13 0 466 KB
ANALISIS JURNAL PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN ANAK HIPERTERMIA DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun oleh: 1. Intan Nurcahyaningsih 2. Tuti Novilia 3. Inayatus Solikha 4. Idatul Awaliyah 5. Ade Dwinanjar
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019
BAB I KAJIAN JURNAL UTAMA
A. JUDUL JURNAL Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta B. PENELITI Sri Purwanti dan Winarsih Nur Ambarwati C. TEMPAT PENELITIAN RSUD Dr. Moewardi Surakarta. D. TAHUN PENELITIAN Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2015. E. LATAR BELAKANG Panas atau demam merupakan kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di atas 38C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu>38.5C. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan memproduksi panas. Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisme atau mahluk hidup yg sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya micro-organisme tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa daya
tahan
tubuh
kuat
kita. Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak
jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik tsb bisa kuman bakteri,bisa virus, jamur. Pada Anak yang
mengalami infeksi tanda panas tubuh yang meninggi seringkali muncul. Sudah terbukti bahwa demam sengaja dibuat oleh tubuh kita sebagai upaya membantu tubuh menyingkirkan infeksi. Pada saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi tersebut. Caranya, dengan mengerahkan sistem imun. Pasukan komando untuk melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen mempunyai peranan yang kompleks terhadap mekanisme pengaturan yang ada dalam tubuh manusia Pirogen itu membawa 2 misi: 1. Mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi. 2. Menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.
F.
METODE PENELITIAN Penelitian ini melakukan intervensi atau manipulasi terhadap subjek penelitian berupa pemberian kompres hangat. Dalam penelitian ini populasi semua pasien anak dengan hipertermia yang ada di ruang rawat inap RSDM di ruang C.I, II, III dan melati II tetapi yang memenuhi kreteria inklusi peneliti yang diambil sebagai subjek. Dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampel atau sampel bertujuan. Penelitian ini
mengambil sampel minimal yaitu 30 anak yang mengalami hipertermia. Pengumpulan data dengan observasi langsung ke pasien dengan dibantu 3 orang perawat minimal pendidikan D III keperawatan, bersedia ikut dalam penelitian, minimal bekerja 1 tahun di ruang tsb. Sebelum pelaksanaan, 3 orang tsb telah diberi pelatihan oleh peneliti. Setelah subjek yang dicari telah memenuhi syarat dalam kriteria inklusi baru dilaksanakan tindakan mandiri keperawatan berupa kompres hangat Bila pengumpulan data selesai dilanjutkan anlisa data, dalam penelitian ini menggunakan pairred sample t test , menurut Sadjana (1992) sebelum melakukan analisa data perlu di lakukan uji kenormalan data dengan memakai uji kolmogorov smirnov, karena data yang terkumpul berupa internal / ratio maka dilanjutkan dengan uji t test.
BAB II TELAAH JURNAL MENGGUNAKAN MODEL PICO (POPULATION-INTERVENTION-COMPARASION-OUTCOME)
A. Jurnalutama Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta B. Peneliti Sri Purwanti dan Winarsih Nur Ambarwati C. Bahasan Konsep Teori Sumber
Jurnal buku/teori Panas
atau
demam
merupakan
Penelitian :
kondisi dimana otak mematok suhu
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
di atas setting normal yaitu di atas
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien
38C. Namun demikian, panas yang
Anak Hipertermia Di Ruang Rawat
sesungguhnya
Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta
adalah
suhu>38.5C.
Akibat
bila tuntutan
peningkatan tersebut tubuh akan
Peneliti :
memproduksi panas.
Sri Purwanti dan Winarsih Nur
Dengan
kompres
hangat
menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran
cukup
panas,
akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
Ambarwati
Sumber
Jurnal buku/teori supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
tubuh,
diluaran
dengan
hangat
pembuluh
akan
darah
melebar
membuat
tepi
dan
suhu
dikulit
mengalami
vasodilatasi sehingga pori – pori kulit
akan
membuka
dan
mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.
