Analisis Perbandingan Kadar Vitamin B2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Perbandingan Kadar Vitamin B2 (Riboflavin) dalam Kacang-kacangan dengan Tingkat Kandungan Air yang berbeda Di Daerah Patalan, Bantul



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Manusia memerlukan karbohidrat, lemak, dan protein dalam jumlah yang relatif banyak. Para ahli menyebutnya sebagai makronutrien. Selain zat-zat tersebut, tubuh manusia juga memerlukan mikronutrien, yang termasuk dalam mikronutrien yaitu vitamin. Vitamin merupakan nutrien organik yang diperlukan dalam jumlah kecil bagi berbagai fungsi biokimia yang berlainan dan pada umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga vitamin harus didapatkan dari luar tubuh. Setiap hari manusia membutuhkan vitamin dalam jumlah miligram atau bahkan mikogram (Poedjiadi, 1994) Salah satu contoh vitamin yang dibutuhkan tubuh adalah vitamin B2. Vitamin B2 termasuk ke dalam jenis vitamin yang larut dalam air seperti halnya vitamin C. Fungsi dari vitamin pada umumnya adalah untuk membantu proses metabolisme tubuh dan pertumbuhan serta perbaikan sel dalam tubuh. Adapun vitamin B2 sendiri mempunyai fungsi untuk metabolisme energi. Sumber vitamin B2 berasal dari daging jeroan, susu, keju, lemak ikan, telur, sayuran berdaun hijau, sereal, produk padipadia, whole grain or enriched bread (Departemen Gizi Masyarakat, 2014). Kacang-kacangan merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia dan tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia. Kacang-kacangan adalah salah satu bahan makanan sumber protein, vitamin B (tiamin, riboflamin, niacin, asam folat), mineral, dan serat (Dostalova, 2009). Pada saat ini jenis kacang-kacangan yang banyak dijumpai di pasar adalah kacang kedelai, kacang merah, kecang kecipir, kacang tunggak, kacang jogo, kacang komak dan kacang koro-koroan (Ekafitri, 2014). Distribusi lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai pada tahun 2015 sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian sebesar 76 % dari luas wilayah DIY atau seluas 242,2 ribu hektar. Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah seluas 55,4 ribu hektar (17,4 %) dan lahan bukan sawah seluas 186,8 hektar (58,6%) (bps.go.id). Kabupaten Bantul merupakan daerah pertanian yang mempunyai banyak



lahan sawah subur. Menurut kementrian pertanian, luas lahan sawah di kabupaten Bantul berada di peringkat kedua setelah kabupaten Sleman dengan luas 14.535,00 Ha. Diantara hasil pertanian di daerah kabupaten Bantul adalah padi, sayur, dan palawija. Salah satu desa di Bantul yang menghasilkan hasil tani berupa palawija besar adalah Desa Patalan. Desa Patalan merupakan desa yang terletak di jalan parangtritis dan mempunyai sawah yang hampir 1/3 wilayahnya (pertanian.go.id). Hasil observasi yang dilakukan di daerah Patalan, Bantul menunjukkan bahwa potensi jenis palawija yang paling banyak tumbuh di Desa Patalan yaitu kacangkacangan seperti kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, dan kacang koro. Kacang-kacangan tersebut merupakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung vitamin B2 dan diperlukan oleh tubuh manusia untuk memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh (Prawirokusumo, 1990). Kacang-kacangan merupakan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat. Pada umumnya, masyarakat mengolah kacang-kacangan dalam berbagai cara, yaitu memilih kacang-kacangan yang memiliki kandungan air cukup banyak (kacang-kacangan yang basah) ataupun memilih kacangkacangan dengan kandungan air yang sedikit (kacang-kacangan yang dikeringkan). Perbedaan tingkat kandungan air dalam kacang-kacangan dimungkinkan dapat memengaruhi kadar vitamin B2 dalam kacang-kacangan tersebut. Kadar vitamin B2 yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebaiknya berasal dari kacang-kacangan dengan kadar yang optimal. Dari uraian yang telah disebutkan, peneliti tertarik untuk melakukan analisis perbandingan kadar vitamin B2 dalam kacang-kacangan dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul. Metode analisis yang cocok digunakan untuk menganalisis perbandingan kadar vitamin B2 (Riboflavin) dalam kacangkacangan dengan tingkat kandungan air yang berbeda yaitu menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak.



