123dok Penentuan+Kadar+Difenhidramin+HCl+Dalam+Obat+Batuk+Sirup+Dengan+Metode+Kromatografi+Cair+Kinerja+Tin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)



KARYA ILMIAH



PETTI SITI FATIMAH 082401022



PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011



PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)



KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya



PETTI SITI FATIMAH 082401022



PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011



PERSETUJUAN



Judul



Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas



: PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) : KARYA ILMIAH : PETTI SITI FATIMAH : 082401022 : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Disetujui di Medan, Juni 2011



Diketahui / Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,



Pembimbing,



Dr.Rumondang Bulan,M.S NIP 195408301985032001



Andriayani.Spd.,M.Si NIP 196903051999032001



PERNYATAAN



PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH



Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.



Medan, Juni 2011



PETTI SITI FATIMAH NIM 082401022



KATA PENGANTAR



Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta alam atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Salam serta shalawat semoga senantiasa terlimpahkan kepada suri tauladan kita,Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Ibu Dr.Rumondang Bulan,M.S selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia FMIPA USU. 2. Ibu Andriayani,S.Pd.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bmbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. 3. Ibu Pimpinan,staf dan seluruh pegawai Balai Besar POM yang telah memberikan kesempatan,bimbingan dan bantuannya kepada penulis. 4. Kedua orang tua penulis Ayahanda Ir.Ruslan Hadi serta Ibunda Elfi Syahrani Lubis yang telah memberikan dorongan moril dan materil kepada penulis. 5. Ibu Zakiah Kurniati,S.Farm.,Apt. Selaku koordinator, Serta seluruh staf yang telah membantu dengan memberikan keterangan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 6. Indah Pratiwi,Iin Sholihah,Nisa,Cut,Desy dan Siti yang telah membantu dan bekerja sama dengan baik saat praktik kerja lapangan di BBPOM,rekan-rekan Mahasiswa Kimia Analis stambuk 2008,serta alumni yang telah memberikan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menyadari bahwa isi dan penyajiannya masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Medan, Juni 2011



Penulis



PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK



Telah dilakukan penentuan kadar difenhidramin HCl dalam obat batuk sirup dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 254 nm. Dari data diperoleh kadar difenhidramin HCl sebesar 98,41 %, ini berarti bahwa kadar difenhidramin dalam oabat batuk sirup tersebut memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %.



DETERMINATION OF DIPHENHYDRAMINE HCl IN COUGH SYRUP USING HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) METHOD



ABSTRACT



Determination of diphenhydramine HCl in cough syrup using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method by using detector UV-Vis with wave length 254 nm was done. From data was obtained the content of diphenhydramine HCl that was 98,41 %., it means that diphenhydramine HCl in cough syrup to comply requirement according to United States Pharmacopeia 31 that was not less than 90,0 % and not more than 110,0 %.



DAFTAR ISI



Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan 1.4. Manfaat



Halaman ii iii iv v vi vii 1 1 3 3 4



Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Obat 2.2. Penggolongan Obat 2.3. Pengertian Obat Batuk 2.4. Komposisi Obat Batuk a. Difenhidramin HCl b. Dekstrometorfan HBr c. Fenilefrin HCl d. Ammonium Klorida 2.4.1. Difenhidramin a. Cara Kerja Difenhidramin b. Indikasi c. Kontra Indikasi d. Efek Samping e. Perhatian f. Hal yang harus diperhatikan 2.4.2. Pembagian Obat Batuk a. Antitusif b. Ekspektoran 2.5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 2.5.1. Kegunaan KCKT 2.5.2. Kelebihan KCKT 2.5.3. Komponen-komponen Penting dari KCKT 2.5.4. Jenis-jenis KCKT 2.5.5. Penggunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Farmasi



5 5 5 6 7 7 8 8 9 9 11 11 12 13 13 14 14 14 14 15 15 16 18 23 24



Bab 3 Metodologi Percobaan



25



3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat 3.1.2. Bahan 3.2. Prosedur Kerja 3.2.1. Pembuatan Fase Gerak 3.2.2. Pembuatan Larutan Baku 3.2.3. Pembuatan Larutan Sampel 3.2.4. Cara Penetapan 3.2.5. Interpretasi Hasil