Selama
proses
pertumbuhan
perkembangan,
anak
dan
sering
Penelitian: Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh
mengalami sakit. Berbagai penyakit
Antara
khususnya penyakit yang disebabkan
Hangat Dengan Tepid Sponge Bath
oleh infeksi hampir selalu disertai
Pada Anak Demam
oleh
demam.
Demam
Pemberian
diartikan
sebagai kenaikan suhu tubuh di atas
Peneliti :
normal. Menurut Robert dan Edward,
Dewi Arie Kusumo
dalam Purwoko (2002), ada sekitar 0,05 % kejadian hipertermia pada anak di Indonesia. Di Jawa Timur, kejadian demam di Puskesmas dan beberapa masing
Rumah 4000
dan
Sakit 1000
masingkasus
perbulan, dengan angka kematian
Kompres
Air
Sumber
Jurnal buku/teori 0,8%.
Di
RSUD
Dr
Soetomo
Surabaya selama periode 1991-1995 telah dirawat 586 penderita demam ( demam
thypoid)
dengan
angka
kematian 1,4% dan selama periode 1996-2000
telah
dirawat
1563
penderita dengan angka kematian 1,09% ( Soewondo et al, 2007, dalam Irma Suswati ).
Demam adalah keadaan dimana
Penelitian:
terjadi kenaikan suhu hingga 38° C
Kompres Air Hangat Pada Daerah
atau lebih. Ada juga yang mengambil
Aksila
batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan
Penurunan
bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Pasien
disebut demam tinggi/ hiperpireksia.
Muhammadiyah Kutoarjo
Dan
Dahi
Suhu Demam
Terhadap
Tubuh
Pada
Di
PKU
Demam dapat membahayakan apabila timbul dalam suhu yang tinggi.
Peneliti :
Demam tinggi adalah demam yang
Eny Inda Ayu, Winda Irwanti dan
mencapai 41,1°C (106°F) atau lebih.
Mulyanti
Pada demam tinggi dapat terjadi alkalosis
respiratorik,
asidosis
metabolik, kerusakan hati, kelainan EKG,
dan
berkurangnya
aliran
Sumber
Jurnal buku/teori darah otak. Selain itu dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani
maka
akan
dapat
menyebabkan
kerusakan
otak,
hiperpireksia
yang
akan
menyebabkan
syok,
retardasi
epilepsy,
mental
atau
ketidakmampuan belajar. Demam tinggi
atau
suhu
dapat
tubuh
diturunkan
yang dengan
berbagai cara. Cara yang paling sering digunakan adalah meminum obat
penurun
Paracetamol Selain
demam
ataupun
itu
adalah
seperti
Ibuprofen. dengan
mengobati penyebab demam, dan apabila ternyata demamnya karena infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri. Tetapi obat- obatan saja tidak cukup, sehingga perlu dilakukan kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh saat demam.
D. Analisis PICO
JURNAL UTAMA
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta
POPULASI PASIEN Populasi dari penelitian ini adalah 30 anak yang mengalami hipertermia INTERVENSI Kompres Hangat COMPARATION : (Perbandingan) OUTCOME : Hasil penelitian ini telah diketahui bahwa berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin, diagnosa medis, terapi medis. Setelah dilakukan kompres hangat selama 10 menit, Mayoritas subyek penelitian ini adalah anak laki laki. Data hasil penelitian dari 30 responden subyek penelitian yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 20 orang atau 67 % . Sisanya sebanyak 10 orang atau 33% adalah berjenis kelamin perempuan. Adapun diagnosa medis yang muncul ada 6 kategori/jenis yaitu : Febris typoid Obsfebris, GE, DHF, Diare, dan kejeng demam. Kebanyakan reponden anak yang sakit, yang digunakan dalam penelitian ini adalah berusia 1012 tahun. Anak usia 10 -12 tahun yang menjadi subyek penelitian ini sebanyak 67 % dan sisanya anak yang kurang dari 10 tahun.
