A.16.intranatal Care [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P DENGAN DIAGNOSA MEDIS KELAHIRAN NORMAL DI PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKARAYA



OLEH :



NAMA :



Hepi Nopita Sari



NIM



2019.C.11a.1011



:



YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2021/2022



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama



: Hepi Nopita Sari



NIM



: 2019.C.11a.1011



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul



: Asuhan Keperawatan Pada Ny.P Dengan Diagnosa Medis Kelahiran Normal Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk



menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik



Isnawiranti, S.Kep.,Ners



Pembimbing Lahan



Hesti Warastuti Luwarsih., S.Kep.,Ners



i



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.P Dengan Diagnosa Medis Persalianan Normal Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya” Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Isnawiranti, S.Kep.,Ners



selaku pembimbing akademik yang telah



banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini 4.



Ibu Hesti Warastuti Luwarsih., S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



5.



Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.



6.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 19 Oktober 2021



Hepi Nopita Sari



ii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4 2.1 Konsep Dasar Intranatal....................................................................................4 2.1.1



Definisi Intranatal....................................................................................4



2.1.2



Anatomi Fisologi.....................................................................................4



2.1.3



Etiologi....................................................................................................8



2.1.4



Klasifikasi................................................................................................9



2.1.5



Patosiologi (WOC) ...............................................................................12



2.1.6



Manifestasi Klinis .................................................................................15



2.1.7



Komplikasi ...........................................................................................15



2.1.8



Pemerikasaan Penunjang ......................................................................17



2.1.9



Penatalaksanaan Medis .........................................................................17



2.2 Konsep Nyeri Persalinan..................................................................................18 2.2.1 Pengertian Persalianan.............................................................................18 2.2.2. Etiologi Nyeri Persalinan........................................................................19 2.2.3 Mekanisme Persalinan..............................................................................20 2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan........................................21 2.2.5 Konsep Dasar Nyeri Kala IV....................................................................24 2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................27 2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................28 2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................34 2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................35 2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................41 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................41



iii



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................42 3.1



Pengkajian ...................................................................................................42



3.2



Diagnosa ......................................................................................................51



3.3



Intervensi .....................................................................................................54



3.4



Implementasi ...............................................................................................57



3.5



Evaluasi .......................................................................................................57



BAB 4 PENUTUP ................................................................................................59 4.1



Kesimpulan .................................................................................................59



4.2



Saran ............................................................................................................59



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60



iv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Intranatal atau persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi



yang dapat hidup di luar rahim. Proses pengeluaran produk konsepsi dapat dilakukan melalui jalan lahir biasa atau pembedahan, momentum kelahiran janin dimulai sejak akhir kala I hingga kala IV. Nyeri persalinan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, dikarenakan adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan penipisan, dilatasi pada serviks dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dimana puncak nyeri terjadi pada kala I fase aktif. Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang normal yang akan dialami oleh setiap wanita, dan bukan suatu penyakit yang harus dihindari sehingga menimbulkan ketakutan. Proses persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan mencemaskan bagi wanita, apalagi jika persalinan tersebut merupakan persalinan pertamanya. Saat mengetahui dirinya hamil ibu harus beradaptasi dengan berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisik sampai perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi emosinya. Setelah dihadapkan dengan perubahanperubahan saat hamil sekarang ibu mulai dihadapkan dengan proses persalinannya, dan pastilah bagi para calon ibu yang baru pertama kali hamil mereka belum mengetahui apa yang harus dilakukan saat persalinan terjadi nanti, mulai dari bagaimana cara mengejan yang baik dan berbagai kecemasan lain yang akan dihadapinya nanti. Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil). Kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 26,33%, dan pada waktu persalinan sebesar 12,76 % ( Profil Kesehatan, 2015). Faktor dari ibu yang bisa mempercepat proses persalinan adalah kekuatan his, efektifitas kontraksi dari rahim dan regularitas. Sedangkan dari janin adalah ukuran bayi, letak bayi dan posisi bayi yang akan melewati jalan lahir (Sumarah, 2018). Kondisi ini yang dapat mempengaruhi lamanya persalinan pada kala I.



1



Adapun lama persalinan yang terjadi pada kala I salah satunya juga dapat dipengaruhi oleh riwayat persalinan sebelumnya pada waktu primigravida dan multigravida. Persalinan pada primigravida lama persalinan kala I mempunyai durasi yang lebih lama dibanding dengan multigravida dimana lama persalinan pada kala I pada primigravida yaitu serviks membuka 1cm/jam Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian Intranatal Pada Primigravida, khususnya di Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat di timbulkan, maka saya tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Intranatal Pada Primigravida dan asuhan keperawatan. 1.2



Rumusan Masalah Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Maternitas pada Ny.N di



Puskesmas Pahandut Palangkaraya dengan diagnose medis G3P4A1 Persalinan Normal. 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Intranatal. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan Intranatal. 1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan Intranatal. 1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada pasien dengan Intranatal. 1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi pada pasien dengan Intranatal. 1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Intranatal. 1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan Intranatal. 1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Intranatal



2



1.3.2.8



Manfaat



1.3.2.9



1.4.1 Bagi Mahasiswa



1.3.2.10



Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu



pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.3.2.11



1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga



1.3.2.12



Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan



Intranatal secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.3.2.13



1.4.3 Bagi Institusi



1.3.2.14



3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan



1.3.2.15



Sebagai sumber bacaan tentang Intranatal Pada Primigravida dan



Asuhan Keperawatannya. 1.3.2.16



3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit



1.3.2.17



Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan



Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Intranatal melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.3.2.18



1.4.4 Bagi IPTEK



1.3.2.19



Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat



yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan Intranatal yang berguna bagi status kesembuhan klien.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Intranatal Pada Primigravida



Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (JNPKRMNH, Dep.kes RI, 2012). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu) ,lahir spontan dengan presentabelakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin.(Wiknjosastro,2011). Primigravida adalah seorang wanita yang sedang mengalami kehamilan pertama (Cunningham, 2016). Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi Intranatal Pada Primigravida adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain pada wanita yang baru pertama kali hamil. 2.1.2 Anatomi Fisiologi Alat/organ reproduksi wanita terdiri atas alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal (sampai vagina) berfungsi sebagai kopulasi, sedangkan Internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. 2.1.2.1 Genetalian eksternal



4



Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina. 1. Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. 2. Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisur posterior). 3. Labia minora Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. 4. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. 5. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium



urethrae



externum,



introitus



vaginae,



ductus



glandulae



Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. 6. Introitus / orificium vagina Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang



5



menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna. 7. Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. 8. Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot- otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur. 2.1.2.2 Genetalia internal Uterus adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi



6



dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. 1. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. 2. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum



latum



uteri



di



intraabdomen,



tengah



lapisan



muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita. 3. Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,



ligamentum



ovarii,



ligamentum



sacrouterina



propium,



ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. 4. Vaskularisasi uterus



7



Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. 5. Salping / Tuba Falopii Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari atas pars isthmica (proksimal/isthmus) merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet; pars ampularis (medial/ampula) merupakan tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini ; pars infundibulum (distal) yang dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba ; serta mesosalping yaitu jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus). 6. Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum Vaskularisasi



infundibulopelvicum



dan



jaringan



ikat



mesovarium.



dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri



renalis. 2.1.3 Etiologi



8



Penyebab terjadinya persalinan adalah : 2.1.3.1 Teori penurunan hormon. 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang



otot–otot



polos



rahim



dan



akan



menyebabkan



kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. 2.1.3.2 Teori prostaglandine. Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang terjadinya kontraksi yang menyebabkan peristiwa persalinan. 2.1.3.3 Teori oksitosin. Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari glandula pituitaria posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada akhir kehamilan juga dipercaya merangsang pelepasan oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus. 2.1.3.4 Teori distensi rahim. Pembesaran dan perenggangann rahim oleh isi rahim yang semakin membesar menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi utero plasenta terganggu dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2014). 2.1.4 Klasifikasi Jenis persalinan yang aman tentu menjadi pertimbangan untuk ibu hamil tua, apalagi bagi mereka yang menginginkan untuk persalinan normal (Prawirohardjo, 2012). 2.1.4.1 Persalinan normal Persalinan normal adalah jenis persalinan dimana bayi lahir melalui vagina, tanpa memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), dan biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan mengejan ibu, akan mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul, maka posisi kepala sedikit menekuk menyebabkan dagu dekat dengan dada janin. Posisi janin ini akan memudahkan kepala lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan



9



beberapa gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah kepala janin keluar, bagian tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki buah hati anda. 2.1.4.2 Persalinan dengan vakum (ekstrasi vakum) Proses persalinan dengan alat bantu vakum adalah dengan meletakan alat di kepala janin dan dimungkinkan untuk dilakukan penarikan, tentu dengan sangat hati-hati. Persalinan ini juga disarankan untuk ibu hamil yang mengalami hipertensi. Persalinan vakum bisa dilakukan apabila panggul ibu cukup lebar, ukuran janin tidak terlalu besar, pembukaan sudah sempurna, dan kepala janin sudah masuk ke dalam dasar panggul. 2.1.4.3 Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep) Persalinan forsep adalah persalinan yang menggunakan alat bangu yang terbuat dari logam dengan bentuk mirip sendok. Persalinan ini bisa dilakukan pada ibu yang tidak bisa mengejan karena keracunan kehamilan, asma, penyakit jantung atau ibu hamil mengalami darah tinggi. Memang persalinan ini lebih berisiko apabila dibandingkan persalinan dengan bantuan vakum. Namun bisa menjadi alternatif apabila persalinan vakum tidak bisa dilakukan, dan anda tidak ingin melakukan persalinan caesar. 2.1.4.4 Persalinan dengan operasi sectio caesarea Persalinan sectio caesarea adalah jenis persalinan yang menjadi solusi akhir, apabila proses persalinan normal dan penggunaan alat bantu sudah tidak lagi bisa dilakukan untuk mengeluarkan janin dari dalam kandungan. Persalinan ini adalah dengan cara mengeluarkan janin dengan cara merobek



perut



dan



rahim,



sehingga



memungkinkan



dilakukan



pengambilan janin dari robekan tersebut. 2.1.4.5 Persalinan di dalam air (water birth) Melahirkan di dalam air (water birth) nadalah jenis persalinan dengan menggunakan bantuan air saat proses peralinan. Ketika sudah mengalami pembukaan sempurna, maka ibu hamil masuk ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 36-37 Celcius. Setelah bayi lahir, maka secara pelan-pelan diangkat dengan tujuan agar tidak merasakan perubahan suhu yang ekstrem. 2.1.4.6 Kala I (pembukaan serviks).



10



Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks (effacement) terlebih dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi), sedangkan pada multigravida pendataran serviks dan pembukaan dapat terjadi bersamaan (Cunningham, 2016). Kala 1 terdapat 2 fase : 1. Fase laten. Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada pembukaan leher rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang perlahan makin nyeri dan sering serta makin lama, sejak pembukaan 0cm–3cm umumnya berjalan lambat. Fase laten terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5 jam pada multigravida. Pencatatan kondisi selama fase laten (JNPK-KR, 2017) : a



Denyut jantung janin setiap ½ jam.



b



Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam.



c



Nadi setiap ½ jam.



d



Pembukaan serviks setiap 4 jam.



e



Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam.



2. Fase aktif Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam pada primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai turun kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan untuk mengejan. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase : a



Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).



b



Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).



c



Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).



2.1.4.7 Kala II (Pengeluaran janin) Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama ± 2 – 3 menit sekali. Kepala janin mulai turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot–otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau BAB dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Pada ibu primigravida dianjurkan melakukan episiotomi agar tidak terjadi robekan (rupture uteri). Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan



11



janin. Kala II pada primigravida terjadi selama ± 1½ - 2 jam, sedangkan pada multigravida ± ½ - 1 jam. 2.1.4.8 Kala III (Pengeluaran plasenta) Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi pusat. 5 – 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan merasakan sakit, rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari perlekatanya dirahim. Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan keluar dengan spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah itu plasenta akan diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap (jika masih ada jaringan plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat terjadi perdarahan). Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam, pada multigravida ±¼ jam. 2.1.4.9 Kala IV (Pengawasan) Dilakukan selama 1 – 2 jam setelah persalinan dan pengeluaran plasenta. Tujuanya adalah untuk mengawasi kondisi ibu terutama terhadap bahaya pendarahan post partum. Lama proses persalinan pada primigravida 14,5 jam, sedangkan pada multigravida 7,5 jam. 2.1.5 Patofisiologi Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otototot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun. Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim. Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus. Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta. Partus dapat pula ditimbulkan dengan: 2.1.5.1 Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis serviks dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.



12



2.1.5.2 Amniotomi: pemecahan ketuban. 2.1.5.3 Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus.



13



WOC INTRANATAL Kadar progesteron turun



Kadar dalam ketuban meningkat



Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (JNPK- RMNH, Dep.kes RI, 2012).



1. 2. 3. 4. 5.



Kontraksi



Primigravida adalah seorang wanita yang sedang mengalami kehamilan pertama (Cunningham, 2016).



B2 ( BLOOD )



B3 ( BRAIN )



Nafas mulut



Meningkatnya metabolisme



Kejang pada pembuluh darah



Bernapas meggunakan mulut



Reson terhadap rangsangan nyeri



Asupan cairan berkurang



Hipoksia jaringan janin



MK : Gangguan Pertukaran Gas



Jenis-jenis persalinan : Persalinan normal Persalinan dengan vakum (ekstrasi vakum) Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep) Persalinan dengan operasi sectio caesarea Persalinan di dalam air (water birth)



INTRANATAL



B1 ( BREATHING )



Sirkulasi O2 maternal ↓



Tekanan pada serviks



Oksitosin meningkat



Kadar aliran darah menurun



Aliran balik vena menurun



MK : Risiko Penurunan Curah Jantung



B5 ( BOWEL )



B6 ( BONE )



Penurunan saraf otonom



Bayi lahir



Penurunan saraf vegetatif



Terjadi laserasi



Penurunan peristaltik usus



Trauma jaringan kulit



B4 ( BLADDER )



MK : Nyeri Akut



Dehidrasi



Ketidaknyamanan



MK : Risiko



k



MK : Risiko Konstipasi



MK : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan



Ketidalseimbangan Cairan Kebersihan pada luka kurang



MK : Gangguan Pola MK : Ansietas



Kurang terpapar informasi



Tidur MK : Gangguan



MK : Defisit Pengetahuan



14



Integritas Kulit



Peradangan



2.1.5 Manifestasi Klinis 1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum persalinan adalah : a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan, sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai. b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus. e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2014). 2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan adalah : a. Terjadinya his persalinan yang bersifat : 1. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan. 2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar. 3. Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar. b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian. d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2014). 2.1.6 Komplikasi Berdasarkan data yang diperoleh, persalinan merupakan masalah yang sangat mempengaruhi tingkat kematian pada ibu yangmasih sangat tinggi. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh komplikasi yang terjadi pada saat persalinan, komplikasi terjadi karena adanya beberapa faktor yang terkait seperti paritas tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan riwayat paritas tinggi salah satunya yaitu kemungkinan



15



terjadinya perdarahan, preeklampsi, berat badan lahir rendah (BBLR), ketuban pecah dini. Paritas merupakan faktor resiko komplikasi obstetric, maka dari itu ibu hamil dengan paritas tinggi cenderung mengalami perdarahan postpartum, perdarahan tersebut biasanya terjadi karena atonia uteri atau retensio plasenta. Ibu yag pertama kali hamil sangat termotivasi dalam hal peningkatan kesehatan kehamilannya, sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman. a. Perdarahan Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan janin dan dapat terjadi sebelum atau setelah plasenta lahir dengan jumlah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah persalinan spontan dan 1000 ml pada persalinan seksio caesarea. Perdarahan pasca persalinan yaitu : perdarahan pasca persalinan primer yaitu yang terjadi kala tiga atau dalam waktu 24 jam pertama setelah melahirkan biasanya disebabkan atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Sedangkan perdarahan pasca persalinan sekunder yaitu yang terjado setelah 24 jam atau perdarahan yang berlebihan antara 24 jam, 6 minggu sampai dengaan 12 minggu setelah melahirkan. Salah satu faktor penyebab perdarahan pada ibu riwayat paritas tinggi yaitu atonia uteri. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi Rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir danseorang ibuyang berulang kali melahirkan maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir. Hal tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. b. Ketuban pecah dini Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan, khamilan yang terlalu sering mempengaruhi proses embrogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering



16



terjadi pada multipara karena penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya jaringan ikat vaskularisasi dan serviks yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu(Sumadi, dkk, 2013: 36-37). 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Rekaman kardiotogravi. Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta kemajuan persalinan. 2. Partograf. Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu



petugas



kesehatan



dan



mengambil



keputusan



dalam



penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan mulut rahim 4 cm (fase aktif). 3. Ultrasonografi (USG). Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan (Endjun, 2014). 2.1.8 Penatalaksanaan Medis 1. Pemberian obat penghilang rasa sakit, misalnya : a. Pethidin. Biasanya disuntikan dibagian paha atau pantat. Obat ini akan membuat tenang , rileks, malas bergerak dan terasa agak mengantuk tetapi tetap sadar. Obat ini akan bereaksi 20 menit setelah disuntikan, kemudian akan bekerja selama 2 – 3 jam dan biasanya diberikan pada kala 1. Obat ini diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang kuat. b. Anastesi epidural. Metode ini paling sering digunakan, karena memungkinkan pasien untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat ini disuntikan pada rongga kosong tipis diantara tulang punggung bagian bawah. Selanjutnya akan dipasang kateter (selang kecil) untuk mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf



17



tubuh bagian bawah mati rasa selama 2 jam sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh pada kala 2 persalinan, jika tidak ibu harus mengejan lebih lama. c. Etonox. Menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, efeknya lebih ringan dari pada epidural. d. TENS (Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation). Alat ini dipilih jika ingin rasa sakit hilang tanpa obat. Mesin ini merupakan stesor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim arus listrik kepunggung yang aliranya bisa diatur. e. Intrathecal Labour Analgesia (ILA). Obat ini disuntikan diintathecal, suatu daerah diatas epidural. Kelebihan ILA dibanding epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah digunakan, dan biayanya lebih murah. 2. Pemberian oksitosin. Diberikan pada kala 3. Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk merangsanga rahim berkontraksi yang juga mempercepat lahirnya plasenta. Oksitosin diberikan secara intramuskuler dalam 2 menit setelah bayi lahir denagn dosis 10 IU (Endjun, 2014). 2.2



Konsep Nyeri Persalinan



2.2.1 Pengertian Persalinan Nyeri adalah sesuatu yang bersifat universal dan merupakan keluhan yang bersifat umum pada sebagian besar manusia.Keberadaan nyeri merupakan isyarat, tanda dan bahaya yang terjadi pada manusia dan juga ditafsirkan sebagai ancaman atau gangguan terhadap integrvitas organisme yang bersangkutan. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim.Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kea rah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks).Dengan adanya pembukaan servik ini maka akan terjadi persalinan.Nyeri persalinan sebagai akibat kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu (Rukkiah,2009).