25 25 26 27 27 27 27 27 28



Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil 4.2. Pembahasan



29 29 31



Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran



33 33 33



Daftar Pustaka Lampiran



34



DAFTAR TABEL



Tabel 4.1. Larutan Baku dan Larutan Sampel Difenhidramin



Halaman 29



DAFTAR LAMPIRAN



LAMPIRAN 1. Kromatogram Larutan Baku Difenhidramin LAMPIRAN 2. Kromatogram Larutan Sampel Difenhidramin



Halaman 36 36



PENENTUAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM OBAT BATUK SIRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK



Telah dilakukan penentuan kadar difenhidramin HCl dalam obat batuk sirup dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 254 nm. Dari data diperoleh kadar difenhidramin HCl sebesar 98,41 %, ini berarti bahwa kadar difenhidramin dalam oabat batuk sirup tersebut memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %.



DETERMINATION OF DIPHENHYDRAMINE HCl IN COUGH SYRUP USING HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) METHOD



ABSTRACT



Determination of diphenhydramine HCl in cough syrup using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method by using detector UV-Vis with wave length 254 nm was done. From data was obtained the content of diphenhydramine HCl that was 98,41 %., it means that diphenhydramine HCl in cough syrup to comply requirement according to United States Pharmacopeia 31 that was not less than 90,0 % and not more than 110,0 %.



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang



Batuk adalah refleks fisiologis yang biasa terjadi pada saluran pernapasan orang sehat maupun sakit. Batuk dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, misalnya rangsangan selaput lendir pernapasan yang terletak di tenggorokan dan cabang-cabang tenggorokan. Radang



jalan pernapasan



pernapasan



pada bronchitis dan pharingitis. Penyumbatan jalan



oleh lendir biasanya pilek, bronchitis, dan pertusis. Batuk dapat juga



disebabkan oleh bau-bauan, debu, gas, dan perubahan suhu yang mendadak atau juga merupakan gejala dari penyakit TBC, astma, atau kanker paru-paru.



Obat batuk dibagi menjadi dua yaitu, Antitusif digunakan untuk mengobati batuk kering, sedangkan Ekspektoran untuk mengobati batuk berdahak. Obat batuk dan pilek digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut simtomatik. Batuk dan pilek menyerang saluran pernapasan bagian atas dan seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu. (www.medicastore.com)



Komposisi Tiap



yang



terdapat



5 ml sirop mengandung :



di



dalam



Difenhidramin



obat



batuk



biasanya



HCl, Dekstrometorfan HBr,



Fenilefrin HCl dan Ammonium Chloride. (www.meprofarm.com)



Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin dan sedatif. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anestesi topikal. Difenhidramin HCl memiliki nama dan struktur kimia yaitu Difenhidramin Hidroklorida. Difenhidramin memiliki sifat kimia yaitu berbentuk mikrokristalin berwarna putih yang tidak berbau. Adanya cahaya akan mengubah warna menjadi kecoklatan, mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam aseton; sangat sukar larut dalam benzena dan dalam eter. Difenhidramin memiliki efek samping seperti : Pusing, mengantuk, mulut kering, mual, muntah, diare, insomnia, penglihatan kabur dan susah buang air kecil. (http://www.diskes.jabarprov.go.id/InformasiObat).



Standar komposisi Difenhidramin dalam obat batuk sirup menurut Farmakope Amerika Edisi 31 tahun 2008 yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,0%.( Farmakope Amerika, 2008)



Penentuan kadar difenhidramin pada obat batuk sirup ini menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yaitu merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik, serta obat dalam cairan biologis. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.



