Analisis Kemampuan Kerja Dan Kemampuan Kognitif Karyawan Bagian Perkantoran Di PT Sinar Sakti Matra Nusantara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS KEMAMPUAN KERJA DAN KEMAMPUAN KOGNITIF KARYAWAN BAGIAN PERKANTORAN DI PT SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA



TUGAS AKHIR



Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri



Disusun oleh: RESTU RAMADHANUR NIM 1.03.07.019



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011



WORK AND COGNITIVE ABILITY ANALYSIS ON OFFICE WORKER AT PT SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA



TUGAS AKHIR



Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri



Disusun oleh: RESTU RAMADHANUR NIM 1.03.07.019



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011



ABSTRAK ANALISIS KEMAMPUAN KERJA DAN KEMAMPUAN KOGNITIF KARYAWAN BAGIAN PERKANTORAN DI PT SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA



Oleh:



RESTU RAMADHANUR NIM. 1.03.07.019



Kesehatan fisik dan mental karyawan di suatu perusahaan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Karena dengan kesehatan fisik dan mental yang baik dari para karyawan dapat memberikan kontribusi pada suksesnya sebuah perusahaan dan organisasi. Kesehatan fisik dan mental para karyawan menjadi acuan dalam menentukan tingkat kemampuan para pekerja, dengan mengoptimalkan dan menjaga hal tersebut maka kemampuan para pekerja akan semakin baik sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Work Ability Index (WAI) merupakan suatu alat yang biasa digunakan dalam mengukur kemampuan kerja seorang karyawan baik secara fisik maupun mental. Work Ability Index dapat dipromosikan sebagai alat signifikan didalam program kesejahteraan kerja dan peningkatan kesehatan para pekerja. Work Ability Index didedikasikan untuk mengurangi dan meminimasi kemangkiran dalam bekerja, dan meningkatkan kesehatan para pekerja. Setiap para pekerja memiliki kapasitas dan tuntutan pekerjaan yang berbeda, maka kemampuannya yang berbeda dapat dipengaruhi oleh gaya hidup, karakteristik pekerjaan, kesehatan fisik dan mental para pekerja, dan faktor psikososial dalam lingkungan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan didapatkan besarnya point rata-rata karyawan bagian perkantoran PT Sinar Sakti Matra Nusantara adalah 38 poin yaitu pada kategori Good dengan batas usia antara 21-50 tahun. Sedangkan untuk kemampuan kognitif karyawan skor rata-rata kemampuan kognitifnya adalah 50. Dari hasil penelitian kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT Sinar Sakti Matra Nusantara didapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan kerja seorang karyawan dengan kemampuan kognitfnya, dimana semakin baik kemampuan kerjan seorang karyawan maka akan semakin baik pula kemampuan kognitifnya, begitupun sebaliknya. Kata kunci



: Work Ability Index, Kemampuan Kerja, Kemampuan kognitif, Kesehatan Fisik dan Mental.



ii



ABSTRACT PERFORMANCE ANALYSIS OF WORK AND COGNITIVE ABILITIES OF OFFICE EMPLOYEES IN PT SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA



By:



RESTU RAMADHANUR NIM. 1.03.07.019



Physical and mental health of employees in a company it is important to be aware of the company. Due to the physical and mental health of both employees can contribute to the success of a company and organization. Physical and mental health of its employees become a reference in determining the skill level of workers, by optimizing and maintaining it, the ability of workers will get better so that it can provide benefits to the company. Work Ability Index (WAI) is a common tool used in measuring an employee's ability to work both physically and mentally. Work Ability Index can be promoted as a significant tool in workfare programs and improving the health of workers. Work Ability Index is dedicated to reducing and minimizing absenteeism in the work, and improve the health of workers. Every worker has the capacity and job demands are different, then different abilities can be influenced by lifestyle, job characteristics, physical and mental health workers, and psychosocial factors in the work environment. Based on the results of data processing performed point obtained an average size of the office employees of PT Sinar Sakti Matra Nusantara is 38 points, namely the Good category with a limit of between 21-50 years of age. As for the cognitive abilities of employees an average score of cognitive ability is 50. From the results of research work ability and cognitive skills of employees of the office of PT Sinar Sakti Matra Nusantara acquired conclusion that there is a relationship between the ability of an employee with the cognitive ability, where the better work ability an employee it will be better the cognitive abilities, vice versa.



Key words: Work Ability Index, Work Ability, Cognitive Ability, Physical and Mental Health.



Kata Pengantar ‫  ا ا  ا‬



Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi, karena atas berkat rahmat dan kerunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.



Shalawat serta salam semoga terlimpahcurahkan pada junjunan kita Nabi Muhammad S.A.W. pada keluarganya pada sahabatnya dan pada kita selaku umatnya.



Peyusunan Laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri di Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Bandung.



Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena sebab itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaannya, terutama pada yang terhormat : 1. Bapak I Made Aryantha A., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia. 2. Ibu Julian Robecca, MT. selaku koordinator Tugas Akhir. 3. Ibu Henny, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Tugas Akhir. 4. PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian Tugas Akhir. 5. Ibu Ini Jasini selaku pembimbing di perusahaan yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini. 6. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan baik material maupun spiritual, senantiasa menemani dan memberikan dorongan semangat selama pengerjaan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.



iii



7. Teman-teman angkatan 2007 yang selalu memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut andil memberikan bantuan dan dorongannya.



Semoga amal baiknya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wata’ala.



Penulis sadar bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan ilmu pengetahuan penulis yang masih terbatas dan adanya hambatan-hambatan lain. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak untuk perbaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir di masa yang akan datang.



Akhirnya penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang memerlukan.



Bandung,



Agustus 2011



Penulis



iv



Bab 1 Pendahuluan



1.1. Latar Belakang Masalah Karyawan sebagai sumber daya utama di dalam perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan, karena dengan kinerja karyawan yang baik dan berkualitas dapat memberikan kontribusi yang luar biasa pada perusahaan baik dalam produktivitas kerja maupun dalam perilaku berorganisasinya.



Sebagai wadah bernaungya para karyawan (Sumber Daya Manusia), perusahaan wajib menjaga asset paling berharganya tersebut dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan fasilitas yang mendukung untuk setiap kegiatan karyawan serta menjamin kenyamanan dan keselamatan setiap karyawan dalam



melaksanakan



pekerjaannya.



Dengan



demikian



karyawan



dapat



memberikan kontribusinya secara optimal kepada perusahaan.



Setiap perusahaan yang didirikan memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut harus didukung oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kemampuan kerja dari karyawan perusahaan tersebut dalam mencapai produktivitas yang telah ditetapkan perusahaan.



Kemampuan kerja yang optimal dari karyawan amat penting bagi suatu perusahaan. Dengan penilaian kemampuan tersebut suatu perusahaan dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu perusahaan. Penilaian terhadap kemampuan kerja dapat memotivasi karyawan agar terdorong untuk bekerja lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penilaian prestasi yang tepat dan konsisten.



WAI atau Work Ability Index telah bayak direkomendasikan sebagai alat yang penting untuk mengukur sejauhmana kemampuan tenaga kerja mampu bekerja



1



2



dengan maksimal sesuai dengan performasi, tuntutan pekerjaan, kesehatan, fisik dan sumber daya mental dari tenaga kerja tersebut.



Work Ability Index (WAI) merupakan suatu instrument yang digunakan didalam



pemeliharaan



kesehatan



dan



kemampuan



pekerja



dalam



pekerjaannya. Ini memperlihatkan mengenai bagaimana seorang pekerja mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Work Ability Index dapat digunakan sebagai salah satu metode yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan kerja karyawan dan juga dapat digunakan untuk mengkaji dan menganalisis tingkat kesehatan pekerja.



Selain faktor kemampuan kerja, yang juga perlu diperhatikan oleh pihak perusahaan adalah mengenai kemampuan berfikir (kognitif) para karyawannya. Karena kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga dari kemampuan berfikir karyawannya. Hal ini dapat dipahami karena dalam bekerja tidak hanya diperlukan tindakan-tindakan fisik yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut tetapi juga diperlukan kecerdasan dalam memecahkan masalah dalam suatu pekerjaan.



Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba untuk menganalisis kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal itu dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai sejauh mana kemampuan kerja karyawan dan kemampuan kognitifnya serta untuk mengetahui hubungan diantara keduanya.



1.2. Identifikasi Masalah Dari pembahasan diatas maka identifikasi masalah yang muncul diantaranya: 1. Bagaimana kemampuan bekerja karyawan? 2. Bagaiman kemampuan kognitif karyawan? 3. Bagaimana hubungan antara kemampuan bekerja dengan kemampuan kognitif karyawan?



3



Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan melaksanakan Penelitian Tugas Akhir



dengan



judul:



“ANALISIS



KEMAMPUAN



KERJA



DAN



KEMAMPUAN KOGNITIF KARYAWAN BAGIAN PERKANTORAN DI PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA”.



1.3. Tujuan Penelitian Penelitian



ini



bertujuan



untuk



memenuhi



kebutuhan



untuk



menjawab



permasalahan yang telah disebutkan pada identifikasi masalah diatas. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah: 1.



Menganalisis kemampuan bekerja karyawan.



2.



Menganalisis kemampuan kognitif karyawan.



3.



Menganalisis hubungan antara kemampuan bekerja dengan kemampuan kognitif karyawan.



1.4. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan penelitian. Oleh karena itu, agar pembahasannya lebih terarah dan jelas maka dibatasi ruang lingkup sebagai berikut: 1. Responden pada penelitian ini adalah karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. 2. Tools yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah berupa dua buah kuesioner yang masing-masing membahas mengenai kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan.



1.5.



Sistematika Penulisan



Pada pokoknya sistematika penulisan laporan ini, dibagi menjadi enam (6) bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah berisikan asal masalah yang terjadi, bagaimana kita memecahkan masalah itu dan apa yang akan kita dapatkan dengan memecahkan masalah itu.



4



1.2. Identifikasi Masalah Menspesifikasikan suatu bahasan dari permasalahan yang ada, sehingga permasalahan yang akan kita pecahkan menjadi lebih terarah. 1.3. Tujuan Penelitian Menerangkan apa yang diharapkan dan apa yang akan akan kita dapatkan dari pelaksanaan penelitian dalam Tugas Akhir. 1.4. Pembatasan Masalah Menerangkan pembatasan ruang lingkup dari penelitian Tugas Akhir yang dilakukan di lapangan (industri). 1.5. Sistematika Penulisan Berisi urutan-urutan atau susunan-susunan sistematik dari penulisan laporan.



Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisikan teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir dan pengolahan data yang dilakukan.



Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Berisikan suatu gambar yang berbentuk flowchart untuk memecahkan suatu masalah. 3.2. Langkah-langkah Pemecahan Merupakan



langkah-langkah



dan



cara-cara



yang



sistematik



untuk



memecahkan suatu masalah.



Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.1. Pengumpulan Data Merupakan proses mengumpulkan dan menuliskan data-data yang diperlukan dalam penelitian Tugas Akhir. 4.2. Pengolahan Data Merupakan penyajian dari data yang telah didapat dari Tugas Akhir.



5



Bab 5 Analisis Mengidentifikasi, menganalisis atau menyelidiki hasil dari pengolahan data.



Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan Merupakan garis besar dari hasil akhir semua isi laporan. 6.2. Saran Merupakan masukan-masukan yang kita kemukakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam penyusunan laporan.



Bab 2 Landasan Teori



2.1. Work (pekerjaan) Karyawan merupakan aset yang penting pada perusahaan atau badan usaha untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Karyawan memiliki kepentingan serta kebutuhan, oleh karena itu pihak perusahaan harus memperhatikan keperluan dan kenyamanan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga karyawan tersebut



dapat



meningkatkan



kemampuan



dan



profesionalisme



dalam



pekerjaannya. Kemampuan tenaga kerja yang profesional dan produktif mampu memberikan input positif yang dapat menguntungkan bagi perusahaan baik dalam produksinya maupun dalam organisasinya.



Pekerjaan adalah suatu pengelompokan tugas dan tanggung jawab. Kesehatan fisik dan mental para pekerja menjadi acuan dalam menentukan tingkat kemampuan para pekerja, dengan mengoptimalkan dan menjaga hal tersebut maka kemampuan para pekerja akan semakin baik sehingga bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.



2.1.1. Teori Dalam Karakteristik Pekerjaan Teori dalam karakteristik pekerjaan merupakan uraian karakteristik pekerjaan dari suatu pekerjaan tertentu. Konsep dari karakteristik pekerjaan didasari oleh adanya suatu pola fikir bagaimana cara membuat sesuatu memiliki sifat yang dapat meningkatkan peningkatan terhadap kemampuan kerja dan kepuasan kerja serta penurunan tingkat kemangkiran dan karakteristik pekerjaan tertentu, sesuai kebutuhan individu tentu dapat memberikan kepuasan pada proses selanjutnya dapat mempengaruhi motivasi kerja. Teori ini hanya melibatkan aspek pekerjaan yang berfungsi sebagai pendorong motivasi bagi individu yang mengerjakan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien.



6



7



Terdapat lima faktor dalam karakteristik pekerjaan menurut Hackman J.R dan G. R Oldham sebagai berikut: a) Variasi keterampilan (skill varienty) Variasi



keterampilan



adalah



suatu



tingkat



dimana



suatu



pekerjaan



membutuhkan variasi aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan memanfaatkan



sejumlah



keterampilan



dan



bakat



orang



yang



melaksanakannya, jika suatu tugas mengharuskan seseorang menggunakannya semakin banyak keterampilan dan bakat maka pekerjaan itu dirasakan semakin berat b) Identitas tugas (task identity) Identitas tugas adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian pekerjaan secara menyeluruh dan teridentifikasi yaitu melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir dengan hasil yang dapat dilihat. c) Signifikan tugas (task signifinance) Signifikan tugas adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan memiliki akibat penting bagi kehidupan orang lain dalam suatu organisasi atau dalam masyarakat yang lebih luas. d) Otonomi (otonomy) adalah: Otonomi adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan yang memberikan kebebasan kepada individu untuk menjadwalkan dan menentukan prosedur pelaksanaan pekerjaan tersebut. e) Umpan balik dari pekerjaan adalah: suatu tingkat dimana pelaksanaan suatu pekerjaan memberikan informasi langsung dan jelas mengenai efektifitas hasil kerjanya



2.1.2. Job Diagnostic Survay (JDS) Job Diagnostic Survay adalah suatu alat yang digunakan untuk karakteristik pekerjaan dalam perusahaan. Reaksi karyawan terhadap pekerjaannya dan kesiapan karyawan secara psikologis untuk menerima pekerjaan yang lebih menantang, hal tersebut membantu kearah menentukan kekuatan dan kelemahan dari pekerjaan karyawan menginginkan adanya peningkatan potensi yang terdapat pada pekerjaan yang ada sekarang.



8



Job Diagnostic Survay telah digunakan oleh perusahaan sejak tahun 1975 untuk mengukur rencana pekerjaan dan kepuasan kerja yang terdiri dari dua puluh satu unsur kunci dari suatu karakteristik pekerjaan. Para responden dalam hal ini para pekerja merasakan pekerjaannya yang ditandai dengan struktur pekerjaan yang dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kepuasan kerja, motivasi kerja dan performasi kerja.



2.2. Kondisi Kerja Kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi dari lingkungan kerjanya, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dan mampu meningkatkan kemampuan dan produktivitasnya secara optimal.



1. Kondisi fisik dari lingkungan kerja Kondisi fisik dari lingkungan kerja disekitar



karyawan sangat perlu



diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk menjamin agar para pekerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksana kerja.



Menurut Handoko (1995:84), “lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut”.



9



2. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerjaan dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologis.



Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja dari perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.



2.3. Keterampilan Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seseorang adalah keterampilan yang dimiliki para pekerja. Yang dimaksud keterampilan adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu tanpa banyak melibatkan orang lain. Keterampilan diperoleh melalui dengan cara dipelajari dan mempraktekannya. Jadi keterampilan dapat dipelajari dan dikembangkan. Dengan memiliki keterampilan tertentu seseorang akan mudah untuk: 



Ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan keterampilannya.







Menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.







Menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerjanya.







Mengembangkan karir, apabila ia mampu mempertahankan prestasi kerjanya.







Mengatasi kesulitan yang dihadapai sepanjang menyangkut bidang tugas yang sesuai dengan keterampilannya.



Hal-hal positif tersebut akan dapat memberikan kepuasan dan ketenangan dalam bekerja. Perasaan puas ini akan mendorongnya lebih giat bekerja dan disiplin yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas dan produktivitas pada perusahaan.



Usaha dan kemampuan merupakan variabel yang saling berhubungan. Usaha (Effort) merupakan tenaga yang dikeluarkan seseorang waktu melakukan kegiatan. Sedangkan kemampuan (Ability) merupakan kecakapan seseorang



10



(kecerdasan, keterampilan) dalam memecahkan persoalan. Jumlah tenaga yang dikeluarkan pekerja pada saat melakukan kegiatan berhubungan dengan tingkat kemampuan yang dimiliki pekerja tersebut. Orang yang tidak mampu memecahkan persoalan berarti tidak mampu menganalisis persoalan yang sedang dihadapinya. Lingkungan kerja merupakan variabel yang cukup besar terhadap motivasi kerja seseorang. Kondisi kerja dikatakan baik apabila memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, baik kondisi fisik maupun kondisi psikologis.



2.4. Beban Kerja Mental Menurut (Gopher & Donchin, 1986) menyatakan bahwa: “The Importance of mental workload assessment of becoming progressively clearer”. Ini berarti bahwa kepentingan dan penilaian beban kerja mental sudah semakin jelas penting untuk mendapat perhatian dari pihak badan usaha atau perusahaan yang mempekerjakan para pekerja. Beban kerja mental akan mempengaruhi tingkat kesehatan para pekerja, semakin tinggi tingkat beban kerja mentalnya maka semakin tinggi pula tingkat tekanan (stress) terhadap pekerjaannya.



Sedangkan menurut (O’Donnell & Eggemeier, 1986) menyatakan bahwa: “Accurate reflection of mental workload can be used to distinguish between competitive designs, and muti-atribut scale can partial operator respon to provide engineers and designers with diagnostic information for specific design evaluation”.