B. Identifikasi Masalah 1.



Banyaknya berbagai tumbuhan kacang-kacangan di daerah Patalan, Bantul.



2.



Banyaknya kandungan vitamin pada tumbuhan kacang-kacangan.



3.



Masyarakat belum mengetahui perbedaan kadar vitamin B2 (riboflavin) di dalam tanaman kacang-kacangan dengan tingkat kandungan air yang berbeda (basah dan kering).



4.



Diperlukan kadar vitamin B2 yang optimal dalam tubuh manusia.



C. Pembatasan Masalah 1.



Kacang-kacangan yang digunakan pada penelitian ini adalah kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah dan kacang koro.



2.



Penentuan kondisi optimum dilakukan pada larutan standar vitamin B2.



3.



Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-Vis.



D. Perumusan Masalah 1.



Berapa perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang hijau dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul?



2.



Berapa perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang kedelai dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul?



3.



Berapa perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang tanah dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul?



4.



Berapa perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang merah dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul?



5.



Berapa perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang koro dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul?



E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang hijau dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul. 2. Mengetahui perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang kedelai dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul. 3. Mengetahui perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang tanah dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul. 4. Mengetahui perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang merah dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul. 5. Mengetahui perbandingan kadar vitamin (Riboflavin) dalam kacang koro dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul.



F. Manfaat Penelitian 1.



Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kandungan vitamin B2 pada hasil pertanian yang lain.



2.



Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat digunankan sebagai acuan dalam menganalisis kadar vitamin B2 pada kacang-kacangan di daerah lain. b. Memberikan informasi kepada masyarakat daerah Patalan, Bantul kadar vitamin B2 yang ada pada kacang-kacangan. c. Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai perbandingan kadar vitamin B2 yang terdapat pada kacang-kacangan dengan tingkat kandungan air yang berbeda. d. Masyarakat dapat menentukan kacang-kacangan dengan tingkat kandungan air tertentu sehingga tubuh manusia memiliki kadar vitamin B2 yang optimal.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Deskripsi teori 1. Kacang kedelai Menurut Wulan Joe (2011:3), Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur, seperti makanan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari yaitu kecap, dan tahu. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.



M. Muchlis Adie, peneliti kedelai senior di Balai Penelitian



Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian di Malang, menyatakan bahwa kedelai atau glycine max bukan tanaman asli Indonesia karena kacang kedelai digunakan pertama kali oleh orang China sebagai bahan baku pembuatan makanan tertentu. Sekitar tahun 1100 SM, kacang kedelai sudah dibudidayakan di darah China bagian selatan tengah dan dalam waktu yang singkat kacang kedelai menjadi makanan pokok bagi bangsa China. Penyebaran kacang kedelai di kawasan Asia meliputi Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma, Nepal, dan India (Wulan Joe, 2011:2). Kedelai memiliki bentuk yang kecil dan tinggi batangnya dapat mencapai 75 cm, bentuk daunnya bulat telur dan memiliki bulu-bulu yang kasar erwarna cokelat pada bagian kulit luar buah maupun batang pohonnya. Kedelai yang berbentuk kacang-kacangan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Kedelai di Indonesia sudah mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk



hijau. Di Indonesia bahan dasar



kedelai dapat dijadikan makanan olahan seperti tempe dan tahu yang sangat mendominasi sebagai makanan khas dan sebagai ikon kuliner Indonesia. Kedelai di Indonesia pertama kali ditanam di Ambonia, yang sekarang bernama Ambon (Atman, 2014:1). Pada tahun 1935 kedelai sudah ditanam diseluruh wilayah Jawa.



Klasifikasi ilmiah kedelai yaitu: Kingdom



: Plantae (tumbuhan)



Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Divisi



: Magnoliophyta (berbunga)



Kelas



: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)



Sub Kelas



: Rosidae



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Genus



: Glycine



Spesies



: Glycine max L.



