Analisis Kualitatif Senyawa Pada Ekstrak Daun Mangkokan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF SENYAWA DENGAN UJI FITOKIMIA DAN KLT PADA EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg)



DISUSUN OLEH : 1. Navyola Eka Ramadhani



(P07134120063)



2. Ni Made Sekarningsih



(P07134120064)



3. Gusti Ayu Ana Dwicahyani Parnawan



(P07134120065)



4. Ni Nyoman Trisna Dewi



(P07134120066)



5. Ni Nyoman Ayu Triza Meytarani Riasma



(P07134120067)



6. Ni Komang Omik Trianita Udiana



(P07134120068)



7. Luh Gede Trisna Agustini



(P07134120069)



8. Ni Komang Sri Rahayu



(P07134120070)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS TAHUN 2021



ANALISIS KUALITATIF SENYAWA DENGAN UJI FITOKIMIA DAN KLT PADA EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg)



I.



Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional. 2. Mahasiswa mampu mengetahui secara kualitatif komponen senyawa bioaktif dalam bahan alam. 3. Mahasiswa mampu memahami prinsip kromatografi 4. Mahasiswa mampu melakukan pemisahan ekstrak bahan alam dengan metode KLT 5. Mahasiswa mampu mengitung nilai Rf masing-masing kmponen dalam sampel



II.



Landasan Teori Mangkokan atau daun mangkokan (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg) adalah tumbuhan hias pekarangan dan tanaman obat yang relatif populer di Nusantara. Namanya mengacu pada bentuk daunnya yang melengkung serupa mangkok. Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, tumbuhan ini dapat ditemukan di ladang atau di tepi sungai karna tanaman ini tumbuh liar. Daun mangkok jarang atau tidak pernah berbunga, tumbuhan ini terdapat ditempat yang terkena sinar matahari dan tumbuh pada ketinggian 1-200 M. Batang berkayu, bercabang, berbentuk bulat, panjang dan lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau tua (Budiharti, 2006). Daun mangkokan mengandung zat-zat seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Selain itu daun mangkokan juga memiliki alkaloida, saponin, amygdalin, peroksidase, kalsium-oksalat, flavonoida dan polifenol (Tarigan, et al. 2008). Kromatografi adalah proses pemisahan yang didasarkan atas perbedaan distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam (Vogel, 1978 : 130-131). Pada kromatografi lapis tipis, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan pada plat KLT yang nantinya akan diabsorpsi oleh zat penyerap dan selanjutnya dielusi oleh fasa gerak. Pemisahan ini didasarkan pada sifat polaritas senyawa. Senyawa yang memiliki polaritas hampir sama dengan fase geraknya akan terelusi lebih dulu dibandingkan senyawa dengan sifat polaritas yang berbeda dengan fase geraknya. Dalam kromatografi lapis tipis ini terjadi persaingan antara proses penyerapan yang cenderung



menempelkan senyawa dalam fase diam dan proses pelarutan yang cenderung membawa dalam fase gerak (Shellard, 1975: 157-158). Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk tujuan kualitatif dan preparatif. KLT kualitatif digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil (misal menentukan jumlah kumpulan dalam campuran), menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif atau kromatografi kolom, dan juga untuk mengidentifikasi komponen penyusun campuran melalui perbandingan dengan senyawa yang diketahui strukturnya. Sedangkan KLT preparatifnya digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah yang besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisis berikutnya (Townshend, 1995 : 714-728). Dari hasil KLT dapat diketahui nilai Rf dari masing-masing fraksi berbeda. Fraksi-fraksi tersebut mempunyai nilai Rf yang berbeda-beda. Nilai Rf dapat digunakan sebagai acuan identifikasi senyawa. Nilai Rf dihitung berdasarkan rumus: Rf =



𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛



Penggunaan chamber jenuh akan memiliki nilai Rf yang berbeda dibanding chamber tak jenuh. Chamber jenuh memiliki nilai Rf lebih rendah bila dibandingkan dengan chamber tak jenuh dengan kondisi pengembangan yang 3 sama. Pada chamber jenuh terdapat dua pengamatan garis depan eluen yaitu garis depan eluen nyata dan garis depan eluen teramati. Adanya kondensasi uap eluen menyebabkan munculnya garis depan baru didepan garis depan eluen nyata yaitu garis depan eluen teramati. Uji KLT digunakan untuk mengetahui noda yang terbentuk pada eluen polar dan nonpolar untuk memperoleh hasil positif dari skrining fitokimia dan menunjukan adanya perbedaan sifat molekul senyawa tersebut. Uji fitokimia merupakan suatu pemeriksaan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu simplisia bahan alam. Uji fitokimia pada praktikum kali ini menggunakan ekstrak daun mangkokan yang bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya kandungan senyawa yang terkandung di dalam esktrak tersebut dengan melihat perubahan warna yang terjadi setelah ditambahkan berbagi reagen pereaksi. Skrinning atau analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa bioaktif yang terkandung dalam setiap ekstrak bahan alam. Metode analisis yang digunakan didasarkan pada metode Harborne. Uji alkaloid dengan pereaksi Dragendrof, Mayer dan Wagner, uji terpenoid dan steroid



dilakukan dengan anhidrida asetat dan asam sulfat pekat, uji tannin dan fenol dilakukan dengan penambahan larutan FeCl3, uji saponin dilakukan dengan uji stabilitas busa, uji flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg dan amil alkohol, dan uji kuinon dilakukan dengan penambahan NaOH. III.



Alat dan Bahan a. Larutan Ekstrak Daun Mangkokan Alat : Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang pengaduk, arloji glass, pipet tetes/pipet ukur, dan ball pipet. Bahan : Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel ekstrak daun mangkokan pekat dan etanol. b. Uji KLT Alat : Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah chamber, UV cabinet, silika gel jenis GF 254, pipet kapiler dan kertas saring. Bahan : Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kloroform : etanol (98:2) dan kloroform : metanol (5:1-1:1) c. Uji Fitokimia Alat : Alat-alat yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah cawan krusibel, pipet tetes, batang pengaduk, beaker gelas, penjepit tabung, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan kompor. Bahan : Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum ini adalah sampel ekstrak bahan alam daun mangkokan (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg), FeCl3.6H2O, asam sulfat pekat, asam sulfat 2 N, reagen Dragendorf, reagen Wagner, reagen Mayer, kloroform, asam klorida 2 N, asam klorida 37%, etanol 95%, NaOH 1 N, dan aquades.



IV.



Prosedur Kerja a. Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Mangkokan 1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan 2. Ditimbang 0,05 ekstrak daun mangkokan menggunakan arloji glass



3. Diukur 25ml etanol menggunakan pipet ukur 4. Dicampur ekstrak daun mangkokan yang sudah ditimbang ke dalam etanol 25ml, diaduk hingga campuran homogen. b. Pembuatan Pada Uji KLT 1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan 2. Pada chamber diberi garis setinggi 1 cm. Campurkan pelarut kloroform : etanol (98:2) dan kloroform : etanol (5:1-1:1) kemudian dijenuhkan pada masingmasing chamber, setinggi garis 1 cm pada chamber. Dimasukan kertas saring untuk melihat apakah chamber sudah jenuh atau belum 3. Plat silica gel GF 254 dipotong dengan ukuran 5 × 10 cm 4. Plat diberi garis batas elusi, dibuat 2 titik tipis menggunakan pensil dengan ukuran 1,5 cm dari arah samping, jarak antar titik yaitu 2 cm, jarak akhir 1 cm dan jarak awal 1 cm. Sehingga menghasilkan jarak elusi 8 cm 5. Larutan ekstrak daun mangkokan dipipet menggunakan pipa kapiler kemudian ditotol pada plat KLT silika gel GF 254 lalu dimasukkan ke dalam chamber 6. Pelarut dibiarkan mengembang hingga eluen berada pada batas elusi yang ditentukan, kemudian dilakukan pengamatan dibawah lampu UV pada 254 nm dan 366 nm. c. Pembuatan Pada Uji Fitokimia 1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan 2. Diberikan label pada masing-masing tabung reaksi 3. Ditambahkan larutan dari ekstrak daun mangkokan sebanyak 1ml ke dalam masing-masing tabung reaksi a. Uji Alkaloid 1. Ditambahkan larutan dari ekstrak daun mangkokan sebanyal 3ml 2. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat 2N, lalu bagi larutan sampel menjadi 2 bagian 3. Bagian pertama ditambahkan 1-2 tetes reagen Mayer & Wagner (hasil positif bila terbentuk endapan putih keruh) 4. Bagian kedua ditambahkan 1-2 tetes reagen Dragendorf (hasil positif bila terbentuk endapan merah-jingga) b. Terpenoid dan Steroid 1. Kemudian tambahkan 2 ml kloroform, lalu tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung



2. Kemudian dipanaskan di air panas sampai berubah warna (hasil positif bila terbentuk warna merah, kemudian berubah warna menjadi biru dan hijau) c. Uji Saponin 1. Kemudian ditambahkan 10 ml air panas, campuran dikocok kuat-kuat selama 10 detik sampai terbentuk busa 2. Amati busa yang muncul selama 5 menit (hasil positif jika busa yang terbentuk tidak hilang) d. Uji Fenol 1. Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%, diamati perubahan yang terjadi (hasil positif bila terbentuk warna hijau) e. Uji Flavonoid 1. Kemudian ditambahkan 0,1 mg serbuk Mg, ditambahkan 0,4 mL amil alcohol, dan terakhir tambahkan 4 mL etanol lalu campurkan dengan cara di kocok 2. Amati perubahan yang terjadi (hasil positif bila terbentuk warna merah, kuning atau jingga) f. Uji Kuinon 1. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes NaOH 2. Amati perubahan yang terjadi (hasil positif bila terbentuk warna kuning) V.



Hasil A. Hasil Uji KLT Tabel 1.1 Kloroform : etanol (98 : 2) No



Noda UV 254



Nilai Rf Eluen A



Eluen B



Eluen C



Eluen D



Eluen E



1



1



0,43



0,5



0,6



0,68



0,78



2



2



0,43



0,5



0,6



0,7



0,78



Eluen C



Eluen D



Eluen E



No



Noda UV 366



Nilai Rf Eluen A



Eluen B



1



1



0,43



0,5



0,6



0,68



0,78



2



2



0,43



0,5



0,6



0,7



0,78



Noda UV 254



Noda UV 366



Tabel 1.2 Kloroform : metanol (5:1-1:1) No



Noda UV 254



Nilai Rf Eluen A



Eluen B



Eluen C



1



1



0,23



0,3



0,72



2



2



0,2



0,32



0,72



No



Noda UV 366



Nilai Rf Eluen A



Eluen B



Eluen C



1



1



0,23



0,3



0,72



2



2



0,2



0,32



0,72



ket : Warna UV 254 = Hitam kehijauan Warna UV 366 = Merah muda Berdasarkan hasil uji KLT dengan eluen Kloroform : etanol (98:2) diperoleh sebanyak 6 noda titik pertama dan 6 noda pada titik kedua. Untuk noda titik pertama nilai Rf eluen a 0,43, nilai Rf eluen b 0,5, nilai Rf eluen c 0,6, nilai Rf eluen d 0,68, dan nilai Rf eluen e 0,78. Dan pada noda titik kedua diperoleh nilai Rf pada eluen a 0,34, nilai Rf eluen b 0,5, nilai Rf eluen c 0,6, nilai Rf eluen d 0,7, dan nilai Rf eluen e 0,78. Eluen Kloroform : etanol (98:2) menghasilkan nilai Rf yang sama pada noda UV 366 maupun pada noda UV 254.



