sebelumnya pada lokasi muara sungai dan di Danau Zamrud.



Untuk



meyakinkan bahwa pada lokasi tapak bangunan apakah terkena pengaruh pasang surut atau tidak maka dilakukan pengamatan fluktuasi muka air sungai rawa selama 5 hari dengan interval pengamatan tiap 1 jam. Lokasi pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1.1 di atas.



v. Papan



Duga



Pengamatan



Fluktuasi



Muka Air S. Rawa



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 8



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



Pengamatan dilakukan dengan pembacaan papan duga air yang diikatkan dengan sistem topografi. Adapun elevasi titik nol papan duga air adalah pada + 1,750 m. Tabel 3 - 2 Jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Makimum Minimum Rerata



Tabel 3 - 3 Jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 C



Bacaan Papan Duga Sungai Rawa pada Lokasi Head Work Jum’at 12/09/2003 1.70 1.69 1.69 1.69 1.71 1.71 1.70 1.70 1.70 1.69 1.69 1.69 1.68 1.67 1.67 1.66 1.71 1.66 1.69



Sabtu 13/09/2003 1.69 1.70 1.69 1.69 1.70 1.69 1.68 1.68 1.66 1.65 1.66 1.66 1.65 1.67 1.68 1.67 1.67 1.66 1.65 1.63 1.62 1.62 1.61 1.61 1.70 1.61 1.66



Minggu 14/09/2003 1.61 1.67 1.62 1.63 1.61 1.62 1.61 1.60 1.61 1.59 1.58 1.58 1.60 1.60 1.61 1.62 1.62 1.63 1.64 1.63 1.62 1.62 1.61 1.59 1.67 1.58 1.61



Senin 14/09/2003 1.60 1.61 1.61 1.62 1.62 1.61 1.62 1.60 1.59 1.59 1.59 1.57 1.58 1.59 1.61 1.62 1.64 1.63 1.63 1.62 1.63 1.62 1.61 1.59 1.64 1.57 1.61



Selasa 15/09/2003 1.58 1.59 1.60 1.61 1.60 1.60 1.59 1.58 1.57 1.56 1.55 1.60 1.57 1.57 1.61 1.63 1.62 1.61 1.62 1.60 1.60 1.58 1.56 1.54 1.63 1.54 1.59



Elevasi Muka Air Sungai Rawa pada Lokasi Head Work Jum’at 12/09/2003 1.70 1.69 1.69 1.69 1.71 1.71 1.70 1.70



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



Sabtu 13/09/2003 1.69 1.70 1.69 1.69 1.70 1.69 1.68 1.68 1.66 1.65 1.66 1.66 1.65 1.67 1.68 1.67



Minggu 14/09/2003 1.61 1.67 1.62 1.63 1.61 1.62 1.61 1.60 1.61 1.59 1.58 1.58 1.60 1.60 1.61 1.62



Senin 14/09/2003 1.60 1.61 1.61 1.62 1.62 1.61 1.62 1.60 1.59 1.59 1.59 1.57 1.58 1.59 1.61 1.62



Selasa 15/09/2003 1.58 1.59 1.60 1.61 1.60 1.60 1.59 1.58 1.57 1.56 1.55 1.60 1.57 1.57 1.61 1.63



III - 9



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Jam 17 18 19 20 21 22 23 24 Makimum Minimum Rerata



Jum’at 12/09/2003 1.70 1.69 1.69 1.69 1.68 1.67 1.67 1.66 1.71 1.66 1.69



Laporan Akhir Sementara Sabtu 13/09/2003 1.67 1.66 1.65 1.63 1.62 1.62 1.61 1.61 1.70 1.61 1.66



Minggu 14/09/2003 1.62 1.63 1.64 1.63 1.62 1.62 1.61 1.59 1.67 1.58 1.61



Senin 14/09/2003 1.64 1.63 1.63 1.62 1.63 1.62 1.61 1.59 1.64 1.57 1.61



Selasa 15/09/2003 1.62 1.61 1.62 1.60 1.60 1.58 1.56 1.54 1.63 1.54 1.59



vi. Elevasi Muka Air Sungai Rawa pada Lokasi Head Work



Dari



hasil



pengamatan



terlihat



bahwa



pada



lokasi



head



work



tidak



terpengaruh pasang surut. Sehingga dalam perencanaan nantinya akan di lakukan dengan pendekatan aliran steady flow.