Berdasarkan data menunjukkan, bahwa pada anak yang mengalami panas dari 30 anak setelah dirata rata pengukuran suhu tubuh mereka didapatkan nilai mean 38,9°C dan setelah dilakukan tindakan kompres selama 10- menit penurunan suhunya menjadi rata rata 37,9°C . Berdasarkan hasil penelitian ini rerata suhu tubuh sebelum tindakan kompres hangat 38,9°C dengan SD 0,401°C. setelah mendapatkan kompres hangat selama 10 menit menjadi 37,9°C dengan SD 0,447°C. Pada uji analisis rerata suhu tubuh sesudah tindakan kompres hangat selama 10 menit, terjadi rerata penurunan 0,97°C dengan SD 0,35°C dengan korelasi 0,668 nilai t 15,2, P = 0,001 yang berarti bahwa p < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan yang berarti Ho ditolak. Ho diterima pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak dengan hipertermia.
JURNAL PEMBANDING 1 Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam POPULASI : Populasi dari penelitian ini terdiri 116 partisipan. INTERVENTION: Kompres Air Hangat dan Tepid Sponge Bath COMPARATION : (Perbandingan) OUTCOME : Hasil penelitian ini yang paling banyak mengalami demam adalah lakilaki, baik pemberian kompres air hangat (53,3%), pemberian tepid sponge
bath(60%), maupun kelompok yang tanpa perlakuan (70%). Anak dengan jenis kelamin laki-laki banyak mengalami peningkatan suhu tubuh. Responden yang paling banyak mengalami demam adalah responden dengan diagnosa penyakit obs febris sebesar 36,6% (11 anak) pada pemberian tepid sponge bath. Sedangkan pada kelompok pemberian kompres air hangat dan kelompok tanpa perlakuan, yang paling banyak mengalami demam adalah responden dengan diagnosa thypoid sebesar 26,7% (8 anak). Diketahui nilai sig, (p) pada anova (F) sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari taraf nyata (0,05) maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan, antara penurunan suhu pada kel. Penggunaan kompres air hangat, kel. Pemakaian tepid sponge bath, dan kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji anova tunggal didapatkan hasil nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, adanya perbedaan penurunan suhu sebelum dan setelah diberikan kompres air hangat karena kompres air hangat dapat menurunkan suhu dengan proses evaporasi. Adanya rerata penurunan suhu tubuh setelah dilakukan pemberian kompres air hangat kurang dari 1 derajat celcius, menunjukkan bahwa penurunan suhu ini tidak secara drastis yang akan membuat mekanisme penyesuaian tubuh yang baik. Pemberian tepid sponge bath dengan air hangat efektif menurunkan demam tinggi (Perry & Potter, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa penurunan suhu tubuh dengan metode tepid sponge bath pada suhu tubuh diatas 39,0 C memberikan selisih penurunan suhu yang lebih besar daripada peningkatan suhu tubuh di bawah 390C (Widanti, Fatimah & Mardiyah,2004). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepid sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini disebabkan adanya
seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.
JURNAL PEMBANDING 2 Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila Dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Di PKU Muhammadiyah Kutoarjo POPULASI : Populasi dari penelitian ini terdiri 40 partisipan. INTERVENTION: Kompres Air Hangat Aksila dan Dahi COMPARATION : (Perbandingan) OUTCOME : Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang diberikan perlakuan kompres air hangat pada daerah aksila adalah 0,247oC dan rerata penurunan suhu tubuh pasien demam yang diberikan kompres air hangat pada daerah dahi adalah 0,111oC. Berdasarkan hasil uji diperoleh penurunan suhu pada kedua kelompok lokasi kompres yaitu menunjukkan hasil yang signifikan. Pada kelompok pasien yang dikompres pada daerah aksila rerata suhu sebelum perlakuan adalah 39,02oC dengan rerata penurunan suhu 0,247oC menjadi 38,77o C. Pada pasien yang dikompres pada daerah dahi rerata suhu tubuh sebelum perlakuan adalah 38,68o C
mengalami penurunan sebesar 0,111 menjadi 38,57oC sesudah perlakuan. Berdasarkan perbandingan penurunan suhunya maka pengompresan di daerah
aksila
dengan
rerata
penurunan
suhu
sebesar
0,247oC
menunjukkan penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan pengompresan pada daerah dahi dengan rerata penurunan suhu sebesar 0,111oC. Setelah dilakukan uji perbandingan kedua rerata menggunakan uji t diperoleh t hitung sebesar 5,879 dengan p=0,000. Karena p38ºC berjumlah 40 pasien
pada
dalam satu bulan. Analisis
penelitian
ini
adalah
Variabel yang Pasien pada penelitian ini adalah Pasien dari penelitian ini terdiri anak
yang
mengambil sampel 90 anak
Simple random sampling.
