Analisis Aktivitas Pendanaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN



LATAR BELAKANG Sebuah Perusahaan menjalankan berbagai aktivitas untuk menyediakan produk dan jasa yang dapat dijual dan menghasilkan pengembalian investasi yang memuaskan. Laporan keuangan perusahaan berikut pengungkapannya menginformasikan empat aktivitas utama perusahaan: perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi. Masing-masing aktivitas bisnis utama ini penting untuk dipahami sebelum kita dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan secara efektif. Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko. Karena itulah aktivitas pendanaan bagi sebuah perusahaan adalah hal yang sangat penting dikelola oleh manajer keuangan.



1



RUMUSAN MASALAH Berbagai permasalahan yang menjadi hal penting terkait aktivitas pendanaan antara lain adalah: 1. Bagaimana hubungan antara bisnis dengan analisis laporan keuangan? 2. Bagaimana analisis aktivitas pendanaan,terkait dengan kewajiban dan ekuitas, pengungkapan pensiun, kontinjensi dan pendanaan di luar neraca?



2



PEMBAHASAN I. KEWAJIBAN Analisis aktivitas pendanaan ditujukan untuk mengidentifikasi dan menilai karakteristik dasar kewajiban dan ekuitas, menganalisis dan menginterpretasikan pengungkapan sewa guna usaha dan menjelaskan implikasi serta penyesuaiannya terhadap laporan keuangan. Analisis aktivitas pendanaan juga bertujuan untuk menganalisis pengungkapan pensiun dan menilai konsekuensinya terhadap penilaian dan resiko perusahaan. Tujuan-tujuan lain dari analisis aktivitas pendanaan adalah menganalisis pengungkapan kewajiban kontinjen dan menjelaskan resikonya, mengidentifikasi di luar neraca (off balance sheet



financing



)



dan



konsekuensinya



terhadap



analisis



resiko,



menganalisis



dan



menginterpretasikan kewajiban dari sudut pandang ekuitas, menjelaskan modal saham dan menganalisis serta menginterpretasikan fitur-fitur yang membedakan, dan menjelaskan laba ditahan dan distribusinya melalui dividen. Dalam bentuk bagan analisis aktivitas pendanaan dapat digambarkan sebagai berikut : Analisis Aktivitas Pendanaan



Tinjauan Kewajiban Sewa Guna Usaha Imbalan Pascapensiun Kontijensi dan komitmen Pendanaan diluar neraca Ekuitas Pemegang Saham



KewajibanAkuntansi Lancar dan pelaporan Imbalan Pensiun sewa guna usaha Analisis Kontijensi Contoh pendanaan diluar Saham neraca modal KewajibanAnalisis tak lancar sewa guna Imbalan usaha pascapensiun lainnya Analisis Komitmen Analisis pendanaan diluar Laba neraca ditahan Analisis Kewajiban Menyesuikan Laporan Pelaporan keuangan dan analisis imbalan pascapensiun lainnya Entitas bertujuan khusus Kewajiban (SPE) pada ujung ekuitas



Sumber : John, Subramanyam and Robert, 2005 I. KEWAJIBAN DAN EKUITAS Aktivitas bisinis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban dapat berupa kewajiban lancar maupun kewajiban tak lancar. Kewajiban lancar ( atau jangka pendek ) merupakan kewajiban yang pelunasannya



