4 - BAB IV Dan V [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian tentang “ Perilaku Caring Perawat Berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada Perawat di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto” yang dilakukan pada tanggal 11 April sampai 20 Mei 2021 dengan jumlah sampel 106 responden didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto (n: 106) Variabel 1. Usia a. Remaja Akhir b. Dewasa Awal c. Dewasa Akhir 2. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 3. Pendidikan a. Tidak Sekolah b. Pendidikan. Dasar c. Pendidikan Menengah d. Pendidikan Tinggi 4. Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak Bekerja Total



Frekuensi (f)



Persentase (%)



15 62 29



14.1 58.5 27.4



62 44



58.5 41.5



0 41 52 13



0 38.6 49.1 12.3



49 57 106



46.2 53.8 100



Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki usia kategori dewasa awal sebanyak 62 responden (58.5%), memiliki jenis



40



41



kelamin laki-laki sebanyak 62 responden (58.5%), memiliki pendidikan menengah sebanyak 52 responden (49,1%) dan tidak bekerja sebanyak 57 responden (53.8%). 2. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek perilaku caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada Aspek Perilaku Caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto (n: 106) Perilaku Caring Baik Cukup Kurang Total



Frekuensi (f) 43 60 3 106



Persentase (%) 40.6 56.6 2.8 100



Tabel 4.2 menunjukkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa perilaku caring perawat dalam kategori cukup sebanyak 60 responden (56.6%). 3. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek lingkungan caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada Aspek Lingkungan Caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto (n: 106) Lingkungan Caring Baik Cukup Kurang Total



Frekuensi (f) 51 55 0 106



Persentase (%) 48.1 51.9 0 100



42



Tabel 4.3 menunjukkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa lingkungan caring di IGD dalam kategori cukup sebanyak 55 responden (51.9%). 4. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek administrasi caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada Aspek Administrasi Caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto (n: 106) Administrasi Caring Baik Cukup Kurang Total



Frekuensi (f) 45 61 0 106



Persentase (%) 42.5 57.5 0 100



Tabel 4.4 menunjukkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa administrasi caring di IGD dalam kategori cukup sebanyak 61 responden (57.5%).



B. PEMBAHASAN 1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden berada pada kategori dewasa (58.5%), menurut asumsi peneliti responden dengan usia dewasa memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian secara objektif terhadap pengalaman mendapatkan caring perawat selama menjalani perawatan di IGD. Penelitian ini mengambil pasien dengan



43



kelompok usia remaja akhir sampai dengan dewasa akhir hal ini dikarenakan semakin tua usia pasien maka cenderung memiliki harapan yang tinggi untuk mendapatkan perhatian sehingga hal tersebut dapat memengaruhi proses penilaian caring perawat di IGD. Hal ii didukung dengan pendapat DeVOe et al ., (2012) dimana usia berhubungan dengan kebutuhan caring pasien dan perilaku caring. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan usia yang signifikan untuk setiap pernyataan kebutuhan caring dan perilaku caring. Semakin tua usia pasien, semakin besar pentingnya perilaku caring perawat dan kebutuhan caring. Orang tua umumnya merasa rentan dan sangat sensitif terhadap bantuan yang diterimanya selama dirinya dirawat Hasil penelitian diketahui sebagian besar pasien memiliki jenis kelamin laki-laki (58.5%) Menurut peneliti jenis kelamin memiliki pengaruh pada pandangan terhadap perawatan yang diterima. Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara detail, sementara laki laki kurang memperhatikan itu. Laki-laki kurang memperhatikan dan tidak terlalu memikirkan sesuatu apabila tidak merugikannya, sedangkan perempuan lebih memperhatikan hal-hal kecil. Jenis kelamin memiliki pengaruh pada pandangan terhadap jasa yang diberikan. Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara detail, sementara laki-laki tidak mengindahkan hal tersebut. Cara mengelola hubungan untuk kaum laki-laki, mereka cenderung lebih cuek dengan hal yang dikemukakan oleh perempuan, karena itu mereka dianggap lebih fleksibel dibandingkan perempuan.



