Akhlaq Kepada Allah Taubat Dzikir Dan Doa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKHLAQ Akhlaq Kepada Allah (Taubat, Dzikir dan Berdo’a) HALAMAN JUDUL Dosen Pengampu : AHMAD AZHARI NASIR, S.I.



Disusun Oleh: KELOMPOK 4



Agus Ahmadi



(181250000268)



Iftah Kurnia Agustin



(181250000269)



Dea Ayu Fitri



(181250000271)



Imam Solikin



(181250000272)



PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA TAHUN AKADEMIK 2019/2020 i



KATA PENGANTAR



Assalamua’alikum Wr. Wb. Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata kuliah Akhlaq yang diberikan oleh bapak dosen Ahmad Azhari Nasir, S.I. yang telah memberikan tugas tentang Akhlaq Kepada Allah . Makalah yang penulis susun ini berisi tentang manusia yang hidup dalam bimbingan akhlaq akan melahirkan suatu kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualikum Wr. Wb.



Jepara, 20 Maret 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL..........................................................................................i KATA PENGANTAR.......................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 1.1



Latar Belakang.....................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3 2.1



Akhlaq kepada Allah SWT..................................................................3



2.2



Taubat..................................................................................................3



2.3



Dzikir...................................................................................................8



2.4



Do’a....................................................................................................11



BAB III PENUTUP.........................................................................................14 3.1



Kesimpulan........................................................................................14



3.2



Saran..................................................................................................14



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal sekaligus hawa nafsu yang masing-masing memiliki tujuan tertentu. Berbeda dengan hewan, manusia mempunyai pengembangan pola naluri berpikir, norma, etika dan hasrat keingintahuan. Tapi pada saat ini sering kali manusia dianggap lebih rendah daripada hewan. Hal ini dikarenakan manusia lupa terhadap agamanya. Dan hawa nafsu yang mengalahkan akal manusia membuat manusia bertindak tanpa menggunakan akal pikiran mereka. Sejalan dengan hal tersebut, sering kali pada saat manusia terjepit kesulitan dan cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya. Serta meminta pertolongan kepada selain Allah SWT untuk mendapatkan kekuatan diatas kemampuan dirinya agar dapat meraih segala harapan dan angan-angan. Hal ini merupakan cara yang salah karena menduakan Allah SWT. Hal ini dapat terjadi ketika manusia mulai kekurangan iman, dan di sebabkan oleh jauhnya mereka dari lingkungan keimanan dalam waktu lama. Atau di sebabkan jauhnya mereka dari mursyid yang saleh yang meluruskan akhlaq mereka, membersihkan jiwa mereka dan menjadi panutan dan contoh yang baik bagi mereka. Agar seorang muslim sampai kepada jalan ini dan agar ia tidak menjadi tawanan kerusakan dan kebobrokan, maka Islam memerikan jalan petunjuk dan obat yang manjur. Jalan yang memberikannya penerangan menuju harapan dan kembali kepada jalan yang benar. Banyak orang yang masih menganggap remeh kegiatan dzikir atau mengingat Allah. Mereka menganggap duduk diam sambil berdzikir menyebut nama Allah sebagai suatu kegiatan yang sia-sia dan hanya membuang waktu peruma. Ini terjadi karena sebagian besar manusia perhatiannya hanya tercurah pada kehidupan dunia. Sebagian besar manusia hanya fokus pada kehidupan jangka pendek, yaitu kehidupan dunia. Mereka tidak perduli dengan kehidupan jangka panjang. Bahkan mereka ragu dengan adanya kehidupan akhirat yang abadi dan pertemuan dengan Allah kelak. Dalam makalah ini , akan dibahas mengenai akhlaq kepada Allah, taubat, dzikir dan do’a. Dinama dari pembahasan ini diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan mengenai Taubat, berdzikir dan do’a.



1



2



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang ingin diselesaikan adalah : Apa itu akhlaq kepada Allah, taubat, dzikir dan do’a ?