3.4.



C



GEOLOGI & MEKANIKA TANAH



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 10



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



3.4.1. KONDISI GEOLOGI Kondisi geologi daerah studi, secara morfologi adalah daerah morfologi dataran Aluvial Plain, dengan kondisi daerah aluvial dan rawa. Daerah studi diperkirakan oleh (Binnie & Huntings 1980) mempunyai kedalaman sampai 30 meter. Kondisi struktur daerah studi relatif stabil, tidak ditemukan struktur-struktur geologi. Lokasi daerah penelitian pada Formasi Alluvium Tua, berumur Holocen (QP), biasa tersingkap pada sekitar sungai Siak, Flood Plains dan kelokan kelokan Sungai (Meanders) dan sungai sungai besar. Terdiri dari Pasir, lumpur, kerikil,



sisa–sisa



tumbuhan



dan



rawa



gambut,



dengan



lingkungan



pengendapan Fluviatile (Lingkungan rawa Gambut). Dari kondisi geologi yang ada baik berdasarkan morfologi, Litologi dan struktur, maka daerah studi termasuk daerah yang stabil dari segi geologi, hal ini disebabkan datar dan tidak ditemukan struktur patahan atau sesar di daerah studi.



3.4.2. PENYELIDIKAN LAPANGAN Terdapat 4 (tiga) macam kegiatan lapangan yang dilakukan dengan volume sebagai berikut: 1. Sondir



.........................................................................



5 titik



2. Pengeboran Tangan (Hand Auger) ..................................



5 titik



3. Lubang Uji (Test Pit)



.....................................................



3 titik



4. Pengambilan Contoh Tanah (disturb maupun undisturb) ....



8 sampel



Sedangkan pekerjaan laboratorium yang akan dilakukan terhadap sampel tanah ditunjukkan untuk memperoleh index properties dan engineering properties terdiri dari:







C



Index properties  Unit Weight (n)



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 11



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



 Spesifik Gravity (Gs)  Moisture Content (Wn)  Grain Size Distribution 



Engineering Properties  Atterberg Limit (LL, PL dan IP)  Shrinkage Limit  Triaxial Test Y=91.600,000



2.959



2.829



 Consolidation Test



A.45



2.904 2.949



3.164 3.010



A. 44



BM.4



X= 201.029,849 Y= 91.557,583 Z= +3.547



TP-01



 Permeability Test



2.928



2.848



A.43



3 277



X = 200.927,120 Y = 91.432,620



3.288 3.023



3.304



A.43A



3.194 3.412



3.187



3.426 3.484



Y=91.500,000



A.42



3.272



3.193



3.280



TP-02



3.446



3.444



3 284



3.386



3.303



33.147 147



X = 200.802,030 Y = 91.432,620



A41



3.184



3 235



3.192



4.040



3 233



3.934



3.927



3.920



HP



3 161



3.622 A25



3.808



a. Sondir, Cone Penetration Test (CPT) 3 891



A40



2.944



2.726



A26



3.297



3 906



3.133



3.399



3.314



3.301



3. 529



3.444



A27



4.071



Y=91.400,000



3.297



3 360



4.017



Pengujian ini dilakukan untuk D5mengetahui kedalamanD2 tanah keras X = lapisan 201.613,090 A28



3.334



4.168



3.943



3.204



3 558



A24



A39



3.363



3.299



4 077



3.463



A29



3.402



4.094



3.497



3.560



3 710



4.128



A30



3.294



X = 200.800,710 Y = 91.394,090



Y = 92.297,341



4.158



3.193



A31



serta sifat daya dukung maupun D4 daya lekat setiap kedalaman. Alat Sondir 3.447



3.902



3.825



3.456



3.317



3.253



3.388



A23



4 077



4.081



3.318



3.184



3.704



3.986



Y=91.300,000



2.880



4.006



X = 200.843,96



3.851



A32



3.228



3.267



A. 22



Y = 91.342.82 D3 yang digunakan berkapasitas sedang dimana alat tersebut dapat membaca 3 826