memerlukan penggunaan aktiva lancar atau



munculnya kewajiban lancar lainnya. 3



Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi, meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan akrual beban operasi lainnya. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek dan bagian utang jangka panjang jatuh tempo. Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang ) merupakan kewajiban yang tidak jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar beragam bentuknya, dan penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh batasan dan ketentuan. Kewajiban yang umum lainnya adalah komitmen pembelian. Dimana memerlukan pengungkapan jika kewajiban pengungkapan tanpa syarat ini menyediakan pendanaan bagi pemasok dan tidak diakui dalam neraca pembeli. Analisis kewajiban dalam berbagai kasus seringkali didasarkan pada cacatan analisis laporan keuangan dan pada komentar manajemen dalam laporan tahunan serta dokumen-dokumen yang terkait. Keakuratan dan kewajaran jumlah utang dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang dengan pengungkapan jumlah utang dan pembayaran bunga. Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari sebaliknya kita harus mewaspadai penyajian laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah atau ditangguhkan. Beberapa fitur penting dalam analisis kewajiban: a. Ketentuan utang ( seperti tangal jatuh tempo, tingkat bunga, pola pembayaran, jumlah) b. Pembatasan pemakaia sumber daya dan pelaksanaan aktivitas bisnis c. Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaa selanjutnya d. Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (debt to equity), dan ukuran keuangan lain. e. Fitur konfersi kewajiban yang bersifat dilusi f. Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen II. SEWA GUNA Sewa guna usaha merupakan bentuk pendanaan yang popular khususnya dalam beberapa industri tertentu. Sewa guna usaha (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa (lesse). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh lessor selama masa sewa guna usaha. 4



Klasifikasi dan Pelaporan Sewa Guna Usaha. Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa guna usaha sebagai capital lease. Jika pada saat terjadinya transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat criteria sebagai berikut : 1. Terdapat transfer kepemilikan aktiva kepada lessee pada akhir masa sewa guna usaha. 2. Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah ( bargain price). 3. Masa sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aktiva. 4. Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha minimum lainnya sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi dengan kredit pajak investasi yang ditahan oleh lessor. Analisis Sewa Guna Usaha Walapun standar akuntansi memperbolehkan metode alternative untuk mencerminkan perbedaan ekonomi yang mendasari transaksi sewa guna usaha, pilihan



ini sangat sering



disalahgunakan oleh lessee yang menstrukturkan kontark sewa guna usaha sehingga mereka dapat menggunakan metode operating lease. Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa guna usaha sebagai operating lease terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporang laba rugi. Ringkasan dampak pada laporan keuangan ini adalah sebagai berikut : 1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak menyajikan pendanaan sewa guna usaha dalam neraca. Hal ini akan menaikkan rasio solvabilitas yang sring digunakan dalam analisis kredit. 2. Operating lease menyajikan aktiva lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi. 3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease. 4. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca. 5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa.



III. IMBALAN PASCAPENSIUN Terdapat dua bentuk imbalan pascapensiun. 5



1. Imbalan pension



(pension benefit), dimana pemberi kerja menjanjikan imbalan



moneter kepada pekerja pascapensiun. 2. Imbalan pascapensiun lainnya (other posretirement employee benefit-OPEB), dimana pemberi kerja menyediakan imbalan lain (biasanya non moneter) pascapensiunterutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa. Imbalan pension dan OPEB menjadi bagina besardalam kewajiban banyak perusahaan. Selain itu pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi. a) Sifat Kewajiban Pensiun Perusahaan menformalkan komitmen pensiun dalam bentuk program pensiun. Program pensiun atau pension plan merupakan janji pemberi kerja untuk menyediakan imbalan pensiun bagi pekerja dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak : pemberi kerja, yang memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang member imbalan; dan dana pensiun. Dana pensiun terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk. Dana pensiun menerima kontribusi, menginvestasikan kontribusi tersebut dengan cara yang tepat dan membagikan imbalan pensiun kepada para pekerja. Program pensiun dapat di bagi dalam dua kategori utama: 1. Program pensiun imbalan pasti (definet benefit) Menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan. Dalam program ini pemberi kerka menanggung resiko kinerja dana pensiun. 2. Progam pensiun iuran pasti (definet contribution) Menetukan jumlah kontribusi pemeberi kerja pada program pensiun. Dalam kasus ini jumlah imbalan pensiun yang diterima pensiunan tergantung pada kinerja dana pensiun. Dalam program ini, pekerja menanggung resiko kinerja. Pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting merupakan hak pekerja terlepas dari apakah pekerja masih berada dalam perusahaan atau tidak. Hak ini diberikan setelah pekerja memberikan jasa kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu. Setelah kewajiban pensiun ditentukan, pendanaan (funding) menjadi keputusan manajemen untuk program pensiun imbalan pasti, yang dipengaruhi oleh 6