44



Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah menengah (49.1%), menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini akan mempengaruhi proses penilaian perilaku caring selama menjalani perawatan di IGD. Hal ini didukung dengan pernyataan Radwin (2013) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki pasien, maka semakin tinggi pula tuntutan perawatan atau pelayanan yang diinginkan oleh pasien tersebut. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang didapatkan dari Sukesi (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa responden yang memiliki pendidikan rendah tidak banyak menuntut dan setiap orang beda dalam tingkat keingintahuan mengenai penyakit yang dideritanya secara lebih spesifik. Penelitian ini didukung dengan penelitian Sabrina (2016) pendidikan terakhir pasien di IGD terbanyak adalah SLTA/SMK sebanyak 30 responden (38%). Penelitian ini didukung dengan penelitian Laith (2015) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan. Penelitian lain yaitu penelitian Yesil (2015), yang membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pasien, dimana pasien dengan pendidikan rendah memiliki kepuasan yang tinggi dibandingkan dengan pasien dengan pendidikan tinggi.



45



2. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek perilaku caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa perilaku caring perawat dalam kategori cukup sebanyak 60 responden (56.6%) (Tabel 4.2). Peneliti berpendapat bahwa pasien mempersepsikan perilaku caring perawat cukup karena pasien merasakan pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah sesuai dengan yang mereka inginkan dan pasien juga tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi dengan pelayanan



keperawatan.



menyebutkan



bahwa



Subekti



pasien



(2016)



berupaya



dalam



penelitiannya



juga



mencari



pengobatan



untuk



mengharapkan kesembuhan, untuk memperoleh kesembuhan diperlukan adanya obat. Hasil ini sejalan dengan penelitian Firmansyah (2019) diketahui 52,1% klien menilai perilaku caring perawat cukup. Menurut Martauli & Afifah (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa perilaku caring yang baik akan berpengaruh pada rumah sakit karena pelayanan yang diberikan oleh perawat berupa caring akan meningkatkan mutu dan kualitas rumah sakit, dan perawat yang sudah didasari dengan perilaku caring akan berpengaruh penting pada profesionalisme keperawatan. Hasil penelitian diketahui bahwa skor tertinggi jawaban responden terdapat pada soal no 1 yaitu tentang penerimaan pasien secara cepat dan pada no 11 yaitu tentang pelayanan kepada pasien secara ramah. Menurut



46



asumsi peneliti hal ini menunjukkan bahwa perawat di IGD memiliki sikap peduli (respect) dan menghormati pasien. Sikap respect atau perhatian yang diberikan oleh perawat merupakan suatu sikap dan pendekatan yang berarti memperlakukan pasien sebagai sesama manusia yang mempunyai kebutuhan lebih karena penyakit yang dideritanya.



Hasil ini didukung



dengan hasil penelitian Rozalina (2017) bahwa perilaku caring perawat di ruang Melati berdasarkan aspek Respectful deference to the other mayoritas responden mengatakan perilaku caring perawat baik dengan frekuensi sebanyak 36 responden (81,8%). Sikap ramah perawat terhadap pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat menciptakan hubungan positif antara pasien dengan perawat. Ridwansyah (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa antara perawat dengan pasien harus terjalin hubungan yang baik, karena hubungan antar perawat dengan pasien merupakan suatu bahan untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan pasien sedang berinteraksi. Perawat yang menerapkan hubungan yang positif dengan pasien, maka akan terciptanya lingkungan yang nyaman bagi pasien itu sendiri maupun bagi perawat. Perawat yang menerapkan hubungan yang positif dengan pasiennya maka tingkat kesembuhan pasiennya juga akan lebih meningkat dibandingkan dengan perawat yang tidak menerapkan hubungan yang positif antara pasien dan perawat. Djoko (2013) mengungkapkan bahwa keramahtamahan merupakan bagian dari perilaku caring yang sangat utama, perawat juga harus