Sedangkan untuk .eluen kloroform : metanol (5:1-1:1) diperoleh sebanyak 3 noda pada noda titik pertama dan 3 noda pada titik kedua. Untuk noda titik pertama nilai Rf eluen a 0,23, nilai Rf eluen b 0,3, nilai Rf eluen c 0,72. Dan pada titik kedua noda nilai Rf eluen a 0,2, nilai Rf eluen b 0,32, dan nilai Rf eluen c 0,72. Eluen kloroform : metanol (5:1-1:1) juga menghasilkan nilai Rf yang sama pada noda UV 254 maupun pada noda UV 366. Pada saat diamati dengan UV pada panjang gelombang 254 terbentuk warna hijau kehitaman dan pada panjang gelombang 366 terbentuk warna merah muda.



B. Hasil Identifikasi Ekstrak Mangkokan pada Uji Fitokimia Uji Fitokimia



Warna awal



Alkaloid



Kuning



Pereaksi Dragendrof



kehijauan



Flavonoid



Hasil Endapan



Kesimpulan Positif (+)



merah



Kuning



Mayer dan



Endapan



kehijauan



Wagner



putih



Kuning



Serbuk Mg,



Terbentuk



kehijauan



amil alcohol,



warna kuning



Positif (+)



Positif (+)



dan etanol Saponin



Kuning



Air panas, dan



Busa yang



kehijauan



HCl 2 N



terbentuk



Positif (+)



tidak hilang Terpenoid dan Kuning



Kloroform dan



Terbentuk



Steroid



asam sulfat



warna kuning



kehijauan



Negatif (-)



pekat Fenol



Kuning



FeCl3 5%



kehijauan Kuinon



Kuning kehijauan



VI.



Terbentuk



Negatif (-)



warna kuning NaOH 1N



Terbentuk



Positif (+)



warna kuning



Pembahasan 1. Ekstraksi Ekstrak etanol daun mangkokan (Nothopanax scutellarium) dibuat dengan menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Daun



mangkokan (Nothopanax scutellarium) yang telah dikeringkan terlebih dahulu kemudian ditimbang 0,05 gram, kemudian baru ditambahkan pelarut etanol sebanyak 25 mL. Selanjutnya, hasil dari campuran kedua bahan tersebut lalu diaduk, dan ditutup menggunakan aluminium foil. Daun mangkokan mengandung kalsium oksalat, peroksidase, amygalin, fosfor, besi, lemak, protein, vitamin A, B1, C, saponin, tanin, dan flavonoid. Jenis flavonoid yang terkandung didalam daun mangkokan adalah flavonol seperti kuersetin, kaemferol, mirisetin dan flavon seperti luteolin dan apigenin (Dalimartha, 1999). Pemanfaatan daun mangkokan telah dilakukan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun, maka perlu didukung oleh informasi ilmiah mengenai toksisitas ekstrak etanol daun mangkokan terhadap larva Artemia salina. Manfaat daun segar pohon mangkok dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit berikut: bau keringat, luka, rambut rontok, dan susah kencing (Hariana, 2008: 183-184).  Klasifikasi Daun Mangkokan Kerajaan : Plantae Filum : Tracheophyta Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Apiales Suku : Araliaceae Marga : Nothopanax Jenis : Nothopanax scutellarium Merr. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain (Dirjen POM, 1986: 3). Adapun metode yang dapat digunakan dalam ekstraksi sampel yaitu : a. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi digunakan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan



yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. b. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur dan titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna. c. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut: 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurangkurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit (lambat). d. Soxhletasi Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Dirjen POM, 1989).



Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut: pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini



berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Sastroamidjojo, 1985: 65-72). Daun mangkokan juga berfungsi sebagai larvasida alami. Dari penelitian yang berjudul Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus didapatkan hasil penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode post test only controlled group design. Hewan uji yang digunakan sebanyak 600 ekor larva Anopheles aconitus dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan 1 kontrol (+) diberikan abate 1 mg, kelompok perlakuan 2 kontrol (-) hanya diberikan aquades, kelompok perlakuan 3 diberikan ekstrak daun mangkokan 1%, kelompok perlakuan 4 diberikan ekstrak daun mangkokan 1,75%, kelompok perlakuan 5 diberikan ekstrak daun mangkokan 2,5%, kelompok perlakuan 6 diberikan ekstrak daun mangkokan 3,25%. Pada kelompok kontrol negatif, tidak dijumpai kematian larva Anopheles aconitus, sedangkan pada kelompok perlakuan, angka kematian tertinggi pada jam ke 6 terjadi pada konsentrasi 3,25% kemudian angka kematian pada jam ke 24 dengan konsentrasi 1% mampu membunuh larva Anopheles aconitus dengan 100% kematian. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama pajanan ekstrak daun mangkokan (Nothopnax scutellarium) yang diberikan maka semakin tinggi pula tingkat kematian larva Anopheles aconitus dikarenakan semakin tinggi dosis yang diberikan pada larva Anopheles aconitus semakin tinggi juga jumlah kandungan kimianya yang berfungsi sebagai larvasida alami sehingga dapat meningkatkan angka kematian dari larva Anopheles aconitus. Kematian larva Anopheles aconitus dikarenakan kandungan senyawa kimia yang terkandung di dalam daun mangkokan (Nothopnax scutellarium) seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. 2. Kromatografi Kromatografi adalah proses pemisahan yang didasarkan atas perbedaan distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam (Vogel, 1978 : 130-131). Pada kromatografi lapis tipis, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan pada plat KLT yang nantinya akan diabsorpsi oleh zat penyerap dan selanjutnya dielusi oleh fasa gerak. Pemisahan ini didasarkan pada sifat polaritas senyawa. Senyawa yang memiliki polaritas hampir sama dengan fase geraknya akan terelusi lebih dulu dibandingkan senyawa dengan sifat polaritas yang berbeda dengan fase geraknya.



Dalam kromatografi lapis tipis ini terjadi persaingan antara proses penyerapan yang cenderung menempelkan senyawa dalam fase diam dan proses pelarutan yang cenderung membawa dalam fase gerak (Shellard, 1975: 157-158).



Kloroform : etanol (98 : 2)



Kloroform : metanol (5:1-1:1)



Uji KLT digunakan untuk mengetahui noda yang terbentuk pada eluen polar dan nonpolar untuk memperoleh hasil positif dari skrining fitokimia dan menunjukan adanya perbedaan sifat molekul senyawa tersebut. Uji fitokimia dengan KLT dilakukan terhadap golongan senyawa yang positif dari hasil uji fitokimia dengan uji reagen. Identifikasi dengan KLT digunakan plat silika GF254. Masing-masing plat dengan ukuran 1x10 cm2 Ekstrak etanol dan mangkokan ditotolkan pada jarak ± 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler kemudian dikeringkan dan dielusi dengan masing-masing fase gerak golongan senyawanya (Harbone, 1996). 3. Uji Kualitatif Uji kualitatif adalah proses mengindentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan atau sampel yang tidak diketahui. Uji Kualitatif disebut juga analisa jenis atau suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam jenis zat atau komponen - komponen bahan yang akan dianalisa. Urusan nya adalah unsurunsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Uji dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmokognasi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya,termasuk cara isolasi atau pemisahannya (Moelyono, 1996). Fitokimia dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari sumbertumbuhan, termasuk sayur-sayuran dan buahbuahan ataupun berbagai senyawa organik. Skrining Fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa - senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari



bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolis sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya, Senyawa - senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi - pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan matabolit sekunder. Pada praktikum kali ini daun mangkokan akan diuji dengan menggunakan beberapa pereaksikimia untuk mengetahui apakah daun



mangkokan tersebut



mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, fenol dan kuinon. Daun mangkokan memiliki berbagai kandungan diataranya, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin. Di dalam daun mangkokan mengandung lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1 dan C. Menurut hasil penelitian, daun mangkokan termasuk



jenis



sayuran yang banyak mengandung flavonoid.