pertimbangan legal dan pertimbangan pajak. Hukum pajak menerapkan ketentuan pendanaan minimum untuk menjamin keamanan pensiun.Hukum pajak menerapkan pengurangan pajak untuk program pensiun yang didanai terlalu tinggi. b) Biaya Pensiun Biaya pensiun ekonomi (economic pension cost) atau beban merupakan biaya bersih yang timbul dari perubahan posisi ekonomi bersih selama periode bersangkutan. Biaya pensiun ekonomi meliputi komponen yang berulang maupun yang tidak berulang. Biaya pensiun yang berulang terdiri atas dua komponen sebagai berikut : 1. Biaya jasa (service cost) merupakan nilai sekarang aktuaria atas imbalan pensiun yang dihasilkan oleh pegawai berdasarkan imbalan pensiun. 2. Biaya bunga (interest cost) merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena pembayaran pensiun menjadi satu periode lebih dekat.Biaya ini muncul karena PBO merupakan nilai sekarang atas imbalan pensiun dimasa depan, dimana kenaikan terkait dengan nilai waktu uang. Biaya pensiun yang tidak berulang : 1. Keuntungan atau kerugian aktuaria merupakan perubahan PBO yang terjadi saat asumsi aktuaria dalam penghitungan PBO direvisi. 2. Biaya masa lalu timbul karena perubahan ketentuan program pensiun atas PBO. Biaya masa lalu meliputi imbalan pensiun retroaktif yang diberikan pada awal program pensiun atau pensiun yang dibentuk oleh amandemen program yang umumnya terjadi karena negosiasi tenaga kerja dan tawar menawar secara kolektif.



IV. KONTINJENSI DAN KOMITMEN Kontinjensi Defini kontinjensi menurut PSAK NO.8 : “ Kontinjensi merupakan suatu kondisi atau situasi dengan hasil akhir berypa keuntungan atau kerugian, yang baru dapat dikonfimasikan setelah terjadinya atau tidak terjadinya satau atau lebih pewristiwa yang tidak pasti terjadi di masa depan”. 7







Keuntungan kontinjensi (Gain Contingencies)



Definisi keuntungan kontinjensi adalah hak atau klaim untuk menerima aktiva (atau pengurangan kewajiban) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Contoh : 1. Penerimaan yang mungkin atas uang sari hadiah, donasi, bonus dll 2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak 3. Penundaan kasus yang hasilnya mungkin menguntungkan 4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan



Keuntungan kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan. Akan tetapi diungkapkan dalam catatan hanya jika probabilitas terealisasinya tinggi tetapi jika realisasi keuntungan dapat dipastikan, maka itu bukan kontinjensi dan pengakuan keuntungan dapat dilakukan. 



Kerugian kontinjensi (loss Contingencies)



Definisinya adalah situasi yang melibatkan ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian. Posisinya meliputi : kemungkinan besar (probable), Cukup mungkin (reasonably possible), kemungkinan kecil (remote). Kewajiban ini akan dicatat jika memenuhi syarat : 1. Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukkan bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada tanggal laporan keuangan. 2. Jumlah kerugian dapat diestimasi dengan layak.



Beberapa yang termasuk dalam loss contingencies : 1. Litigation, Claims dan assements (perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan) Factor=factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah sutau kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau yang mengancam : 1. Periode waktu dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan. 2. Kemungkinan/probabilitas hasil yang tidak menuntungkan. 3. Kemampuan untuk membuat taksiran yang layaj atas jumlah kerugian.