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Akhlaq kepada Allah SWT Kata Akhlaq berasal dari kata bahasa Arab, yaitu “khuluq” yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dan dapat kita ketahui bahwa akhlaq merupakan sifat-sifat manusia yang dibawa sejak lahir yang tertanam pada jiwanya. Sedangkan menurut istilah, akhlaq ialah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan tanpa berpikir dan di renungi lagi. Dengan demikian, pada hakikatnya akhlaq adalah sikap yang melekat pada diri manusia, shingga manusia dapat melakukan tanpa berpikir. Akhlaq dikenal juga dengan istilah moral dan etika. Moral yang berarti adat atau kebiasaan, dimana moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk yang di terima oleh masyarakat. Karena adat istiadat dalam satu masyarakat merupakan standar menentukan baik dan buruknya tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Sedangkan akhlaq kepada Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluknya. Sehingga akhlaq kepada Allah dapat diartikan segala sikap atau perbuatan manusia yang di lakukan tanpa berpikir lagi yang memang ada pada diri manusia sebagai hamba Allah SWT. 2.2 Taubat Taubat dapat diartikan sebagai kembalinya diri dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah ke jalan yang lebih dekat ke pada Allah dan meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Tahrim 8: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakaan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”



3



4



Hukum taubat adalah wajib bagi setiap muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Taubat baru dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT maka syarat taubatnya yaitu: 1. Islam, karena tidak sah taubat seseorang dari dosa meraka dan kemaksiatan kecuali taubat seorang muslim. Sebab taubatnya orang kafir adalah masuk Islam. 2. Ikhlas, karena tidak akan sah taubat seseorang kecuali dengan ikhlas dengan cara menunjukan taubatnya tersebut semata mengharap ampunan dan pengahapusan dosanya kepada Allah SWT. 3. Mengakui dosa yang telah dilakukannya. 4. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat 5. Meninggalkan perbuatan maksiat itu 6. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu Namun apabila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi yaitu: 1. Meminta maaf terhadap orang yang di dzalimi atau dirugikan 2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya akibat perbuatan dzalim itu atau minta kerelaannya. Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan dzalim itu hendaknya diselesaikan di dunia juga. Karena kalau tidak, pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjut berbuat dosa, kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti yang udah sebutkan tadi. Adapun hikmah dan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni, memperoleh rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Taubat yang di terima dan benar itu mempunyai beberapa tanda: 1. Agar setelah taubat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya 2. Agar merasa takut serta tidak pernah merasa aman dari siksa Allah SWT 3. Hatinya merasa terlepas, dan hancur tercabik-cabik karena menyesal dan merasa takut dengan balasan akan dosa yang telah dilakukannya 4. Merasa remuk-redam tersendiri dalam hati, yang tidak diserupai oleh apapum, seperti seorang hamba yang telah berbuat salah dan memberontak kepada tuhannya.



5



Adapun sebab-sebab manusia harus bertaubat adalah: 1. Telah melakukan dosa kecil atau dosa besar 2. Supaya amalan diterima oleh Allah dengan mudah 3. Supaya manusia tidak sombong dengan kekuasaan dan keagungan Allah Sebab-sebab Allah menerima taubat hambanya: 1. Allah maha penyayang dengan mengampuni dosa hambanya 2. Supaya hambanya bersih daripada dosa dan memperoleh balasan surga di akhirat 3. Orang yang bertaubat akan merasa beni dengan dosa yang dilakukan 4. Supaya