Kandungan utama flavonoid daun mangkokan adalah



rutin yang merupakan



glikosida kuersetin dengan disakarida yang terdiri dari glukosa dan shamnosa. Skrinning atau analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa bioaktif yang terkandung dalam setiap ekstrak bahan alam. Metode analisis yang digunakan didasarkan pada metode Harborne. Uji alkaloid dengan pereaksi Dragendrof, Mayer dan Wagner, uji terpenoid dan steroid dilakukan dengan anhidrida asetat dan asam sulfat pekat, uji tannin dan fenol dilakukan dengan penambahan larutan FeCl3, uji saponin dilakukan dengan uji stabilitas busa, uji flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg dan amil alkohol, dan uji kuinon dilakukan dengan penambahan NaOH.



Hasil Uji Fitokimia



a. Alkaloid Alkaloid merupakan senyawavbersifat



basa, mengandung satu atau



lebih atom nitrogen, biasanya berwarna, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit



yang berupa cairan (misalnya



nikotin) pada suhu kamar.



Sebagai basal kaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alcohol atau



etanol



yang



bersifat



dengan ammonia pekat. Alkaloid



asam lemah. Kemudian diendapkan



dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi



pengendap. Uji alkaloid dilakukan dengan melarukan 3 mL sampel ke dalam asam sulfat 2N. Penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk membentuk garam alkaloid, karena alkaloid yang bersifat basa dapat larut dalam pelarut yang bersifat asam. Kemudian ditambahkan 1 – 2 tetes pereaksi Meyer dan Wagner. Pereaksi Meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih keruh, sedangkan pereaksi Wagner digunakan untuk mengendapkan dan mendeteksi alkaloid, dengan menggunakan pereaksi ini hasil yang diberikan mengasilkan endapat berwarna kuning. Hasil positif membentuk endapan berwarna putih kekuningan. Untuk reagen dragendrof akan membentuk endapan kemerahan. b. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat



pada gula sebagai glikosida, dan



Dalam menganalisis flavonoid ekstrak



tumbuhan yang



yang



sudah



diperiksa



aglikon flavonoid.



adalah aglikon



dalam



terhidrolisis yag dimana ditambahkan 0,1



mg serbuk Mg, ditambahkan 0,4 mL amil alcohol, dan terakhir tambahkan 4 mL etanol lalu campurkan dengan cara di kocok. Magnesium dan HCl akan bereaksi membentuk



gelembung



yang merupakan gas



H2,



sedangkan



logam Mg dan HCl pekat berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang



terdapat



pada



struktur flavonoid sehingga terbentuk warna merah



kecoklatan. Kemudian ditambahkan 4 ml alkohol dan hasil positif bila terbentuk warna merah, kuning atau jingga. c. Saponin Saponin merupakan senyawa sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuhan yaitu pada bagian daun, buah, kulit, biji dan akar. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat membentuk buih jika dikocok dalam air. Saponin memiliki glikosil sebagai gugus polar serta gugus



steroid atau triterpenoid sebagai gugus nonpolar sehingga saat dikocok dengan air permukaannya bersifat aktif dan membentuk misel. Pada struktur misel gugus nonpolar menghadap kedalam sedangkan gugus polar menghadap keluar dan keadaan inilah yang tampak seperti busa. Uji saponin dinyatakan positif dapat dicirikan dengan adanya rasa pahit, pembentukan busa yang stabil pada larutan cair dan mampu membentuk molekul dengan kolesterol. Busa atau buih dapat terbentuk karena saponin mengandung senyawa yang sebagai larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan (Haeborne, 1987). Uji kandungan saponin ekstrak



daun



mangkokan secara kualitatif menunjukkan respon positif



terhadap keberadaan saponin dengan tetep terbentuknya busa yanga tidak hilang setelah penambahan HCl. Penambahan HCl mampu membuat busa lebih mantap dan stabil. Senyawa saponin berkhasiat sebagai antifungi, antibakteri, menghambat pertumbuhan sel tumor dan memiliki kemampuan menurunkan kolesterol dalam darah dan antioksidan. d. Fenol Fenol merupakan oleh



tumbuhan



sebagai



senyawa



metabolit



respon terhadap



sekunder



stres



yang dihasilkan



lingkungan.