Berdasarkan pendapat O’Donnell & Eggemeier adalah refleksi akurat dari beban kerja mental dapat digunakan untuk membedakan antara desain kompetitif dan skala multi atribut yang dapat merespon operator dalam memberikan engineer dan desainer informasi diagnostic untuk evaluasi desain spesifik. Artinya bahwa beban kerja mental dapat digunakan sebagai variabel untuk mengukur atau memberikan informasi tingkat kemampuan para pekerja sehingga nantinya akan dirancang dan diperbaiki sistem kerja atau fasilitas yang ada pada perusahaan. Akan tetapi, ada perbandingan statis yang



11



menyatakan bahwa penilaian beban kerja menjanjikan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar. Sebaliknya dalam dinamikanya, penilaian terhadap respon operator individu menunjukkan bahwa beban kerja dapat memberikan informasi penting. Dengan kata lain, kita telah memperlihatkan peran sentral dari evaluasi beban kerja mental dalam konstruksi dan operasi sistem mesin manusia yang adaptive. (Chignell & Hancock, 1985; Hancock & Chignell, 1987).



Dengan sudut pandang tersebut, jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi respon beban kerja mental perlu dilibatkan. Hubungan, misalnya, di antara respon subyektif dan performa kerja kadang terlihat rumit dan telah menjadi subyek. (Hart & Staveland, 1987).



2.5. Kemampuan Fisik Tuntutan dari sebuah pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan individu untuk mencapai performa dan kemampuan terbaiknya. Adalah suatu hal yang mustahil untuk menampilkan satu formula atau satu aspek yang bisa menangani semua aspek performa maksimal seseorang, karena tuntutan dibentuk oleh jenis aktivitas dan pekerjaan yang berbeda. Anugerah alam (faktor genetik) jelas memainkan peran penting dalam kemampuan performa seseorang, setidaknya bagi mereka yang menginginkan mencapai tingkat yang diinginkan. Selain faktor genetik ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik seseorang Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik seseorang:



Gambar 2.1. Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Fisik



12



2.5.1. Kemampuan Fisik Berdasarkan Usia Usia secara kronologis bukan acuan yang tepat dalam menganalisa data biologi terutama pada anak-anak dan remaja, ini adalah konsekuensi evolusi yang tidak bisa dihindari oleh individu. Dalam aspek ini, manusia tidak dilahirkan sama. Tanner, salah seorang perintis dalam bidang ini, yang membuat kerangka umum klasifikasi dari usia manusia. Dengan mengukur karakteristik fisik seperti tinggi badan, berat badan dan mengamati perkembangan karakteristik jenis kelamin sekunder laki-laki (kumis dan perkembangan genitalia eksternal pada anak laki-laki, dada dan masa menstruasi pada anak gadis), para ilmuwan bisa mengetahui kematangan seseorang dari hal-hal tersebut.



Meski kategorisasi individu berdasarkan skala usia bisa dilakukan, namun secara biologi ini dinilai illegal. Karena itu tidak mudah untuk menemukan alternative untuk klasifikasi tersebut. Pada banyak tingkat sangat penting untuk menyadari masalah ini. Karena perkembangan remaja melahirkan efek besar pada performa fisiknya. Siklus performa fisik seseorang seperti kurva dimana pada masa usia anak-anak performa seseorang belum maksimal. Ketika usianya mencapai remaja dan dewasa performa fisik seseorang semakin maksimal dan semakin tua performa fisik seseorang semakin menurun.



2.6. Kemampuan Kerja Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1964:484) yang merumuskan bahwa: a. Human Performance



= Ability + Motivation



b. Motivation



= Attitude + Situation



c. Ability



= Knowledge + Skill



Secara psikologis kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk



13



jabatannya yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pekerja perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right on the right job).



Teori dasar yang digunakan sebagai ladasan untuk mengkaji analisis kinerja pegawai



adalah



teori



tentang



kinerja



pegawai



(performance)



yang



diformulasikan oleh Keith Davis diatas, yaitu: Human Performance = Ability + Motivation.



Formulasi tersebut diatas, telah diuji dan diklarisifikasikan oleh beberapa ahli lainnya seperti T.R. Michell (1978:327), Jay Calbaraith, dan L.L. Cummings, sebagaimana dikutif oleh Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (1978) serta Suharto (2000:36) dalam studi secara umum mendukung hepotesis adanya hubungan antara motivasi dan kemampuan. Kemudian walaupun tidak menyebutkan secara langsung, namun R. Bruce Mc. Afee dan William Proffenberger, (1982) dalam bukunya productivity Strategies, mendukung formula tentang motivasi dan kemampuan sebagai unsur dari kinerja. Lengkapnya dinyatakan sebagai berikut: “over the years, theorists have observed that employee productivity, regardless of whether it is defined in terms of efesiensi of evectiveness, is a fuction of both the employee’s ability and motivation to perform. Mathematically, ability times motivation equals job performance. Ability refer to the employee’s prior training, experience, and education, where as motivation is typically thougth of as an employee’s desire to perform a job well.”



Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa, motivasi dan kemampuan adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaan atau tugasnya, juga tanpa terkecuali dengan kinerja pegawai. Untuk kepentingan pendekatan dalam penelitian ini, selanjutnya teori ini akan diaplikasikan dengan menggunakan berbagai sumber rujukan



14



yang telah dimodifikasi sesuai dengan fokus permasalahan yang akan dikaji. Untuk memudahkan pemahaman terhadap uraian tentang kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan diuraikan tentang pengertian kemampuan pegawai, ciri-ciri pegawai yang memiliki kemampuan, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan, dan indikator kemampuan.



2.6.1. Ciri-ciri Pegawai yang Memiliki Kemampuan Seseorang yang dikatakan kreatif apabila memiliki kemampuan yang bisa dipertanggung jawabkan. Hal ini perlu diketahui ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan. Beberapa pendapat ahli tentang ciri-cir pegawai yang dikatagorikan memiliki kemampuan kerja yang optimal.



David



Chambell



yang



disadur



oleh



mangunhardjana



(1987:27-45)



menggolongkan ciri-ciri pegawai yang memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Ciri-ciri pokok a. Kelincahan mental berfikir dari segala arah Kelincahan mental adalah kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide atau gagasan, konsep, kata-kata, dan sebagainya. Berfikir dari segala arah (convergent thinking) adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah atau perkara yang dihadapi. b. Kelincahan mental berfikir kesegala arah Berfikir kesegala arah (divergent thinking) adalah kemampuan untuk berfikir dari idea atau gagasan, menyebar kesegala arah. c. Fleksibilitas konsep Fleksibilitas konsep adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang tidak jalan. d. Orisinilitas Orisinilitas adalah kemampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim, yang jarang, bahkan mengejutkan.



15



e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas Orang yang kreatif lebih menyukai kerumitan daripada kemudahan, dengan maksud untuk memperkaya dan memperluas cakrawala berfikir. f. Latar belakang yang merangsang Latar belakang yang merangsang adalah lingkungan dan suasana yang mendorong untuk memperlajari pengetahuan, melatih kecakapan baru dan untuk memiliki sifat-sifat khas mereka; usaha, tenang dalam kegagalan, tidak putus asa, disaiplin, berprestasi dan gairah dalam hidup. g. Kecakapan dalam banyak hal Pada umumnya orang yang memiliki kemampuan mempunyai banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang (multiple skill).



2) Ciri-ciri yang memungkinkan Ciri-ciri yang memungkinkan yang perlu untuk mempertahankan gagasan kreatif yang sudah menghasilkan meliputi: a. Kekuatan mental atau fisik untuk bekerja keras. b. Berfikir mandiri. c. Pantang menyerah. d. Mampu berkomunikasi dengan baik. e. Lebih tertarik pada konsep daripada segi-segi kecil. f. Keingintahuan intelektual. g. Kaya humor dan fantasi.



Hendrik (1989:52) mengutip pendapat jack Halloran mengemukakan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan adalah: 1. Orang mempunyai kemampuan memanage ingin tahunya secara baik, intelektualnya bekerja secara dinamis. 2. Orang yang berani berfikir dan berprasangka terhadap masalah yang menantangnya. 3. Orang yang terbuka dan menerima informasi secara baik.



16



4. Orang yang matang dan konseptual melalui penelitia dalam menghadpi masalah. 5. Orang yang mandiri bekerja tanpa menggantungkan daripada orang lain.



Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa orang yang mampu adalah orang yang memiliki suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalahmasalah yang dihadapi. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengaitkannya baik secara sadar atau tidak, untuk memecahkanya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari ide sendiri atau yang dikemukanakan orang lain. Kemudian mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia



secara



baik menerjemahkan idenya



melalui tindakan dan



mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat.



Mac Kennon dan Baron yang dikutip oleh Amin (1983:124) dalam sujana (2000:38)



mengemukakan



tentang



ciri-ciri



individu



yang



memiliki



kemampuan dan kreatif: 1. Lebih menunjukan sikap dewasa secara emosional dan peka dalam menangkap masalah dari suatu situasi. 2. Dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. 3. Tidak tergantung pada orang lain dan percaya pada diri sendiri. 4. Mampu menguasai diri sendiri. Beranekaragam karakteristik diatas, jarang sekali nampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan



lebih



banyak



memiliki



ciri-ciri



tersebut.



Berdasarkan



karakteristik tersebut maka pegawai yang memiliki kemampuan adalah pegawai yang memiliki rasa ingin tahu yang diamanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi dan daya cipta, menghubungkan ide-ide dengan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan alternatif terhadap subjek tertentu.



17



2.6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berdasarkan uraian diatas bahwa kemampuan seseorang dapat ditumbuhkembangkan



melalui



suatu



proses



terhadap



beberapa



faktor



yang



memperngaruhinya. Sahlan (1988;20) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan sebagai berikut: 1) Faktor Usia Plato berpendapat bahwa, “ seseorang pada waktu muda sangat kreatif, namun setelah tua kemampuan dan kreatifitasnya mengalami kemunduran karena diamakan usia. Hal ini sebabkan kehilangan upaya dan telah merasa puas dengan keberhasilan yang telah diraihnya. 2) Faktor Jenis Kelamin Dari laporan penelitian yang dilakukan oleh J.Mac.Ewan dan Petersen, New Jersey, hasil penemuannya mengatakan bahwa “dalam kelancaran ide, kaum wanita lebih unggul 40% dibandingkan dengan kaum lelaki”. 3) Faktor Usaha Faktor usaha dan kemauan keras dari manusia akan menciptakan kreatifitas. Usaha keras akan mampu membentuk kebiasaan berupa peningkatan kreatifitas dengan baik



David Cambell dalam Mangunhardjana (1986:56-62) mengemukakan enam faktor yang menghambat kemampuan, yaitu (1) rasa takut gagal, (2) terlalu sibuk dengan tata tertib dan tradisi, (3) gagal melihat kekuatan yang ada, (4) terlalu pasti, (5) enggan untuk mempengaruhi, (6) terlalu mengharapkan hadiah. Sementara itu Torrance dikutip dari Hendrik (1989:61) lebih spesifik megemukakan faktor-faktor yang menghambat kemampuan seorang pegawai yaitu: 



Kurang enerjik intelektual.







Tidak berminat untuk meningkatkan rasa ingin tahu.







Terikat secara kaku terhadap materi dan program-program atau rencana kerja yang telah ditetapkan.







Tidak mau peduli dan berurusan dengan hal-hal yang dibutuhkan pegawai dan masyarakat.



18







Defensif.







Waktu yang tersedia terbatas.







Lemah secara intelektual



Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan diusahakan dapat mempertahankan dan menumbuh kembangkan faktor-faktor yang mendukung kemampuan kerja pegawai dan berusaha menjauhkan bahkan menghilangkan sedapat mungkin faktor-faktor yang dapat menghambat kemampuan sehingga kemampuan kerja pegawai dapat berkembang.



2.7. Work Ability Index Definisi dari Work Ability Index adalah: “How good is the workers at present and in the near future, and how able is he/she to do his/her work with respect to work demands, health, and mental resource”.



Pengertian Work Ability Index yaitu bagaimana para pekerja dapat bekerja dengan baik pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang, dan bagaimana para pekerja mampu menghormati pekerjaannya sesuai dengan tuntutan pekerjaan, kesehatan, dan sumber daya fisik & mentalnya. Work Ability Index merupakan suatu instrument yang digunakan didalam pemeliharaan kesehatan, dan kemampuan pekerja dalam pekerjaannya. Ini memperlihatkan mengenai bagaimana dengan baik seorang pekerja mampu untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan pekerjaanya. Work Ability Index dapat digunakan sebagai salah satu dari banyaknya metode yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan kerja karyawan dan juga bisa digunakan untuk mengkaji dan menganalisa tingkat kesehatan pekerja.



Work Ability Index dapat ditentukan pada dasar jawaban atas serangkaian pertanyaan yang mempertimbangkan tuntutan pekerjaan baik itu pekerjaan fisik maupun pekerjaan mental dan tingkat kesehatan pekerjanya. Seorang pekerja harus menjawab kuisioner atau daftar pertanyaan yang nantinya akan menghasilkan suatu point atau skor berdasarkan point dari Work Ability Index.



19



Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Work Ability Index: 1. Kemampuan tenaga kerja pada saat dia bekerja dibandingkan dengan kemampuan pada saat dia bekerja pada saat yang paling baik. 2. Hubungan antara kemampuan bekerja dengan tuntutan dari pekerjaannya. 3. Diagnosa penyakit yang pernah dialami oleh tenaga kerja. 4. Perkiraan berkurangnya kemampuan bekerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul. 5. Mengidentifikasi cuti sakit tenaga kerja selama satu tahun terakhir. 6. Harapan kemampuan bekerja untuk dua tahun kedepan. 7. Sumber daya mental tenaga kerja tersebut



Berdasarkan The occupational health professional, point untuk WAI adalah antara 7 49 point. Nilai yang telah dirancang ini menggambarkan konsep kemampuan pekerja atas tuntutan pekerjaannya. Setelah point dari tiap pertanyaan dikumulatifkan maka point-point tersebut akan diklasifikasikan beserta tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki katagori Work Ability Index sebagaimana diklasifikasikan dibawah ini:



Tabel 2.1. Katagori Point Work ability & Objective of Measures Point



Work Ability



Objective of measures



7 – 27



Poor



Restore Work Ability



28 – 36



Moderate



Improve Work Ability



37 – 43



Good



Support Work Ability



44 – 49



Excellent



Maintain Work Ability



Work Ability Index dapat dipromosikan sebagai alat signifikan didalam program kesejahteraan kerja dan peningkatan kesehatan para pekerja. Work Ability Index didedikasikan untuk mengurangi dan meminimasi kemangkiran dalam bekerja, dan meningkatkan kesehatan para pekerja. Setiap para pekerja memiliki



kapasitas



kemampuannya



yang



dan



tuntutan



berbeda



dapat



pekerjaan



yang



dipengaruhi



berbeda,



oleh



gaya



maka hidup,



20



karakteristik pekerjaan, kesehatan fisik dan mental para pekerja, dan faktor psikososial dalam lingkungan pekerjaan.



Gambar 2.3. Ruang Lingkup Maintenance Work Ability



Work Ability Index dapat juga digunakan untuk memprediksikan ancaman ketidakmampuan mendekati masa yang akan datang. Ini telah dikembangkan oleh Finnish Institute of Occupational Health didalam penelitiannya mengenai para pekerja yang berusia diatas 50 tahun keatas. Hampir sepertiga dari mereka adalah kelompok orang yang masih sanggup atau mampu bekerja menurut indeks yang dijaminkan pada pensiun selama 11 tahun berikutnya.



2.7.1. Dimensi Baru Work Ability Aktualitas kemampuan kerja berkembang karena perubahan demografi di masyarakat, untuk meningkatkan kebutuhan hidup dalam bekerja, dan karena kebutuhan untuk memperpanjang pekerjaan dari pekerja yang berusia lebih tua. Proporsi usia 50 hingga 64 tahun pada umumnya akan meningkat dan mencapai level 35% dari tenaga kerja keseluruhan di beberapa negara yang sudah siap. Populasi pekerja yang lebih tua mencapai dua kali jumlah kelompok yang lebih muda yaitu antara 15-24 tahun. Kemungkinan memiliki kehidupan kerja lebih lama dan sangat bergantung pada kemampuan kerja individu. Saat ini hanya 38,5% dari penduduk usia 55 hingga 64 tahun yang masih bekerja di negara Uni Eropa.



21



Latar belakang konsep Work Ability Index didasarkan pada konsep stressstrain dan model keseimbangan, di mana sumber daya manusia dapat dikenali dari sisi kebutuhan pekerjaan dengan cara yang sehat dan aman. Metode yang disebut Work Ability Index (WAI) telah dikembangkan dan diuji dan panduannya dipublikasikan untuk riset dan praktek. Hasil dan pengalaman dari tahun 1990 menunjukkan, selain kesehatan, kemampuan dan nilai sikap dan motaivasi juga berperan penting.



Gambar 2.3. Struktur Model Work Ability Index



Metode kemampuan kerja telah diukur dengan Work Ability Index. Dimensi kemampuan kerja dibuat dengan analisis faktor terpisah untuk item-item yang mencakup dalam karakteristik kerja dan motivasi dan sikap kerja terhadap pekerjaan. Penggabungan ukuran aktivitas (hobby, aktivitas waktu luang), kemampuan fungsional (lari, jalan, angkat), dan gejala psikosomatik telah dibangun. Kompetensi (keahlian, pendidikan dasar dan kejuruan), status perkawinan dan pendapatan juga dilibatkan dalam analisis Work Ability Index. Hubungan di antara dimensi Work Ability dan Work Ability Index dianalisa dengan menggunakan model persamaan terstruktur (program Lisrel 8). Model akhir adalah konsisten dengan dimensi teori dari kemampuan kerja. Terakhir, hubungan di antara dimensi kemampuan kerja yang berbeda dan indeks kemampuan kerja dianalisa dengan model regresi linier.