3.244



3.627



2.966



3.639



A33



2.917



3.922



4.155



4.291



3.245



3.967



X = 200.903,960 Y = 91.342,820



3.816



4.200



3.333



3.419



nilai maksimum perlawanan konus sebesar 200 kg/cm2. A.21



4. 140



3.771



3.806



4.548



4.375



4.416



4.547



4.595



A34



4.015



3.235



3.658



3.934



4.121



Y=91.200,000



A35



4.018



4.162



A.21



4. 137 4.180



X = 200.951,960 Y = 91.242,82



4.127 4.155



3.997



A36



3.699



3.453



3.881



4.672



4.664



D1



3.726



4.055



4.207



3.457



4.584



4.564



3.329



3.897



3.427



3.405



3.949



3.906 4.009



Pembacaan sondir dilakukan setiap interval kedalaman 20 cm sampai 4.066



3.446



A37



4.179



3.456



3.204



A. 19



4. 011



3.108



3.978



3.927



3.713



3.535



4.036



2.923 3.720



3.983



3.954



3.366



3.345



2.952



3.647



A38



3.601



3.480



3.603



3.707



kedalaman 25 m. Hasil bacaan cone penetration test dapat dilihat pada 3.716



3.901



3.750



Y=91.100,000



3.863



3.354



3.877



3.840



3.721



3.753



A.18



3.914



3.735 3.714



3.485



3.584



BM.2



3.754



4.053



3.572



3.520



3.368



3.567



3 091



X= 200.989,955 Y= 91.090,999 Z= +3.727



3.788



BM.1



4.021



3.860



X= 201.011,000 Y= 91.080,000 Z= +4.000



Lampiran. Dari hasil tersebut dapat diketahui daya dukung pada kedalaman 3 3.791



4.088



3.923



3.915



3.975



3.278



4.068



3.906



3.315



3.254



3.293



A.17



3.985



4 087



3.201



A1



3.830



3.426



3.870



3.718



3.228 3.940



4.010



3.200



meter untuk masing-masing titik adalah sebagai tabel berikut: 3.726



3.861



Y=91.000,000



3.739



2.872



3.696



3.736



A. 16



A2



4.010



4.148



3.868



4.018



4.110



3 525



3.825



3.752



4.079



A.15



3.760 3.658



4 114



3.959



3.215



3.692



3.935



3.983



3.927



3.902



3.972



3.963



3.625



3.876



3.895



3.855



A.14



3 922



3.457



3.173



3.393



3.785 A3



3 507



3.795



3.457



3.558



3.842 4.070



3.566 3.538



3.393



3.880



4.263



A.13



3 827



3.613



3.695



3.479



3.906



Y=90.900,000



A.4



3.722



A. 12



3.927



4. 002



3 482



3.591



3.903 2.860



3.953



3 992



3.979



3.772



4.013



3.540



3.830



3.413



A.10



Total Hambatan Pelekat pada d = 3 m



3.584



3.313



A. 11



3.688



3 876



A.5



1.906



4.455



3.629



A. 9



4 246



3.789



3.413



3.792



3.776



A.8



A. 7



HP



3. 580



A.6



3.789



3.891



3.933



4.037



4.094



(Kg/Cm2)



(Kg/Cm2) 3.838



4



3.232



3.440



3.936



A.50



3.942



3.771



A. 51



BM.3



X= 200.798,372 Y= 90.615,432 Z= +4.183



3.640 2.055 2.784



A.52



4 196 2.336 0.467 2.846 3.396



4.094



A. 48



3 454



3.443



3.429



3.715 3.831 4.042



4.423



3 883



4.245



1



3.999 3.739



3.448



(Kg/Cm2)



4.145



2 2 2 2 2



26.53 26.53 26.53 30.06 31.83



2



26.53



D E P A R T E M E N PE R M U K I M A N D A N P R A SA R A N A W I L A Y A H DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR D I N A S K I M P R A S W I L P R O P I N S I R I A U



PROYEK IRI GASI DAN RAWA RIAU



BOR & SONDIR



Jl . Cut Ny ak Di en Pekan bar u, Te l p 0761 - 2803 6 Fax 0 761- 22473



Lokasi Titik Penyelidikan Mekanika Tanah



Judul Gambar



TEST PIT



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan C



Sanitek Konsultindo, PT 0.0 m.