Senyawa



fenol berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV-B dan kematian sel untuk melindungi DNA dari dimerisasi dan kerusakan. Fenol merupakan senyawa yang mempunyai sifat toksik, bakteriosid, antimetik, antiasmatik, antihelmintik, analgetik, antimikroba, antiinflamasi, meningkatkan mortilitas usus. Senyawa ini memiliki peran penting sebagai agen pencegah dan pengobatan beberapa gangguan penyakit seperti arteriosklerosis, disfungsi otak, diabetes dan kanker. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh. Uji fenol dinyatakan positif jika terbentuk warna hijau atau hijau biru setelah di reaksikan dengan FeCl3. Perubahan warna disebabkan reaksi penambahan FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa fenol. Pada praktikum yang telah dilakukan uji kandungan fenol ekstrak daun mangkokan secara kualitatif dilakukan dengan menambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5% ke dalam 1 mL sampel ekstrak daun mangkokan menunjukan respon negatif karena tidak terbentuknya perubahan warna.



e. Terpenoid dan Steroid Terpenoid dan steroid dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard, yaitu pereaksi asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat. Terpenoid memberikan reaksi positif (orange warna dari merah hingga biru) ketika dipanaskan dengan asam asetat anhidrat dan diteteskan dengan sedikit asam sulfat pekat, sedangkan steroid menghasilkan warna dari hijau sampai biru tua. Hasil uji skrining fitokimia yang dilkukan pada ekstrak daun mangkokan dengan penambahan 2 mL kloroform dan 3 tetes asam sulfat pekat atau H2SO4 pekat, menunjukkan respon negatif mengandung terpenoid dan steroid. Hasil yang diperoleh disebabkan karena penggunaan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi merupakan pelarut yang bersifat polar. Karena senyawa terpnoid dan steroid merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga senyawa-senyawa ini tidak dapat terekstrak dengan sempurna pada pelarut tersebut. Selain itu, Pereaksi-pereaksi spesifik yang digunakan kebanyakan bersifat polar sehingga tidak bisa berinteraksi dengan sampel. Berdasarkan kepolaran dan kelarutan, senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. f. Kuinon Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak tumbuhan kasar bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Senyawa antrakuinon dan kuinon mempunyai kemampuan sebagai anti biotik dan penghilang rasa sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit (Kristiana, 2008). Uji kandungan kuinon ekstrak daun mangkokan secara kualitatif menunjukkan respon positif terhadap keberadaan senyawa kuinon. Uji kuinon dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N. Pereaksi NaOH 1N berfungsi untuk mendeprotonasi



gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion fenolat. Ion fenolat ini dapat menyerap cahaya tertentu dan menimbulkan warna kuning. VII.



Kesimpulan Daun mangkokan (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg) adalah tumbuhan hias pekarangan dan tanaman obat yang relatif populer di Nusantara. Daun mangkokan mengandung zat-zat seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C, alkaloida, saponin, amygdalin, peroksidase, kalsium-oksalat, dan flavonoida. Daun segar pohon mangkok dapat bermanfaat untuk mengobati beberapa penyakit seperti bau keringat, luka, rambut rontok, dan susah kencing. Untuk mengetahui komponen senyawa bioaktif yang terkandung dalam setiap ekstrak bahan alam dapat dilakukan dengan uji kualitatif atau skrining fitokimia yang berdasarkan pada metode harborne. Hasil uji kualitatif pada ekstrak daun mangkokan diketahui positif mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan kuinon. Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perbedaan distribusi, afinitas, dan atau partisi dari tiap komponen analit dalam suatu campuran antara fasa diam dan fasa gerak. Pada analisis dengan KLT, sejumlah kecil sampel ekstrak ditotolkan di atas permukaan plat, kemudian plat diletakkan dalam chamber yang telah berisi pelarut, kemudian pelarut akan mengembang naik sepanjang permukaan lapisan plat dan membawa komponen yang terdapat dalam sampel. Identifikasi senyawa dilakukan dengan cara mendeteksi noda dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 atau 356 nm, kemudian menghitung nilai RF masing-masing bercak noda yang tampak dengan membandingan jarak tempuh komponen dengan jarak tempuh eluen