30
penelitian
mengalami dari 116 partisipan, kemudian
Kutoarjo
mengalami
demam
data menggunakan uji t. Pasien
pada
adalah
semua
penelitian ini pasien
yang
diteliti
hipertermia di ruang rawat inap, peneliti mengambil sampel 90
dirawat di Ruang Rawat Inap
ruang Cendana I, II, III RSUD anak yang sesuai dengan
KRIPMD PKU Muhammadiyah
Dr. Moewardi Surakarta.
Kutoarjo
kriteria inklusi dan eksklusi
yang
mengalami
demam dengan suhu tubuh aksila >38ºC berjumlah 40 pasien dalam satu bulan. Intervensi
Kompres Hangat
Kompres Air Hangat dan Tepid Kompres Air Hangat Aksila dan Sponge Bath
Jumlah pembanding
Penelitian
ini
mengambil
Dahi
Responden dibedakan menjadi Subjek dibagi dua kelompok
sampel minimal yaitu 30
3 kelompok. Pengelompokkan yaitu
anak
responden
yang
mengalami
kelompok
dengan
berdasarkan kompres hangat pada dahi dan
hipertermia di ruang rawat
kemiripan suhu tubuh pada kompres hangat pada aksila
inap, ruang Cendana I, II, III
awal pengukuran (pre test). Pre selama
RSUD
test
Surakarta.
Dr.
Moewardi
pada
15-30
masing-masing Pengukuran
kelompok berupa pengukuran menit
menit.
dilakukan
sebelum
2-3
perlakuan
suhu tubuh awal di ketiak kompres dengan menggunakan dengan
menggunakan thermometer aksila.
termometer digital. Kelompok
pertama yaitu responden yang mengalami peningkatan suhu tubuh
>38oC
diberikan
tindakan kompres air hangat selama ± 10 menit, begitu juga kelompok kedua yaitu diberikan tindakan tepid
sponge
bath
± 10 menit. Sedangkan pada kelompok
kontrol
tidak
diberikan tindakan keduanya.
B. Kelebihan Jurnal Dan Kekurangan Jurnal Kelebihan: Jurnalutamamemilikikelebihanyaitu Partisipan akan dilatih untuk melakukan senam kaki diabetik. Kekurangan: 1. Sampel yang digunakan tidak ada kelompok kontrol jadi tidak ada kelompok pembandingnya, hasil bisa dibilang kurang relevan. 2. Dalam pengambilan sampel peneliti tidak berhadapan secara langsung time 24 jam tetapi diwakilkan pada pembantu peneliti. 3. Sampel yang diambil hanya sesuai kreteri inklusi peneliti saja, pada kasus penyakit yang lain yang berhubungan dengan sistem saraf pusat tidak bisa.
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkanhasiltemuanpenelitianjurnal utama adalah senam pada kaki dapat mengurangi daerah ulkus.Temuan menunjukkan latihan kaki harus dimasukkan dalam rencana pengobatan ketika mengelola pasien dengan ulkus kaki diabetik. Penelitan jurnal pembanding adalah 12-minggu Program diawasi dari terapi latihan kaki secara signifikan meningkatkan mobilitas sendi, kinerja otot dan kecepatan berjalan pada pasien diabetes, sehingga membatasi salah satu faktor patogen dari kaki diabetik dan berpotensi mencegah kecacatan. B. SARAN Saran
untukkedepannyayaitu
agar
pelayanankesehatan
di
DesaPelumutanmulaimenerapkantekniknonfarmakologisepertilatihan otot dan senam kaki untuk menurunkanangkakejadian DMkhususnyapada program lansia.