Menurut Wulan Joe (2011:5), Kacang kedelai terkenal akan gizi yang tinggi, kedelai merupakan bahan makanan dengan “protein lengkap” karena kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung delapan asam amino yang penting diperlukan oleh tubuhKedelai juga merupakan sumber vitamin B dan E serta dapat digunakan. Berikut kandungan kacang kedelai kering per 100 gram Komposisi



Kedelai kuning



Energi (kal)



442



Air (gram)



7,5



Protein (gram)



34,9



Lemak (gram)



17,7



Karbohidrat (gram)



34,8



Serat (gram)



4,2



Abu (gram)



4



Kalsium (mg)



227



Besi (mg)



8



Vitamin B2 (mg)



2,3



Sumber: Suprapti, 2003



Komposisi senyawa yang dikandung kacang kedelai maka sangat wajar apabila kemudian khasiat kacang kedelai menjadi kompleks. Adapun khasiat tersebut antara lain: a.



Unsur dasar pembentuk sel-sel tubuh



b.



Sumber chlorine (memperbaiki fungsi lever, jantung, dll) dan inositol (kelainan pada hati)



c.



Sebagai antioksidan untuk mencegah penyakit kanker



d.



Untuk menurunkan kolesterol



e.



Meningkatkan imunitas dalam tubuh



f.



Melindungi kardiovaskuler



g.



Sebagai obat awet muda



h.



Untuk penderita gagal ginjal dan diabetes



i.



Untuk menanggulangi stres



j.



Untuk impotensi



k.



Membangun kecerdasan dan daya ingat



2. Kacang hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia setelah kacang kedelai. Apabila dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki maka negara Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Purwono dan Hartono, 2005: 5). Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diperkiraka berasal dari suatu daerah di India. Seorang ahli botani Soviet yang bernama Nikolai Ivanovich Vavilov mengatakan bahwa India merupakan asal daerah sejumlah besar kacang hijau ini. Salah satu bukti yang mendukung pendapat Vavilov yaitu ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus mungo di India yang biasa disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997: 15) Kacang hijau (Vigna radiata L.) mulai dibawa masuk oleh pedagang Cina dan Portugis ke negara Indonesia pada awal abad ke-17. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, kemudian sekitar tahun 1920 kacang hijau mulai tersebar hingga ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur dimana pusat daerah produksi kacang hijau yaitu berada di provinsi



Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15). Klasifikasi ilmiah kacang hijau yaitu: Kingdom



: Plantae (tumbuhan)



Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Divisi



: Magnoliophyta (berbunga)



Kelas



: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)



Sub Kelas



: Rosidae



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Genus



: Vigna



Spesies



: Vigna radiata L.



Berikut kandungan kacang hijau kering per 100 gram Komposisi



Kacang Hijau



Energi (kal)



345



Air (gram)



10



Protein (gram)



22,2



Lemak (gram)



1,2



Karbohidrat (gram)



62,9



Serat (gram)



4,1



Fosfor (mg)



320



Kalsium (mg)



125



Besi (mg)



6,7



Vitamin B2 (mg)



0,39



Sumber: Mustakim, 2014: 62



Menurut Mustakim (2014 : 69), beberapa manfaat kacang hijau bagi kesehatan manusia yaitu: a. Peluruh air seni b. Melawan disentri c. Melenyapkan biang keringat d. Menghilangkan bisul e. Menyuburkan rambut f. Menguatkan imunitas tubuh g. Menyehatkan tulang h. Menurunkan kolesterol i. Melancarkan pencernaan j. Mengurangi resiko kanker k. Sumber protein nabati l. Mengendalikan berat badan m. Mengurangi resiko anemia n. Mencegah tekanan darah tinggi o. Menyehatkan otak



3. Kacang merah Kacang merah atau kacang jogo memiliki nama ilmiah Phaseolus vulgaris L. Biji kacang merah berbentuk bulat berwarna merah. Kacang merah merupakan makanan nabati kelompok kacang polong. Kacang merah sebenarnya sejenis dengan kacang buncis hanya saja tipe pertumbuhannya dan kebiasaan panennya yang berbeda. Apabila kacang merah pertumbuhannya tegak jadi tidak merambat sedangkan buncis umumnya tumbuh merambat. Kacang merah banyak ditanam di Indonesia dan varietas yang beredar di pasaran jumlahnya sangat banyak (Rukmana, 2009). Menurut Rahmat 2009 kedudukan kacang merah dalam tatanama (sistematika) adalah : Kingdom