Berkenaan dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang belum dinyatakan perusahaan harus menentukantingkat probabilitas bahwa gugatan itu akan diajukan dan probabilitas hasil yang tidak mengutungkan. 2. Guarantee dan warranty cost (biaya garansi dan jaminan) Adalah suatu janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk memperbaiki kekurangan dalam kuantitas, kualitas atau kinerja suatu produk, biasanya digunakan sebagai teknik pemasaran



8



oleh perusahaan. Erdapat dua metode dasara akuntansi untuk biaya jaminan yakni metode dasar kas dan metode dasar akrual. Metode dasar kas: biaya jaminan dimasukkan ke beban pada saat terjadinya atau biaya jaminan dibebankan ke periode dimana penjual atau produsen menepati jaminan itu. Dasar akrual : biaya jaminan dibebankan ke beban operasi dalam tahunan penjualan dan harus digunakan manakala jaminan merupakan bagian yang terpadu dan tak terpisahkan dari penjualan dan dianggap sebagai kerugian kontinjensi. 3. Premium dan coupons (hadiah dan kupon yang ditawarkan ke pelanggan) 4. Kewajiban lingkungan 5. Resiko asuransi sendiri. A.



Komitmen



Komitmen (Commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan berdasarkan kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian (purchase order) bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan adalah kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli barang atau jasa pada harga tertentu, dan kontrak pembelian aset tetap yang harus dibayarkan selama masa konstruksi. Semua komitmen memerlukan pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen, termasuk jumlah, kondisi, dan waktu. V. PENDANAAN DI LUAR NERACA Pendanaan di luar neraca (off balancing financing) adalah tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Kita telah mempelajari transaksi yang memenuhi pengertian ini, seperti operating lease yang tidak dapat dibedakan dari capital lease. Selain sewa terdapat rancangan pendanaan di luar neraca lainnya, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks. Rancang ini merupakan bagian dari tatanan yang selalu berubah, dimana saat ketentuan akuntansi atas



transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan untuk lebih mencerminkan



kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif untuk menggantikannya. 



Contoh Pendanaan di luar neraca



Salah satucara untuk mendanai property, pabrik, dan peralatanadalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk menggunakanaset tersebut serta 9



menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang. Contoh rancangan ini adalah purchase agreements dan through-put agreement di mana perusahaan sepakat untuk membeli barang sejumlah tertentu melalui fasilitas pemrosesan, atau take-or-pay arrangement di mana perusahan memberikan jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak. Variasi dari rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian menyediakan pendanaan tidak lebih 50% kepemilikan-seperti joint venture atau persekutuan terbatas (limited partnership). Perusahaan



menempatkan



transaksi ini



sebagai



investasi dalam



equitas



dan



tidak



mengonsilidasikannya dalam laporan keuangan perusahaannya. Dengan demikian pendanaan tersebut tidak masuk dalam kewajiban. 



Entitas Bertujuan Khusus



Entitas bertujuan khusus atau EBK (SPE) yang sekarang menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari dua decade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuanan perusahaan saat ini. Konsep SPE adalah : 1. SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas, beberapa diantaranya harus berasal dari pihak ketiga yan g independen. 2. SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan membeli asset dari atau untuk perusahaan sponsor. 3. Arus kas dari asset digunakan untuk membayar uatang dan menyediakan pengembalian bagi investor ekuitas.



Sebagai contohnya : sebuah perusahaan menjual piutang usaha kepada SPE. Piutang ini misalnya berasal dari kartu kredit eksklusif perusahaan yang ditawarkan pada pelanggannya sebagai uasaha untuk mempertahankan pembelian pelanggan 9misalnya, kartu kredit target). Perusahaan memindahkan piutang dari neraca dan menerima uang tunai yang dapat diinvestasikan dalam asset lain. SPE menggunakan piutang tersebut sebagai jaminan utang yang dijualnya di pasar kredit dan menggunakan uang tunai untuk membeli piutang tambahan secara terus menerus seiring dengan pertumbuhan portofolio kartu kredit perusahaan. Proses ini disebut sekuritisasi. Tampilan berikut ini mengilustrasikan arus dana dalam penggunaan SPE



10



VI. EKUITAS PEMEGANG SAHAM Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan “utang” perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai modal bentukan atau ciptaan (earned capital). A.