Penggunaan Kromatografi cair kinerja tinggi dapat menentukan besarnya kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup, yang apabila tidak sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam farmakope akan menyebabkan efek negatif bagi konsumen seperti pusing, mual, mengantuk dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan metode yang sesuai agar mendapat kan hasil yang akurat. Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat / bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, serta waktu analisis yang cepat. Kromatografi merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis sediaan farmasetik. Suatu pemahaman terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kinerja kromatografi akan meningkatkan sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik. (Rohman, 2009)



1.2. Permasalahan Permasalahan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah : - Apakah kadar difenhidramin yang terkandung dalam obat batuk sirup Unydril Expectorant telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 (United State of Pharmacopeia XXXI) yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.



1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah : - Untuk mengetahui kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup Unydril Expectorant.



- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup secara laboratorium. 1.4. Manfaat -



Memberikan informasi tentang kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup



-



Memberikan informasi tentang apakah kadar difenhidramin yang terkandung dalam obat batuk sirup telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,0%.



-



Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penentuan kadar



-



difenhidramin dalam obat batuk sirup.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Sejarah Obat



Obat adalah bahan kimia atau sediaan biologik yang dipergunakan untuk diagnostik, pengobatan maupun pencegahan penyakit adalah peluru utama bagi senjata seorang dokter. Walaupun dunia kedokteran mengenal berbagai cara pengobatan, seperti tindakan operatif, fisioterapi, radioterapi, psikoterapi, diet dan sebagainya, namun pemberian obat tetap menjadi bagian yang dominan. Obat dapat dianggap sebagai zat kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, mencegah penyakit atau untuk kepentingan diagnostik. (Yahya, 1993)



2.2. Penggolongan Obat Obat dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan : a. Menurut letak aksi anatomis, contohnya obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf pusat b. Menurut penggunaan terapi (berdasarkan khasiat), contohnya obat hipnotik (menidurkan) c. Menurut mekanisme aksi farmakologis d. Menurut sumber asli atau sifat kimia, penggunaan dan sifat farmakoterapi. Penggolongan obat Menurut Undang-Undang :



e. Obat yang dapat dijual bebas. f. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W), yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual bebas. g. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaaljik = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. h. Obat narkotik (dulu disebut obat daftar O = opiat) untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotik diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya. Selain penggolongan obat menurut undang-undang tersebut diawasi pula penggunaan obat-bahan Psikotoprik. Yang disebut obat bebas yaitu obat yang tidak digolongkan sebagai obat keras, obat psikotoprik, obat narkotik, maupun obat bebas terbatas. (Yahya, 1993)



2.3. Pengertian Obat Batuk Baik batuk maupun pilek merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan dahak, riak, dan benda asing (misal kacang, dsb) dari saluran nafas, sedangkan pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang disebut ingus.



Obat batuk dan pilek digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut simtomatik. Batuk dan pilek menyerang saluran pernapasan bagian atas dan seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu.



Batuk terdiri dari 2 jenis, yaitu batuk kering (non produktif) dan batuk berdahak (produktif). Untuk mengobati batuk tergantung dari jenis batuk yang diderita. (www.medicastore.com)



Pada umumnya obat batuk akan mengandung satu atau lebih komponen berikut, yaitu Ekspektoran (berkhasiat untuk memudahkan mengeluarkan dahak melalui refleks batuk) dan meudahkan mengeluarkan dahak melalui refleks batuk) dan Antihistamin (zat untuk mencegah atau meredam aksi alergi). Ada pula pabrik farmasi yang menambah dengan Antitusif (zat peredam batuk), baik yang berasal dari narkotika, maupun yang bukan narkotik. Akhir-akhir ini ada pula yang menambahkan bahan Mukolitik (pengencer dahak yang kental), dan Surfaktan (bahan pencegah melekatnya dahak pada dinding saluran pernapasan dan diharapkan dapat memperlancar pengeluaran dahak melalui refleks batuk). ( Danusantoso, 2001)