DAFTAR PUSTAKA



Handjojo, Y., 2011. ‘Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus’. Skripsi Sarjana Farmasi ed. Jakarta: Farmasi UI. Mike, B., 2017. ‘Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) Sebagai Anti-Aging’. In: Skripsi . Universitas Sumatera Utara, Medan : s.n., pp. 1-123. Ramadan, F. W. S. &. W. I. Y., 2015. ‘Toksisitas Dan Kadar Tanin Serta Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium (Burm. f.) Merr.)’. Sisca Elpilasari, S. D. M. R. N., n.d. ‘Uji Infusa Bawang Putih, Daun Mangkokan Dan Temu Giring Sebagai Inhibitor Enzim Α-Amilase’. Repository University of Riau , pp. 1-7. Willy Tirza Eden, B. S., n.d. 2016, ‘Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg)’, Media Farmasi Indonesia, Vol. 11, No. 2, pp. 1126-1135. Wulandari, L., 2011. ‘Kromatografi Lapis Tipis’. Jember : PT. Taman Kampus Presindo. Sa’diah, S., Herlina, N. & Indriati, D. 2015, ‘Evektivitas Sediaan Emulsi Ekstrak Etanol 70% Daun Mangkokan (Northopanax scutellarius(Burm,f)Merr) Sebagai Perangsang Pertumbuhan Rambut’, Fitofarmaka, Vol. 4, No. 1, pp. 10-17. Andika, B., Halimatussakdiah & Amna, U. 2020, ‘Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Daun Gulma Siam (Chomolaena odorata L.) di Kota Langsa, Aceh, Quimica: Jurnal Kimia Sains dan Terapan, Vol. 2, No. 2, pp. 1-6. Ergina, Nuryanti, S. & Pursitasari, I. D. 2014, ‘Uji Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder Pada Daun Palado (Agave angustifolia) Yang Diekstraksi Dengan Pelarut Air Dan Etanol’, Jurnal Akademika Kimia, Vol. 3, No. 3, pp. 165-172. Muthmainnah, B. 2017, ‘Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Etanol Buah Delima (Punica granatum L.) Dengan Metode Uji Warna’, Media Farmasi, Vol. XIII, No. 2. Maryono, Muharram & Salempa, P. 2015, ‘Skrining Fitokimia Beberapa Fraksi Kloroform dari Daun Lantana Camara Linn’, Jurnal Chemica, Vol. 16, No. 1, pp. 84-90. Lestari, F., Andriani, S. 2021, ‘Fitokimia Tumbuhan Berkhasiat Obat Tradisional Di Kalimantan Selatan Dan Kalimantan Tengah’, Jurnal Galam, Vol. 1, No. 2, pp. 8092. Pratiwi, R. D. 2016, ‘Uji Kualitatif Fitokimia Daun Ruta Angustifolia’, Faktor Exacta, Vol. 9, No. 3, pp. 200-206.



LEMBAR PENGESAHAN



NAMA ANGGOTA



NIM



Navyola Eka Ramadhani



P07134120063



Ni Made Sekarningsih



P07134120064



Gusti Ayu Ana Dwicahyani Parnawan



P07134120065



Ni Nyoman Trisna Dewi



P07134120066



Ni Nyoman Ayu Triza Meytarani Riasma



P07134120067



Ni Komang Omik Trianita Udiana



P07134120068



Luh Gede Trisna Agustini



P07134120069



Ni Komang Sri Rahayu



P07134120070



TTD