22



Society Relatives, Friends



Family



New Demensions of Work Ability



Work Ability Work Environment Content and Demand Community and Organisation Management and Leadership Values Attitude



Motivation



Competence Knowledge Health



Skill



Functional Capacities



Work Ability Work Physical Demands Mental Strain Supervisory Support Possibilities for Development Values Joy of Work Enthuasiasme Competence Skill Basic and Vocational Education Health Symptoms Functional Capacity



Gambar 2.4. New Dimension of Work Ability Index



2.8. Psikologi Kognitif Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.



2.8.1. Peran Psikologi Kognitif Di dalam dunia psikologi, mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena : 1.



Kognisi adalah proses mental atau pikiran yang berperan penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia.



2.



Pandangan psikologi kognitif banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan kofnitif banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.



3.



Melalui prinsiprinsip kognisi, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.



23



2.8.2. Aspek kognitif 1.



Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.



2.



Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.



3.



Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.



4.



Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.



2.8.3. Ada 2 sistem yang mengatur kognitif 1.



Skema → antar sistem yang terpadu dan tergabung



2.



Adaptasi, terdiri dari asimilasi dan akomodasi. •



Asimilasi terjadi pada objek



yang meliputi biologis (refleksi,



keterbatasan kemampuan dll) dan kognitif (menggabungkan sesuatu yang sudah diperoleh) •



Akomodasi terjadi pada subjek



3. Mengandung perkembangan pendekatan pemrosesan informasi, pendekatan ini bersal dari ilmu komunikasi dan komputer.



2.9. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. termasuk



Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,



didalamnya



kemampuan



menghafal,



memahami,



mengaplikasi,



menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: •



Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.



24







Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.







Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teoriteori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.







Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktorfaktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.







Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.







Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu



25



memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.



Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan



memecahkan



masalah



yang



menuntut



seseorang



untuk



menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.



2.10. Ingatan (Memori) Ingatan merupakan alih bahasa dari memori. Maka dari itu disamping ada yang menggunakan ingatan ada pula yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memori. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito 2004). Menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami, sama halnya dengan memunculkan kembali sesuatu yang pernah terjadi dan tersimpan dalam ingatan.



Memori atau ingatan bukan merupakan suatu objek seperti mata, tangan dan organ tubuh lainya. De Porter & Hernacki (dalam Afiatin 2001) menjelaskan bahwa memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan seseorang untuk memunculkan kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory.



26



Untuk mengetahui bagaimana proses mengingat kembali itu terjadi maka perlu diketahui bagaimana prosesnya manusia bisa menyimpan informasi dalam ingatanya. Memori atau ingatan merupakan fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu. Proses ingatan ini diukur dengan pengingatan (recall), reproduksi, pengenalan (recognition) dan belajar-ulang (relearning) (Chaplin, 2005).



Selanjutnya menurut Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998) memori adalah bagian penting dari semua proses kognitif, karena informasi dapat disimpan hingga sewaktu-waktu digunakan. Dalam proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage) dan mengingat (retrieval stage). Lebih lanjut dijelaskan dengan menggunakan contoh, misalnya: dalam sebuah pesta kita berkenalan dengan seseorang yang bernama Mira. Pagi harinya kita bertemu lagi dan masih mengenalinya. Kita memasukkan nama Mira ke dalam ingatan. Tahapan ini disebut dengan encoding dimana kita mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang diucapkan (Mira) menjadi kode-kode yang diterima ingatan dan kita menyimpanya kedalam ingatan kita. Kita mempertahankan ingatan dari saat pesta hingga pagi hari merupakan (storage). Dan kita masih bisa mendapatkan dan mengenali bahwa orang tersebut adalah Mira, merupakan tahapan mengingat kembali (retrieval stage) sedangkan menurut Walgito (2004) mengingat kembali termasuk dari salah cara untuk menimbulkan kembali ingatan yang disebut dengan to recall.



Pendapat Drever (dalam Walgito 2004) menjelaskan; memori menurut pengertian secara umum dan teoritis adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh makhluk hidup, pengalaman berguna apa yang kita lupakan yang mana mempengaruhi perilaku dan pengalaman yang akan datang, yang mana ingatan itu bukan hanya meliputi recall (mengingat) dan recognition (mengenali) atau apa yang disebut dengan menimbulkan kembali ingatan. Lebih jelasnya Walgito (2004) menjelaskan bahwa ada dua cara menimbulkan kembali informasi dalam ingatan, yaitu dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal



27



kembali (to recognize). Jadi recall memori adalah kemampuan menimbulkan ingatan kembali dengan cara mengingat kembali. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa recall memori adalah kegiatan individu untuk mengingat kembali informasi yang telah disimpan di dalam ingatannya.



2.10.1. Jenis-Jenis Memori Proses merecall memori atau mengingat kembali sebuah informasi terkait erat dengan jenis memori atau ingatan yang akna dimunculkan kembali. Dalam ilmu psikologi, memori atau ingatan menjadi pokok bahasan. Ada beberapa tokoh yang membahas mengenai memori atau ingatan itu sendiri. Salah satunya adalah:



Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998) mengajukan konsep memori yang dibedakan dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory).



Etseem (dalam Ismoyo 2006) menjelaskan lebih lanjut mengenai memori sensori. Memori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk menyimpan informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu yang amat pendek. Memori sensori mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Pengertian memori jangka pendek adalah salah satu proses penyimpanan informasi yang bersifat sementara. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori. Kapasitas memori jangka pendek. Jumlah informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang tersimpan dalam memori jangka panjang Etseem (dalam Ismoyo 2006). Pendapat senada juga dikemukakan oleh, Yacobs (dalam Solso 1995) yang mengadakan penelitian dengan menyebutkan beberapa angka pada pendengar tanpa pola urutan tertentu, kemudian pendengar disuruh menulis kembali kata-kata tersebut, ternyata yang dapat diingat hanya



28



tujuh angka. Dengan menggunakan tanda titik angka, kata dan lainnya menunjukkan hasil yang sama yakni memori jangka pendek terbatas hanya 7 +/- 2 unit.



Davidoff (dalam Ismoyo,2006) menjelaskan bahwa memori jangka panjang (long term memory). diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai “gudang” atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas. Memori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada untuk mengerti apa yang terjadi sekarang. Misalnya, nama individu sendiri, rasa jagung rebus, lagu semasa kanak-kanak dan abjad a-z merupakan bahan yang tersimpan dalam penyimpanan memori jangka panjang.



2.10.2. Tahap-tahap Memori (Ingatan) Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu: 1.



Memasukan pesan dalam ingatan (encoding).



2.



Penyimpanan ingatan (storage).



3.



Mengingat kembali (retrieval).



Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat, yaitu mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai berikut: A. Memasukkan (learning) cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: •



Secara sengaja; bahwa sesorang dengan sengaja memasukkan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamanya kedalam ingatannya.







Secara tidak disengaja; bahwa sesorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya:



29



jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian. B. Menyimpan Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention) apa yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejakjejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulakn kembali bahkan juga hilang dan ini yang disebut dengan kelupaan. C. Menimbulkan kembali Menimbulkan kembali ingatan yang sudash disimpan dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga tahap mengingat, yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan kedalam ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali.



2.11. Fantasi Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tanggapan yang baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi berorientasi dalam alam imajinair, melampau dunia nyata. 2.11.1. Klasifikasi Fantasi A. Fantasi Disadari Adalah fantasi yang terjadi dengan disengaja dan ada usaha dari subjek untuk masuk ke dunia imajinair. Misal pelukis yang melukis imajinasinya, tukan pahat yang membuat patung seperti imajinasi yang dia inginkan dan lain-lain. B. Fantasi Tak Disadari Adalah fantasi yang terjadi dengan tidak disengaja, misalnya seseorang menyampaikan berita yang tidak benar tetapi sebenarnya dia tidak bermaksud untuk berdusta. Hal yang demikian itu banyak terjadi pada anak-anak (dusta khayal, dusta semu). Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud berbohong. Fantasi sengaja



30



maupun tidak sama-sama bersifat mengabstrasikan (ada bagian-bagian yang dihilangkan), misal angan-angan tentang lapangan tanpa rumput, maka tercipta fantasi padang pasir, mendeterminasikan (berfantasi dengan skema yang sudah ada, tetapi diisi denga gambaran lain), misal gambar telaga yang diperbesar maka terciptalah fantasi lautan dan mengkombinasikan (menggabungkan tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain), misal gambaran kepala gajah digabungkan dengan badan manusia maka terciptalah fantasi ganesha. Ketiga sifat fantasi ini semua membentuk gambaran baru. Karena itu kegiatan pembelajaran hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak secara sehat karena akan mengembangkan



intelektualnya



menjadi



lebih



bermakna



dan



mampu



mententramkan suasana batinya.



2.11.2. Jenis Fantasi •



Fantasi Terpimpin



Yaitu fantasi yang mengikuti fantasi orang lain. Misalnya murid mendengarkan cerita dari guru atau membaca cerita dan lain-lain. •



Fantasi Mencipta



Yaitu fantasi yang menciptakan tanggapan-tanggapan yang benar-benar baru. Misalnya pengarang cerita, orang yang membuat alat permainan dan lain-lain.



2.12. Berfikir Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja. Pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever



31



(dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi dan pemecahan masalah.



Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi. Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis. Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang "selengkapnya" tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulankesimpulannya secara mandiri.



32



Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.



2.12.1. Jenis, Tipe dan Pola Berpikir Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.



Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu: 1.



Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu



2.



Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.



3.



Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.



4.



Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.



5.



Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.



6.



Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.



Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut:



33



1.



Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.



2.



Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.



2.12.2. Proses Berpikir Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu: 1.



Pembentukan Pengertian Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut: a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya: Manusia Indonesia, ciri-cirinya: * Mahluk hidup * Berbudi * Berkulit sawo mateng * Berambut hitam * Dan sebagainya b. Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri-ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.



2.



Pembentukan Pendapat Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut



34



kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat. Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya. b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal: Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya. c. Pendapat



Modalitas



atau



kebarangkalian,



Yaitu



Pendapat



yang



menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya. 3.



Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, yaitu: a. Keputusan induktif Yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya: Tembaga di panaskan akan memuai Perak di panaskan akan memuai besi di panaskan akan memuai kuningan di panaskan akan memuai. Jadi (kesimpulan), bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (umum). b. Keputusan Deduktif Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya: Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan): tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain: Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati. c. Keputusan Analogis Keputusan Analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi



35



(kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas. A. Simpulan 1. Secara umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.



2.13. Tes Kemampuan Verbal Tes verbal adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang dimiliki oleh seseorang, baik secara lisan maupun tulisan serta untuk mengukur sejauh mana seseorang memahami hal-hal yang dibicarakan. Inteligensi seseorang sangat berkaitan erat dengan kemampuan verbal. Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin tinggi inteligensi, wawasan dan pengetahuan orang tersebut.



Tes verbal sangat bergantung pada kemampuan bahasa dan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak perbendaharaan katanya (vocabulary) dan semakin bertambah pula tinglat inteligensinya.



Lebih jauh lagi, tes verbal sangat berguna untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mencari kata-kata yang mempunyai persamaan arti (sinonim), mencari kata-kata yang berlawanan arti (anonim), megelompokan kata-kata dan lain-lain. Kunci utama dalam menyelesaikan tes ini adalah daya ingat yang tinggi dan kemampuan perbendaharaan kata (vocabulary).



Dalam penyajiannya, banyak sekali variasi jenis bentuk tes verbal, yaitu antara lain sebagai berikut: 1.



Tes sinonim (persamaan arti kata). Tes persamaan kata (sinonim) sangat berguna untuk menilai berapa banyak perbendaharaan kata (vocabulary) yang dimiliki seseorang serta menilai sejauh mana kemampuannya dalam mengartikan kata-kata yang bermakna sama. Semakin banyak kata-kata yang dikuasai, semakin tinggi tingkat inteligensi dan semakin luas wawasan yang dia miliki.



36



2.



Tes anonim (lawan kata). Seperi halnya pada tes persamaan kata (sinonim), tes lawan kata (anonim) juga sangat berguna untuk emnilai seberapa banyak perbendaharaan kata (vocabulary)



yang



dimiliki



seseorang



serta



menilai



sejauh



mana



kemampuannya dalam mengartikan kata-kata dan kemudian mencari katakata yang berlawanan arti. Semakin banyak kata yang dihafal oleh seseorang, semakin tinggi tingkat inteligensinya. 3.



Tes kelompok kata (group). Tes kelompok kata (group) digunakan untuk menilai kemampuan seseorang dalam mengelompokan kata-kata yang saling berhubungan satu sama lain atau mengelompokan kata-kata yang mengandung pengertian setara.



4.



Tes padanan kata. Tes padanan kata ditujukan untuk menguji kemampuan seseorang mengenai arti kata, fungsi kata dan pemakaian kata serta hubungan sebab akibat dari satu kata.



5.



Tes perbendaharaan kata (vocabulary). Tes perbendaharaan kata (vocabulary) dimaksudkan untuk mengukur atau menilai seberapa banyak perbendaharaan kata yang dimiliki seseorang. Semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki, semakin tinggi tingkat inteligensinya. Banyaknya perbendaharaan kata juga umumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman serta wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak juga perbendaharran kata yang dimiliki.



6.



Tes analogi. Tes analogi (persamaan) digunakan untuk menguji kemampuan seseorang dalam mencari kata-kata yang setaradan saling berhubungan. Tes ini memerlukan daya nalar dan logika terhadap soal=soal yan diberikan. Walaupun sangat sederhana, kadang tes ini dapat menjadi sulit bagi seseorang yang tingkat inteligensinya rendah.



7.



Tes informasi. Tes infirmasi sangat bergyna untuk menentukan tingkat kecerdasan seseorang karena tes ini erat hubungannya denagan wawasan dan pengetahuan



37



seseorang. Materi atau bahan –bahan tes informasi biasanya berupa pengetahuan umum, seperti nama-nama mata uang, ibu kota Negara-negara yang peting, nama-nama kepala negara, nama-nama pengarang terkenal dan lain-lain. Tes ini sebenarnya lebih menekankan pada daya ingat mengenai hal-hal yang sudah lama (long term memory). 8.



Tes similariti. Tes similariti adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam hal mencari jawaban yang paling sesuai dengan konteks kalimat yang dinyatakan. Pada umumnya, pertanyaan pada tes similariti sangat sederhana, namun jawaban yang disediakan bermacam-macam dan jawaban tersebut benar semua. Kontes tes ini adalaha bahwa semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, semakin ia mampu membedakan antara yang pokok dan yang tidak pokokdari suatu konteks kalimat.



9.



Tes vokabuler. Tes vokabuler adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang



mengenai



kata-kata.



Sebenarnya,



perbendaharaan



kata



(vocabulary) yang dimiliki seseorang tidak mutlak bergantung pada pendidikannya, tetapi bergantung pada tigkat inteligensinya. Namun, padaumumnya orang yang mempunyai tingkat inteligensi tinggi biasanya mengalami masa pendidikan yang cukup lama. Banyaknya vocabulary yang dimiliki seseorang sesuai dengan kemampuan dalam menyerap informasi yang diberikan. 10. Tes analitik. Tes kemampuan analitik berguna untuk mengukur kemampuan seseorang dalam menganalisis suatu pertanyaan berupa informasi, kemudian mengambil kesimpulan yang tepat dan logis dari informasi tersebut. 11. Tes Bahasa Inggris. Tes bahasa Inggris digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bahasa Inggris seseorang, baik mengenai perbendaharaan kata (vocabulary), pemahaman arti (meaning) maupun mengenai structure dan lain-lain. Dalam tes ini peserta tidak dituntut untuk mahir berbahasa Inggris, tetapi minimal ia mengerti secara pasif, terutama hal-hal yang bersifat universal (umum).



38



2.14. Tes Kemampuan Bilangan Banyak yang berpendapat bahwa kemampuan menghitung angka-angka dan komputasi sangat berkaitan erat dengan tingkat inteligensi seseorang. Hal ini ada benarnya kerena seseorang yang mempunyai kecerdasan tingggi dapat menyelesaikan perhitungan angka-angka dengan cepat.



Selain factor kecerdasan, factor latihan dan pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap ini. Dalam penyelesaian tes number diperlukan kecepatan komputasi dan daya ingat yang tinggi, selain ketelitian dan kecermatan. Dalam penyajiannya, tes number mempunyai banyak variasi dan berntuk, diantaranya: 1.



Tes Seri Angka dan Huruf Tes seri angkan dan huruf adalah tes yang serign digunakan untuk mengukur kemampuan kecerdasan seseorang dalam memecahkan suatu problem berdasarkan jumlah bilangan atau huruf serta menarik kesimpulan secara cepat, tepat dan logis.



2.



Tes Kemampuan Numerik (Numerical Test) Tes Kemampuan Numerik (Numerical Test) digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir secara cepat dan tepat terhadap suatu persoalan yang sedang dihadapi, terutama mengenai konsep bilangan atau angka-angka. Dalam penyelesaian tes ini seseorang dituntuk memiliki kemahiran menghitung dengan cepat , daya ingat yang tinggi, ketelitian serta kecermatan.



3.



Tes Aritmetik (Arithmetical Test) Tes Aritmetik (Arithmetical Test) digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang, terutama dalam menghitung secara cepat, tepat dan benar dari susunan angka. Tes ini berhubungan dengan emosi dan mental seseorang. Dengan demikian, orang yang kurang berminat terhadap angka-angka biasanay sulit menyelesaikan tes ini. Seperti halnya tes numeric, tes aritmetik juga



memerlukan



mengerjakannya.



ketelitian,



kecermatan



dan



ketenangan



dalam



39



4.



Tes Kecerdasan (Intelligence Test) Tes kecerdasan berguna untuk mengkur kemampuan seseorang terutama dalam melakukan tugas-tugas rutin secara cepat, tepat dan akurat. Semakin cerdas seseorang maka semakin cepat ia dapat menyelesaikan tes ini. Untuk menyelesaikan tes ini diperlukan ketelitian, kecermatan dan kepintaran serta kesabaran seseorang dalam menyelesaikan soal-soal yang dihadapi.



5.



Tes Geometri Tes geometri digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam menerjemahkan suatu masalah kedalam persamaan matematika, khususnya yang berkaitan dengan geometri atau ilmu ukur. Selain itu, tes ini juga untuk menilai kemampuan seseorang dlam memecahkan persoalan secara praktis dengan bantuan gambar-gambar.



6.