47



memberikan pelayanan yang tulus dalam hal sekecil apapun, yang dimaksud adalah sebuah senyuman yang diberikan pada pasiennya. Hal ini di dukung oleh Rozalina (2017) menunjukan bahwa penilaian perilaku caring perawat berdasarkan aspek Attentive to the other’s experience adalah mayoritas responden memberikan penilaian caring baik yaitu sebanyak 35 responden (79,5%) Hasil penelitian juga diketahui bahwa terdapat skor terendah pada soal no 8 yaitu tentang pemberian informasi setelah kondisi pasien stabil, menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan selama proses pengambilan data responden datang ke IGD dengan ditemani keluarga dan perawat menjelaskan kondisi dan perkembangan pasien kepada keluarga terlebih dahulu sehingga pasien menilai hal tersebut kurang. Hasil penelitian didukung dengan pendapat Trimurti (2018), yang menyatakan bahwa penilaian jasa pelayanan kesehatan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, empati dan keramah tamahan petugas dalam melayani pasien dalam kesembuhan penyakit yang diderita oleh pasien serta kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan / pasien.



48



3. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek lingkungan caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa lingkungan caring di IGD dalam kategori cukup sebanyak 55 responden (51.9%) (Tabel 4.3). Hasil penelitian diketahui bahwa skor tertinggi jawaban responden terdapat pada soal 35 yaitu tentang keamanan pasien dari risiko jatuh, menurut asumsi peneliti keamanan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem yang harus diterapkan dengan baik. Penerapan keamanan pasien yang baik membuat penerapan caring pada aspek lingkungan menjadi lebih baik dan dapat menunjang proses pemberian asuhan keperawatan. Arini et al., (2017) menyatakan bahwa keselamatan pasien (patient safety) masih menjadi isu global yang paling penting berdasarkan laporan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi. Enns & Sawatzky (2016) menyatakan jika lingkungan kerja di unit gawat darurat memiliki kondisi kerja yang unik bagi perawat seperti pola kerja yang memerlukan kecekatan dan ketelitian, peningkatan rasio pasienperawat yang berubah-ubah, kepadatan kunjungan pasien, dan tingkat pergantian karyawan yang tinggi. Selain di tuntut dengan kondisi kerja yang memerlukan kecekatan dan ketelitian, perawat yang bekerja di unit gawat darurat sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya harus mampu bersikap



49



caring, sehingga diberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien (Angelina, Kumaat & Mulyadi, 2015). Aspek caring pada pasien di IGD tidak hanya pada aspek perilaku perawat saja akan tetapi aspek lingkungan yang kondusif dapat mendukung perawat untuk dapat menerapkan perilaku caring yang baik. Hal ini didukung dengan pendapat Wahyuni (2018) bahwa lingkungan baik internal maupun eksternal berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien. Lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Manifestasi perilaku caring berdasarkan lingkungan internal adalah klien difasilitasi bertemu dengan pemuka agama, bersedia menghubungi keluarga yang ingin ditemui oleh pasien. Perilaku caring berdasarkan lingkungan eksternal adalah sediakan tempat tidur yang rapi dan bersih, menjaga ketertiban ruang perawatan dan kebersihannya. Hasil penelitian juga diketahui bahwa terdapat skor terendah yaitu pada soal no 32 tentang jauhnya tempat ibadah dari IGD, menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan proses perawatan di IGD yang cepat dan pasien di IGD juga tidak berlangsung lama sehingga hal tersebut membuat fasilitas rumah sakit seperti tempat ibadah, kantin, dll lebih dekat dengan ruang pelayanan rawat inap dibandingkan dengan IGD. Alligood (2016) menambahkan jika pemberian lingkungan mental, fisik, sosial dan spiritual yang didukung, dilindungi dan/atau diperbaiki merupakan peran seorang perawat terhadap lingkungan. Penekanan hubungan antara seseorang dan lingkungan dapat menjadi ruang penyembuhan yang dipakai untuk