seseorang



senantiasa



melakukan



kebaikan



dan



meninggalkan kejahatan Syarat-syarat taubat: 1. Menyesal terhadap maksiat yang dilakukan 2. Berhenti melakukan maksiat dengan segera 3. Berazam tidak akan mengulangi lagi 4. Berterus terang memohon maaf jika berkaitan dengan hak orang lain Hikmah taubat: 1. Memberi peluang kepada orang yang berdosa kembali kejalan Allah 2. Memberi ketenangan hati kepada muslim yang bertaubat 3. Mendapatkan keampunan serta petunjuk Allah 4. Segai satu ara medekatkan diri kepada Allah Allah begitu menyayangi para hambanya yang mau bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada-Nya. Jika seorang manusia menyadari bahwa ia telah melakukan salah, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah bertaubat. Dan Sholat Taubat merupakan sholat sunnah yang dilakukan sebagai bentuk rasa serius seorang hamba untuk bertaubat kepada Allah. Pada hakikatnya sholat taubat dilakukan untuk memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa besar ataupun dosa-dosa keecil yang telah dilakukan. Sholat Taubat termasuk jenis sholat nafilah dimana tidak disyariatkan untuk melakukan sholat ini secara berjamaah. Setiap orang bisa mengerjakan sholat taubat sendiri-sendiri agar lebih berkonsentrasi dan lebih khusyuk dalam mendekatkan diri kepada Allah.



6



Dalam menjalankan sholat taubat tidaklah jauh berbeda dengan cara melakukan sholat fardhu atau sholat wajib. Yang berbeda hanya terletak pada niat, waktu dan bacaannya saya. Sedangkan tata cara lainnya hampir sama seperti melakukan sholat sunnah lainnya. Sholat taubat dapat dilakukan dengan dua rakaat dengan satu salam. Namun sholat ini juga boleh dikerjakan dalam dua rakaat, empat rakaat dan enam. Sebelum sholat taubat nasuha, syarat yang harus dilakukan mutlak sama seperti ketika melakukan sholat wajib. Syarat tersebut diantaranya adalah bersuci dari hadast kecil dan besar, menutup aurat dan melakukan ditempat suci. Sholat taubat bisa dilakukan pada waktu kapanpun berbeda dengan pengerjaan sholat wajib yang sudah ada jadwal sholatnya dan waktu-waktu yang sudah ditentukan. Tetapi, menurut pendapat dari para ulama, sholat taubat paling baik dilakukan selama sepertiga malam terakhir atau selama sholat tahajud dilakukan. Sholat taubat ini mutlak bisa dilakukan pada siang hai ataupun malam hari. Namun, ada beberapa waktu yang diharamkan untuk melakukan sholat taubat ini, dimana waktu yang diharamkan sama dengan waktu yang diharamkan mengerjakan sholat wajib, yaitu: 1. Antara sholat ashar sampai matahari terbenam 2. Ketika matahari terlihat di tengah-tengah persis hingga condong 3. Mulai dari terbit fajar hingga terbit matahari 4. Menjelang matahari terbenam hingga benar-benar terbenam dengan sempurna 5. Saat matahari terbit hingga naik sepenggalan Adapun tata cara sholat taubat antara lain: 1. Rakaat pertama a. Mengucapkan niat (niat boleh diucapkan dalam hati ataupun dilisankan secara lirih) ‫صلِّ ْي ُسنَّةَ التَّوْ بَ ِة َر ْك َعتَ ْي ِن هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫أ‬ Artinya: “Aku berniat melakukan sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta’ala.” b. Takbiratul ihram c. Membaca iftitah (sunnah) d. Memacar surah Al-Fatihah e. Membaca surah pendek Al-Qur’an f. Rukuk g. I’tidal