Tes Logika Tes logika digunakan untuk mengukur kemampuan analitis dan berfikir logis seseorang. Tes logika juga merupakan tes inteligensi yang banyak digunakan untuk mencari tenaga professional tingkat menengah sampai tingkat atas. Tes logika sebenarnay sebenarnya kurang baik untuk menguji seseorang yang tingkat kecerdasannya kurang atau rendah karena karena tes ini akan dirasakan sangat sulit oleh mereka.



2.15. Tes Gambar Tes gambar digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang terutama dalam hal menyelesaikan suatu masalah, khususnya yang berhubungan dengan bentukbentuk gambar atau simbol-simbol berdasarkan pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya dan juga untuk mengukur kemampuannya dalam menyelesaikan bentuk-bentuk gambar atau simbol secara logis dan cepat.



Dalam menyelesaikan tes gambar dibutuhkan ketelitian dan kecermatan, terutama dalam mengamati deretan gambar atau simbol karena secara sepintas, tampaknya gambar atau simbol tersebut mirip atau bahkan sama, namun apabila dicermati lebih jauh, sebenarnya gambar-gambar itu sangat berbeda.



40



Soal-soal dalam tes gambar ini umumnya terdiri dari deretan simbol yang tampaknya hamper sama dan anda diminta untuk memilih atau menentukan gambar yang seharusnya berada dalam deretan berikutnya. Variasi dari tes gambar diantaranay adalah: 1.



Tes spatial.



2.



Tes konsistensi bentuk gambar.



3.



Tes bayangan cermin.



4.



Tes pola gambar tiga dimensi.



5.



Tes gambar bentuk geometris.



6.



Tes gambar kubus.



2.16. Analisis Statistik 2.16.1. Uji Hipotesis Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangakan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis adalah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran dari uji hipotesis digunakan pengujian hipotesis.



Pengujian Hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesi. Dengan demikian kita dihadapkan pada dua pilihan. Agar pemilihan kita lebih terinci dan mudah, maka diperlukan hipotesis alternative. Bila sampel diambil dari populasi, maka bukti yang diperoleh dari sampel dapat digunakan untuk membuat pernyataan inferensi mengenai karakteristik populasi. Selain itu, informasi sampel dapat digunakan sebagai hipotesis mengenai populasi yang telah dibentuk atau dibuat. Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenal sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Hipotesis ditentukan oleh sipeneliti dalam penelitian, H0 yang



41



diharapkan oleh peneliti biasa ditolak, karena peneliti menginginkan penelitian yang dia teliti tidak lebih baik dari penelitian sebelumnya.



Adapun langkah-langkah dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut: 1.



Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis tandingan (H1).



2.



Menentukan derajat keberartian (α).



3.



Menentukan tes statistik yang cocok dan menentukan daerah kritis berdasarkan α.



4.



Hitung tes statistik, tolak H0 jika tes statistik ada di daerah kritis, selain itu jangan tolak H0.



5.



Menentukan kesimpulan.



2.16.2. Regresi Linier Sederhana Dari data yang telah di dapat maka peneliti akan menguji data ini dengan menggunakan regresi linier sederhana. Regresi linier digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel bebas dengan variabel respon. Dari namanya saja udah kelihatan, bahwa model hubungan yang dimaksud adalah model hubungan linier. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji regresi yaitu: 1.



Variabel yang dicari hubungan fungsionalnya mempunyai data yang berdistribusi normal.



2.



Variabel untuk x itu tidak acak, sedangkan variabel y harus acak (random).



3.



Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula.



4.



Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio.



Adapun langkah-langkah dalam menghitung persamaan regresi: 1.



Menentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis tandingan (H1).



2.



Menentukan derajat keberartiaan (α) dan kriteria penolakan.



3.



Menentukan tes statistik Rumus umum dipakai yaitu: Yˆ = a + bX a=



( ∑ Y )( ∑ X 2 i ) − ( ∑ X )( ∑ X Y ) i i i i 2 2 n (∑ X i ) − (∑ X i )



b=



n ∑ X Y − ( ∑ X )( ∑ Y ) i i i i 2 2 n ∑ X i − (∑ X i )



42



4.



Menentukan signifikansi dan linieritas persamaan regresi tersebut dengan menggunakan tabel penolong yang disebut tabel Analisys Of Varians (ANOVA). Sesuai dengan kriteria penolakan.



5.



Membuat kesimpulan.



 ANOVA (Analysis Of Varians) Sebuah analisis satu arah varians (ANOVA) digunakan bila Anda mempunyai kategori variabel independen (dengan dua atau lebih kategori) dan interval yang terdistribusi normal variabel dependen dan ingin menguji perbedaan dalam cara variabel dependen diuraikan oleh tingkat variabel bebas.



Ketika kita melakukan analisis regresi, pasti akan melibatkan uji anova dan uji t. Anova pada regresi, sebenarnya tidak berbeda dengan Anova biasa. Anova pada regresi dilakukan untuk mengetahui apakah b1, b2, b3 dan seterusnya berbeda dari 0. Dengan demikian, sebenarnya H0 anova ada regresi adalah: Semua koefisien (b1, b2, b3) bernilai nol.



Ketika hasil pengujian anova pada regresi memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari nilai alpha, maka kita memiliki bukti yang kuat untuk menolak H0 di atas, dan menyimpulkan H1, yaitu tidak semua koefisien (b1, b2, b3…) bernilai nol. Dengan kata lain, jika hasil uji anova pada regresi kita memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari alpha, maka kita dapat menyimpulkan bahwa paling sedikit satu dari variabel independen yang kita masukan dalam model regresi, memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.



Selanjutnya, uji t akan digunakan untuk mengetahui variabel atau koefisien mana yang nilainya tidak nol. Kita dapat melihat hal ini dari nilai p-value uji t yang nilainya lebih kecil dari alpha.



Uji t pada regresi merupakan ad hoc test untuk uji anova, dengan demikian, ketika uji anova memiliki nilai p-value yang lebih besar dari nilai alpha (tidak signifikan), maka akan sangat tidak mungkin ada salah satu variabel/koefisien



43



yang memiliki nilai p-value lebih kecil dari alpha (signifikan). Demikian pula sebaliknya, ketika uji anova memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari alpha (signifikan), maka pasti minimal salah satu dari variabel/koefisien memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari alpha (signifikan)



2.16.3. Korelasi Korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1990. Korelasi adalah salah satu teknik analisis statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti. Karena peneliti umumnya tertarik terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan mencoba untuk menghubungkannya. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat (timbal balik), melainkan hanya merupakan hubungan searah saja. Hubungan sebab akibat seperti kemiskinan dan kejahatan dan kemiskinan dengan kebodohan.



Dalam korelasi hanya dikenal hubungan searah (linier) bukan sebab akibat. Misalnya tinggi badan menyebabkan berat badannya bertambah, tetapi berat badannya bertambah belum tentu menyebabkan tinggi badannya bertambah pula. Akibatnya, dalam korelasi dikenal penyebab dan akibatnya. Data penyebab atau mempengaruhi disebut variabel bebas (Independent) yang biasanya dilambangkan dengan huruf X atau X1, X2, X3,...Xn. Data akibat atau yang dipengaruhi disebut variabel terikat (dependent), yang biasanya dilambangkan dengan huruf Y.



Persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji korelasi adalah: 1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal. 2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier. 3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak (random). 4. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula (variasi skor variable yang dihubungkan harus sama). 5. Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio.



44



Tujuan dilakukannya analisis korelasi adalah: 1. Untuk mencari adanya hubungan (korelasi) antar variabel. 2. Bila sudah ada hubungan, untuk melihat keeratan hubungan antar variabel. 3. Untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan atau signifikan) atau tidak berarti (tidak menyakinkan).



Penaksiran koefisien menurut Gulford adalah sebagai berikut: 6.



0 < 0.25



Tidak ada korelasi.



7.



≥ 0.25 < 0.4



Hubungan yang kecil atau tidak erat atau cukup.



8.



≥ 0.4 < 0.7



Hubungan yang moderat atau sedang.



9.



≥ 0.7 < 0.9



Hubungan yang sangat erat atau kuat.



10. ≥ 0.9 < 1 Hubungan yang sempurna.



Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ± 1 (artinya paling tinggi ± 1 dan paling rendah 0). Perhatikan tanda plus dan minus pada angka indeks korelasi. Tanda plus minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi, bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi benilai positif maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah, sedangkan apabila angka indeks korelasi bertanda negatif, maka korelasi tersebut berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini menunjjukan tidak ada korelasi.



Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah



3.1. Flowchart Penelitian Tahap-tahap penelitian Tugas Akhir ini disajikan dalam langkah-langkah seperti yang terdapat pada gambar 3.1. dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji dalam penelitian beserta penyelesaiannya dapat dimengerti dengan baik.



Gambar 3.1. Flowchart Penelitian



45



46



3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada maka langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1. Memulai Penelitian Awal penelitian dimulai dengan menentukan tema dari penelitian Tugas Akhir ini. Peneliti mengambil tema (topik) mengenai kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dengan tujuan untuk menganalisis kemampuan kerja serta kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matara Nusanatara. 2. Studi Literatur Studi literatur yang dilakukan berupa pengumpulan dan pemahaman mengenai konsep, teori dan generalisasi yang dijadikan landasan berpikir untuk mendukung penelitian Tugas Akhir ini. Pada tahap ini dilakukan dengan mencari, membaca, dan mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini baik melalui buku-buku, jurnal penelitian sebelumnya yang ada kaitannya dengan penelitian. 3. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan mengadakan survey ke tempat penelitian akan dilakukan yaitu di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan pihak perusahaan mengenai penelitian yang akan dilakukan. 4. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah mencakup latar belakang dilakukannya penelitian dan bertujuan untuk memperjelas apa yang menjadi pembahasannya sehingga lebih terarah. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah: •



Bagaimana kemampuan bekerja karyawan?







Bagaiman kemampuan kognitif karyawan?







Bagaimana hubungan antara kemampuan bekerja dengan kemampuan kognitif karyawan?



47



5. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis kemampuan kerja karyawan dan kemampuan kognitif karyawan serta menganalisis hubungan diantara keduanya. 6. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan dua macam kuesioner kepada karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara, diantaranya: A. Kuesioner mengenai kemampuan kerja karyawan. Dalam pengumpulan data kemampuan kerja karyawan peneliti menggunakan kuesioner baku Work Ability Index (WAI) yang mencakup: 1. Kemampuan tenaga kerja pada saat dia bekerja dibandingkan dengan kemampuan pada saat dia bekerja pada saat yang paling baik. 2. Hubungan



antara



kemampuan



bekerja



dengan



tuntutan



dari



pekerjaannya. 3. Diagnosa penyakit yang pernah dialami oleh tenaga kerja. 4. Perkiraan berkurangnya kemampuan bekerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul. 5. Mengidentifikasi cuti sakit tenaga kerja selama satu tahun terakhir. 6. Harapan kemampuan bekerja untuk dua tahun kedepan. 7. Sumber daya mental tenaga kerja tersebut. B. Kuesioner kemampuan kognitif (psikologi) karyawan yang diantaranya mengenai: 1.



Kemampuan verbal.



2.



Kemampuan numerik.



3.



Kemampuan gambar.



7. Pengolahan Data Berikut tahapan-tahapan pengolahan data dari penelitian Tugas Akhir ini:  Kemampuan kerja karyawan: • Menghitung point rata-rata tiap departemen. • Menghitung standard deviasi tiap departemen. • Menghitung Work Ability Index (WAI).



48



• Perhitungan standard deviasai. • Menghitung proporsi Work Ability Index karyawan dan kategori Work Ability Index.  Kemampuan kognitif karyawan: • Menghitung jumlah jawaban yang benar dan salah untuk kuisioner kemampuan verbal, kemampuan numeric dan kemampuan gambar. • Melakukan uji asumsi. • Melakukan uji statistic korelasi. • Melakukan kategorisasi skor. 8. Analisis Analisis dilakukan terhadap data yang telah selesai diolah. Pada tahap ini akan didapat beberapa hasil diantaranya mengenai: •



Kemampuan kerja karyawan.







Kemampuan kognitif karyawan.







Hubungan antara kemampuan kerja dengan kemampuan kognitif karyawan.



9. Kesimpulan dan Saran Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan saran merupakan masukan bagi perusahaan atau instansi berkaitan dengan penelitian. Kesimpulan dan saran yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan serta input bagi perusahaan atau instansi dengan harapan bisa memberikan kontribusi yang positif sehingga dapat memperbaiki kualitas dari perusahaan atau instansi tersebut.



Bab 4 Pengumpulan Dan Pengolahan Data



4.1. Pengumpulan Data Responden dari penelitian ini adalah karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dimana para responden (karyawan) diberikan dua buah kuesioner, yang pertama kuesioner mengenai kemampuan kerja para karyawan yaitu dengan menggunakan kuesioner Work Ability Index (WAI) dan yang kedua adalah kuesioner kemampun kognitif (psikis) yang berupa tes kemampuan verbal, numerik dan tes kemampuan gambar.



4.1.1. Pengumpulan Data Work Ability Index (WAI) Data kemampuan kerja karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara di dapat dari kuesioner Work Ability Index yang diberikan kepada responden (karyawan). Berikut adalah daftar nama para responden tes kemampuan kerja: Tabel 4.1. Daftar Responden Work Ability Index (WAI) No.



Responden



Usia



Departemen



Lama Bekerja (tahun)



1



Ridho



39



Marketing



22



2



Muchlis Djihadi



43



Marketing



19



3



Osep



50



Marketing



10



4



Nurhayati



23



Marketing



1



5



Ratna Lindasari



46



Keuangan



22



6



Wiwi Kartika



43



Keuangan



18



7



Siti Rodiah



34



Keuangan



11



8



Ernarin



46



Keuangan



4



9



Marcelia Andriny P



22



Keuangan



1



10



Indriyani



42



Akunting



21



11



Karlina Agustiana



22



Akunting



1



12



Ini Jasini



27



Personalia



5



13



R. Liani Afrianti



27



Staf Legal



5



14



Nani Suryani



47



Adm. Supervisor



15



15



Yuliawati



22



Adm. Pembelian



1



49



50



Tabel 4.2. Daftar Jawaban Kuesioner Work Ability Index (WAI) Variabel Pertanyaan



No.



Nama Responden



Faktor Kinerja Staf Bagian



Umur Karyawan



Faktor Kemampuan dengan kebutuhan pekerjaan



Faktor Penyakit yang Pernah Dialami Oleh Para Pekerja



X1



X2



X3



X4



X5



X6



X7



X8



X9



X10



X11



X12



X13



X14



X15



X16



X17



X18



X19



X20



X21



X22



X23



X24



X25



X26



X27



X28



1



Ridho



Marketing



39



8



4



4



0



0



0



0



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



2



Muchlis Djihadi



Marketing



43



7



4



4



0



0



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



3



Osep



Marketing



50



7



4



4



2



0



0



0



2



0



0



2



1



0



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



Nurhayati



Marketing



23



8



4



4



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



5



Ratna Lindasari



Keuangan



46



7



4



4



0



0



0



0



1



1



0



2



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



6



Wiwi Kartika



Keuangan



43



8



5



5



0



0



0



0



0



0



0



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



7



Siti Rodiah



Keuangan



34



8



5



5



2



0



0



0



2



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



8



Ernarin



Keuangan



46



7



4



4



0



0



0



0



0



0



0



2



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



9



Marcelia Andriny P



Keuangan



22



8



5



5



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



10



Indriyani



Akunting



42



7



4



4



0



0



0



0



2



2



2



2



2



0



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



11



Karlina Agustiana



Akunting



22



7



4



4



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



12



Ini Jasini



Personalia



27



8



5



5



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



13



R. Liani Afrianti



Staf Legal



27



8



5



5



0



0



0



0



0



0



2



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



47



6



4



4



0



0



0



0



0



2



2



2



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



22



8



5



5



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



14



Nani Suryani



15



Yuliawati



Adm. Supervisor Adm. Pembelian



51



Tabel 4.3. Lanjutan Daftar Jawaban Kuesioner Work Ability Index (WAI) Pengaruh Penyakit Thd Kinerja



Cuti Sakit Pd Masa Lalu



Faktor Harapan 2 Kedepan



Faktor Sumber Daya Mental



X2 9



X3 0



X3 1



X3 2



X3 3



X3 4



X3 5



X3 6



X3 7



X3 8



X3 9



X4 0



X4 1



X4 2



X4 3



X4 4



X4 5



X4 6



X4 7



X4 8



X4 9



X5 0



X5 1



X5 2



X5 3



X5 4



X55



X56



X57



X5 8



X5 9



X6 0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



5



7



3



3



3



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



4



1



3



3



2



1



1



0



0



0



0



0



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



3



1



3



2



3



0



0



0



0



0



0



0



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



4



7



3



4



3



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



4



1



2



3



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



2



0



0



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



6



4



7



3



4



3



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



1



0



0



0



4



4



1



4



3



3



1



0



0



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



2



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



5



7



3



3



3



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



5



7



3



3



3



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



5



1



2



3



3



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



5



7



3



3



3



0



0



0



0



0



0



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



5



7



2



3



3



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



5



7



2



3



3



1



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



4



5



7



2



3



3



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



6



5



7



3



3



3



52



4.1.2. Pengumpulan Data Kemampuan Kognitif Karyawan Data kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara di dapat dari kuesioner yang diberikan kepada karyawan. Dalam kuesioner kemampuan kognitf ini terdapat tiga macam pengetesan yang akan dilakukan, yakni tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik dan tes kemampuan gambar. Berikut daftar nama para responden tes kemampuan kognitif: Tabel 4.4. Daftar Responden Kemampuan Kognitif Usia



Staf Bagian



Lama Bekerja



Pendidikan Terakhir



Riwayat Penyakit



Merasa Pusing



Ridho Muchlis Djihadi Osep



39



Marketing



22



SMA



-



tidak



Memakai Kaca Mata tidak



43



Marketing



19



D3



-



tidak



tidak



50



Marketing



10



SMA



Migren



ya



ya



23



Marketing



1



D3



-



tidak



tidak



46



Keuangan



22



SMA



Asma



tidak



ya



6



Nurhayati Ratna Lindasari Wiwi Kartika



43



Keuangan



18



D1



-



tidak



tidak



7



Siti Rodiah



34



Keuangan



11



D1



-



tidak



tidak



8



Ernarin Marcelia Andriny P Indriyani Karlina Agustiana Ini Jasini R. Liani Afrianti



46



Keuangan



4



D3



Mag



tidak



ya



22



Keuangan



1



D3



-



tidak



tidak



42



Akunting



21



D1



-



tidak



tidak



22



Akunting



1



D3



-



tidak



ya



27



Personalia



5



D3



Mag



tidak



tidak



27



Staf Legal



5



D3



-



tidak



tidak



14



Nani Suryani



47



15



D1



-



tidak



ya



15



Yuliawati



22



1



D3



-



tidak



tidak



No . 1 2 3 4 5



9 10 11 12 13



Responden



Adm. Supervisor Adm. Pembelian



53



Tabel 4.5. Kemampuan Kognitif Karyawan Tes Kemampuan Kognitif Responden



Usia



Kemampuan Verbal



Kemampuan Numerik



Kemampuan Gambar



Benar



Salah



Waktu (detik)



Benar



Salah



Waktu (detik)



Benar



Salah



Waktu (detik)



Total Skor



Total Waktu (detik)



Ridho



39



30



10



280



18



2



52



16



4



261



64



593



Muchlis Djihadi



43



32



8



354



15



5



52



14



6



240



61



646



Osep



50



29



11



322



16



4



61



14



6



355



59



738



Nurhayati



23



36



4



282



18



2



46



16



4



254



70



582



Ratna Lindasari



46



24



16



358



17



3



48



12



8



301



53



707



Wiwi Kartika



43



30



10



338



17



3



50



14



6



313



61



701



Siti Rodiah



34



28



12



288



16



4



47



12



8



278



56



613



Ernarin



46



30



10



326



17



3



46



13



7



290



60



662



Marcelia Andriny P



22



34



6



312



17



3



43



15



5



242



66



597



Indriyani



42



28



12



340



18



2



57



16



4



340



62



737



Karlina Agustiana



22



36



4



316



17



3



45



17



3



361



70



722



Ini Jasini



27



32



8



330



14



6



49



15



5



343



61



722



R. Liani Afrianti



27



29



11



310



17



3



53



15



5



320



61



683



Nani Suryani



47



28



12



326



16



4



59



14



6



368



58



753



Yuliawati



22



30



10



338



17



3



48



17



3



299



64



685



54



4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Work Ability Index (WAI) 4.2.1.1.