50



menolong orang melampaui penyakit, nyeri dan penderitaannya. Celia (2014) menambahkan jika aspek lingkungan fisik, sosial dan spiritual merupakan aspek terpenting dalam perilaku caring perawat di IGD. 4. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek administrasi caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto Hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh pasien di IGD mengatakan bahwa administrasi caring di IGD dalam kategori cukup sebanyak 61 responden (57.5%) (Tabel 4.4). Berdasarkan hasil penelitian Suroso (2018) tentang sepuluh caring yang dibutuhkan di unit gawat darurat, yang dibagi dalam 3 tema. Salah satu temanya adalah caring administrasi yang memiliki 4 kategori yaitu kejelasan dan kemudahan administrasi, waktu tunggu untuk perawatan dan informasi pindah ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor tertinggi terdapat pada soal no 40 yaitu terdapat alur pelayanan yang jelas, menurut peneliti hal ini menjadi penting dikarenakan hal ini dpaat membantu pasien atau keluarga untuk memperoleh kemudahan dalam proses pengurusan administrasi. Perilaku administrasi di IGD merupakan hal yang dapat mendukung dalam proses perilaku caring kepada pasien. Watson (2006) dalam Fedora (2019) menyatakan jika praktik administratif dan model bisnis melingkupi konsep caring, bahkan di lingkungan pelayanan kesehatan dengan tingkat keakutan yang tinggi, lama rawat yang singkat, teknologi yang makin



51



kompleks, dan harapan yang makin meningkat terhadap “tugas” keperawatan. Untuk itu dibutuhkan solusi untuk reformasi sistem pelayanan kesehatan pada tingkat yang mendalam dan etis, agar perawat mampu mengikuti model praktik keperawatan profesionalnya sendiri ketimbang solusi jangka pendek seperti menambah jumlah tempat tidur, bonus, dan/ atau insentif pemindahan perawat. Hasil penelitian juga diketahui bahwa skor terendah pada soal no 43 yaitu tentang prosedur penerimaan pasien yang lama, menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena proses pelayanan di IGD harus cepat dan tepat sedangkan rasio pasien dan perawat sering tidak seimbang sehingga hal tersebut dapat memengaruhi proses penerimaan pasien.



52



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto sebagian besar memiliki usia kategori dewasa awal (58.4%), memiliki jenis kelamin laki-laki (58.5%), memiliki pendidikan menengah (49,1%) dan tidak bekerja (53.8%). 2. Perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek perilaku caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto lebih dari separuh pasien mengatakan dalam kategori cukup (56.6%). 3. Perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek lingkungan caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto lebih dari separuh pasien mengatakan dalam kategori cukup (51.9%). 4. Perilaku caring perawat berdasarkan Gadar Caring Scale 46 (GCS-46) pada aspek administrasi caring di IGD RST Wijayakusuma Purwokerto lebih dari separuh pasien mengatakan dalam kategori cukup (57.5%.



B. SARAN 1. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan yang telah dicapai oleh Rumah Sakit sehingga dapat memberi sumbang dan saran



53



untuk intervensi terbaik dalam pelayanan kepada pasien yang terkait perilaku caring. 2. Bagi Perawat Diharapkan



dapat



mempertahankan



dan



membangun



hubungan



interpersonal dengan pasien dengan lebih baik, seorang perawat harus dapat menempatkan caring sebagai hal yang pokok dan utama didalam praktek keperawatan yang harus terus diperjuangkan oleh perawat secara terus menerus dengan selalu mengajarkan serta melakukan sosialisasi tentang konsep caring kepada masyarakat dengan baik dalam praktik keperawatan dan pelatihan kesehatan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perilaku cairng pada perawat di IGD diharapkan pada peneliti selanjutnya melakukan perluasan materi.