45.0 m.



CV. BINA RIAU KONSULTAN



75.0 m.



150.0 m.



Digambar



Jl. Indragiri No.10 Pekanbaru - Riau Bekerjasama dengan



SKALA FULL FILENAME \\PC2\E\AIR BAKU RIAU 2003\GAMBAR CAD\LOKASI MEKTAN.VSD



A. 49



3 733 3.761 3.975



KETERANGAN



C



1 1 1 1 1



4.116



4.045



3.278



5 X=200.600,000



Y=90.600,000



3.519



3.429 3.169



(Kg/Cm2)



4.123 A. 47



X=200.900,000



Median



5 5 3 4 6



X=200.800,000



Y=90.700,000



4 4 2 3 5 X=200.700,000



CPT-1 CPT-2 CPT-3 CPT-4 CPT-5



A.46



3. 738



4. 427



X=201.100,000



(Kg/Cm2)



X=201.000,000



Y=90.800,000



PT. SANITEK KONSULTINDO



Propinsi RIAU



Proyek STUDI DAN PRADESIGN AIR BAKU KAWASAN INDUSTRI BUTON 1 PAKET KABUPATEN SIAK Lokasi SUNGAI RAWA Kabupaten SIAK No. Reg. No. Lemb.



Diperiksa



Engineering and Management Consultant Jl. Semangka C-17/3, TRIDAYA INDAH ESTATE IV TAMBUN BEKAS I



DISETUJUI



X=201.200,000



4.049



Tabel 3 - 4 Hasil pembacaan Sondir pada Kedalaman Perlawanan Jumlah Perlawanan Hambatan Konus Perlawanan Gesek Pelekat Kode qc R2 E



Asisten Perencanaan



Ir. YANAEDI



Pemimpin Proyek



Ir. Drs. SYAMSUDDIN M. Dipl. HE.



Tanggal 12 Juli 2003 No. Kontrak KU.08.08/023/PIRR/2003



III - 12



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



vii. Lokasi



Titik



Penyelidikan



Mekanika



Tanah



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 13



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Desa Dayun



Ke Perawang



Laporan Akhir Sementara



03



ke Siak Indrapura



Ke Zamrud



Keterangan : Test Pit



viii. Lokasi Test Pit TP-3



b. Pengeboran Tangan (Hand Auger) Untuk mengetahui jenis lapisan tanah lebih jelas, maka diperlukan pemboran tangan. Diameter bor yang dipakai adalah 12-15 cm, dengan maksud untuk memudahkan pengambilan tube. Dari hasil penyelidikan rata-rata kedalaman lapisan tanah masing-masing titik hampir seragam dengan diskripsi sebagai



BOR - 5



BOR - 4



BOR - 3



BOR - 2



KEDALAMAN (M)



BOR - 1



berikut: Kedalaman



antara



0



3



m



0



merupakan



1



humus



2



kehitaman. Kedalaman anatara 3 –



3



6



4



kelanauan, lembek bewarna abu-



5



abu keputihan.



m



lanau







yang



bercampur



bewarna



merupakan



coklat lempung



6 KETERANGAN



Lanau bercampur humus coklat kehitaman Lempung kelanauan, lembek, abuabu keputihan



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 14



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



c. Lubang Uji (Test Pit) Pekerjaan sumur uji atau test pit ini gunanya untuk mengetahui jenis dan ketebalan lapisan dibawah top soil dengan lebih jelas, baik lokasi tersebut untuk fondasi kolom bangunan maupun untuk jenis-jenis bahan timbunan pada daerah borrow area. Dengan demikian dapat lebih teliti dalam menguraikan jenis lapisan dan ketebalannya. Pada saat pelaksanaan tersebut juga perlu dicatat uraian-uraian jenis dan warna tanah disertai photo dari atas dan photo dari samping juga harus dicatat elevasi ketinggian dari lokasi tersebut.