18



Nyeri merupakan rangsangan tidak enak yang menimbulkan rasa takut dan khawatir. Dalam persalinan, nyeri yang timbul mengakibatkan kekhawatiran dan biasanya menimbulkan rasa takut dan stress yang dapat mengakibatkan pengurangan aliran darah ibu-janin. Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim dan servik serta adanya iskhemia otot rahim.Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi.Nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif akibat timbulnya perubahan fungsi organ tubuh yang terlihat dalam menentukan kemajuan persalinan melalui jalan lahir. Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi keparahan nyeri itu sendiri. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan intensitas atau merujuk pada skala nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri. Contohnya, skala 0-10 (skala numerik), skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya.Intensitas nyeri rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS sebesar 6-7 sejajar dengan intensitas berat pada skala deskriptif.Intensitas nyeri persalinan pada primipara seringkali lebih berat daripada nyeri persalinan pada multipara. Hal itu karena multipara mengalami effecement (penipisan serviks) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primipara proses effecement biasanya menjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. 2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi. Penyebabnya meliputi: a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kontraksi.Gerakan otot ini menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim memanjang dan kemudian memendek. Servik juga akan melunak menipis dan mendatar kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin



19



akan menekan mulut rahim dan kemudian membukanya. Jadi, kontraksi merupakan upaya membuka jalan lahir. Intensitas rasa nyeri dari pembukaan sampai pembukaan sepuluh (10) akan bertambah tinggi dan semakin sering dengan kekuatan kontraksi dan tekanan bayi terhadap struktur panggul, diikuti regangan bahkan perobekan njalan lahir bagian bawah. Dari tidak adanya pembukaan sampai pembukaan 2 cm, rasa sakit/nyeri yang muncul rata-rata dua kali dalam sepuluh menit. Proses ini bisa berlangsung sekitar delapanjam. Rasa sakit pada pembukaan 3 cm sampai selanjutnya rata-rata 0,5-1 cm per jam. Makin lama, intensitas dan frekuensi nyeri makin sering dan makin bertambah kuat mendekati proses persalinan. b. Faktor Psikologis Rasa takut dan cemas berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri ini. Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan dan melahirkan.Hal ini karena ambang rangsang nyeri setiap orang berlainan dan subyektif sekali.Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang terasa kencang.Ada pula yang merasa tidak tahan mengalami nyeri.Beragamnya respons tersebut merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang dirasakan. 2.2.3. Mekanisme Nyeri Persalinan Mekanisme nyeri persalinan sebagai berikut: a. Membukanya mulut rahim Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh membukanya mulut rahim misalnya peregangan otot polos merupakan rangsangan yang cukup menimbulkan nyeri.Terdapat hubungan erat antara pembukaan mulut rahim dengan intensitas nyeri (makin menbuka makin nyeri), dan antara timbulnya rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi rahim (rasa nyeri terasa ± 15-30 detik setelah mulainya kontraksi). b. Kontraksi dan peregangan rahim Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf sewaktu rahim berkontraksi dan tergangnya rahim bagian bawah. c. Kontraksi mulut rahim Teori ini kurang dapat diterima, oleh karena jaringan mulur rahim sedikit mengandung jaringan otot.



20



d. Peregangan jalan lahir bagian bawah Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam proses persalinan. 2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut dan kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persalinan dan dukungan. a. Faktor Internal 1) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu primipara dan multipara kemungkinan akan merespons secara berbeda terhadap nyeri walaupun menghadapi kondisi yang sama, yaitu persalinan. Hal ini disebabkan ibu multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan sebelumnya. 2) Usia Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri. 3) Aktivitas fisik Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat. Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu mentoleransi rasa nyeri dan tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus saat relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontol keinginannya untuk meneran. 4) Kondisi psikologis



21



Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih. Salah satu mekanisme pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik. 5) Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan pada kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap yang berlangsung selama waktu pengalihan. 6) Lama persalinan Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan. Waktu persalinan bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan, akan menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama, serta meningkatkan kecemasan dan rasa nyeri pada ibu bersalin. 7) Posisi Maternal dan Fetal Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu, kontraksi



uterus



yang



tidak



efektif



dan



menyebabkan



sindrom



hipotensi



supinasi.Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena kava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan tekanan darah ibu dan penurunan suplai oksigen pada bayi.Dengan demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan persepsi nyeri.Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada area sacrum ibu disetiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat



22



melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan. b. Faktor Eksternal 1) Agama Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi psikologis yang relative stabil. 2) Lingkungan fisik Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai, bising, memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri. 37 3) Budaya Budaya tertentu akan mempengaruhi respons seseorang terhadap nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas, tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak perlu diekspresikan secara berlebihan. 4) Support sistem Tersedianya sarana dan support system yang baik dari lingkungan dalam mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat membantu mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat menghadapi persalinan. 5) Sosial ekonomi Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi rangsang nyeri yang dialami.Sering status ekonomi mengikuti keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan. 6) Komunikasi Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya, cara mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan dampak yang positif terhadap manajemen nyeri. Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat persalinan.



23



2.2.5 Konsep dasar nyeri kala IV 1) Fisiologi Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. 2) Evaluasi Uterus Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan



rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu



dilakukan Kompresi Bimanual ( Departemen Kesehatan RI, 2004). 3) Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher. 4) Laserasi dapat dikategorikan dalam : Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit). Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera. 5) Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum Indikasi Episiotomi - Gawat janin - Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep). - Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.



24



6) Tujuan Penjahitan - Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka. - Mencegah kehilangan darah. - Keuntungan Teknik Jelujur 7) Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang: - Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan. - Menggunakan sedikit jahitan. - Menggunakan selalu teknik aseptik. - Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu. 8) Penggunaan Anestesi Lokal - Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu). - Bidan lebih leluasa dalam penjahitan. - Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah). - Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi). - Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. 9) Tidak Dianjurkan Penggunaan Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek kerjanya). Nasehat Untuk Ibu Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu.Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan diantaranya: - Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih. - Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya. - Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin. - Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi. - Menganjurkan banyak minum.



25



- Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan. Pemantauan Kala IV Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum.Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa : - Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus. - Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat. - Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan. - Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi). - Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi. Tindakan dalam kala IV: - Mengikat tali pusat. - Memeriksa tinggi fundus uteri. - Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi. - Membersihkan ibu dari kotoran. - Memberikan cukup istirahat. - Menyusui segera. - Membantu ibu ke kamar mandi. - Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi. Pemantauan Lanjut Kala IV Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :



26



- Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan. - Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi. - Nadi - Pernafasan - Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin). - Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing). - Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik. Tanda Bahaya Kala IV Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya: - Demam. - Perdarahan aktif. - Bekuan darah banyak. - Bau busuk dari vagina. - Pusing. - Lemas luar biasa. - Kesulitan dalam menyusui. - Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa. 2.3



Manajemen Asuhan Keperawatan Intranatal Pada Primigravida Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami



dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari Pengertian diatas Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan



27



keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat, walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien, keluarga, kelompok, maupun komunitas. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang statusdan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Dermawan, 2012: 30). Proses keperawatan adalah aktifitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana, dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012: 15). Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada halaman ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawtan dengan elemen yang paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metode ilmiah. Proses keperawatan adalah cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan



diagnosa,



merencanakan



tindakan,



melaksnakan



tindakan,



serta



mengevaluasi asuhan keperawatan. 2.2.1 Pengkajian Menurut hidayat (2004 : 98), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien dengan Intranatal Pada Gravida adalah : 1. Pengkajian kala I a. Fase laten



28



1. Integritas ego : senang atau cemas 2. Nyeri atau ketidaknyamanan a.



Kontraksi regular, frekuensi, durasi, dan keparahan



b. Kontraksi ringan masing-masing 5-30 menit berkisar 10-30 detik 3. Keamanan : irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus 4. Seksualitas : a. Membrane makin tidak pecah. b. Cerviks dilatasi 0 – 4 cm bayi mungkin pada 0 ( primigravidarum ) atau dari 0 - ±2 cm ( multigravida ). c. Rabas vagina sedikit, mungkin lender merah muda (“ show”), kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir. b. Fase aktif 1. Aktivitas/istirahat : dapat menunjukan bukti kelelahan 2. Integritas ego : a. Dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan. b. Ketakutan tentang kemampuan pengendalian pernafasan dan atau melakukan teknik relaksasi. 3. Nyeri/kenyamanan: kontraksi sedang tiap 3,5 -5 menit berakhir 30-40 menit 4. Keamanan : a. Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada posisi vertex. b. Denyut jantung janin ( DJJ ) bervariasi dan perubahan periodik umumnya tramati pada respons terhadap kontraksi, palpasi abdominal, dan gerakan janin. 5. Seksualitas : a. Dilatasi serviks dari kira-kira 4 sampai 8 cm ( 1,5 cm/jam miltipara, 1,2 cm/jam nulipara ). b. Perdarahan dalam jumlah sedang. c. Janin turun ±1-2 cm dibawah tulang iskial. c. Fase transisi 1. Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien, nadi meningkat.