2.4. Komposisi Obat Batuk Komposisi Tiap



yang



terdapat



5 ml sirop mengandung :



di



dalam



Difenhidramin



obat



batuk



biasanya



HCl, Dekstrometorfan HBr,



Fenilefrin HCl dan Ammonium Klorida. (www.meprofarm.com)



a. Difenhidramin HCl Difenhidramin HCl berfungsi sebagai penekan batuk dan mempunyai efek antihistamin (antialergi) dan mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Memiliki efek samping yaitu pengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek



antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi, reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut rontok. (http://www.diskes.jabarprov.go.id/InformasiObat)



b. Dekstrometorfan HBr Dekstrometorfan merupakan derivat fenantren non-narkotik sintesis berkhasiat menekan rangsangan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein tapi bertahan lebih lama. Tidak berkhasiat analgetis, sedatif, sembelit, atau adiktif, maka tidak termasuk daftar narkotika. Mekansime kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP dengan menimbulkan semacam euforia, maka kadang kala digunakan oleh pecandu drugs. Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala dan gangguan lambung usus. (Tjay, 2010)



c. Fenilefrin HCl Fenilefrin HCl merupakan derivat adrenalin hanya memiliki 1 OH pada cincin benzen. Obat ini terutama berdaya alfa-adrenergis secara tak langsung jalan pembebasan NA dari ujung saraf. Daya kerjanya 10 kali lebih lemah dari adrenalin, tetapi bertahan lebih lama. Tidak menstimulir SSP, efek jantungnya ringan sekali. Berdaya vasokonstriksi perifer dengan meningkatkan tensi, maka digunakan pada keadaan hipotensi (kolaps). Digunakan sebagai dekongestivum hidung dan mata dan dalam banyak sediaan kombinasi anti flu bersama analgetika, antihistamin dan antitusif. (Tjay, 2010)



d. Ammonium Klorida Ammonium Klorida ini berdaya diuretis lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakan bulu getar (cillia) di saluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan sirop batuk, misalnya obat batuk hitam. Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis tinggi dan berupa acidosis (khusus pada anak-anak dan pada pasien ginjal), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa. (Tjay, 2010) 2.4.1. Difenhidramin Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin dan sedatif. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anestesi topikal.



Struktur Difenhidramin 2-(diphenylmethoxy)-N,N-dimethylethanamine Diphenhydramine Hydrochloride. Berat molekul 291,82.



(Anonim.2011.http://en.wikipedia.org/wiki/Diphenhydramine)



Difenhidramin merupakan amine stabil dan cepat diserap pada pemberian secara oral, dengan konsentrasi darah puncak terjadi pada 2-4 jam. Di dalam tubuh dapat terdistribusi meluas dan dapat dengan segera memasuki system pusat saraf, sehingga dapat menimbulkan efek sedasi dengan onset maksimum 1-3 jam. Diphenhydramine memiliki waktu kerja/durasi selama 4-7 jam. Obat tersebut memiliki waktu paruh eliminasi 2-8 jam dan 13,5 jam pada pasien geriatri. Bioavailabilitas pada pemakaian oral mencapai 40%-60% dan sekitar 78% terikat pada protein. Sebagian besar obat ini dimetabolisme dalam hati dan mengalami first-pass efect, namun beberapa dimetabolisme dalam paru-paru dan system ginjal, kemudian diekskresikan lewat urin.



Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan histamin (H1) dan asetilkolin (menghilangkan ingus saat flu). Hal ini memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi peradangan. Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nociceptors sehingga mengurangi sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. Memberikan respon yang menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer untuk mengatasi gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat (efek sekunder).



Kerja antihistaminika H1 akan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1, dan tidak mempengaruhi histamin yang ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H2. Reseptor H1 terdapat di saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran



pernapasan. Difenhidramin bekerja sebagai agen antikolinergik (memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf parasimpatik), spasmolitik, anestetika lokal dan mempunyai efek sedatif terhadap sistem saraf pusat.



(http://www.doctorslounge.com/chest/drugs/antihistamines /diphenhydramine.htm)



a. Cara Kerja Difenhidramin Difenhidramin memiliki dua cara kerja di dalam tubuh yaitu sebagai : -



Kerja Antikolinoseptor, Kebanyakan antagonis H1, terutama dari subgrup etanolamin dan etilendiamin, mempunyai efek seperti atropin yang bermakna atas reseptor muskarinik perifer. Kerja ini mungkin bertanggung jawab bagi beberapa (bukan pasti) manfaat yang dilaporkan bagi rinore nonalergi tetapi bisa juga menyebabkan retensio urina dan kaburnya penglihatan.