7



h. Sujud i. Duduk diantara dua sujud j. Sujud kedua k. Berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua 2. Rakaat kedua a. Membaa Al-Fatihah b. Membaa surah pendek Al-Qur’an c. Rukuk d. I’tidal e. Sujud f. Duduk diantara dua sujud g. Sujud kedua h. Tasyahud akhir i. Mengucapkan salam Setelah mengerjakan sholat sunnah Taubat, dianjurkan untuk membaca istighfar. Dengan membaca istighfar, kita berserah diri dan memohon ampun kepada Allah. Berikut beberapa istighfar yang bisa kita baca sebagai do’a sholat Taubat: 1. Membaca Do’a Sayyidul Istighfar Sayyidul istighfar adalah istighfar paling baik atau paling mulia. Dengan membaca do’a ini berharap Allah akan menerima do’a kita dan mengampuni kesalahan-kesalaha yang telah kita lakukan. Adapun do’a Sayyidul Istighfar adalah sebagai berikut: َ ‫ اَل إِ ٰلـ َه إِالَّ أَ ْن‬، ْ‫ت َربِّي‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم أَ ْن‬ ‫ك َما‬ َ ‫ك َو َوعْ ِد‬ َ ‫ َوأَ َنا َعلَى َع ْه ِد‬، ‫ك‬ َ ‫ت َخلَ ْق َتنِيْ َوأَ َنا َع ْب ُد‬ ْ ‫ َوأَب ُْو ُء ِب َذ ْن ِبيْ َف‬، َّ‫ك َعلَي‬ ُ ْ‫ص َنع‬ ُ ْ‫اسْ َت َطع‬ ْ‫اغفِرْ لِي‬ َ ‫ك ِبنِعْ م ِت‬ َ َ‫ أَب ُْو ُء ل‬، ‫ت‬ َ ‫ك مِنْ َشرِّ َما‬ َ ‫ أَع ُْو ُذ ِب‬، ‫ت‬ ُّ ‫ َفإِ َّن ُه اَل َي ْغفِ ُر‬، َ ‫وب إِالَّ أَ ْن‬ ‫ت‬ َ ‫الذ ُن‬



Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku.” “Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau.” 2. Membaca Do’a Istighfar Nabi Adam Adapun bacaan do’a Istighfar Nabi Adam adalah:



8



َ‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِرين‬ Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak megampuni kami dan memberika rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” 3. Membaca Do’a Istighfar Rasulullah Adapun bacaan do’a Istighfar Rasulullah adalah: ‫ك أَ ْنتَ تَوَّابُ َر ِح ْي ٌم‬ َ َّ‫ي إِن‬ َّ َ‫َربِّ ا ْغفِرْ لِي َوتُبْ َعل‬ Artinya: “Ya Allah ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan Maha penyayang.” Setiap manusia pastilah pernah melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar. Entah itu dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu pastilah setiap manusia menginginkan ampunan atas dosa yang telah diperbuatnya. Maka melakukan Taubat Nasuha ketika anda menyadari telah melakukan kesalahan ataupun dosa. Jangan menunda-nunda untuk melakukan taubat karena tidak ada yang tau pasti apakah esok diri kita masih memiliki kesempatan untuk bertaubat. 2.3 Dzikir Pengertian dzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat. Kata dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah dzikir. Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Dalam Al-Qur’an Allah telah berfirman yang berbunyi: “Hai orang-orang yang berimana, bedzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.”(QS. Al-Ahzab:41). Dzikir menurut Imam Nawai Al Bataniyu penulis kitab Al Adzkar, menjelaskan dalam kitabnya ahwa dzikir bisa dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan menjadi lebih sempurna jika melakukannya dengan hati dan lisan. Jika harus memilih, mana yang lebih utama, menurutnya harus dengan hati saja, nammun akan leih afdhol (utama) jika melakukannya dengan hati dan lisan sesuai sunah Rosullah. Dzikir ialah menyebut Allah dengan tasbih (Subhanallah), membaca tahlil (La-ilaha illallahu), membaca tahmid (Alhamdulillah), baca taqdis (quddusun), membaca taqbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (La haula