: Plant



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiosspermae



Kelas



: Dicotyledonae



Sub kelas



: Calyciflorae



Ordo



: Rosales



Famili



: Leguminose



Sub famili



: Papilionoideae



Genus



: Phaseolus



Spesies



: Phaseolus Vulgaris L



Pada umumnya yang dimanfaatin dari kacang merah adalah bijinya. Biji kacang merah merupakan bahan makanan yang memiliki energi tinggi dan sekaligus sumber protein tinggi. Selain kaya dengan protein, biji kacang merah juga kaya karbohidrat, mineral, dan vitamin. (Astawan,2009).Berikut daftar kandungan gizi kacang merah kering : Komposisi Gizi



Jumlah



Vitamin A



30,00



Protein (g)



22,30



Lemak (g)



1,50



Karbohidrat (g)



61,20



Kalsium (mg)



260,00



Fosfor (mg)



410,00



Zat Besi (mg)



5,80



Vitamin B1/ Thiamin (mg)



0,50



Vitamin B2/ Riboflavin (mg)



0,20



Manfaat kacang merah : a. Memperkuat imunitas tubuh Kacang merah mengandung 8 macam asam amino essensial yang berperan untuk memperkuat kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai macam penyakit. b. Menurunkan kolesterol darah Serat yang terdapat pada biji kacang merah berperan untuk menurunkan kolesterol dalam tubuh manusia karena serat ini akan mengikat asam empedu



dalam usus. Asam empedu dalam usus ini, berguna untuk sintesis kolesterol. Berkurangnya asam empedu dalam tubuh akan mengurangi pembentukan kolesterol. c. Mencegah anemia Kacang merah mengandung zat besi sehingga dapat mencegah anemia karena penyakit anemia adalah penyakit yang disebabkan kekurangan zat besi.



4. Kacang tanah Kacang tanah adalah salah satu tanaman palawija yang masuk dalam family leguminooceae sub-famili papilionoideae, genus Arachis dan Hypogeae. Kacang tanah adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang bernilai gizi tinggi, termasuk jenis tanaman pangan yang disukai masyarakat sehingga bias dikembangkan dan ditingkatkan produksinya (AAk, 2000). Kacang tanah banyak mengandung protein yang tinggi, fosforus, kalsium, lesitin, kolin, vitamin E, vitamin B komleks, vitamin A dan vitamin K serta kaya akan lemak. Protein mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dari telur daging dan kaca soya. Kacang tanah mempunyai rasa manis dan biasa digunakan untuk membuat aneka jenis kue. Kandungan dalam kacang tanah dapat embina kekebalan tubuh dalam mencegah berbagai penyakit. Konsumsi kacang tanah lima kali seminggu sebanyak satu ons setiap makan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah mampu meningkatkan pompa jantung dan menurunkan resiko penyakit jantung coroner (anonimus, 2003).



5. Kacang koro Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman yaitu: koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) (Gambar 1).Koro pedang tipe tegak/perdu, polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut Koro Dongkrak (Jackbean),dantipe merambat (Canavalia gladiata) yang memiliki biji warna merah, dikenal dengan Swordbean tersebar di Asia Tenggara, India, Myanmar, Ceylon dan negara-negara Asia Timur (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2012).



Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis kacang koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) . Taksonomi dari tanaman koro tersebut adalah sebagai berikut : Kingdom



: Plantae (tumbuhan)



Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Divisi



: Magnoliophyta (berbunga)



Kelas



: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)



Sub Kelas



: Rosidae



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Genus



: Canavalia



Spesies



: Canavalia gladiata DC.