Ukuran sumuran uji



tersebut 1 - 1,5 meter persegi dengan maksimum kedalaman galian 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lapisan tanahnya. Pembuatan sumur uji ini dihentikan bilamana : 



telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada sekeliling lokasi tersebut







bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi







bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami kesulitan, tapi usahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan penahan dinding galian.



Penampakan visual dari tanah pada test pit mencirikan bahwa tanah adalah seragam, berupa tanah lanau bercampur dengan humus bewarna coklat kehitaman. d. Pengambilan Contoh Tanah 1. Pengambilan Contoh Asli (Undisturbed Sample) Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka perlu



sekali



dperhatikan



pada



saat



pengambilan,



pengangkutan



dan



penyimpangan contoh-contoh tanah ini, agar: 



Struktur



tanahnya



tidak



terlalu



terganggu



atau



berubah,



sehingga



mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 15



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara







Kadar asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan







Gunakan tube sample yang baik dengan mata tabung yang tajam serta memenuhi persyaratan yang ada.



Diameter tabung () minimal 6,8 cm



dan panjang 50 cm. 



Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini.







Agar kadar asli contoh tanah ini tidak terlalu berubah, maka pada kedua ujung tabung ini perlu diberi/ditutup engan parafin yang cukup tebal dan tabung tersebut diberi simbol lokasi dan kedalaman dari contoh tanah tersebut.







Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan tekanan sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda, atau pada kedalaman tertentu







Pada



waktu



pengangkatan



dan



menyimpan



tabung



sampel



supaya



dihindarkan penyimpanan tabung sampel pada suhu yang cukup panas. 2. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample) Pengambilan contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari pembuatan Sumur Uji/Test Pit atau Trench (Paritan Uji) sebanyak ± 30 kg. Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai berikut: 



Bila lapisan-lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus diambil masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal







Bila lapisan-lapisan 0,5 meter, maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan vertikal. Contoh-contoh tanah ini akan dikenakan percobaan tanah dilaboratorium dengan cara proktor.



Untuk



pengukuran kadar air asli dengan menggunakan PVC yang selanjutnya ditutup dengan parafin. Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC dicatat dengan simbol dan kedalaman dimana sampel diambil.



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 16



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



3.4.3. PENYELIDIKAN LABORATORIUM a.



Index Properties



Unit Weight (n) Untuk memperoleh jenis nilai berat isi tanah, maka tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli. Spesifik Gravity (Gs) Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu picnometer dan perlengkapannya.



Prosedur penentuan berat jenis tanah ini



harus mengikuti cara: SNI-1742-1989-F. Moisture Content (Wn) Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli. Prosedurnya harus mengikuti : SK SNI-M-22-1990-F. Grain Size Distribution Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar dari pada 75 M, lolos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer Analysis. Hasil dari pada pengujian ini akan digambar dengan sumbu mendatar adalah skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm daripada butir dan sumbu tegak adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan. Pembagian butir tanahnya sesuai dengan SNI-1968-1999-F. b.



Engineering Properties



Atterberg Limit Liquit Limit (LL) Batas cari/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam proses dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antar keadaan cair dan keadaan plastis.



Nilai batas cair ini dapat ditentukan dengan cara



menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijauthkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan



ini adalah 12,7



mm. Prosedurnya dapat mengikuti SNI-1967-1990-F. C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 17



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



Plastic Limit (PL) Batas plastis ini adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40 (425



M)



pada



alat



kaca



sehingga



membentuk



diameter



3,2



M



dan



memperlihatkan retak-retak. Prosedur ini dapat mengikuti SNI-1966-1990-F. Platicity Index (PI) Plastic Index atau Plasticity Index dari tanah adalah selisih nilai dari batas cair dengan batas plastis.