29



2. Integritas ego : a. Perilaku peka. b. Mungkin mengalami kesulitan mempertahankan control. c. Memerlukan pengingat tentang pernafasan. d. Mungkin amnestik, dapat menyatakan “saya tidak tahan lagi”. 3. Eliminasi : dorong untuk menghindari atau defekasi melalui fekal (janin pada posisi posterior). 4. Makanan/ cairan : terjadi mual muntah. 5. Nyeri / ketidaknyamanan : a. Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45- 60 detik. b. Ketidaknyamanan hebat pada area abdomen / sakral. c. Dapat menjadi sangat gelisah. d. Menggeliat-geliat karena nyeri / ketakutan.Tremor kaki dapat terjadi. 6. Keamanan : a. DJJ terdengar tepat diatas simphisis pubis. b. DJJ dapat menimbulkan deselerasi lambat ( sirkulasi uterus terganggu ) atau deselerasi awal. 7. Seksualitas : a. Dilatasi serviks dari 8-10 cm. b. Penurunan janin + 2 - +4 cm. c. Tampilan darah dalam jumlah berlebihan. 2. Pengkajian kala II a. Aktivitas / istirahat : 1. Laporan kelelahan. 2. Melaporkan



ketidakmampuan



melakukan



dorongan



sendiri/teknik relaksasi. 3. Letargi. 4. Lingkaran hitam di bawah mata. b. Sirkulasi : TD dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi c. Integritas Ego :



30



1. Respon



emosional



dapat di



rentang



dan



perasaan



fear/irritation/relief/ joy. 2. Dapat merasa kehilangan control atau sebaliknya seperti saat ini klien terlibat mengejan secara aktif. d. Eliminasi : 1. Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus. 2. Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan 3. Distensi kandung kemih mungkin ada, urin harus dikeluarkan selama upaya mendorong. e. Nyeri/ketidaknyamanan : 1. Dapat merintih atau meringis selama kontraksi. 2. Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat. 3. Melaporkan rasa terbakar / meregang dari perineum. 4. Kaki gemetar selama upaya mendorong. 5. Kontraksi uterus kuat, terjadi 1,5-2 menit masing-masing dan berakhir 60-90 detik. 6. Dapat melawan kontraksi, khusunya bila ia tidak berpartisipasi dalam kelas kelahiran anak. f. Pernafasan : frekuensi pernafasan meningkat. g. Keamanan : 1. Diaphoresis sering terjadi. 2. Bradikardia janin ( tampak saat deselerasi awal pada pemantau elektrik) dapat terjadi selama kontraksi ( kompresi kepala ). h. Seksualitas 1. Serviks dilatasi penuh ( 10 cm ) dan penonjolan 100 %. 2. Peningkatan perdarahan pervaginam. 3. Penonjolan rektum atau perineal dengan turunnya janin. 4. Membran dapat ruptur bila masih utuh. 5. Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kotraksi. 3. Pengkajian kala III



31



a. Aktivitas / istirahat : perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan b. Sirkulasi : 1. TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali normal dengan cepat. 2. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anestesi. 3. Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung. c. Makanan / cairan : kehilangan darah normal 250-300cc. d. Nyeri / ketidaknyamanan : dapat mengelih tremor kaki/menggigil. e. Keamanan : 1. Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. 2. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada. f. Seksualitas : 1. Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium, biasanya 1-5 mnt setelah melahirkan bayi. 2. Tali pusat memanjang pada muara vagina. 4. Pengkajian kala IV a. Aktivitas/istirahat



:



dapat



tampak



berenergi



atau



kelelahan/keletihan,



mengantuk. b. Sirkulasi : 1. Nadi biasanya lambat ( 50-70 dpm), karena hipersensitivitas vagal. 2. Tekanan darah bervariasi mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anestesi, atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan ( HKK). 3. Edema bila ada, mungkin dependen ( mis, ditemukan pada ekstermitas bawah ), atau dapat meliputi ekstermitas atas dan wajah, mungkin umum ( tanda-tanda HKK ). 4. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sempai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria. c. Integritas ego :



32



1. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah; mis, eksitasi atau perilaku menunjukan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa. 2. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol; dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal. d. Eliminasi : 1. Hemoroid sering ada dan menonjol. 2. Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau kateter urinarius terpasang. 3. Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliaran urinarius, dan/atau cairan I.V. diberikan selama persalinan dan kelahiran. e. Makanan/cairan : dapat mengeluh haus, lapar, atau mual. f. Neurosensori : 1. Sensasi dan gerakkan ekstermitas bawah menurun pada adanya anesthesia spinal atau analgesia kaudal/epidural. 2. Hiperrefleksia mungkin ada ( menunjukan terjadinya atau menetapnya hipertensi, khususnya pada diabetika, remaja, atau klien primipara). g. Nyeri/ketidaknyamanan : Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber; mis, setelah nyeri, trauma jaringan/perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin/otot tremor dengan “ menggigil “. h. Keamanan : 1. Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit ( pengerahan tenaga, rehidrasi). 2. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat. 5. Seksual : 1. Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus. 2. Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil ( sampai ukuran plam kecil ). 3. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas. 4. Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara. 5. Payudara lunak, dengan putting tegang.



33



6. Penyuluhan/pembelajaran : catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah. 7. Pemeriksaan diagnostik : hemoglobin/hematokrit ( HB/HT ), jumlah darah lengkap, urinalisis, pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Menurut SDKI, diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan diagnosa Intranatal Pada Gravida adalah : 1. Kala I a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus b. Resiko cidera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan hormonal d. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan janin e. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan pada jarinan sekitar f. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena 2. Kala II a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan jaringan b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan masukkan, perdarahan. 3. Kala III



34



a. Resiko ketidakseimbangan



cairan berhubungan dengan kurangnya intake,



muntah diaphoresis. b. Resiko cidera pada ibu berhubungan dengan kesulitan dalam pelepasan plasenta 4. Kala IV a. Kesiapan



peningkatan



koping



keluarga



berhubungan



dengan



transisi/



peningkatan perkembangan anggota keluarga. b. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kelelahan/kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik. c. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis/edema jaringan, d. kelelahan fisik dan psikologis. 2.2.3 Intervensi Keperawatan Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian krisis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimpementasikan



intervensi



keperawatan.



Standar



Intervensi



Keperawatan



Indonesia menggunakan sistem klasifiksai yang sama dengan SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi international classification of nursing precite (ICNP) yang dikembangkan oleh International Council of Nursing (ICN) sejak tahun 1991. Komponen ini merupakan rangkaian prilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al, 2015: Potter dan Perry, 2013; Seba, 2007; Wilkinson et al, 2016). Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu: karakteristik diagnosis keperawatan, luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan, kemampulaksanaan intervensi keperawatan, kemampuan perawat, penerimaan pasien, hasil penelitian. Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.



35



Adapun



intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang



berkaitan dengan diagnosa Intranatal Pada Primigravida adalah : 1. Kala I a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus Tujuan : nyeri dapat berkurang Hasil yang diharapkan : 1. Mengidentifikasi/ menggunakan teknik untuk mengontrol nyeri atu ketidaknyamanan 2. Melaporkan nyeri berkurang 3. Tampak rileks atau tenang diantara kontraksi Intervensi : 1. Kaji derajat nyeri melalui isyarat verbal dan nonverbal. Kaji implikasi pribadi dan budaya dari nyeri. 2. Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi. 3. Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas uterus 4. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi di atas simfisi pubis untuk menentukan distensi, khususnya setelah blok saraf. 5. Berikan informasi tenang ketersediaan analgeia, respons/efek samping biasanya (klien dan janin), dan durasi efek analgetik pada lampu atau sitiuasi penyerta. 6. Berikan analgesik seperti alfaprodin hidroklorida(Nisentil) atau meperidin hidroklorida (Demerol) dengan kekuatan tranquilizer dengan IV atau IM yang dalam di antara kontraksi, bila diindikasikan. b. Resiko cidera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea. Tujuan : diharapkan resiko cidera janin tidak terjadi. Hasil yang diharapkan : 1. Djj dalam batas normal 2. Tidak ada perubahan periodik yang berbahaya Intervensi : 1. Lakukan pemeriksaan Leopold, maneuver untuk menentukan posisi janin dan presentasi. 2. Pantau DJJ baik secara manual atau elektronik, perhatikan variasi DJJ.