Sumber : http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-kacangkoro/ Tanaman kacang koro merupakan tanaman indigenous yaitu tanaman asli daerah. Jenis kacang koro di Indonesia terdapat empat genus yaitu koro biasa atau Phaseolus lunatus, koro uceng (Lablab purpureus), koro benguk (Mucuna pruriens), dan koro pedang. Biji kacang koro pedang memiliki massa sekitar 1,5 gram dan memiliki diameter berkisar 13-14 mm dengan berat jenis per biji kacang adalah 1,19 g/cm3 dan bulk density sebesar 0,778 g/cm3. Biji berbentuk lonjong menjorong dan lembaga berwarna hitam (Kelayakan 2009). Kacang koro merupakan tanaman pemanjat tahunan di mana proses pertumbuhannya tidak memakan waktu lama dan dilengkapi dengan batang kayu dengan panjang maksimal 10 meter. Kacang koro berdaun tiga dengan bentuk membundar seperti telur, lancip dan memiliki bulu halus jarang pada kedua sisinya. Adapun bunganya serupa tandan di ketiak dan terkeluk balik dengan warna putih. Sementara itu buahnya berupa polongan dengan bentuk lonjong pita, ujungnya cenderung lebar dan dalam kondisi tertentu melengkung. Biji dalam polongan kacang koro memiliki bentuk lonjong dengan warna variatif yakni merah muda, merah, merah kecoklatan dan bahkan hitam pekat. Namun dalam kondisi tertentu,



warna biji ini tak jarang dijumpai yang berwarna putih bersih. (Badan Litbang pertanian, 2015). Menurut Suciati (2012) kacang koro mengandung protein yang cukup tinggi serta memiliki kandungan nutrisi lain yaitu vitamin B1 dan B2Tanaman kacang koro mengandung beberapa jenis vitamin B diantaranya yaitu vitamin B1, B2, B6 dan B12. Komposisi Gizi



Jumlah



Abu (g)



30,00



Protein (g)



22,30



Lemak (g)



1,50



Karbohidrat (g)



61,20



Air (g)



260,00



Serat (g)



410,00



Vitamin B1 (mg)



0,0248



Vitamin B2 (mg)



0,0135



Vitamin B6 (mg)



0,0156



Vitamin B12 (mg)



0,0053



Sumber : Penelitian Pengaruh Proporsi Kacang Koro Sayur (Phaseolus lunatus) dan Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L) Terhadap Mutu Organoleptik Tempe Koro (e-journal Boga. Volume 02. Nomor 03. Yudisium Oktober. Tahun 2013. Hal. 104 – 113).



6. Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B2 atau sering disebut riboflavin adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, riboflavin mudah larut dalam larutan alkali, sedikit larut dalam air dan etanol serta tidak larut dalam pelarut lemak. Riboflavin merupakan serbuk berwarna kuning cerah dengan rumus empiris C17H20N4O6. Vitamin B2 atau



riboflavin memiliki massa molar 376,36 gram/mol dengan titik leleh 2900C. Riboflavin terdiri dari cincin trisiklik bernama isoalloxazine yang berikatan dengan derivat alkohol yaitu ribitol. Riboflavin yang telah mengalami fosforilasi akan menjadi flavin mononukleotida (FMN) atau flavin adenina dinukleotida (FAD) Berikut adalah struktur vitamin B2 : O H3C



N NH



H3C



N



N



O



OH



HO



OH



OH



Reaksi- reaksi riboflavin :



Riboflavin stabil terhadap pemanasan kering, larutan asam dan stabil dalam asam mineral kuat maupun oksidator, tetapi tidak stabil dalam larutan alkali atau



sinar visibel dan ultraviolet. Dalam latutan alkali dan ketika terkena sinar maka riboflavin diubah menjadi lumiflavin, sedangkan dalam larutan asam terbentuk lumichrome yang berfluoresensi warna biru. Dalam kondisi netral berflouresensi menjadi kuning kehijauan (Aisjah,1990 : 134). Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin berperan penting dalam metabolisme energi di dalam tubuh., terutama dalam pecahan senyawa karbohidrat menjadi gula sederhana. Riboflavin yang berperan dalam metabolisme intermediat dititikberatkan pada perubahannya menjadi dua koenzim yang aktif secara metabolik yaitu FMN (flavin mononukleotida) dan FAD (flavin adenina dinukleotida). FMN dan FAD berperan penting dalam reaksi redoks didalam tubuh karena merupakan kofaktor enzim dengan berikatan dengan enzim-enzim oksidoreduktase sebagai gugus prostetik. Riboflavin juga berperan dalam normalnya jaringan-jaingan yang berasal dari ektoderm seperti kulit, syaraf dan mata (Soeharto, 1990:34). Sumber vitamin B2 atau riboflavin dapat diperoleh dari nabati dan hewani. Sumber-sumber bahan makanan yang mengandung kadar vitamin B2 yang cukup tinggi yaitu sayuran (brokoli, asparagus) kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang almond, kacang tanah, kacang merah, kacang koro dan kacang hijau). Selain itu juga pada makanan hewani yaitu daging, hati, ginjal, jantung dan susu.



7. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri adalah salah satu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan kisi difraksi atau monokromator prisma dan tabung foton hampa atau detector vacuum phototube. Spektrofotometri menggunakan alat yang disebut spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).



Spektrofotometri ini hanya bisa terjadi bila elektron tereksitasi atau elektron berpindah dari energi yang lebih rendah ke energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron yang terjadi tidak diikuti oleh perubahan arah spin, sehingga dapat disebut sebagai peristiwa tereksitasi singlet (Khopkar, 1990). Salah satu alat dalam spektofotometri adalah spektrometri UV-Vis. Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang menggunakan dasar penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media.Tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media mempengaruhi penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tersebut.Spektrometri visible umumnya disebut kalori, sehingga pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang didapat. Pembentukan warna menggunakan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang dicari (Fatimah, 2005). Alat digunakan untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm).Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu: A = – log T = – log It / I0 = e .b . C Dimana: A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur T = Transmitansi I0 = Intensitas sinar masuk It = Intensitas sinar yang diteruskan e = Serapan molar b = Tebal kuvet yang digunakan C = Konsentrasi dari sampel (Tahir, 2009).



Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi.Serapan molar pada persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai serapan molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar. Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji (Tahir, 2009).



8. Penentuan Kadar B2 (Riboflavin) Secara Spektrofotometri Uv Vis Penelitian ini merupakan penelitian mengenai penetapan kadar vitamin B2 (riboflavin) pada tanaman kacang- kacangan. Tanaman kacang-kacangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang koro. Penetapan kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam tanaman



kacang-kacangan



dilakukan



dengan



menggunakan



metode



spektrofotometri visible. Range panjang gelombang yang digunakan yaitu 400-440 nm, pada range panjang gelombang tersebut warna yang di absorbansi yaitu biru kehijauan dengan warna komplementer warna kuning. Warna tersebut sesuai dengan warna riboflavin. Pengomplek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalium heksasianoferrat (III), K3[Fe(CN)6] yang dapat membentuk komplek dengan vitamin B2 (riboflavin). Warna vitamin B2 (riboflavin) dan sampel yang mengandung vitamin B2 (riboflavin) dengan pH di bawah 7 (bersifat asam) akan menjadi warna biru saat dikomplekskan dengan Kalium heksasianoferrat (III), K3[Fe(CN)6].



Pengukuran konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) di dalam sampel dilakukan dengan subtitusi persamaan regresi dari larutan standar dengan rumus sebagai berikut : 𝑋=



𝑌−𝑏 𝑎



Keterangan : X : konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel Y : absorbansi a



: koefisien arah/slope



b



: intersep



BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Cuplikan, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah berbagai tumbuhan kacang-kacangan di daerah Patalan, Bantul. 2. Cuplikan Cuplikan pada penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang koro, dan kacang merah. 3. Teknik pengambilan cuplikan Pengambilan cuplikan dilakukan dengan mengambil 3 sampel dari setiap jenis tumbuhan kacang-kacangan. Setiap sampel kacang-kacangan diambil 50 gram untuk dianalisis.



B. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang koro, dan kacang merah dengan tingkat kandungan air yang berbeda (basah dan kering).



C. Variabel Terikat Variabel terikat pada percobaan ini adalah perbandingan kadar vitamin B2 (riboflavin) pada kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang koro, dan kacang merah dengan tingkat kandungan air yang berbeda di daerah Patalan, Bantul.