Perhitungan Point Work Ability Index (WAI) Karyawan



Dibawah ini disajikan tabel perhitungan point Work Ability Index (WAI) tiap responden (karyawan). Item-item pada tabel merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat kemampuan karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusanatara. Dimana tabel ini merupakan data dari kuisoner yang telah diberikan pada responden sebelumnya. Sampel yang menjadi responden penelitian ini berjumlah 15 orang yang memilki pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur yang berbeda. Dari setiap item variabel–variabelnya akan dijumlahkan pointnya yang jumlahnya antara 7-49 point, setelah itu point akan dikategorikan dalam kategori Work Ability Index (WAI) apakah termasuk kategori poor, moderate, good atau excellent.



55



Tabel 4.6. Perhitungan Point Work Ability Index (WAI) Karyawan



56



Tabel 4.7. Lanjutan Perhitungan Point Work Ability Index (WAI) Karyawan



57



Berikut contoh perhitungan Work Ability Index (WAI) pada karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara: 1.



Bapak Osep adalah salah satu responden yang bekerja di bagian marketing, usianya sudah mencapai 50 tahun dan ia di diagnosa oleh dokter mempunyai beberapa macam penyakit seperti rematik, hipertensi, masalah penglihatan dan migrein. Point total Work Ability Index (WAI) Bapak Osep adalah 28 point, yang berarti ia berada pada level Kategori moderate. Tabel 4.8. Contoh Perhitungan WAI Staf Bagian Marketing No



Dimensi Work Ability Index (WAI)



1



Kemampuan bekerja saat ini dibandingkan dengan kemampuan bekerja yang terbaik seumur hidup



2



Kemampuan bekerja dengan kebutuhan pekerjaan



3



Diagnosa penyakit yang dialami pekerja



4 5 6



7



Perkiraan menurunya kemampuan bekerja akibat penyakit yang diderita Cuti sakit selama 1 tahun terakhir Indikasi pribadi kemampuan bekerja 2 tahun dari saat ini



Jawaban



Point



7



7



Kemampuan fisik = 4 Kemampuan mental = 4 Lebih dari 4 penyakit yang diderita



2



4



4



5



5



7



7



Menikmati aktivitas sehari hari = 3 Siaga dan aktif = 2



Sumber daya mental



penuh dengan harapan= 3 Total Point



5+4 = 8



(3+2+3) = 8 maka Point untuk dimensi ini adalah 3 28



58



2.



Ibu Wiwi Kartika merupakan karyawati yang bekerja pada bagian keuangan, usianya sudah 43 tahun, dari diagnose dokter Ibu Wiwi memiliki penyakit diabetes. Total Point



Work Ability Index (WAI) sebesar 44 point, yang



artinya ia berada pada level Kategori Excellent. Tabel 4.9. Contoh Perhitungan WAI Staf Bagian Keuangan No



Dimensi Work Ability Index (WAI)



1



Kemampuan bekerja saat ini dibandingkan dengan kemampuan bekerja yang terbaik seumur hidup



2



Kemampuan bekerja dengan kebutuhan pekerjaan



3



Diagnosa penyakit yang dialami pekerja



4 5 6



7



Perkiraan menurunya kemampuan bekerja akibat penyakit yang diderita Cuti sakit selama 1 tahun terakhir Indikasi pribadi kemampuan bekerja 2 tahun dari saat ini



Jawaban



Point



8



8



Kemampuan fisik = 5 Kemampuan mental = 5 Hanya memilki 1 penyakit



5



6



6



4



4



7



7



Menikmati aktivitas sehari hari = 3 Siaga dan aktif = 4



Sumber daya mental



penuh dengan harapan=3 Total Point



5+5= 10



(3+4+3) = 10 maka Point untuk dimensi ini adalah 4 44



59



3.



Karlina Agustiana adalah responden yang bekerja pada bagian akunting, usianya baru 22 tahun. Dari diagnose dokter ia memiliki masalah pada penglihatannya. Total Point Work Ability Index (WAI) sebesar 41 point, yang artinya ia berada pada level Kategori good. Tabel 4.10. Contoh Perhitungan WAI Staf Bagian Marketing No



Dimensi Work Ability Index (WAI)



1



Kemampuan bekerja saat ini dibandingkan dengan kemampuan bekerja yang terbaik seumur hidup



2



Kemampuan bekerja dengan kebutuhan pekerjaan



3



Diagnosa penyakit yang dialami pekerja



4 5 6



7



Jawaban



Point



7



7



Kemampuan fisik = 4 Kemampuan mental = 4 Hanya memilki 1 penyakit



5



6



6



5



5



7



7



Perkiraan menurunya kemampuan bekerja akibat penyakit yang diderita Cuti sakit selama 1 tahun terakhir Indikasi pribadi kemampuan bekerja 2 tahun dari saat ini



Menikmati aktivitas sehari hari = 3 Siaga dan aktif = 3



Sumber daya mental



4+4=8



penuh dengan harapan=3 Total Point



(3+3+3) = 8 maka Point untuk dimensi ini adalah 9 41



Selanjutnya data diproses dengan menjumlahkan setiap point dari tiap item kemudian di Kategorikan untuk masing-masing pointnya. Berikut point kategori Work Ability Index (WAI) beserta dengan tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki tiap Kategori dalam tingkat pengukuran Work Ability Index (WAI): Tabel 4.11. Kategori Point Work Ability & Objective of Measures Point



Work Ability



Objective of measures



7 – 27



Poor



Restore Work Ability



28 – 36



Moderate



Improve Work Ability



37 – 43



Good



Support Work Ability



44 – 49



Excellent



Maintain Work Ability



60



4.2.1.2. Perhitungan Point Rata-Rata Untuk Tiap Staf Bagian Bagian Secara keseluruhan point rata-rata karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara adalah 40.38 dengan batas usia antara 21-50 tahun. Perhitungan



rata-rata jawaban berdasarkan penjumlahan point untuk tiap bagian (Staf Bagian), dimana pertanyaan berdasarkan “dimensi Work Ability Index (WAI)”, yang dibagi kedalam tujuh dimensi yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan kinerja para karyawan (performance/skill), physical, health (kesehatan dan diagnosa penyakit), possibilities for development (perkiraan berkurangnya kemampuan bekerja yang diakibatkan berbagai penyakit yang muncul), cuti sakit satu tahun terakhir, enthusiasme, dan mental strain. Untuk selengkapnya rata-rata Point WAI berdasarkan tiap Staf Bagian dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.12. Point Rata –Rata Untuk Tiap Staf Bagian Staf Bagian



JUMLAH



RATA-RATA



Marketing



142



35.5



Keuangan



191



38.2



Akunting



76



38



Personalia



42



42



Staf Bagian Legal



46



46



Adm. Supervisor



37



37



Adm. Pembelian



46



46



4.2.1.3. Perhitungan Standar Deviasi Untuk Tiap Staf Bagian Standard Deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rataannya. Untuk sampel simbangan baku atau standar deviasi biasanya diberi simbol s, sedangkan untuk populasi diberi simbol σ. Berikut adalah simpangan baku dari masing-masing Staf Bagian yang ada di bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara: •



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Marketing



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



..........................................................................(4.1)



4∑ (5172 ) − (∑142 )



2



SD =



4(4 − 1)



= 6.61



61



Tabel 4.13. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Marketing Staf Bagian Marketing No.



X1



X12



1



40



1600



4.5



20.25



2



32



1024



-3.5



12.25



3



28



784



-7.5



56.25



4



42



1764



6.5



42.25







142



5172



X



35.5



X1-



X1-X2



X



131 32.75



SD







6.61



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Keuangan



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



5∑ (7501) − (∑191)



2



SD =



= 7.16



5(5 − 1)



Tabel 4.14. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Keuangan Staf Bagian Keuangan No.



X1



X12



1



28



2



X1-X2



784



X1- X -10



104.04



44



1936



5.8



33.64



3



36



1296



-2.2



4.84



4



37



1369



-1.2



1.44



5



46



2116



7.8



60.84







191



7501



X



38.2



204.8 40.96



SD







7.16



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Akunting



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



2∑ (2906) − (∑ 76 )



2



SD =



2(2 − 1)



= 4.24



62



Tabel 4.15. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Akunting Staf Bagian Akunting No.



X1



X12



1



35



1225



-3



9



2



41



1681



3



9







76



2906



X



38



X1-



X1-X2



X



18 9



SD







4.24



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Personalia



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



1∑ (1764 ) − (∑ 42 )



2



SD =



1(1 − 1)



=0



Tabel 4.16. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Personalia Staf Bagian Personalia No.



X1



X12



1



42



1764







42



1764



X



42



X1-X2



X1- X 0



0 0 0



SD







0



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Legal



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



1∑ (2116 ) − (∑ 46 )



2



SD =



1(1 − 1)



=0



Tabel 4.17. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Legal Staf Bagian Legal No.



X1



X12



1



46



2116







46



2116



X



46



X1- X 0



X1-X2 0 0 0



SD



0



63







Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Adm. Supervisor



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



1∑ (1369 ) − (∑ 37 )



2



SD =



=0



1(1 − 1)



Tabel 4.18. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Adm. Supervisor Staf Bagian Adm. Supervisor No.



X1



X12



1



37



1369







37



1369



X



37



X1-X2



X1- X 0



0 0 0



SD







0



Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Adm. Pembelian



n∑ Xi 2 − (∑ Xi )



2



SD =



n(n − 1)



1∑ (2116 ) − (∑ 46 )



2



SD =



1(1 − 1)



=0



Tabel 4.19. Standard Deviotion Untuk Staf Bagian Adm. Pembelian Staf Bagian Adm. Pembelian No.



X1



X12



1



46



2116







46



2116



X



46



X1- X 0



X1-X2 0 0 0



SD



0



64



Gambar 4.1. Rata-Rata Point WAI Karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara



Dilihat dari tabel dan gambar diatas, didapatkan ke 7 Staf Bagian mempunyai point rata-rata yang tidak terlalu berbeda, point rata-rata tertinggi dimiliki oleh Staf Bagian Legal dan Staf Bagian Adm. Pembelian sedangkan point rata-rata terendah dimiliki oleh Staf Bagian Marketing. Dapat dilihat bahwa rata-rata dari Staf Bagian Marketing yang memiliki Point Work Ability Index (WAI) pada Kategori moderate artinya tingkat kemampuan Staf Bagian Marketing PT. Sinar Sakti Matra Nusantara secara rata-rata adalah kurang baik dan tindakan yang harus



diambil adalah dengan meningkatkan kemampuan fisik para karyawan supaya lebih meningkatkan kinerjanya. Sedangkan untuk Staf Bagian Adm. Pembelian, Staf Bagian Akunting, Staf Bagian Keuangan dan Staf Bagian Personalia memiliki Work Ability Index (WAI) pada Kategori good artinya tingkat kemampuan Staf Bagian Marketing PT. Sinar Sakti Matra Nusantara secara rata-rata adalah baik dan tindakan yang harus diambil adalah dengan mensupport para karyawan supaya lebih meningkatkan kinerjanya. Untuk Staf Bagian Legal dan Staf Bagian Pembelian memiliki rata-rata Point Work Ability Index (WAI) yang paling tinggi dan berada pada Kategori excellent yang artinya kemampuan kerja dari Staf Bagian Legal dan Staf Bagian Pembelian sangat baik.



65



4.2.1.4. Diagram Kartesius Work Ability Index (WAI) Karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara Diagram kartesius merupakan suatu diagram untuk mengetahui perbandingan Point Work Ability Index (WAI) untuk tiap karyawan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menjadikan urutan prioritas berapa persenkah karyawan yang berada pada Kategori poor, moderate, good, dan moderate. Penelitian analisis Work Ability Index ini terdiri dari 2 buah variabel yang diwakilkan oleh variabel x dan y, dimana x merupakan usia karyawan, dan y sebagai tingkat Point Work Ability Index.



Dalam pengolahan diagram kartesius ini yaitu dengan memasukan usia dari setiap karyawan sebagai variabel y, dan nilai WAI dari tiap karyawan sebagai veriabel x kedalam diagram. Diagram kartesius dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.2. Point WAI Berdaraskan Diagram Kartesius (n = 15)



66



Dari hasil pengelompokan jawaban responden dengan menggunakan diagram kartesius yang dibagi kedalam empat Kategori, didapatkan keterangan tentang berapa banyak karyawan yang masuk diantara keempat point tersebut, seperti yang tertera dalam tabel 4.20. Tabel 4.20. Persentase Karyawan Berdasarkan Kategori WAI No



Jumlah Karyawan



%



Keterangan



1



-



-



Poor



2



5 orang



33.33



Moderate



3



6 orang



40



Good



4



4 orang



26.67



Excellent







15 orang



100%



4.2.1.5. Perbandingan WAI Antara Karyawan Laki – laki dan Perempuan Perbandingan Work Ability Index (WAI) antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan berdasarkan Point WAI adalah sebagai berikut: Tabel 4.21. Perbandingan Rata-rata WAI Antara Laki-laki & Perempuan Rata-Rata Point WAI berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan L



P



33.33



40



Gambar 4.3. Perbandingan Point WAI Antara Laki – laki & Perempuan



67



4.2.1.6. Work Ability Index (WAI) Karyawan Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan pengelompokan usia, karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 6 (enam) kelompok yaitu antara usia 20 tahun sampai 50 tahun.



Gambar 4.4. Persentase Pengelompokan Usia



Tabel 4.22. Rata-Rata Point WAI Berdasarkan Kelompok Usia Karyawan Interval



n



%



Rata-Rata WAI



21 - 25 tahun



4



26.67



43.75



26 - 30 tahun



2



13.33



44



31 - 35 tahun



1



6.67



36



36 - 40 tahun



1



6.67



40



41 - 45 tahun



3



20



27.75



46 - 50 tahun



4



26.67



32.5



Total



15



100



Pada tabel diatas rata-rata WAI tertinggi berada pada kelompok usia antara 26-30 tahun dengan Point WAI sebesar 44 point, sedangakan point terendah berada pada kelompok usia antara 41-45 tahun dengan Point WAI sebesar 27.75 point.