Shrinkage Limit Shrinkage adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut ini dapat mengikuti SNI-M-18-1991-03. Triaxial Test Contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan tinggi, percobaan dan sifat dari pada jenis tanahnya. Prosedur daripada percobaan triaxial ini agar disesuiakn dengan literatur. Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan mengikuti prosedur dengan SK.SNI-M-05-1990 – F. Consolidation Test Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan dengna pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya increment ratio 1, dengan nilai pembebanan seperti nilai compresion index (cc) dan coefisien of consolidation (cv) perlu diperoleh. Prosedur percobaan pemapatan ini dapat mengikuti cara SKSNI-M-108-1990-F. Permeability Test Percobaan perembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien rembesan dari suatu jensi tanah berbutir kasar dapat dilakukan dengan cara C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 18



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



constant head sedangkan pada tanah kohesif soil yang mempunyai nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling head agar waktu yang ada pada falling head in itidak terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat pula dilakukan.



Tabel 3 - 5 Hasil Analisa Laboratorium untuk Sampel dari Hand Bor No Bor



Satuan



D1



D2



D3



D4



D5



Kedalaman



(m)



0.80



1.50



2.50



3.50



4.50



Berat Jenis



(gr/cm3)



2.16



2.32



2.42



2.46



2.31



Berat Vol Basah



(gr/cm3)



1.21



1.19



1.23



1.24



1.32



Berat Vol Kering



(gr/cm3)



3.78



3.68



3.72



3.75



3.81



Derajat Kejenuhan



(kN/m3)



1.00



1.02



1.05



1.07



1.01



Angka Pori



4.62



4.59



4.57



4.61



3.48



Porositas



0.82



0.81



0.83



0.79



0.78



Atterberg Limit



Analisa Saringan



Konsolidasi Cohesi Undrained (CU)



LL



(%)



58.40



58.21



57.86



57.89



49.10



PL



(%)



51.39



50.64



51.87



50.23



38.31



PI



(%)



7.01



7.57



5.99



7.66



10.79



Kerikil



(%)



0.00



0.00



0.00



0.00



0.00



Pasir



(%)



21.20



15.27



3.58



4.68



5.94



Lempung



(%)



78.80



84.73



96.42



95.32



94.06



Cc



(%)



1.81



1.78



1.76



1.85



1.94



Cv



(%)



0.08



0.12



0.14



0.09



0.12



Vane Shear



Kpa



10.00



8.67



6.79



5.27



4.00



Tabel 3 - 6 Hasil analisa laboratorium test pit No Bor



Satuan



TP. 1



TP. 2



TP. 3



Kedalaman Berat Jenis



(m) (gr/cm3) (%) (%) (%) (%)



0.80 2.18 0.00 2.54 97.46 7.16



1.00 2.17 0.00 3.12 96.88 7.24



0.70 2.58 0.00 4.21 95.79 12.93



(gr/cm3)



0.38



0.35



1.70



Analisa Saringan



Compaction Test liat



Kerikil Pasir Lempung/Lanau OMC



 dry s



debu



pasir



(gr/cm3)



kerikil



1.32



1.26



1.51



100 90 80 70



% LOLOS



60 50 40 30 20 C



10 Bina Riau Konsultan, CV 0



III - 19



Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



Halus



FRAKSI LEMPUNG



0,0001



Sedang



Kasar



Halus



FRAKSI LANAU



0,002



Sedang



Kasar



Halus



FRAKSI PASIR



0,06



DIAMETER SARINGAN (mm)



Sedang



Kasar



FRAKSI KERIKIL



2,0



60



Studi dan Pradesign Air Baku Kawasan Industri Buton Propinsi Riau



Laporan Akhir Sementara



ix. Grain Size Test Pit – 1



liat



debu



pasir



kerikil



100 90 80 70



% LOLOS



60 50 40 30 20 10 0 Halus FRAKSI LEMPUNG



0,0001



Sedang



Kasar



Halus



FRAKSI LANAU



0,002



Sedang



Kasar



Halus



FRAKSI PASIR



0,06



Sedang



Kasar



FRAKSI KERIKIL



2,0



60



DIAMETER SARINGAN (mm)



x. Grain Size Test Pit - 2



C



Bina Riau Konsultan, CV Bekerjasama dengan



Sanitek Konsultindo, PT



III - 20