36



3. Catat kemajuan persalinan. 4. Inspeksi perineum ibu 5. Berikan perawatan perineal pada ibu sesuai protokol atau perintah. 6. Posisikan pasien miring kiri 7. Kolaborasi pemberian oksigen. c. Gangguan elimunasi urin berhubungan dengan perubahan hormonal Tujuan : meningkatkan dan memudahkan kemajuan dalam persalinan Hasil yang diharapkan : 1. Mengosongkan kandung kemih dengan tepat. 2. Bebas dari cidera kandung kemih Intervensi : 1. Palpasi diatas simpisis pubis. 2. Catat dan bandingkan masukan dan haluran. 3. Anjurkan upaya berkemih yang sering, sedikitnya setiap 1-2 jam 4. Posisikan klien tegak, alirkan air kran, cucurkan air hangat di atas perineum, atau biarkan klien meniup gelembung melalui sedotan. 5. Ukur suhu dan nadi, perhatikan peningkatan. 6. Kateterisasi sesuai indikasi. d. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan perubahan suplai darah Tujuan : resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin tidak terjadi Hasil yang diharapkan : 1. Menunjukan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal 2. Bebas dari efek-efek merugikan. Intervensi : 1. Kaji adanya faktor maternal / kondisi yang menurunkan uteroplasenta. 2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit. 3. Periksa DJJ segera bila ketuban pecah dan periksa 5 menit kemudian. 4. Anjurkan klien tirah baring bila bagian tirah baring tidak masuk. 5. Perhatikan dan catat warna, jumlah amnion saat ketuban pecah. e. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah



37



Tujuan : resiko tinggi penumpukan curah jantung tidak terjadi. Hasil yang diharapkan : 1. TTV dalam batas normal 2. DJJ dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji TTV diantar kontraksi 2. Perhatikan adanya dan luasnya edema 3. Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi 4. Catatan masukan dan haluran parenteral dan oral secara akurat 5. Tes urine, ukur berat jenis, dan kadar albumin 2. Kala II a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan jaringan Tujuan : nyeri akut tidak terjadi Hasil yang diharapkan : 1. Mengungkapkan penurunan nyeri 2. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengontrol nyeri Intervensi : 1. Identifikasi derajat ketidaknyamanan dan sumbernya. 2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi. 3. Berikan informasi dan dukungan berhubungan dengan kemajuan 4. Anjurkan klien untuk upaya meneran 5. Pantau penonjolan parineal dan metal, pembukaan muara vagina 6. Bantu klien memiliki posisi optimal untuk meneran. b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan masukkan, perdarahan. Hasil yang diharapkan : 1. Klien bebas dari tanda dehidrasi dan rasa haus 2. Haluaran urine adekuat, membran mukosa lembab Intervensi : 1. Ukur masukan dan haluran 2. Pantau suhu klien



38



3. Kaji DJJ dan data dasar; perhatikan perubahan periodik dan variabilitas 4. Berikan cairan peroral atau parenetral 5. Lepaskan pakaian yang berlebih, lindungi dari menggigil 3. Kala III a. Resiko ketidakseimbangan



cairan berhubungan dengan kurangnya intake,



muntah diaphoresis. Tujuan : Mempertahankan volume cairan Hasil yang diharapkan : 1. Klien menunjukan TD, nadi dalam batas normal 2. Bibir lembab, tidak kering 3. Mata tidak cekung Intervensi : 1. Pantau tanda-tanda dan gejala kehilangan cairan berlebih atau syok 2. Resiko cidera pada ibu berhubungan dengan kesulitan dalam pelepasan plasenta 3. Monitor TTV 4. Masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta 5. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta 6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral. 4. Kala IV a. Kesiapan



peningkatan



koping



keluarga



berhubungan



dengan



transisi/



peningkatan perkembangan anggota keluarga. Tujuan : meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga Hasil yang diharapkan : 1. Menggendong



bayi,



saat



kondisiibu



dan



neonatus



memungkinkan 2. Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat Intervensi : 1. Anjurkan klien



untuk menggendong, menyentuh,



lebih disukai bersentuhan kulit dengan kulit.



39



dan memeriksa bayi,



2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong beyi dan membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisi. 3. Observasi dan catat interaksi bayi-keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus. 4. Catat pengungkapan/perilaku yang menunjukkan kekecewaan atau kurang minat/kedekatan. 5. Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan kliem dan keyakinan/praktek budaya. b. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kelelahan/kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik. Tujuan : mencegah atau mengontrol perdarahan Hasil yang diharapkan : 1. Menunjukan tanda-tanda vital stabil dalam batas normal. 2. Mendemonstrasikan kontraksi uterus yang kuat pada



umbilikus, aliran



lokhial sedang dan tidak ada bekuan. Intervensi : 1. Tempatkan klien pada posisi rekumben 2. Catat lokasi dan kosistensi fundus setiap 15 mnt,dan catat temuan 3. Dengan perlahan masase fundus bila lunak ( menonjol ) Rasional : masase fundus merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan. 4. Kaji kepenuhan kandung kemih diatas simfisis pubis. 5. Kaji jumlah, warna, dan sifat aliran lokhial setiap 15 mnt. 6. Kaji TD dan nadi setiap 15 menit 7. Kolaborasi dalam pemberian oksitosin atau preparat ergot. c. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis/edema jaringan kelelahan fisik dan psikologis. Tujuan : meningkatkan kenyamanan Hasil yang diharapkan : 1. Mengungkapkan reduksi rasa ketidaknyamanan/nyeri 2. Menunjukan postur dan ekspresi wajah rileks. Intervensi :



40



1. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan. 2. Beri informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum. 3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi 2.2.4 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014). Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010). Pada



langkah



ini,



perawat



memberikan



asuhan



keperawatan



yang



pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya (intervensi). 2.2.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan klien (Nursalam, 2014). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP. S



: Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan



O



: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan



A



: Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah



masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada P



: Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien



Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :



41



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Jl. Beliang No.110 Telp (0536) 3227707 PENGKAJIAN I.



IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNGJAWAB A. Identitas Klien Nama



: Ny. P



Tempat / tanggal lahir



: Bandung, 20 Juni 1985



Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Indonesia



Pendidikan terakhir



: SMU



Pekerjaan



: Pedagang



Golongan Darah



:-



Alamat



: Jl. Lamtoro Gung II No.43



Diagnosa Medis



: G4P2A1 Persalinan Normal



Penghasilan Per Bulan



:-



Tanggal Masuk RS



: 03 Oktober 2021



Tanggal Pengkajian



: 19 Oktober 2021



Nomor Rekam Medik



:-



B. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tn. H



Umur



: 44 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Indonesia



Pendidikan terakhir



: SMU



Pekerjaan



: Pedang



Golongan Darah



:-



42



II.



Alamat



: Jl. Lamtoro Gung II No.43



Hubungan dengan Klien



: Suami



STATUS KESEHATAN 1.



Alasan Kunjungan / Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri setelah persalinan



a.



Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) : Pada hari Minggu 03 Oktober 2021 pukul 02.45 WIB klien mengeluh perutnya mules. Klien meminta suaminya untuk membawanya ke UPT Puskesmas pahandut , setibanya di puskesmas pahandut pasien langsung disuruh masuk kekamar bersalin. Setelah persalinan dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri pinggang dirasakan saat bergerak dengan skala nyeri 3, ada sedikit nyeri,rasa nyeri membuat pasien tidak nyaman.Lalu pasien diperiksakan TTV dimana TD: 110/70 mmHg. Suhu: 36,5 ◦C, Nadi : 80 x/menit , Pernapasan : 22x/menit.



b.



Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami : Pasien mengeluh nyeri pinggang dan pusing sejak usia kehamilan 21 minggu



c.



Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan keluargga



2.