Modal Saham



Perseroan Terbatas merupakan kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai tanda bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk sertifikat saham, Modal pemegang saham menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Intermediate Accounting”, adalah : “Modal yang didapat atau ditanam dari satu atau banyak orang, dan setiap orang yang menyetor bisa menjadi pemilik perusahaan tersebut (perseroan)”. (2001:393) Sedangkan dari pendapat lain seperti Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D.Warfied yang dialihbahasakan oleh Gina Gania dan Ichsan Setio Budi dalam buku “Akuntansi Intermediate”, modal saham adalah : “Jumlah modal yang disetorkan oleh para pemegang saham kepada perseroan yang digunakan untuk menjalankan bisnis perseroan tersebut”. (2001:312)



11



Dari kedua definisi tersebut dapat diterangkan bahwa jumlah yang dilaporkan sebagai capital stock merupakan modal resmi perusahaan. Hal tersebut lebih dikarenakan oleh posisinya bahwa nilai yang ditanamkan suatu perusahaan dan benar-benar telah ditanamkan oleh para pemilik dengan bukti yang ditunjukan berupa sertifikat saham. Modal saham mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pembiayaan hutang yang biasanya diharuskan untuk membayar bunga secara rutin dalam suatu waktu atau jatuh tempo yang tertentu. Selain itu dalam modal saham juga terdapat persyaratan minimum legal capital yang mengatur jumlah minimum porsi pembiayaan. Hal tersebut berarti apabila porsi modal pemegang saham terhadap hutangnya meningkat, maka asset yang dikontribusikan juga akan meningkat. Persyaratan modal minimum atas modal saham antara lain berupa persyaratan pengeluaran saham baru dengan nilai nominal yang ditunjukan untuk memastikan bahwa saham tidak diperjualbelikan dengan diskon atau harga di bawah nilai nominal. B.



Klasifikasi Modal Saham



Modal saham merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang ekuitas sebagai pembayaran asset dan jasa. Terdapat dua jenis modal saham yakni : a. Saham Biasa Adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Sedangkan makna surat berharga adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjualbelikan. Karakteristik saham biasa : 1. Berhak atas pendapatan perusahaan 2. Berhak atas perusahaan 3. Berhak mengeluarkan suara 4. Tanggung jawab terbatas 5. Hak memesan efek terlebih dahulu Keuntungan berinvestasi di saham biasa : 1. Dividend Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 2. Capital Gain Capital gain adalah kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. 12



Risiko berinvestasi di saham biasa : 1. Capital Loss Capital loss merupakan menjual saham yang dimilik dibawah harga beli saham. 2. Liquidation Risk Saham delisting dari bursa. Buruknya kinerja dalam emiten secara signifikan mempengaruhi kelangsungan usaha, sehingga saham kurang diminati oleh para investor. Dalam hal ini dividen yang diterima oleh pemodal akan turun atau bahkan nol. b.



Saham Preferen Jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Disebut preferen karena pemegang saham biasa mempunyai hak-hak keistimewaan di atas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham. Keistimewaan tersebut adalah kesepakatan antara pemodal dengan emiten. Perusahaan (emiten) yang menerbitkan saham preferen, mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keistimewaan pemegang saham preferen tersebut. Karakteristik saham preferen : 1.



Masing-masing pemegang saham preferen mempunyai dividen yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pemegang saham dan manajeman, dan dividennya dinyatakan dalam bentuk nilai.



2.



Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dibayarkan. Pemegang saham preferen didahulukan dalam hal pembayaran dividen sebelum pemegang saham biasa, sepanjang hal itu dinyatakan dalam emisi saham.



3.



Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferen mempunyai hak klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk dibayar sesudah kewajiban dari kreditur berhasil dilunasi perusahaan.



4.



Pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara. Walaupun demikian, pemegang saham preferen diperbolehkan hadir dalam rapat umum pemegang saham.



13



VII. DIVIDEN



Dividen merupakan keuntungan yang bisa dibagikan kepada para pemegang, yang tentunnya sudah melewati kebijakan perusahaan. Masalah jumlah dan waktu atas pembayaran deviden bisa ditentukan atau dirundingkan oleh para pihak yang bersangkutan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam pembagian dividen, para pemegang saham tidak selamanya bisa menerima dividen dalam bentuk tunai. Perusahaan bisa saja mengganti dividen ke dalam bentuk lainnya. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan di dalam suatu periode pembagian deviden. Ada lima jenis dividen yang dapat diuraikan sebagai berikut : a.