9



wala quata illa billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmallah (bismillahirrohmanirrohim), membaca Al-Qur’an dan membaca do’a-do’a lainnya. Adapun bentuk dan cara berdzikir adalah: a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalamnya mengandung asma Allah yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya. c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Yang harus diingat ialah semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturrahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan. Dzikir memiliki banyak manfaat, karena selalu mengingat dan menyebut nama Allah setiap saat dan sepanjang waktu kala berdiri, duduk dan berbaring merupakan gambaran nyata dari keimanan, ketaqwaan dan rasa tawakkal seseorang. Adapun manfaat dzikir antara lain: a. Mendapatkan ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel, kecewa, sedih, duka, dendam dan stress berkepanjangan b. Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran, kesempitan, kepanikan, kekalutan, kehinaan dan sera kekurangan) kepada cahaya yang terang benderang (hidup ahagia, nyaman, aman,muliam sejahtera dan berkecukupan) c. Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar d. Terpelihara dari kelicikan dari tipu daya syetan yang menyesatkan e. Selalu mendapatkan jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya. Untuk melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab berdzikir. Dalam kitab Al Mafakhir Al-‘Aliyah fil Ma-atsir AsySyadzaliyah disebutkan pada pasal Adabudds-Dzikr, sebagaimana dituturkan



10



oleh Asy-Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian: 5 adab dilakukan sebelum berdzikir, 12 adab dilakukan saat berdzikir dan 3 adab sesudah berdzikir. Adapun 5 adab yang harus dilakukan sebelum berdzikir ialah: a. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan b. Mandi dan berwudhu c. Diam dan tenang, artinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisan yang mengucapkan Lailaaha illallah d. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakannya dzikir terhadap syaikh atau guru mursyidnya e. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah naib (pengganti) dari Beliau Sedangkan 12 adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah: a. Duduk ditempat yang suci seperti duduknya didalam sholat b. Meletakan kedua telapak tangannya diatas kedua pahanya c. Mengharumkan



tempatnya



untuk



berdzikir



dengan



bau



wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya d. Memakai pakaian yang halal dan suci e. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan f. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati/bathin g. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan ada yang sangat penting h. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai i. Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai



derajat



Ash-Shidiqiyah



dengan



syarat



dia



mau



mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan) kepada syaikhnya. Jika dia tidak mau



11



mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah). j. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya. k. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya l. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illalah agar pengaruh kata “Illallah” terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh. Dan yang terakhir adalah 3 adab setelah berdzikir, diantaranya: a. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzikr. Para ulama thoruqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh tahun b. Mengulang-ulang pernapasan berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkap hijab-hijab dan memutus bisik-bisikan hawa nafsu dan syetan. c. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya) yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Allah SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminuk air setelah nerdzikir akan memendam segala ras tersebut. Para guru mursyid berkata “orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil dzikirnya hanya akan muncul dengan hal terbebut.” Wsllshu a’lam 2.4 Do’a Menurut bahasa Do’a berasal dari kata “d-du’aa” yang berarti memanggil, meminta tolong, atau memohon sesuatu. Sedangkan do’a menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk kepada Allah. Do’a merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan setiap waktu dan setiap tempat, karena Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya. Do’a dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, dan Rasullah SAW telah menegaskan keistimewaan do’a di sisi Allah SWT adalah melebihi segala keistimewaan yang ada, dalam hal ini Rasullah bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah di banding dengan do’a” (HR. Tarmizi, Nasai, Abu Dawud).