68



4.2.1.7. Perhitungan Standar Deviasi Untuk Kelompok Usia Standard Deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rataannya. Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Untuk Kelompok Usia Interval



n



%



21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun 41 - 45 tahun 46 - 50 tahun



4 2 1 1 3 4



26.67 13.33 6.67 6.67 20.00 26.67



Rata-Rata WAI 43.75 44 36 40 37 32.5



total



15



100.00



38.88



LCL



UCL



CM



Fi . CM



(CM- X )



FI(CM- X )2



21 26 31 36 41 46



25 30 35 40 45 50



23 28 33 38 43 48



92 56 33 38 129 192



-13.00 -8.00 -3.00 2.00 7.00 12.00



676 128 9 4 147 576



540



1540



 Standar deviasi ∑ Fi(CM − X ) 2 …………………………………………….……….(4.2) n-1



S=



=



1540 1540 = = 110 = 10.49 15 - 1 14



4.2.1.8. Proporsi Work Ability Index Karyawan Berdasarkan Kelompok Usia Dan Kategori Work Ability Index Proporsi Work Ability Index berdasarkan pengelompokan usia karyawan dan Kategori WAI. Dalam tabel proporsi ini kita dapat melihat perbedaan Kategori WAI berdasarkan pengelompokan usia dan berapa persentasinya untuk tiap kelompok usia. Berikut tabel proporsi Work Ability Index: Tabel 4.24. Proporsi WAI Berdasarkan Kelompok Usia Total



Kategori WAI



Kelompok Usia 21 - 25



26 - 30



31 - 35



36 - 40



41 - 45



46 - 50



n



%



n



%



n



%



n



%



n



%



n



%



n



%



Excellent (44 – 49)



4



26.7



2



50



1



50



0



0



0



0



1



33.3



0



0



Good (37 – 43)



6



40



2



50



1



50



0



0



1



100



0



0



2



50



Moderate (28 – 36)



5



33.3



0



0



0



0



1



100



0



0



2



66.7



2



50



Poor (7 – 27)



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



15



100



4



100



2



100



1



100



1



100



3



100



4



100







69



a) Menentukan Proporsi Total Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuesi perpoin dengan total frekuensi, sehingga diperoleh proporsi sebagai berikut: P1(Excellen) =



4 = 0.267 15



P3(Moderate)



=



5 = 0.333 15



P2Goodn)



6 = 0.40 15



P4(Poor)



=



0 = 0.00 15



=



b) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 21 - 25 P1(Excellen) =



2 = 0.50 4



P3(Moderate)



=



0 = 0.00 4



P2(Good)



2 = 0.50 4



P4(Poor)



=



0 = 0.00 4



=



c) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 26 - 30 P1(Excellen) =



1 = 0.50 2



P3(Moderate)



=



0 = 0.00 2



=



1 = 0.50 2



P4(Poor)



=



0 = 0.00 2



P2(Good)



d) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 31 - 35 P1(Excellen) =



0 = 0.00 1



P3(Moderate)



=



1 = 1.00 1



=



0 = 0.00 1



P4(Poor)



=



0 = 0.00 1



P2(Good)



e) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 36 - 40 P1(Excellen) =



0 = 0.00 1



P3(Moderate)



=



0 = 0.00 1



=



1 = 1.00 1



P4(Poor)



=



0 = 0.00 1



P2(Good)



f) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 41 - 45 P1(Excellen) =



1 = 0.333 3



P3(Moderate)



=



2 = 0.667 3



P2(Good)



0 = 0.00 3



P4(Poor)



=



0 = 0.00 3



=



70



g) Menentukan Proporsi Berdasarkan Kelompok Usia Antara 46 - 50 P1(Excellen) =



0 = 0.00 4



P3(Moderate)



=



2 = 0.50 4



P2(Good)



2 = 0.50 4



P4(Poor)



=



0 = 0.00 4



=



Pada tabel kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada kelompok usia antara 21-25 tahun dengan Kategori Good dan excellent, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada usia antara 21-25 tahun, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah adalah pada usia 36-40 tahun.



4.2.1.9. Work Ability Index (WAI) Berdasarkan Lama Bekerja Karyawan Berdasarkan pengelompokan lama bekerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelompok.



Gambar 4.5. Persentase Pengelompokan Lama Bekerja Karyawan



71



Tabel 4.25. Rata-Rata Point WAI Berdasarkan Kelompok Lama Bekerja Karyawan Interval 1 - 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun 16 - 20 tahun 21 - 25 tahun Total



n 7 1 2 2 3 15



% 46.67 6.67 13.33 13.33 20.00 100



Rata-Rata WAI 42.85 28 36.5 38 34.33



Pada tabel diatas rata - rata WAI tertinggi berada pada Interval lama bekerja 1-5 tahun dengan rata-rata Point WAI sebesar 42.85 Point, sedangakan Point terendah berada pada Interval lama bekerja 6-10 tahun yaitu dengan Point WAI sebesar 28 point.



4.2.1.10. Perhitungan



Standar



Deviasi



Berdasarkan



Lama



Bekerja



Karyawan Standard Deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rataannya. Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Untuk Lama Bekerja Karyawan



1 - 5 tahun



7



46.67



Rata-Rata WAI 42.85



1



5



3



21



-5.67



224.78



6 - 10 tahun



1



6.67



28



6



10



8



8



-0.67



0.44



11 - 15 tahun



2



13.33



36.5



11



15



13



26



4.33



37.56



16 - 20 tahun



2



13.33



38



16



20



18



36



9.33



174.22



21 - 25 tahun



3



20.00



34.33



21



25



13



39



4.33



56.33



total



15



100



35.94



Interval



n



%



LCL



UCL



CM



Fi . CM



(CM- X )



FI(CM- X )2



 Standar deviasi



S= =



∑ Fi(CM − X ) 2 n-1 493.33 493.33 = = 35.24 = 5.93 15 - 1 14



130



493.33



72



4.2.1.11. Proporsi Work Ability Index Berdasarkan Lama Bekerja Karyawan dan Kategori Work Ability Index Proporsi Work Ability Index berdasarkan pengelompokan lama bekerja karyawan dan Kategori WAI. Dalam tabel proporsi ini kita dapat melihat perbedaan Kategori WAI berdasarkan lama bekerja karyawan dan berapa persentasinya. Berikut tabel proporsi Work Ability Index: Tabel 4.27. Proporsi WAI Berdasarkan Lama Bekerja Karyawan Total



Kategori WAI Excellent (44 – 49) Good (37 – 43) Moderate (28 – 36) Poor (7 – 27) ∑



n 4 6 5 0 15



% 26.7 40 33.3 0 100



n 3 4 0 0 7



1-5 % 42.9 57.1 0 0 100



n 0 0 1 0 1



6 - 10 % 0 0 1 0 100



Lama Bekerja 11 - 15 n % 0 0 1 50 1 50 0 0 2 100



16 - 20 n % 1 50 0 0 1 50 0 0 2 100



21 - 25 n % 0 0 1 33.3 2 66.7 0 0 3 100



a) Menentukan Proporsi Total Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuesi perpoin dengan total frekuensi, sehingga diperoleh proporsi sebagai berikut: P1(Excellen) =



4 = 0.267 15



P3(Moderate)



=



5 = 0.333 15



P2Goodn)



6 = 0.40 15



P4(Poor)



=



0 = 0.00 15



=



b) Menentukan Proporsi Berdasarkan Lama Bekerja 1 – 5 Tahun P1(Excellen) =



3 = 0.42 7



P3(Moderate)



=



0 = 0.00 7



P2(Good)



4 = 0.50 7



P4(Poor)



=



0 = 0.00 7



=



c) Menentukan Proporsi Berdasarkan Lama Bekerja 6 – 10 Tahun P1(Excellen) =



0 = 0.00 1



P3(Moderate)



=



1 = 1.00 1



P2(Good)



0 = 0.00 1



P4(Poor)



=



0 = 0.00 1



=



d) Menentukan Proporsi Berdasarkan Lama Bekerja 11 – 15 Tahun P1(Excellen) =



0 = 0.00 2



P3(Moderate)



=



1 = 0.50 2



73



P2(Good)



=



1 = 0.50 2



P4(Poor)



=



0 = 0.00 2



e) Menentukan Proporsi Berdasarkan Lama Bekerja 16 – 20 Tahun P1(Excellen) =



1 = 0.50 2



P3(Moderate)



=



1 = 0.50 2



=



0 = 1.00 2



P4(Poor)



=



0 = 0.00 2



P2(Good)



f) Menentukan Proporsi Berdasarkan Lama Bekerja 21 – 25 Tahun P1(Excellen) =



0 = 0.00 3



P3(Moderate)



=



2 = 0.667 3



P2(Good)



1 = 0.333 3



P4(Poor)



=



0 = 0.00 3



=



Pada tabel kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada Kategori Good berdasarkan lama bekerja karyawan ada antara 1-5 tahun bekerja, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada 1-5 tahun lama bekerja, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah berdasarkan lama bekerja karyawan ada antara 6-10 tahun bekerja.



4.2.1.12. Work Ability Index (WAI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Berdasarkan pengelompokan pendidikan karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok.



Gambar 4.6. Persentase Pengelompokan Tingkat Pendidikan Karyawan



74



Tabel 4.28. Rata-Rata Point WAI Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan Karyawan Interval SMA D1 D3 Total



n 3 4 8 15



% 20.00 26.67 53.33 100



Rata-Rata WAI 32 38 41.5



Pada tabel diatas rata-rata WAI tertinggi berada pada tingkat pendidikan D3 dengan rata-rata Point WAI sebesar 41.5 point, sedangakan point terendah berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu dengan Point WAI sebesar 32 point.



4.2.1.13. Proporsi Work Ability Index Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan dan Kategori Work Ability Index Proporsi Work Ability Index berdasarkan pengelompokan tingkat pendidikan karyawan dan Kategori WAI. Dalam tabel proporsi ini kita dapat melihat perbedaan Kategori WAI berdasarkan tingkat pendidikan karyawan dan berapa persentasinya. Berikut tabel proporsi Work Ability Index: Tabel 4.29. Proporsi WAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Total



Kategori WAI Excellent (44 – 49) Good (37 – 43) Moderate (28 – 36) Poor (7 – 27) ∑



n 4 6 5 0 15



% 26.7 40 33.3 0 100



Tingkat Pendidikan SMA D1 D3 n % n % n % 0 0 1 25 3 37.5 1 33.3 1 25 4 50 2 66.7 2 50 1 12.5 0 0 0 0 0 0 3 100 4 100 8 100



a) Menentukan Proporsi Total Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuesi perpoin dengan total frekuensi, sehingga diperoleh proporsi sebagai berikut: P1(Excellen) =



4 = 0.267 15



P3(Moderate)



=



5 = 0.333 15



P2Goodn)



6 = 0.40 15



P4(Poor)



=



0 = 0.00 15



=



b) Menentukan Proporsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA P1(Excellen) =



0 = 0.00 3



P3(Moderate)



=



2 = 0.667 3



75



P2(Good)



=



1 = 0.333 3



P4(Poor)



=



0 = 0.00 3



c) Menentukan Proporsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan D1 P1(Excellen) =



1 = 0.25 4



P3(Moderate)



=



2 = 0.50 4



=



1 = 0.25 4



P4(Poor)



=



0 = 0.00 4



P2(Good)



d) Menentukan Proporsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan D3 P1(Excellen) =



3 = 0.375 8



P3(Moderate)



=



1 = 0.125 8



P2(Good)



4 = 0.50 8



P4(Poor)



=



0 = 0.00 8



=



Pada tabel kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada Kategori Good berdasarkan tingkat pendidikan D3, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada tingkat pendidikan D3, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA.



76



4.2.2. Kemampuan Kognitif 4.2.2.1. Uji Frekuensi Data Demografi Uji frekuensi dilakukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah frekuensi dari suatu sampel uji. A. Usia Karyawan Tabel 4.30. Frekuensi Usia Karyawan



Valid



Frequency



Percent



Valid Percent Cumulative Percent



21 - 25 tahun



4



26.7



26.7



26.7



26 - 30 tahun



2



13.3



13.3



40.0



31 - 35 tahun



1



6.7



6.7



46.7



36 - 40 tahun



1



6.7



6.7



53.3



41 - 45 tahun



3



20.0



20.0



73.3



46 - 50 tahun



4



26.7



26.7



100.0



Total



15



100.0



100.0



Dari tabel frekuensi usia karyawan dapat diketahui frekuensi pada kelompok usia 2125 tahun sebanyak 4 orang (26.7%), kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 2 orang (13.3%), kelompok usia 31-35 dan 36-40 masing-masing sebanyak 1 orang (6.7%), kelompok usia 41-45 tahun sebanyak 3 orang (20%) dan kelompok usia 46-50 tahun sebanyak 4 orang (26.7%).



B. Lama Bekerja Karyawan Tabel 4.31. Frekuensi Lama Bekerja Karyawan



Valid



Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



1-5



7



46.7



46.7



46.7



5 – 10



1



6.7



6.7



53.4



11 - 15



2



13.3



13.3



66.7



16 - 20



2



13.3



13.3



80



21 - 25



3



20



20



100



Total



15



100



100



77



Dari tabel frekuensi lama bekerja karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara dapat diketahui frekuensi lama bekerja 1-5 tahun sebanyak 7 orang (46.7%), lama bekerja 5-10 tahun sebanyak 1 orang (6.7%), lama bekerja 11-15 tahun dan 16-20 tahun sebanyak 2 orang (13.3%), lama bekerja 21-25 tahun sebanyak 3 orang (20%).



C. Tingkat Pendidikan Karyawan Tabel 4.32. Frekuensi Pendidikan Karyawan Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



Valid D1



4



26.7



26.7



26.7



D3



8



53.3



53.3



80.0



SMA



3



20.0



20.0



100.0



Total



15



100.0



100.0



Dari tabel frekuensi tingkat pendidikan karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara terdapat 53.3% lulusan D3, 26.7% lulusan D1 dan 20% lulusan SMA.



D. Status Karyawan Tabel 4.33. Frekuensi Status Karyawan Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



Valid Belum M



4



26.7



26.7



26.7



Menikah



11



73.3



73.3



100.0



Total



15



100.0



100.0



Dari tabel frekuensi status Karyawan dapat dilihat bahwa mayoritas status karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara telah menikah yaitu dengan persentase sebesar 73.3% dan hanya 26% yang belum menikah.



78



E.



Riwayat Penyakit Karyawan



Tabel 4.34. Frekuensi Riwayat Penyakit Karyawan Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



1



6.7



6.7



6.7



Mag



2



13.3



13.3



20.0



Migren



1



6.7



6.7



26.7



Tidak Ada



11



73.3



73.3



100.0



Total



15



100.0



100.0



Valid Asma



Dari tabel frekuensi riwayat penyakit Karyawan dapat dilihat bahwa 73.3% karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Hanya 13.3% yang memiliki riwayat penyakit mag dan 6.7% untuk penyakit asma dan migren. F. Keluhan Pusing Karyawan Tabel 4.35. Frekuensi Keluhan Pusing Karyawan Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



14



93.3



93.3



93.3



ya



1



6.7



6.7



100.0



Total



15



100.0



100.0



Valid tidak



Dari tabel frekuensi keluhan pusing Karyawan dapat dilihat bahwa 93.3% para karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara tidak merasa sedang pusing saat sedang mengikuti penelitian hanya sebesar 6.7% yang merasa pusing saat akan melaksanakan tes.



79



G. Keterangan Karakteristi Karyawan (Kaca Mata) Tabel 4.36. Frekuensi Keterangan Karakteristik Karyawan (kaca mata) Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



10



66.7



66.7



66.7



ya



5



33.3



33.3



100.0



Total



15



100.0



100.0



Valid tidak



Dari tabel frekuensi keterangan berkaca-mata Karyawan dapat dilihat bahwa 66.7% karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara tidak memakai kaca mata dan hanya sebesar 33.3% karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang memakai kaca mata.



4.2.2.2. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis korelasi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas.



4.2.2.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji apakah sampel mengikuti distribusi normal atau tidak. Berikut uji normalitas pada sampel dari data kemampuan kognitif karyawan.



A. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Verbal Diketahui hipotesis untuk uji normalitas kemampuan verbal adalah: H0 r ≤ 0.05 ≈ H0 ditolak, artinya variabel uji mengikuti distribusi normal. H0, r ≥ 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



80



Tabel 4.37. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Verbal Kolmogorov-Smirnova



Kemampuan_Verbal



Shapiro-Wilk



Statistic



df



Sig.



Statistic



df



Sig.



.216



15



.057



.932



15



.289



a. Lilliefors Significance Correction



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas, tampak nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih besar (>) dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 diterima. Dimana 0,057 > 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



B. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Numerik Diketahui hipotesis untuk uji normalitas kemampuan numerik adalah: H0 r ≤ 0.05 ≈ H0 ditolak, artinya variabel uji mengikuti distribusi normal. H0, r ≥ 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal. Tabel 4.38. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Numerik Kolmogorov-Smirnova



Kemampuan_Numerik



Shapiro-Wilk



Statistic



df



Sig.



Statistic



df



Sig.



.284



15



.002



.866



15



.029



a. Lilliefors Significance Correction



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas, tampak nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih kecil () dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 ditolak. Dimana 0.200 < 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



D. Uji Normalitas Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif Diketahui hipotesis untuk uji normalitas total skor kemampuan kognitif adalah: H0 r ≤ 0.05 ≈ H0 ditolak, artinya variabel uji mengikuti distribusi normal. H0, r ≥ 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal. Tabel 4.40. Uji Normalitas Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif Kolmogorov-Smirnova



Total_Skor



Shapiro-Wilk



Statistic



df



Sig.



Statistic



df



Sig.



.163



15



.200*



.955



15



.599



a. Lilliefors Significance Correction



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas, tampak nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih besar (>) dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 diterima. Dimana 0,200 > 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



82



4.2.2.2.2. Uji Linieritas Kriteria uji dari uji linieritas ini, apabila nilai



(probability value/critical value) lebih



besar atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka antara variabel bebas dan tergantung tidak berpola linier dan sebaliknya apabila nilai



lebih kecil ( 0.05, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.007 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan verbal. Karena nilai 0.007 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan verbal.



B. Uji Korelasi Variabel Usia dengan Variabel Kemampuan Numerik



Diketahui hipotesis statistik: H0 :



= 0 , artinya tidak terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel



kemampuan numerik. H1 :



≠ 0 , artinya terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel



kemampuan numerik.



Adapun taraf kemaknaan α (level of significance α), yaitu α = 5%. Dan untuk kriteria uji statistik yang dipakai adalah: H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Dimana: t hitung = r



N−2 1− r2



88



Keterangan: t hitung



= distribusi student



r



= koefisien korelasi



N



= number of case



Tabel 4.46. Uji Korelasi Usia Terhadap Variabel Kemampuan Numerik



Usia



Usia



Kemampuan_Numerik



1



-.099



Pearson Correlation Sig. (2-tailed)



Kemampuan_Numerik



Maka untuk



.726



N



15



15



Pearson Correlation



-.099



1



Sig. (2-tailed)



.726



N



15



: t hitung = r



15



N−2 15 − 2 = -0.099 = 0.36 2 1− r 1 − (−0.099) 2



ttabel = t(α, db=n-2) = t(0.05;13) = 1.771 = 1.77



Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t nilai t



tabel,



hitung



> dari



yakni : 0.36 < 1.77, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan



antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik.



Untuk pengujian signifikansi dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:







Jika angka signifikansi hasil riset (nilai



) < 0.05, H0 ditolak yang artinya



terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.







Jika angka signifikansi hasil riset (nilai ) > 0.05, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.726 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik. Karena nilai 0.726 > 0.05 maka H0 diterima artinya tidak



89



terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik.



C. Uji Korelasi Variabel Usia dengan Variabel Kemampuan Gambar Diketahui hipotesis statistik: H0 :



= 0 , artinya tidak terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel



kemampuan ganbar. H1 :



≠ 0 , artinya terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel



kemampuan gambar.