Dividen kas Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT. adalah dalam bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen kas ini dibuat pada tanggal pengumuman dan pembayaran.



b.



Dividen aktiva selain kas Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut Property Dividends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT. barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi PT. yang membagi Property Dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.



c.



Dividen utang Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan PT. akan mengeluarkan Scrip Dividens. Yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip Dividens ini berbunga, mungkin juga tidak.



14



d.



Dividen likuidasi Yang dimaksud dividen likuidasi adalah dividen sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk tahun tersebut.



e.



Dividen saham Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dividen saham bisa dibagikan sebagai berikut : 1.



Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas, disebut saham biasa



2.



Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham spesial.



VIII. PENYESUAIAN PERIODE LALU



Penyesuaian ini sering juga disebut dengan penyesuaian susulan. Penyesuaian periode lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang tetapi sebagai penyesuaian tehadap laba ditahan awal periode sekarang, sebagai contoh perusahaan yang pada periode lalu dituntut unutk mengganti rugi sejumlah uang tertentu karena dituduh melanggar hak paten perusahaan lain. Baru pada periode sekarang dapat dipastikan bahwa perusahaan harus membayar ganti rugi sejumlah tertentu. Jumlah tersebut harus diperlakukan sebagai rugi bagi perusahaan. Rugi tersebut diakui sebagai penyesuaian terhadap laba bersih peiode lalu ketika peristiwa yang menyebabkan rugi tersebut terjadi. Beberapa pendapat ada yang mendukung dan ada yang menolak perlakuan rugi tersebut sebagai penyesuaian periode lalu, pihak yang mendukung beragumen sebagai berikut:



15



1. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa lalu dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan. Memasukkannya sebagai elemen laba rugi periode sekarang akan menimbulkan distorsi pelaporan laba periode sekarang. 2. Pelakuan semacam ini menggambarkan penerapan penandingan pendapatan dan biaya yang tepat. Sementara pihak yang menolak mengajukan argumen sebagai berikut: 1. Semua pendapatan untung biaya dan rugi yang berkaitan dengan kegiatan menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam statement laba rugi. Kalau rugi diberlakukan sebagai penyesuaian periode lalu maka jumlah tersebut tidak akan pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan ini berarti daya melaba jangka panjang tidak dapat digambarkan secara lengkap. 2. Pemakaian laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui bahwa rugi tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut tidak dimasukkan dalam statement laba rugi.



16



PENUTUP Secara umum analisis aktivitas pendanaan perusahaan dapat dilihat dan tinjau dari segi kewajiban, sewa guna, imbalan pascapensiun, kontijensi dan komitmen, pendanaan diluar neraca serta ekuitas pemegang saham. Dari segi tinjaun kewajiban keakuratan dan kewajaran jumlah utang dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang dengan pengungkapan jumlah utang dan pembayaran bunga. Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari sebaliknya kita harus mewaspadai penyajian laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah atau ditangguhkan. Pada aspek sewa guna Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa guna usaha sebagai operating lease terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporang laba rugi. Dalam aspek imbalan pasca pensiun pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting merupakan hak pekerja terlepas dari apakah pekerja masih berada dalam perusahaan atau tidak. Hak ini diberikan setelah pekerja memberikan jasa kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu Pendanaan di luar neraca (off balance sheet financing) adalah tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Salah satu cara untuk mendanai property, pabrik dan peralatan adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk menggunakan aktiva tersebut serta menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang. Terkait dengan ekuitas pemegang saham maka dalam analisis aktivitas pendanaan Ekuitas dipandang klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan. Klaim pemegang efek ekuitas umumnya berada dibawah kreditor, yang berarti klaim kreditor dipenuhi terlebih dahulu.



17



TINJAUAN PUSTAKA John J.Wild, K.R. Subramanyam and Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis, Buku I, Salemba Empat, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta



18