RIWAYAT OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI Riwayat Ginekologi: 



Riwayat Menstruasi : Menarche



: 12 Tahun



Siklus



: 28 Hari



Lamanya Haid : 7 hari Banyaknya



: 2 kali ganti pembalut dalam sehari



Sifat Darah (warna, bau, cair/gumpalan, dysmenorhoe) : merah, kental Gangguan sewaktu menstruasi



: Tidak ada



Gejala pre menstruasi



: Tidak ada



HPHT



: 12 Desember 2020



43



Taksiran Persalinan 



: 19 September 2021



Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) : Usia Pernikahan



:-



Lamanya Pernikahan: Pernikahan Ke : 



Riwayat Keluarga Berencana : Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil : KB Pil Waktu dan lamanya penggunaan : 1Tahun Apakah ada masalah dengan cara tersebut : Tidak ada Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : Suntik Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : Belum direncanakan



Riwayat Obstetri :



N o



Tgl partus



Um ur Jenis ham partus il 38 Spont an



Masalah Tempat/ Jenis BB Ham Penolong kelamin il Puskesm as



P



Lahi r



Nifa s



Bayi



27 00 0 gr



a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G4P2A1 Keterangan :  Masa hamil : Tekanan darah normal, tampak bengkak pada kaki.  Masalah Lahir/persalinan : Bayi lahir spontan pervaginam dan langsung menangis kuat.  Masalah Nifas : Tidak ada perdarahan  Masalah bayi : Normal  Keadaan Anak : Hidup b. Riwayat Kehamilan Sekarang  Amenorhoe : Pasien mengatakan ini kelahiran ketiga  Keluhan waktu hamil :



44



Keadaa n Anak Baik



     3.



Pasien merasakan mual, dan merasa nyeri pinggang Gerakan anak pertama di rasakan : Gerak anak dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 4 Bulan Imunisasi : Penambahan BB selama hamil : 10 Kg Pemeriksaan kehamilan : Teratur Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : Puskesmas Pahandut



PEMERIKSAAN FISIK Subjektif Objektif 0 1. Keada Suhu : 36, 5 C an Umum Nadi : 80 x/menit BB sebelum hamil : 36 kg Tekanan Darah : 110/70 x/menit BB : 50 kg Tinggi Badan : 157 cm Kesadaran : compos menthis Turgor Kulit : baik 2.



Bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, Kepala ketombe tidak ada, rambut kuat tidak mudah rontok



3.



Muka Rasa bengkak? Tidak ada



4.



Mulut Keluhan : tidak ada



5.



Mata Keluhan : tidak ada



6.



Hidun g Keluhan : tidak ada



45



Hyperpigmentasi : tidak ada Cloasma gravidarum : tidak ada Edema : tidak ada Simetris : Ya Mukosa mulut & bibir : baik dan tampak normal Keadaan gigi : baik Fungsi Pengecapan : baik Keadaan Mulut : bersih Fungsi menelan baik Konjungtiva: kemerahan/tidak pucat (anemis) Sklera :tidak pucat Fungsi Penglihatan : baik Reaksi alergi : tidak ada Pernah flu : tidak Frekuensinya dalam 1 tahun : Perdarahan/peradangan : Keadaan/kebersihan : bersih dan tidak ada sekret



Keadaan : bersih Fungsi pendengaran : Baik 7.



Teling a Keluhan : tidak ada



8.



Pembesaran kel.Tyroid : tidak ada Distensi vena jugularis : tidak ada Pembesaran KGB : tidak ada Leher



Pembengkakan 9.



Daera h dada Jantung dan paru-paru



Sesak napas : tidak Batuk : tidak Sakit dada : tidak Suara napas : vesikuler Bunyi jantung : Normal bunyi I dan II Palpitasi : tidak ada Pembesaran sesuai usia kehamilan Perubahan : Ada - Bentuk buah dada : bulat - Hyperigmentasi areola : Berubah warna - Keadaan puting susu : Kecoklatan - Cairan yang keluar : Putih - Keadaan/Kebersihan : Bersih, puting tampak menonjol - Payudara bengkak dan kencang



Payudara



Tinggi FU : 2 jari diatas pusat -Kontraksi Uterus : ada dan teraba keras -Konsistensi Uterus : lunak -Posisi Uterus : 2 jari di atas pusat 10. men



Abdo



11. lia Eksterna



Genita



12. (utuh)



Anus



Utuh, terdapat lendir dan bercak darah - Terdapat laserasi di otot pernium - Vulva/vagina : terdapat laserasi Edema/tumor/penyempitan : Tampak kemerahan



46



Portio : - Konsistensi : lunak - Pendataran : 100% - Pembukaan : 9 - Hodge/bagian terendah : Kepala



13. Ekstre mitas Ekstremitas atas dan bawah lengkap tidak memiliki kelainan maupun kelemahan otot kekuatan otot 5555/5555 14. Pemeri ksaan Dalam



4.



- Selaput Ketuban : Utuh - Presentasi : Masuk PAP - Posisi : Posterior



POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI Pola Nutrisi :



1.



Untuk pola Nutrisi Klien Baik Makan : Selama hamil : 3 x/hari, porsi sedang Saat bersalin. 5-6 x/hari, porsi sedang Minum : Selama hamil 8 gelas /hari Saat bersalin 9-10 gelas /hari 2.



Pola Eliminasi a.



Buang Air Kecil (BAK)



: Frekuensi BAK



normal, tidak ada masalah b.



Buang Air Besar (BAB)



: BAB 2x/sehari,



Konsitensi :Lembek , Warna :Kecoklatan 3.



Pola tidur dan istirahat Tidur siang



: 45 menit – 1 jam/hari



Tidur malam



: 6-7 jam/hari



4.



Pola aktivitas dan latihan



5.



Personal Hygiene : Kulit Rambut 1 hari sekali Mulut & Gigi Pakaian Kuku



:



: Aktivitas sehari-hari dibantu



: Bersih : Bersih daan terawat, pasien mengatakan keramas : bersih : Rapi . Kuku tampak terawat dan bersih



47



Vulva Hygiene : Bersih 6. Ketergantungan fisik : Merokok



: Pasien tidak memiliki riwayat perokok



Minuman Keras



: Pasien tidak memiliki riwayat minum minuman keras



Obat-obatan



: Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi obat - obatan



Lain-lain



: Tidak ada



5.



ASPEK PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL 6.



Pola pikir dan persepsi a.



Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan merawat bayi : Pasien mengatakan mengetahui cara pemberian asi



b.



Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada bayinya: Ya



c.



Jenis kelamin yang diharapkan: Perempuan atau laki-laki .



d.



Siapa yang membantu merawat bayi di rumah : Keluarga dan suami



e.



Apakah hamil ini diharapkan : Ya



7.



Perubahan perilaku a.



Kala I 



Adaptasi nyeri : tidak ada







Pengaturan pernapasan : tidak ada







Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : tidak ada







Penerimaan terhadap proses persalinan : tidak ada



b.



c.



Kala II 



Adaptasi nyeri : tidak ada







Pengaturan pernapasan : tidak ada







Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : tidak ada







Penerimaan terhadap proses persalinan : tidak ada







Cara mengejan : baik Kala III



48







Adaptasi nyeri : baik







Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : baik



d.



Kala IV 



Adaptasi nyeri : baik







Koping mekanisme terhadap perubahan yang ada : baik



8.



Persepsi diri 



Hal yang amat di pikirkan saat ini : Pasien mengatakan merasa puas setelah melahirkan







Harapan setelah menjalani perawatan : Cepat sembuh dan segera ingin pulang







Perubahan yang dirasa setelah hamil : badan lebih berisi







Konsep diri Body image :







Peran : klien mengatakan dirinya adalah seorang istri dan



9.



seorang ibu 



Ideal diri : Dapat mengasuh anak dengan baik







Identitas diri : Pasien mengatakan puas sebagai wanita dan ibu







Harga diri : pasien mengatakan dirinya berharga



10.



Hubungan/komunikasi 



Bicara : jelas/relevan/mampu mengekspresikan/mampu mengerti orang lain? Pasien tampak dapat bicara dengan jelas dan relevan







Bahasa utama : Bahasa daerah



 



Yang tinggal serumah : Suami Adat istiadat yang di anut : Dayak







Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami dan Istri







Motivasi dari suami : -







Apakah suami perokok : tidak







Kesulitan dalam keluarga : tidak ada



11.



Kebiasaan seksual 



Gangguan hubungan seksual : tidak ada



49







Pemahaman terhadap fungsi seksual : tidak ada



12.



Sistem Nilai – Kepercayaan 



Siapa dan apa sumber kekuatan : pasien mengatakan Tuhan







Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan sangat penting







Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) : Pasien mengatakan agama nya adalah Muslim Sebutkan kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di RS : Pasien mengatakan membaca Qur’an



13. 1.    2.   3.   



PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah HB Golongan Darah/Rh Gula Darah Leukosit VR/VDRL Urine Protein Sedimen Reduksi Pemeriksaan tambahan TTT/NST TTO/OCT USG Amnioscopy TORCH Rontgent



I. PENGOBATAN Terapi obat Vitamin Vitalex xxx 1x1, SF 1x1, Novakal 1x1, licokal 1x1, dan tablet tambah darah xxx 1x1.



Palangka Raya, 19 Oktober 2021 Mahasiswa



50



ANALISA DATA DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF DS: Pasien mengatakan nyeri



KEMUNGKINAN PENYEBAB



MASALAH



Nifas (Post Spontan)



Nyeri Akut



pada saat beraktivitas DO: - Pasien tampak meringis saat bergerak - Nyeri yang dirasakan saat bergerak dengan skla nyeri 3 - Ada sedikit rasa nyeri,nyeri di rasa tidak nyaman - Tanda-tanda Vital: - TD: 110/70 mmHg - N: 80 x/menit - RR: 22x/menit DS : - Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan bengkak - Klien mengatakan bayi belum disusui DO:



Terputusnya kontinuitas jaringan pengeluaran mediator nyeri nyeri saat beraktivitas



Menyusui tidak teratur



Resiko terhadap ketidak efektifan menyusui



Terjadi pembengkakan payudara



51



- Payudara tampak bengkak dan kencang - TTV - TD : 110/70 mmHg - S : 36,6 C - N : 80x/mnt - P : 20x/mnt DS : Pasien mengatakan merasa khawatir pada saat melakukan proses persalinan DO : - Pasien tampak gelisah. - Pasien tampak pucat. - Pasien tampak tegang - Frekuensi napas meningkat - Suara bergetar - TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit S : 36,50C RR : 22 x/menit



Proses persalinan Kontraksi Ansietas



52



Ansietas



PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri persalinan ditandai dengan Ny.P mengatakan merasa tidak nyaman akibat nyeri dialaminya. Klien tampak pucat, Terdapat bekas luka robekan pada perineum Tandatanda Vital:TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 22x/menit. 2. Resiko terhadap ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ibu mengatakan payudaranya terasa sakit dan



bengkak, bayi belum disusui



ditandai dengan Payudara tampak bengkak dan kencang, ASI (+),TTV: TD : 110/70 mmHg, S : 36,5°C, N : 80/mnt, P : 20x/mnt. 3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang di tandai dengan pasien mengatakan merasa khawatir pada saat melakukan proses persalinan, pasien tampak gelisah, pasien tampak pucat, pasien tampak tegang, frekuensi napas meningkat, suara bergetar, dan TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, S



: 36,5 0C, dan RR : 22 x/menit.



53



RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien : Ny. P Ruang Rawat : Tujuan (Kriteria hasil) Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Gangguan rasa keperawatan selama 2×8 jam nyaman berhubungan diharapkan klien lebih merasa dengan nyeri nyaman dari sebelumnya persalinan ditandai Kriteria Hasil: dengan Ny.P -Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi mengatakan merasa -Klien mengatakan merasa tidak nyaman akibat nyaman nyeri



dialaminya.



1. 2. 3. 4. 5.



Klien tampak pucat, Terdapat bekas luka robekan



Intervensi Jelaskan fisiologis afterpain normal pada ibu Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur Tutupi abdomen ibu dengan selimut Berikan analgetik sesuai resep dokter Berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi yang dipelajari pada periode prenatal



pada



1.



2. 3. 4. 5.



Rasional Untuk menambah pengetahuan ibu mengetahui nyeri yang dialaminya Untuk melatih kebiasaan berkemih Menghindari abdomen terpapar langsung dengan benda asing Untuk menetukan terapi yang digunakan Untuk menhilangkan atau mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami klien



perineum Tanda-tanda Vital:TD:110/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 22x/menit. 2. Resiko terhadap Setelah dilakukan asuhan keperawataan selama 1×24



1. Beri penjelasan pada klien 1. Memberikan tentang manfaat ASI.



54



pada



klien



penjelasan tentang



ketidakefektifan



jam diharapkan ibu dapat 2. Ajarkan pada klien Menyusui teratur tentang perawatan menyusui Pembengkakan pada payudara berhubungan dengan payudara hilang 3. Ajarkan pada klien cara ibu mengatakan memompa payudara Kriteria hasil: payudaranya terasa - Pembengkakan pada sakit dan bengkak, payudara hilang Menyusui teratur bayi belum disusui ditandai



dengan



Payudara



tampak



manfaat ASI diharapkan klien dapat mengerti dan motivasi untuk menyusui 2 Menganjurkan pada klien tentang breas care dapat mengurangi pembengkakan payudara 3 Mengajarkan klien cara memompa payudara dapat mengurangi pembengkakan payudara



bengkak dan kencang, ASI (+),TTV: TD : 110/70 mmHg, S : 36,5°C, N : 80x/mnt, P : 20x/mnt. 3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang di tandai dengan pasien mengatakan merasa khawatir pada saat melakukan proses persalinan, pasien tampak gelisah, pasien



Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 jam diharapkan masalah ansietas pada klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Verbalisasi khawatir menurun 2. Perilaku gelisah menurun



1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor) 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 3. Temani pasien untuk



55



1. Mengidentifikasi masalah yang di alami pasien 2. Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien 3. Memberikan rasa nyaman pada pasien 4. Memberikan rasa empati



tampak pucat, pasien tampak tegang, frekuensi napas meningkat, suara bergetar, dan TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,5 0 C, dan RR : 22 x/menit.



3. Perilaku tegang menurun 4. Kontak mata membaik 5. TTV normal TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit S : 36,5 0C RR : 20 x/menit



mengurangi kecemasan pada pasien 4. Dengarkan dengan penuh 5. Mengedukasi pasien untuk perhatian mengurangi kecemasan 5. Jelaskan prosedur, 6. Tindakan kerja sama termasuk sensasi yang dengan petugas medis, mungkin dialami untuk pasien 6. Kolaborasi pemberian obat antiansietas



56



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Hari/Tanggal Jam Selasa,19 Oktober 2021 jam 09.00 WIB



Implementasi



1. Menjelaskan fisiologis 2. 3. 4. 5.



Selasa,19 Oktober 2021 jam 09.30 WIB



afterpain normal pada ibu Memberikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur Menutupi abdomen ibu dengan selimut Memberikan analgetik sesuai resep dokter Memberikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi yang dipelajari pada periode prenata



1. Memberikan penjelasan pada klien tentang manfaat asi yaitu dapat memberikan kekebalan pada bayi dan dapatmengurangi pembengkakan. 2. Menganjurkan kepada klien tentang breas



Evaluasi (SOAP) Subjektif : Ibu mengatakan tidak merasa nyaman akibat nyeri yang dialaminya berkurang Objektif : keadaan umum: tampak rileks TD: 110/70 mmHg RR: 22x/i HR: 80x/i Analisa : Masalah teratasi sebagian Planning : intervensi diteruskan Subjektif : Klien mengatakan pembengkakan payudara berkurang Objektif : Klien menyusui bayinya diruangan neonates Klien melakukan breas care Bengkak berkurang



57



Tanda tangan dan Nama Perawat



Hepi Nopita Sari



Hepi Nopita Sari



Selasa,19 Oktober 2021, jam 10.10 WIB



1.



2.



3. 4. 5.



6.



care mengatasi diurut pakai minya kemudian dikompres dengan air hangat kuku. 3. Mengajarkan pada klien cara memompa payudara dengan menggunakan breas care pompa ASI dikirimkan ke bayi Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor) Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan Mendengarkan dengan penuh perhatian Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas



TD : 100/70 mmHg S : 36,5°CN : 180x/mnt P : 20x/mnt Analisa : Masalah teratasi sebagian Planning : Lanjutkan intervensi S: Pasien mengatakan merasa khawatir pada saat melakukan proses persalinan, berkurang O: - Pasien tampak lebih tenang - TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit S : 36,50C RR : 20 x/menit A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 2, 3 4, dan 6



58



Hepi Nopita Sari



BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas (Kemenkes, 2010). Kunjungan ANC yang tinggi diharapkan dapat membantu menurunkan komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan anak melalui pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi (Kemenkes RI, 2014). Setelah penulis melakukan pengkajian yang dimulai dari tangggal 19 Oktober 2021 sampai 20 Oktober 2021 mengenai nyeri persalinan maka dapat disimpulkan : 1.Nyeri yang dirasakan oleh klien berkurang dari sebelum diberikan asuhan keperawatan 2.Kebersihan klien terjaga serta 3.Klien tidak berbau Asuhan keperawatan yang diberikan yaitu berdasarkan kode etik keperawatan. Berdasarkan konsep keperawatan, ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan oleh perawat, yaitu: 1.Intervensi pada diagnosa I yaitu: berikan analgetik sesuai resep dokter. Adapun kendala yang dihadapi yaitu bahwa perawat melakukan pengkajian diklinik persalinan dan tidak dirumah sakit, maka tidak ada kolaborasi antara perawat dengan dokter. 4.2 Saran Setelah penulis melakukan keperawatan pada pasien, penulis memberikan usul dan masukan positif khususnya di bidang kesehatan antara lain: a. Bagi institusi pelayanan kesehatan Hal ini diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan ataupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan optimal. b. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan priofesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan. 59



DAFTAR PUSTAKA A. Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC Bobak .(2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan Editor Monica Ester. Jakarta: EGCCeffery.M. (1979). Gangguan Rasa Aman Nyaman. Jakarta: EGC Corwin. E. (2010). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: EGC Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC Prasetyo. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: GrahaIlmu Rukiah, A. Y. (2009). Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: CV Trans Info Media Universitas Sumatera Utara Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat



60



SATUAN ACARA PENYULUHAN



OLEH : Hepi Nopita Sari 2019.C.11a.1011



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



61



LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN SAP : Cara Pemberian ASI EKSKLUSIF Topik Pendidikan Sasaran : Pasien dan Keluarga Tujuan Tujuan Instruksional Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang Cara Pemberian ASI Eksklusif. Tujuan Instruksi Khusus: 1. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif. 2. Menjelaskan Cara Pemberian ASI Eksklusif 3. Menjelaskan Tanda gejala bayi cukup ASI Eksklusif. 4. Menjelaskan Manfaat ASI Eksklusif. 5. Menjelaskan Bagaimana Cara menyimpan ASI Eksklusif dengan baik Metode 1. Ceramah dan Tanya Jawab Media 1. Leaflet Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk selembar mengenai informasi Cara Pemberian ASI Eksklusif. .3.1 Waktu Pelaksanaan 1. Hari/tanggal



: Selasa, 19 Oktober 2021



2. Pukul



: 14.00-14.30 s/d



3. Alokasi



: 20 Menit



No 1



Kegiatan



Waktu 3 Menit



Pendahuluan : 62







Metode Menjawab salam



 



Memberi salam dan memperkenalkan diri







Mendengarkan



Menjelaskan maksud dan tujuan







Menjawab pertanyaan



penyuluhan  2



Melakukan evaluasi vadilasi



Penyajian :



7 Menit







1) Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif. 2) Menjelaskan



Cara



Pemberian



Mendengarkan



dengan



seksama



ASI







Mengajukan pertanyaan







Menjawab







Mendemontrasi







Mendengarkan







Menjawab salam



Eksklusif 3) Menjelaskan Tanda gejala bayi cukup ASI Eksklusif. 4) Menjelaskan Manfaat ASI Eksklusif. 5) Menjelaskan



Bagaimana



Cara



menyimpan ASI Eksklusif dengan baik 3



Evaluasi :  Memberikan



4



5 Menit pertanyaan



akhir



dan



evaluasi Terminasi : 



5 Menit



menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penyuluhan







menutup penyuluhan dan mengucapkan salam



.3.2 Tugas Pengorganisasian 1) Moderator : Hepi Nopita Sari Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin sidang (rapat,diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau pendiskusi masalah Tugas: 1. Membuka acara penyuluhan. 2. Memperkenalkan diri. 3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan. 4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi



63



5. Mengatur jalan diskusi 2) Penyaji



: Hepi Nopita Sari



Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya. Tugas : 1. Menyampaikan materi penyuluhan. 2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan. 3. Mengucapkan salam penutup. 3) Fasilitator: Hepi Nopita Sari Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Tugas : 1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan. 2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir. 4) Simulator : Hepi Nopita Sari Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan kepada audience. Tugas : 1. Memperagakan macam-macam gerakan. 5) Dokumentator : Hepi Nopita Sari Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip. Tugas : 1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan Somatitis. 6) Notulen : Hepi Nopita Sari Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan. Tugas : Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung. 64



Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan A. TEMPAT Setting Tempat



:



Keterangan: : Moderator : Leader : Klien



: Dokumentator : Fasilitator



: Keluarga klien



B. EVALUASI 1.



Evaluasi Struktur 1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan 2) Penyelenggaraan di ruang RS 3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya



2.



Evaluasi Proses 1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Perawatan Payudara”. 2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan 3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan



3. Evaluasi Hasil 1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Perawatan Payudara”.



65



2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat dan Tujuan Perawatan Payudara”. 3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan, Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Langkah-Langkah Perawatan Payudara”. 4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Akibat Tidak Melakukan Perawatan Payudara”.



MATERI PENYULUHAN 1. ASI Eksklusif a. Pengertian ASI Ekslusif ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono dan Setianingsih, 2014). ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu, selanjutnya dari alveolus air susu akan diteruskan ke dalam saluran yang disebut duktus laktiferus. Setelah persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang mampu merangsang prolaktin keluar. ASI merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang merupakan makanan terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan makanan lain, termasuk air putih. Pemberian mineral, vitamin, maupun obat boleh diberikan dalam bentuk cair sesuai anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan bayi masih belum sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk seperti saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein atau kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup setelah berumur 6 bulan. Setelah usia bayi mencapai 6



66



bulan, bukan berarti pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan pendamping lain secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan sampai anak berusia 2 tahun. b. Komposisi ASI Eksklusif Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi adalah kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati dkk, 2015). 1) Kolostrom Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan.



Cairan



kolostrom



mengandung



tinggi



protein,



mineral



garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan laktosa.Protein utamanya adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume kolostrom antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya, tetapi volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho, 2011). 2) ASI Peralihan Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun, sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat (Nugroho, 2011). 3) ASI Matur ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5 menit pertama disebut sebagai 67



foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa, gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011). c. Kandungan Zat Gizi ASI 1) Karbohidrat Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang sangat tinggi dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa yang lebih banyak terkandung dalam ASI membuat rasa ASI menjadi lebih manis dibandingkan dengan susu formula. Laktosa akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam pencernaan bayi, suasana asam memberi beberapa keuntungan bagi pencernaan bayi, antara lain: a) Menghambat pertumbuhan bakteri patologis. b) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensitesis protein. c) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat. d) Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan magnesium 2) Protein ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Protein dalam ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovibe serum albumin yang lebih sering menyebabkan alergi pada bayi. (Rukiyah Aiyeyeh,dkk,2011) 3) Lemak Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun lemak dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara lain: a) Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida kemudian menjadi monogliserida sehingga lemak dalam ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi. b) ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan otak. 4) Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral dalam ASI adalah konstans, tetapi ada 68



beberapa mineral spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat besi dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor 5) Vitamin Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik kurang. Vitamin lain yang tidak tekandung dalam ASI bergantung pada diit ibu 6) Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga bisa meredakan rasa haus pada bayi. d. Manfaat ASI Eksklusif Menurut Haryono dan Setianingsih (2014) manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, antara lain: 1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada harihari pertama kelahiran. 2) Membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi) 3) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas terkontaminasi, Immunoglobin A (IgA) dalam ASI kadarnya tinggi yang dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.Coli dan berbagai virus di saluran pencernaan. 4) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. 5) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.Coli, salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. 6) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 1.000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam, yaitu: Bronchus Asociated Lympocite Tisue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocite Tisue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocite Tisue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.



69



7) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen untuk menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. 8) Interaksi antara ibu dan bayi dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi. Pengaruh kontak langsung ibubayi: ikatan kasih saying ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di dalam rahim. 9) Interaksi antara ibu-bayi dan kandungan gizi dalam ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. ASI mengandung berbagai zat gizi yang bisa meningkatkan kecerdasan bayi, seperti asam lemak esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan seng. Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu antara lain: 1) Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia 2) Menunda kehamilan 3) Mengecilkan rahim 4) Lebih cepat langsing kembali 5) Mengurangi resiko terkena kanker 6) Tidak merepotkan dan menghemat waktu 7) Memberi kepuasan bagi ibu. 8) Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita yang telah hamil dan menyusui bayinya. Selama hamil dan menyusui akan terjadi proses pengeroposan tulang, namun tulang akan cepat pulih kembali bahkan akan lebih baik dari kondisi tulang semula karena absorpsi kalsium, kadar hormon paratiroid, dan kalsitriol serum meningkat dalam jumlah besar. 9) ASI lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan susu formula. 10) ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang terjangkit kuman dari luar. 11) Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui bayinya. 12) ASI merupakan kontrasepsi alami yang dapat menunda kehamilan ibu. e. Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif



70



Dampak bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan lebih rentan untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (Arifa Y, dan Shrimarti R.D, 2017). Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara, mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit , karena memang beresiko rentan terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya susu formula menggantikan ASI pada bayi. f. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan menjadi tiga yaitu faktor pemudah (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors)dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Haryono dan Setianingsih, 2014).



71



Cara Pemberian ASI Eksklusif



ASI EKSKLUSIF ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan pertama tanpa disertai makanan tambahan.



MANFAAT ASI EKSKLUSIF



Oleh



a. Manfaat Bagi bayi  Memberikan kekebalan pada bayi  Mudah dicerna  Komposisi ideal  Memberi ikatan kasih sayang



Adanya zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI akan memberikan adanya daya tahan terhadap penyakit.pemberian ASI eksklusif mulai BBL 6 bulan akan memberikan kekebalan bagi bayi.



b. Manfaat Bagi ibu



Nama : Hepi Nopita Sari Nim



MANFAAT ASI



 Murah dan mudah di dapat  Involusi jadi lebih baik  Memberikan kasih sayang  Praktis



:2019.C.11a.1011 Tingkat : III A



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUNAJARAN 2021/2022



72



TANDA-TANDA BAYI CUKUP ASI  Kenaikan BB sesuai  Bayi tidur pulas  Bayi tenang dan aktif TANDA-TANDA BAYI KURANG ASI  Penurunan BB  Dehidrasi  Urin berwarna gelap CARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF ASI eksklusif diberikan pada bayihhhsampai 6 bulan pertama, bayi hanya mendapat ASI saja tanpa diberi makanan tambahan.



Terimakasih 73