Adapun taraf kemaknaan α (level of significance α), yaitu α = 5%. Dan untuk kriteria uji statistik yang dipakai adalah: H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Dimana: t hitung = r



N−2 1− r2



Keterangan: t hitung



= distribusi student



r



= koefisien korelasi



N



= number of case



Tabel 4.47. Uji Korelasi Usia Terhadap Variabel Kemampuan Gambar



Usia



Pearson Correlation



Usia



Kemampuan_Gambar



1



-.615*



Sig. (2-tailed)



Kemampuan_Gambar



Maka untuk



.015



N



15



15



Pearson Correlation



-.615*



1



Sig. (2-tailed)



.015



N



15



: t hitung = r



15



N−2 15 − 2 = -0.6.15 = 2.81 2 1− r 1 − (−0.615) 2



ttabel = t(α, db=n-2) = t(0.05;13) = 1.771 = 1.77



90



Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t nilai t



tabel,



hitung



> dari



yakni : 2.81 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan antara



variabel usia dengan variabel kemampuan gambar.



Untuk pengujian signifikansi dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut: •



Jika angka signifikansi hasil riset (nilai



) < 0.05, H0 ditolak yang artinya



terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. •



Jika angka signifikansi hasil riset (nilai ) > 0.05, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.015 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan gambar. Karena nilai 0.015 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan gambar.



D. Uji Korelasi Variabel Usia dengan Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif Diketahui hipotesis statistik: H0 :



= 0 , artinya tidak terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel total



skor kemampuan kognitif. H1 :



≠ 0 , artinya terdapat hubungan antara variabel usia dengan variabel total skor



kemampuan kognitif.



Adapun taraf kemaknaan α (level of significance α), yaitu α = 5%. Dan untuk kriteria uji statistik yang dipakai adalah: H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Dimana: t hitung = r



Keterangan: t hitung = distribusi student



N−2 1− r2



91



r



= koefisien korelasi



N



= number of case



Tabel 4.48. Uji Korelasi Usia Terhadap Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif



Usia



Pearson Correlation



Usia



Total_Kemampuan_Kognitif



1



-.690**



Sig. (2-tailed)



Total_Kemampuan_Kognitif



.004



N



15



15



Pearson Correlation



-.690**



1



Sig. (2-tailed)



.004



N



15



15



**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).



Maka untuk



: t hitung = r



15 − 2 N−2 = -0.690 = 3.44 2 1− r 1 − (−0.690) 2



ttabel = t(α, db=n-2) = t(0.05;13) = 1.771 = 1.77 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t nilai t



tabel,



hitung



> dari



yakni : 3.44 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan antara



variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif.



Untuk pengujian signifikansi dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut: •



Jika angka signifikansi hasil riset (nilai



) < 0.05, H0 ditolak yang artinya



terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. •



Jika angka signifikansi hasil riset (nilai ) > 0.05, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.004 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif. Karena nilai 0.004 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif.



92



4.2.2.4. Kalkulasi Skor Kemampuan Kognitif Dalam perhitungan skor akhir kemampuan kognitif karyawan peneliti menggunakan rumus Z score dan T score, dimana: •



Z score merupakan hasil skor mentah dikurangi rata-rata skor lalu di bagi standar deviasi.







T score merupakan hasil z score dikalikan 10 untuk skala 100 lalu ditambah 50, dan itu menjadi norma skor standar. (Lewis R. Aiken 2008, 99)



Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap objek penelitian diketahui hasil konversi skor mentah tiap variabel uji ke dalam skor standar seperti tabel-tabel dibawah ini:



A. Kalkulasi Skor Kemampuan Verbal Tabel 4.49. Kalkulasi Skor Kemampuan Verbal No



Usia



Skor Kemampuan Verbal



Z Score



T Score



1



Ridho



Nama Responden



39



30



-0.13



48.70



2



Muchlis Djihadi



43



32



0.50



55.00



3



Osep



50



29



-0.44



45.60



4



Nurhayati



23



36



1.75



67.50



5



Ratna Lindasari



46



24



-2.00



30.00



6



Wiwi Kartika



43



30



-0.13



48.70



7



Siti Rodiah



34



28



-0.75



42.50



8



Ernarin



46



30



-0.13



48.70



9



Marcelia Andriny P



22



34



1.13



61.30



10



Indriyani



42



28



-0.75



42.50



11



Karlina Agustiana



22



36



1.75



67.50



12



Ini Jasini



27



32



0.50



55.00



13



R. Liani Afrianti



27



29



-0.44



45.60



14



Nani Suryani



47



28



-0.75



42.50



15



Yuliawati



22



30



-0.13



48.70



Total T Score



749.80



Mean (rata-rata)



49.99



SD



10.02



93



Berdasarkan table 4.49. dapat dilihat hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan verbal karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan verbal adalah 749.80 dengan rata-rata skor adalah 49.99 dan standar deviasi sebesar 10.02. Berikut kategori skor untuk kemampuan verbal karyawan: •



Ketegori rendah = µ - 1.SD = 49.99 – 10.02 = 39.97







Kategori tinggi







Kategori sedang = µ - 1.SD = 39.97 – 60.00



= µ - 1.SD = 49.99 + 10.02 = 60.00



Tabel 4.50. Kategori Skor Kemampuan Verbal Karyawan Kategori



Skor



Jumlah



Persentase



Rendah



x < 39.97



1



6.67%



Sedang



39.97 < x < 60.00



11



73.33%



Tinggi



x > 60.00



3



20.00%



Berikut ditampilkan grafik skor kemampuan verbal berdasarkan usia para karyawan:



Gambar 4.7. Skor Kemampuan Verbal Berdasarkan Usia



94



B. Kalkulasi Skor Kemampuan Numerik Tabel 4.51. Kalkulasi Skor Kemampuan Numerik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Nama Responden



Usia



Skor Kemampuan Numerik



Ridho



39



18



Muchlis Djihadi



43



15



Osep



50



16



Nurhayati



23



18



Ratna Lindasari



46



17



Wiwi Kartika



43



17



Siti Rodiah



34



16



Ernarin



46



17



Marcelia Andriny P



22



17



Indriyani



42



18



Karlina Agustiana



22



17



Ini Jasini



27



14



R. Liani Afrianti



27



17



Nani Suryani



47



16



Yuliawati



22



17



Total T Score Mean (rata-rata) SD



Z Score 1.20 -1.50 -0.60 1.20 0.30 0.30 -0.60 0.30 0.30 1.20 0.30 -2.41 0.30 -0.60 0.30



T Score 62.00 35.00 44.00 62.00 53.00 53.00 44.00 53.00 53.00 62.00 53.00 25.90 53.00 44.00 53.00 749.90 49.99 10.03



Berdasarkan table 4.51. dapat dilihat hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan numerik karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan numerik adalah 749.90 dengan rata-rata skor adalah 49.99 dan standar deviasi sebesar 10.03. Berikut kategori skor untuk kemampuan numerik karyawan: •



Ketegori rendah = µ - 1.SD = 49.99 – 10.03 = 39.97







Kategori tinggi







Kategori sedang = µ - 1.SD = 39.96 – 60.02



= µ - 1.SD = 49.99 + 10.03 = 60.00



Tabel 4.52. Kategori Skor Kemampuan Numerik Karyawan Kategori



Skor



Jumlah



Persentase



Rendah



x < 39.96



2



13.33



Sedang



39.96 < x < 60.02



10



66.67



Tinggi



x > 60.02



3



20.00



95



Berikut ditampilkan grafik skor kemampuan numerik berdasarkan umur para karyawan:



Gambar 4.8. Skor Kemampuan Numerik Berdasarkan Usia



C. Kalkulasi Skor Kemampuan Gambar Tabel 4.53. Kalkulasi Skor Kemampuan Gambar No Nama Responden Usia Skor Kemampuan Gambar 39 16 1 Ridho 43 14 2 Muchlis Djihadi 50 14 3 Osep 23 16 4 Nurhayati 46 12 5 Ratna Lindasari 43 14 6 Wiwi Kartika 34 12 7 Siti Rodiah 46 13 8 Ernarin 22 15 9 Marcelia Andriny P 42 16 10 Indriyani 22 17 11 Karlina Agustiana 27 15 12 Ini Jasini 27 15 13 R. Liani Afrianti 47 14 14 Nani Suryani 22 17 15 Yuliawati Total T Score Mean (rata-rata) SD



Z Score 0.84 -0.42 -0.42 0.84 -1.68 -0.42 -1.68 -1.05 0.21 0.84 1.47 0.21 0.21 -0.42 1.47



T Score 58.4 45.8 45.8 58.4 33.2 45.8 33.2 39.5 52.1 58.4 64.7 52.1 52.1 45.8 64.7 750 50 10.01



96



Berdasarkan table 4.53. dapat dilihat hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan gambar karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan gambar adalah 750 dengan rata-rata skor adalah 50 dan standar deviasi sebesar 10.01. Berikut kategori skor untuk kemampuan numerik karyawan: •



Ketegori rendah = µ - 1.SD = 50 – 10.01 = 39.97







Kategori tinggi







Kategori sedang = µ - 1.SD = 39.99 – 60.01



= µ - 1.SD = 50 + 10.01 = 60.00



Tabel 5.54. Kategori Skor Kemampuan Gambar Karyawan Kategori



Skor



Jumlah



Persentase



Rendah



x < 39.99



3



20.00



Sedang



39.99 < x < 60.01



10



66.67



Tinggi



x > 60.01



2



13.33



Berikut ditampilkan grafik skor kemampuan gambar berdasarkan umur para karyawan:



Gambar 4.9. Skor Kemampuan Gambar Berdasarkan Usia



97



D. Kalkulasi Total Skor Kemampuan Kognitif Tabel 4.55. Kalkulasi Total Skor Kemampuan Kognitif No Nama Responden Usia Total Skor Kemampuan Kognitif 39 1 Ridho 64 43 2 Muchlis Djihadi 61 50 3 Osep 59 23 4 Nurhayati 70 46 5 Ratna Lindasari 53 43 6 Wiwi Kartika 61 34 7 Siti Rodiah 56 46 8 Ernarin 60 22 9 Marcelia Andriny P 66 42 10 Indriyani 62 22 11 Karlina Agustiana 70 27 12 Ini Jasini 61 27 13 R. Liani Afrianti 61 47 14 Nani Suryani 58 22 15 Yuliawati 64 Total T Score Mean (rata-rata) SD



Z Score 0.49 -0.16 -0.59 1.78 -1.88 -0.16 -1.23 -0.37 0.92 0.06 1.78 -0.16 -0.16 -0.8 0.49



T Score 54.9 48.4 44.1 67.8 31.2 48.4 37.7 46.3 59.2 50.6 67.8 48.4 48.4 42 54.9 750.1 50.01 9.98



Berdasarkan table 4.55. dapat dilihat hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan kognitif adalah 750.1 dengan rata-rata skor adalah 50.01 dan standar deviasi sebesar 9.98. Berikut kategori skor untuk kemampuan numerik karyawan: •



Ketegori rendah = µ - 1.SD = 50.01 – 9.98 = 39.97







Kategori tinggi







Kategori sedang = µ - 1.SD = 40.03 – 59.99



= µ - 1.SD = 50.01 + 9.98 = 60.00



Tabel 5.56. Kategori Skor Kemampuan Kognitif Karyawan Kategori



Skor



Jumlah



Persentase



Rendah



x < 40.03



2



13.33



Sedang



40.03 < x < 59.99



11



73.33



Tinggi



x > 59.99



2



13.33



98



Berikut ditampilkan grafik skor kemampuan kognitif berdasarkan umur para karyawan:



Gambar 4.10. Skor Kemampuan Kognitif Berdasarkan Usia



4.2.3. Uji Korelasi Kemampuan Kerja Dan Kemampuan Kognitif Uji korelasi antara kemampuan kerja dengan kemampuan kognitif dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang saling berkaitan antara kemampuan kerja seorang karyawan dengan kemampuan kognitifnya. Berikut uji korelasi antara kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan.



Diketahui hipotesis statistik: H0 :



= 0 , artinya tidak terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan



kemampuan kognitif karyawan. H1 :



≠ 0 , artinya terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan kemampuan



kognitif karyawan.



Adapun taraf kemaknaan α (level of significance α), yaitu α = 5%. Dan untuk kriteria uji statistik yang dipakai adalah: H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Dimana: t hitung = r



N−2 1− r2



99



Keterangan: t hitung = distribusi student r



N



= number of case



= koefisien korelasi



Tabel 4.57. Uji Korelasi Kemampuan Kerja Dan Kemampuan Kognitif



Kemampuan_kerja



Kemampuan_kerja



Kemampuan_kognitif



1



.600*



Pearson Correlation Sig. (2-tailed)



Kemampuan_kognitif



.018



N



15



15



Pearson Correlation



.600*



1



Sig. (2-tailed)



.018



N



15



15



**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).



Maka untuk



: t hitung = r



N−2 15 − 2 = 0.600 = 2.70 2 1− r 1 − (0.600) 2



ttabel = t(α, db=n-2) = t(0.05;13) = 1.771 = 1.77 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t nilai t



tabel,



hitung



> dari



yakni : 2.70 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan antara



kemampuan kerja dengan kemampuan kognitif karyawan.



Untuk pengujian signifikansi dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:







Jika angka signifikansi hasil riset (nilai



) < 0.05, H0 ditolak yang artinya



terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.







Jika angka signifikansi hasil riset (nilai ) > 0.05, H0 diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.018 untuk hubungan kemampuan kerja dan kemampuan kognitif. Karena nilai 0.018 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan.



Bab 5 Analisis



Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan memberikan dua buah kuesioner kepada responden (karyawan). Kuesioner yang pertama yaitu merupakan kuesioner Work Ability Index dimana kuesioner ini digunakan untuk mengetahui kemampuan kerja karyawan yang di dalamnya terdapat tujuh buah item pertanyaan yang berhubungan dengan: 1.



Kemampuan tenaga kerja pada saat dia bekerja dibandingkan dengan kemampuan pada saat dia bekerja pada saat yang paling baik.



2.



Hubungan antara kemampuan bekerja dengan tuntutan dari pekerjaannya.



3.



Diagnosa penyakit yang pernah dialami oleh tenaga kerja.



4.



Perkiraan berkurangnya kemampuan bekerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul.



5.



Mengidentifikasi cuti sakit tenaga kerja selama satu tahun terakhir.



6.



Harapan kemampuan bekerja untuk dua tahun kedepan.



7.



Sumber daya mental tenaga kerja tersebut.



Kemudian kuesioner yang kedua merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif karyawan. Dalam kuesioner ini terdapat tiga jenis variabel yang digunakan peneliti untuk mengukur tingkat kemampuan kofnitif dari para responden, diantaranya: 1.



Kemampuan verbal Tes kemampuan verbal merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang dimiliki oleh seseorang, baik secara lisan maupun tulisan serta untuk mengukur sejauh mana seseorang memahami hal-hal yang dibicarakan. Inteligensi seseorang sangat berkaitan erat dengan kemampuan verbal. Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin tinggi inteligensi, wawasan dan pengetahuan orang tersebut.



100



101



2.



Kemampuan numerik Tes kemampuan numerik (Numerikal Test) digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir secara cepat dan tepat terhadap suatu persoalan yang sedang dihadapi, terutama mengenai konsep bilangan atau angka-angka. Dalam penyelesaian tes ini seseorang dituntuk memiliki kemahiran menghitung dengan cepat , daya ingat yang tinggi dan ketelitian serta.



3.



Kemampuan gambar Tes gambar digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang terutama dalam hal menyelesaikan suatu masalah, khususnya yang berhubungan dengan bentuk-bentuk gambar atau simbol-simbol berdasarkan pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya dan juga untuk mengukur kemampuannya dalam menyelesaikan bentuk-bentuk gambar atau simbol secara logis.



5.1. Work Ability Index (WAI) Dari hasil pengolahan data Work Ability Index yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan point rata-rata karyawan PT. Sinar Sakti Matara Nusantara adalah 40.38 point dengan batas usia antara 21-50 tahun, yang berarti bahwa kemampuan rata-rata karyawan PT. Sinara Sakti Matra Nusantara berada pada level good (baik). Perhitungan rata-rata jawaban berdasarkan penjumlahan point untuk tiap staf bagian.



5.1.1. Work Ability Index (WAI) Berdasarkan Staf Bagian Karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara dibagi dalam 7 staf bagian, dari hasil pengolahan data didapat point rata-rata untuk tiap staf bagian memiliki nilai yang berbeda. Untuk hasil perhitungan rata-rata point WAI berdasarkan staf bagian dapat dilihat di tabel 4.12.



Dilihat dari tabel 4.12., didapatkan ke 7 staf bagian mempunyai point rata-rata yang berbeda-beda, point rata-rata tertinggi dimiliki oleh Staf Bagian Legal dan Adm. Pembelian yaitu sebesar 46 point, sedangkan point rata-rata terendah dimiliki oleh Staf Bagian Marketing yaitu sebesar 35.5 point.



102



5.1.2. Diagram Kartesius Work Ability Index (WAI) Analisis diagram kartesius pada gambar 4.3. ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mengetahui perbandingan skor Work Ability Index (WAI) untuk tiap karyawan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menjadikan urutan prioritas berapa persenkah karyawan yang berada pada katagori poor, moderate, good, dan moderate. Penelitian analisis Work Ability Index ini terdiri dari 2 buah variabel yang diwakilkan oleh variabel x dan y, dimana x merupakan usia karyawan, dan y sebagai tingkat point Work Ability Index.



Dari hasil pengolahan data dan dari diagram kartesius diketahui jumlah karyawan yang masuk kedalam katagori excellent yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 26.67% dari total keseluruhan karyawan, sedangkan untuk katagori good memilki jumlah karyawan terbanyak yaitu 6 orang atau 40%, untuk karyawan yang memilki katagori moderate jumlah karyawannya yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 33.33%. Sedangkan untuk katagori poor tidak satu karyawan pun yang masuk dalam kategori ini.