12



Do’a adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala. Selamat dari segala musibah serta keselamatan abadi. Do’a berarti memohon atau meminta sesuatu yang baik kepada Allah SWT . Adapun dalam berdo’a ada beberapa etika dimana etika dalam do’a ada;ah dari ibadah untuk mendapatkan kemakbulan dalam berdo’a. Dimana etika dalam berdo’a diantaranya: a. Memulai berdo’a dengan membaca basmallah. Karena dalam melakukan perbuatan yang baik hendaknya dimulai dengan basmalah, hamdalah dan sholawat b. Memilih waktu dan situasi yang baik sehingga do’anya dapat dikabulkan Allah SWT. Seperti pada hari arafah, hari jum’at, bulat ramadhan, malam lailatul-qadar, waktu sahur (menjelang suuh), atau ditengah keheningan malam. c. Mengangkat tangan dan menghadap kiblat. Sebab menghadap kiblat ketika berdo’a merupakan sebuah kesunahan. Disamping itu mengangkat tangan ketika berdo’a dan mengusap telapak tangan ke wajah ketika selesai berdo’a adalah bagian dari sunah Rasul. d. Dimulai dengan memuji Allah. Pada dasarnya seorang muslim ketika berdo’a hendaklah memulai do’anya dengan memuji keagungan Allah, ahwa pujian kepada Allah dengan menyebutkan asmaul-husna dan bacaan shalawat nabi ketika memulai suatu do’a merupakan etika dalam berdo’a. e. Khusyuk dalam berdo’a. Dalam berdo’a hendaknnya menunjukan sikap merendahkan diri dan ke khusyuk’an hati. Misalnya, dengan mengulang bacaan doa hingga tiga kali. Tidak tergesa-gesa, serta penuh keyakinan bahwa do’a yang dipanjatkan pasti dikabulkan oleh Allah SWT kepada setiap hambanya yang memanjatkan do’a. f. Dengan suara sederhana karena pada ketika memanjatkan do’a hendaklah dengan volume suara yang sederhana, tidak terlalu keras tidak pula terlalu pelan. Sebab orang yang berdo’a berarti sedang berdialog dan berhadapan dengan Allah SWT, dan selayaknya bila merendahkan suara hinga hatinya leih khusyuk dan merasa dekat dengan-Nya. g. Memilih do’a Qur’ani dan hadisi. Ketika berdo’a hendaklah kita memilih do’a-do’a yang telah di ajarkan Al-Qur’an maupun AlHadist, Imam Al-Ghazali dalam kita Ihya’Ulumuddin menegaskan: Yang terbaik bagi seseorang yang memanjatkan do’a adalah memilih do’a yang benar-benar telah diajarkan Al-Qur’an dan Al-



13



Hadist, sebab kemakbulannya sudah teruji, keberhasilannya dalam mendatangkan kemaslahatan bagi umat. h. Tidak menyimpang dari syariat, karena ketika berdo’a hendaklah jangan menyimpang dari garis ajaran syariat Islam dan jangan berdo’a dengan do’a yang konyol. Misalnya: meminta agar segera meninggal atau mendapatkan musibah yang lebih berat lagi dan apabila marah pada orang lain, kemudian mendo’akannya dengan do’a yang tidak baik.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Akhlaq dapat diartikan sebagai sifat-sifat atau sikap yang melekat pada diri manusia dan dapat disebut juga dengan moral atau etika 2. Akhlaq kepada Allah SWT dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan manusia yang di lakukan tanpa berpikir lagi yang memang ada pada diri manusia sebagai hamba Allah SWT. 3. Taubat dapat diartikan sebagai kembalinya diri dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah ke jalan yang lebih dekat dengan Allah. 4. Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan menyebut nama Allah dengan tasbih (Subhanallah), membaca tahlil (La-ilaha illallahu), membaca tahmid (Alhamdulillah), baca taqdis (quddusun), membaca taqbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (La haula wala quata illa billahi),



membaca



hasbalah



(hasbiyallahu),



membaca



basmallah



(bismillahirrohmanirrohim), membaca Al-Qur’an dan membaca do’a-do’a lainnya. 5. Do’a dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis memberikan saran agar pembaca melakukan riset dan studi yang lebih mendalam mengenai Akhlaq kepada Allah, Taubat, Dzikir dan Do’a dengan sumber atau literatur yang lebih beragam. Agar ilmu dan pengetahuan yang didapatkan lebih banyak dan lebih bermanfaat.



14



DAFTAR PUSTAKA



Abu Naufal al-Mahalli, 2005, Doa yang didengar Allah. Yogyakarta: Pustaka Firdaus. Hasbi Ashiddieqy, 1956, Pedoman Dzikir dan Do’a. Jakarta: PT. Bulan Bintang Ibnu Qayyim al jauziyah, 2006, Tobat Kembali pada Allah. Jakarta: Gema Insani Press.



15