-



Anstesi Lokal, Sebagian besar antagonis H1 merupakan anestesi lokal yang efektif. Ia menghambat saluran natrium pada membran yang dapat dirangsang dengan cara yang sama seperti prokain dan lidokain. Sebernarnya difenhidramin dan prometazin lebih kuat sebagai anestesi lokal daripada prokain. Kadang- kadang dipakai untuk menimbulkan anestesi lokal pada penderita yang alergi terhadap obat anestesi lokal konvensional.



b. Indikasi Di dalam tubuh difenhidramin memiliki berbagai indikasi antara lain yaitu : -



Reaksi Alergi: Obat antihistamin H1 sering merupakan obat pertama yang dipakai untuk mencegah reaksi alergi atau untuk mengobati gejalanya. Pada rinitis alrgika atau urtikaria, tempaat histamin merupakan zat perantara utama, antagonis H1 merupakan obat ini pilihan dan sering efektif.



-



Mabuk dan Gangguan Keseimbangan: Skopolamin dan antagonis H1 tertentu merupakan obat terefektif yang tersedia untuk mencegah mabuk. Obat antihistamin dengan kemampuan terbesar untuk pemakaian ini adalah difenhidramin dan prometazin.



-



Mual dan Muntah pada Kehamilan: Beberapa obat antagonis H1 tealah diselidiki bagi kemungkinan penggunaan untuk mengobati “morning sickness”. Turunan piperzin telah ditolak bagi poenggunaan seperti itu sewaktu terbukti mempunyai efek teratogenik pada rodensia. Doksilamin, suatu antagonis H1 etanolamin, telah dipromosikan untuk kegunaan ini sebagai suatu komponen bendectin, suatu obat resep yang juga mengandung piridoksin. (Katzung, 2004)



c. Kontra indikasi Kontra indikasi dari difenhidramin di dalam tubuh yaitu : -



Hipersensitif terhadap difenhidramin atau komponen lain dari formulasi; asthma akut karena aktivitas antikolinergik antagonis H1 dapat mengentalkan sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut;



-



Pada bayi baru lahir karena potensial menyebabkan kejang atau menstimulasi SSP paradoksikal.



(http://www.doctorslounge.com/chest/drugs/antihistamines /diphenhydramine.htm) d. Efek Samping Efek samping yang ditimbulkan dari difenhidramin yaitu : -



Sedasi.



-



Gangguan pada lambung-usus.



-



Efek anti muskarinik.



-



Hipotensi, lemah otot, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar, euforia (keadaan emosi yang gembira berlebihan), sakit kepala.



-



Perangsangan saraf pusat.



-



Reaksi alergi.



-



Kelainan Darah



e. Perhatian Difenhidramin tidak dapat digunakan pada pasien yang memilki : -



Glaukoma sudut tertutup.



-



Kehamilan.



-



Retensi urin, pembesaran prostat.



-



Pasien dengan lesi fokal pada korteks serebral.



-



Hindari mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.



-



Sensitifitas



silang



terhadap



obat-obat



yang



berkaitan.



Interaksi obat : alkohol, depressan susunan saraf pusat, antikolinergik, obat-obat penghambat mono amin oksidase. f. Hal yang perlu diperhatikan Hal-hal yang harus diperhatikan setelah mengkonsumsi atau menggunakan difenhidramin yaitu : -



Obat ini menyebabkan mengantuk. Jika menggunakan obat ini, jangan mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin.



-



Jangan digunakan bersama obat influenza yang mengandung antihistamin.



-



Agar dikonsultasikan dengan dokter atau unit pelayanan kesehatan terlebih dahulu apabila digunakan pada : 1. penderita asma, karena dapat mengurangi sekresi dan mengentalkan dahak. 2. wanita hamil, menyusui dan anak