5.1.3. Work Ability Index (WAI) Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan pengelompokan usia, karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 6 (enam) kelompok berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi dengan batas usia antara usia 21 tahun sampai 50 tahun. Untuk batas usia antara 21-25 tahun jumlah karyawannya sebanyak 4 orang atau sekitar 26.27% dengan rata-rata point WAI sebesar 43.75 point berada pada katagori good, sedangkan untuk usia 26-30 tahun jumlah karyawannya sebanyak 2 orang atau 13.33% dengan rata-rata point WAI sebesar 44 point berada pada katagori Excellent, untuk batas usia antara 31-35 tahun jumlah karyawannya sebanyak 1 orang atau 6.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 36 point berada pada katagori moderate, untuk batas usia 36-40 tahun jumlah karyawannya sebanyak 1 orang atau 6.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 40 point berada pada katagori good, untuk batas usia 41-45 tahun jumlah karyawannya sebanyak 3 orang atau 20% dengan rata-rata point WAI sebesar 27.75 point berada pada



103



katagori poor, untuk batas usia 46-50 tahun jumlah karyawannya sebanyak 4 orang atau 26.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 32.5 point berada pada katagori moderate.



Berdasarkan pada tabel 4.22. rata-rata WAI tertinggi berada pada kelompok usia antara 26-30 tahun dengan point WAI sebesar 44 point, sedangakan point terendah berada pada kelompok usia antara 41-46 tahun dengan point WAI sebesar 27.75 point.



5.1.4. Analisis Proporsi WAI Berdasarkan Kelompok Usia Proporsi Work Ability Index berdasarkan pengelompokan usia karyawan dan katagori WAI. Dalam tabel proporsi ini kita dapat melihat perbedaan katagori WAI berdasarkan pengelompokan usia dan berapa persentasinya untuk tiap kelompok usia. Berikut tabel proporsi Work Ability Index:



Dari tabel 4.24. diatas dapat dilihat adanya proporsi rata-rata WAI untuk kelompok usia 21-25 tahun proporsinya sebanyak 4 orang atau 26.66% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent sebanyak 2 orang (50%), kemudian good sebanyak 2 orang (50%). Untuk kelompok usia antara 26-30 tahun proporsinya sebanyak 2 orang atau 13.33% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent sebanyak 1 orang (50%), kemudian good sebanyak 1 orang (50%). Untuk kelompok usia antara 31-35 tahun proporsinya sebanyak 1 orang atau 6.67% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori moderate 1 orang (100%). Untuk kelompok usia antara 36-40 tahun proporsinya sebanyak 1 orang atau 6.67% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori good sebanyak 1 orang (100%). Untuk kelompok usia antara 41-45 tahun proporsinya sebanyak 3 orang 20% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent 1 orang (33.3%), kemudian moderate 2 orang (66.7%). Untuk kelompok usia antara 46-50 tahun proporsinya sebanyak 4 orang atau 26.66% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori good sebanyak 2 orang (50%), moderate 2 orang (50%).



104



Pada tabel 4.24. kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada kelompok usia antara 21-25 tahun dengan katagori good dan excellent, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada usia antara 21-25 tahun, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah adalah pada usia 36-40 tahun.



5.1.5. Work Ability Index (WAI) Karyawan Berdasarkan Lama Bekerja Berdasarkan pengelompokan lama bekerja, karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelompok berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi dengan batas lama bekerja antara 1 tahun sampai 25 tahun. Untuk batas lama bekerja 1-5 tahun jumlah karyawannya sebanyak 7 orang atau sekitar 46.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 42.85 point berada pada katagori good, sedangkan untuk lama bekerja 6-10 tahun jumlah karyawannya sebanyak 1 orang atau 6.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 28 point berada pada katagori moderate, untuk batas lama bekerja antara 11-15 tahun jumlah karyawannya sebanyak 2 orang atau 13.337% dengan rata-rata point WAI sebesar 36.5 point berada pada katagori moderate, untuk batas lama bekerja 16-20 tahun jumlah karyawannya sebanyak 2 orang atau 13.33% dengan rata-rata point WAI sebesar 38 point berada pada katagori good, untuk batas lama bekerja 21-25 tahun jumlah karyawannya sebanyak 3 orang atau 20% dengan rata-rata point WAI sebesar 34.33 point berada pada katagori moderate.



Berdasarkan pada tabel 4.25. rata-rata WAI tertinggi berada pada kelompok lama bekerja 1-5 tahun dengan point WAI sebesar 42.85 point, sedangakan point terendah berada pada kelompok lama bekerja antara 6-10 tahun dengan point WAI sebesar 28 point.



5.1.6. Analisis Proporsi WAI Berdasarkan Lama Bekerja Proporsi Work Ability Index berdasarkan pengelompokan lama bekerja karyawan dan katagori WAI. Dalam tabel proporsi ini kita dapat melihat perbedaan katagori



105



WAI berdasarkan pengelompokan lama bekerja dan berapa persentasinya untuk tiap kelompok lama bekerja. Berikut tabel proporsi Work Ability Index:



Dari tabel 4.27. dapat dilihat adanya proporsi rata-rata WAI untuk kelompok lama bekerja 1-5 tahun proporsinya sebanyak 7 orang atau 46.67% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent sebanyak 3 orang (42.9%), kemudian good sebanyak 4 orang (57.1%). Untuk kelompok lama bekerja 6-10 tahun proporsinya sebanyak 1 orang atau 6.67% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori moderate sebanyak 1 orang (100%). Untuk kelompok lama bekerja 11-15 tahun proporsinya sebanyak 2 orang atau 13.33% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori good 1 orang (50%), kemudian moderate sebanyak 1 orang (50%). Untuk kelompok lama bekerja 16-20 tahun proporsinya sebanyak 2 orang atau 13.33% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent sebanyak 1 orang (50%), kemudian moderate sebanyak 1 orang (50%). Untuk kelompok lama bekerja 21-25 tahun proporsinya sebanyak 3 orang 20% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori good 1 orang (33.3%), kemudian moderate 2 orang (66.7%).



Pada tabel 4.27. kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada katagori good berdasarkan lama bekerja karyawan ada antara 1-5 tahun bekerja, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada 1-5 tahun lama bekerja, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah berdasarkan lama bekerja karyawan ada antara 6-10 tahun bekerja.



5.1.7. Analisis Proporsi WAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan pengelompokan tingkat pendidikan, karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara diklasifikasikan menjadi 3 (lima) kelompok. Yaitu SMA, D1 dan D3. Untuk tingkat pendidikan SMA jumlah karyawannya sebanyak 3 orang atau sekitar 20% dengan rata-rata point WAI sebesar 32 point berada pada katagori moderate, sedangkan untuk tingkat pendidikan D1 jumlah karyawannya sebanyak 4 orang atau 26.67% dengan rata-rata point WAI sebesar 38 point berada pada



106



katagori good, dan untuk tingkat pendidikan D3 jumlah karyawannya sebanyak 8 orang atau 53.33% dengan rata-rata point WAI sebesar 41.5 point berada pada katagori good.



Pada tabel 4.28. dapat dilihat rata-rata WAI tertinggi berada pada tingkat pendidikan D3 dengan rata-rata Point WAI sebesar 41.5 point, sedangakan point terendah berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu dengan Point WAI sebesar 32 point.



5.1.8. Analisis Proporsi WAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dari tabel 4.29. dapat dilihat adanya proporsi rata-rata WAI untuk kelompok tingkat pendidikan SMA proporsinya sebanyak 3 orang atau 20% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori good sebanyak 1 orang (33.3%), kemudian moderate sebanyak 2 orang (66.7%). Untuk kelompok tingkat pendidikan D1 proporsinya sebanyak 4 orang atau 26.67% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent sebanyak 1 orang (25%), kemudian Good sebanyak 1 orang (25%) dan moderate sebanyak 2 orang (50%). Untuk kelompok tingkat pendidikan D3 proporsinya sebanyak 8 orang atau 53.33% dari total keseluruhan karyawan, dengan katagori excellent 3 orang (37.5%), kemudian good sebanyak 4 orang (50%) dan moderate 1 orang (12.5%).



Pada tabel 4.29. kita dapat mengidentifikasi bahwa proporsi terbesar WAI yaitu pada katagori good berdasarkan tingkat pendidikan D3, ini berarti tingkat kemampuan kinerja karyawan PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang paling produktif adalah pada tingkat pendidikan D3, sedangkan tingkat kinerja atau produktifitas karyawan yang paling rendah berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA.



107



5.2. Kemampuan Kognitif 5.2.1. Uji Frekuensi Data Demografi Uji frekuensi dilakukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah frekuensi dari suatu sampel uji. A. Usia Karyawan Dari tabel 4.30. frekuensi usia karyawan dapat diketahui frekuensi pada kelompok usia 21-25 tahun sebanyak 4 orang (26.7%), kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 2 orang (13.3%), kelompok usia 31-35 dan 36-40 masing-masing sebanyak 1 orang (6.7%), kelompok usia 41-45 tahun sebanyak 3 orang (20%) dan kelompok usia 46-50 tahun sebanyak 4 orang (26.7%).



B. Lama Bekerja Karyawan Dari tabel 4.31. frekuensi lama bekerja karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara dapat diketahui frekuensi lama bekerja 1-5 tahun sebanyak 7 orang (46.7%), lama bekerja 5-10 tahun sebanyak 1 orang (6.7%), lama bekerja 11-15 tahun dan 16-20 tahun sebanyak 2 orang (13.3%), lama bekerja 21-25 tahun sebanyak 3 orang (20%).



C. Tingkat Pendidikan Karyawan Dari uji frekuensi tingkat pendidikan karyawan, dapat diketahui 53.3% lulusan D3, 26.7% lulusan D1 dan 20% lulusan SMA.



D. Status Karyawan Dari uji frekuensi status karyawan dapat dilihat bahwa mayoritas status karyawan telah menikah yaitu dengan persentase sebesar 73.3% dan hanya 26% yang belum menikah.



E. Riwayat Penyakit Karyawan Dari uji frekuensi riwayat penyakit di dapat hasil 73.3% karyawan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Hanya 13.3% yang memiliki riwayat penyakit mag dan 6.7% untuk penyakit asma dan migren.



108



F. Keluhan Pusing Karyawan Dari uji frekuensi keluhan pusing Karyawan dapat dilihat bahwa 93.3% para karyawan tidak merasa sedang pusing saat sedang mengikuti penelitian hanya sebesar 6.7% yang merasa pusing saat akan melaksanakan tes.



G. Keterangan Karakteristi Karyawan (Kaca Mata) Dari uji frekuensi keterangan berkaca-mata Karyawan dapat dilihat bahwa 66.7% karyawan tidak memakai kaca mata dan hanya sebesar 33.3% karyawan bagian perkantoran di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara yang memakai kaca mata.



5.2.2. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan dengan dua langkah, yaitu yang pertama dengan melakukan uji normalitas terhadap hasil pengumpulan data kemampuan kognitif karyawan dan yang kedua dengan melakukan uji linieritas terhadap hasil pengumpulan data.



5.2.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji apakah sampel mengikuti distribusi normal atau tidak. Berikut uji normalitas pada sampel dari data kemampuan kognitif karyawan.



Diketahui hipotesis untuk uji normalitas kemampuan verbal adalah: H0 r ≤ 0.05 ≈ H0 ditolak, artinya variabel uji mengikuti distribusi normal. H0, r ≥ 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



A. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Verbal Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS terhadap variabel kemampuan verbal karyawan, didapat nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih besar (>) dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 diterima. Dimana 0,057 > 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



109



B. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Numerik Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS terhadap variabel kemampuan numerik karyawan, didapat nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih kecil () dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 ditolak. Dimana 0.200 < 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



D. Uji Normalitas Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diatas, tampak nilai r (sig) metode kolmogrov smirnov lebih besar (>) dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05), sehingga H0 diterima. Dimana 0,200 > 0.05 ≈ H0 diterima, artinya variabel uji tidak mengikuti distribusi normal.



5.2.2.2. Uji Linieritas Kriteria uji dari uji linieritas ini, apabila nilai



(probability value/critical value)



lebih besar atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka antara variabel bebas dan tergantung tidak berpola linier dan sebaliknya apabila nilai lebih kecil (



yakni : 0.36 < 1.77, H0 diterima yang artinya tidak terdapat



hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.726 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik. Karena nilai 0.726 > 0.05 maka H0 diterima artinya tidak



112



terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan numerik.



C. Uji Korelasi Variabel Usia dengan Variabel Kemampuan Gambar Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t dari nilai t



tabel,



hitung



>



yakni : 2.81 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan



antara variabel usia dengan variabel kemampuan gambar.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.015 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan gambar. Karena nilai 0.015 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan gambar.



D. Uji Korelasi Variabel Usia dengan Variabel Total Skor Kemampuan Kognitif Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t dari nilai t



tabel,



hitung



>



yakni : 3.44 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan



antara variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.004 untuk hubungan antara variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif. Karena nilai 0.004 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan variabel kemampuan kognitif.



5.2.4. Kalkulasi Skor Kemampuan Kognitif Kalkulasi skor dilakukan untuk mengetahui skor akhir dari kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Berikut hasil kalkulasi skor:



113



A. Kalkulasi Skor Kemampuan Verbal Berdasarkan hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan verbal karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan verbal adalah 749.80 dengan rata-rata skor adalah 49.99 dan standar deviasi sebesar 10.02.



Dari kategori skor pada tabel 4.50. diketahui jumlah karyawan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 1 orang karyawan atau 6.67% dari total karyawan bagian perkantoran, untuk ketegori sedang sebanyak 11 orang atau 73.33% dan untuk ketegori tinggi sebanyak 3 orang atau 20%.



B. Kalkulasi Skor Kemampuan Numerik Berdasarkan hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan numerik karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan numerik adalah 749.90 dengan rata-rata skor adalah 49.99 dan standar deviasi sebesar 10.03.



Dari kategori skor pada tabel 4.52. diketahui jumlah karyawan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 2 orang karyawan atau 13.33% dari total karyawan bagian perkantoran, untuk ketegori sedang sebanyak 10 orang atau 66.67% dan untuk ketegori tinggi sebanyak 3 orang atau 20%.



C. Kalkulasi Skor Kemampuan Gambar Berdasarkan hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan gambar karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan gambar adalah 750 dengan rata-rata skor adalah 50 dan standar deviasi sebesar 10.01.



Dari kategori skor pada tabel 4.54. diketahui jumlah karyawan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 3 orang karyawan atau 20% dari total karyawan bagian perkantoran, untuk ketegori sedang sebanyak 10 orang atau 66.67% dan untuk ketegori tinggi sebanyak 2 orang atau 13.33%.



114



D. Kalkulasi Total Skor Kemampuan Kognitif Berdasarkan hasil perhitungan Z score dan T score untuk kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara. Dari hasil perhitungan didapat total T score untuk kemampuan kognitif adalah 750.1 dengan rata-rata skor adalah 50.01 dan standar deviasi sebesar 9.98.



Dari kategori skor pada tabel 4.56. diketahui jumlah karyawan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 2 orang karyawan atau 13.33% dari total karyawan bagian perkantoran, untuk ketegori sedang sebanyak 11 orang atau 73.33% dan untuk ketegori tinggi sebanyak 2 orang atau 13.33%.



5.3. Uji Korelasi Kemampuan Kerja Dan Kemampuan Kognitif Berdasarkan hasil perhitungan kriteria penolakan diperoleh bahwa nilai t dari nilai t



tabel,



hitung



>



yakni : 2.70 > 1.77, H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan



antara kemampuan kerja dengan kemampuan kognitif karyawan.



Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.018 untuk hubungan kemampuan kerja dan kemampuan kognitif. Karena nilai 0.018 < 0.05 maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan.



Bab 6 Kesimpulan dan Saran



6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap kemampuan kerja dan kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matara Nusantara dapat ditarik kesimpulan: 1.



Rata-rata point Work Ability Index (WAI) karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara adalah 40.38 dengan rentang usia 21-50 tahun. Dalam ketegori point Work Ability Index (WAI) rata-rata point karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara termasuk kedalam kategori good, dan tindakan yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan adalah selalu mensupor karyawannya agar kemampuan kerjanya dapat lebih baik lagi.



2.



Dari hasil kalkulasi kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara di dapat diketahui bahwa mayoritas kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara ada pada kategori sedang dengan jumlah karyawan sebanyak 11 orang atau sekitar 73.33% dari total karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara.



3.



Berdasarkan hasil uji korelasi antara kemampuan kerja dengan kemampuan kognitif karyawan bagian perkantoran PT. Sinar Sakti Matra Nusantara dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja karyawan dengan kemampuan kognitifnya.



115



116



6.2. Saran Dari kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran kepada pihak PT. Sinar Sakti Matra Nusantara sebagai berikut: 1. Pemimpin senantiasa meningkatkan kemampuan karyawannya dengan cara memberikan motivasi, kemudian memberikan kesempatan untuk mengikuti: pelatihan-pelatihan, kursus-kursus atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi baik formal maupun informal, sehingga karyawan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. 2. Perusahaan senantiasa memberikan fasilitas yang memadai bagi kesehatan para karyawannya, salah satunya dengan membuka klinik kesehatan khusus bagi karyawan.



Daftar Pustaka



Ahmadi, Abu (1992). Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono (1991). Psikologi Belajar. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. Andriana, Iyan (2009). SPSS (Statistical Product Service Solutions). Bandung. Hidayat , Cecep Rahmat (2009). Analisis Kemampuan Kerja Karyawan Dengan Menggunakan Work Ability Index (WAI). Bandung. Indah, Varyati Adelina Rosta (2010). Analisis Hubungan Kemampuan Kognitif dan Usia. Bandung.



117



Daftar Riwayat Hidup



Data Pribadi Nama Lengkap



: Restu Ramadhanur



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Tempat, tanggal lahir : Bandung, 24 April 1989 Kewarganegaraan



: Indonesia



Status perkawinan



: Belum Menikah



Tinggi, berat badan



: 167 cm, 56 kg



Kesehatan



: Sangat Baik



Agama



: Islam



Alamat lengkap



: Jl. Muararajeun Baru IV No. 40, Bandung 40122



No tlp/HP



: 085721397353



E-mail



: [email protected]



Pendidikan 1995-2001



: SD Negeri Panyileukan 03, Bandung



2001-2004



: SMP Negeri 22, Bandung



2004-2007



: SMK Negeri 7, Bandung



2007-2011



: Program Sarjana (S-1) Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia, Bandung