D. Variabel Kontrol Variabel kontrol pada penelitian ini yaitu: 1. Jumlah sampel yang digunakan (50 g). 2. Lama pengeringan sampel dalam oven. 3. Lama perendaman sampel. 4. Lama pemanasan pada penangas air selama 30 menit. 5. Panjang gelombang pada Spektrofotometer UV-Vis sebesar 400-500 nm.



E. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat a. Neraca Analitik b. Beaker Glass 200 mL c. Tabung reaksi besar d. Rak tabung reaksi e. Gelas ukur 10 mL f. Aluminium foil g. Penangas air h. Stopwatch i. Pipet tetes j. Spatula k. Labu ukur 10 dan 100 mL l. pH meter m. Erlenmeyer 125 mL n. Pipet volumetrik 10 dan 25 mL o. Kertas saring Whatman no. 42 p. Ball pipet q. Sentrifuge r. Kuvet s. Spektrofotometer UV-Vis



2. Bahan a. Kacang kedelai b. Kacang hijau c. Kacang tanah d. Kacang koro e. Kacang merah f. Larutan HCl 0,1 M g. Larutan HCl 1 M h. Larutan NaOH 1 M i. Vitamin B2 j. Akuades k. Larutan K3[Fe(CN)6]



F. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan larutan sampel Menimbang sebanyak masing-masing 50 gram kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang koro, dan kacang merah yang basah dan kering kemudian membersihkan kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang koro, dan kacang merah yang basah dan kering tersebut lalu melunakkannya dengan cara merendam kacang-kacang tersebut didalam air selama 1 jam. Setelah perendaman selama 1 jam kemudian meniriskan kacang-kacangan tersebut lalu menghaluskan masing-masing kacang-kacangan hingga terbentuk suatu suspensi. Menimbang masing-masing sebanyak 30 gram kacang-kacangan yang basah dan kering tersebut lalu memasukkan ke dalam beaker glass kemudian mengambil masingmasing sebanyak 1 gram suspensi kacang-kacangan (basah dan kering) dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi besar dan segera menutup tabung reaksi besar menggunakan aluminium foil. Menambahkan akuades hingga mencapai 10 mL hingga untuk melarutkan sampel. Menggojok campuran tersebut hingga homogen. 2. Analisis Kualitatif Mengambil masing-masing sebanyak 3 tetes sampel (basah dan kering) kemudian menambahkan HCl 0,1 N untuk mencapai kondisi asam karena vitamin B2 tidak stabil pada pH di atas 6. Menambahkan 5 tetes larutan K3[Fe(CN)6] sebagai pengompleks kemudian menunggu perubahan pada campuran tersebut selama ± 1 jam. Mengamati terbententuknya ada atau tidaknya warna ungu, biru ataupun biru kehujauan. 3. Analisis Kuantitatif a. Pembuatan larutan standar 100 ppm (larutan induk) Memasukkan sebanyak 0,01 gram vitamin B2 ke dalam gelas kimia lalu menambahkan akuades sekitar 10 ml untuk melarutkan serbuk vitamin B2, kemudian memasuukkan larutan vitamin B2 ke dalam labu ukur 100 ml dan melarutkannya hingga tanda batas dan menggojok campuran tersebut hingga homogen.



b. Pembuatan larutan standar 10 ppm Mengambil 1 mL larutan standar 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 10 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. c. Pembuatan larutan standar 20 ppm Mengambil 2 mL larutan standar 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 10 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. d. Pembuatan larutan standar 30 ppm Mengambil 3 mL larutan standar 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 10 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. e. Pembuatan larutan standar 40 ppm Mengambil 4 mL larutan standar 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 10 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. f. Pembuatan larutan standar 50 ppm Mengambil 5 mL larutan standar 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 10 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. g. Penentuan panjang gelombang maksimum Memasukkan sebanyak 10 mL larutan induk 100 ppm ke dalam erlenmeyer 125 mL, kemudian menambahkan sebanyak 25 mL HCl 0,1 N dan memanaskan campuran tersebut ke dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 100oC. Kemudian mendinginkan campuran tersebut lalu menambahkan NaOH 1 N hingga pH mencapai 6. Mengasamkan kembali campuran tersebut hingga pH mencapai 4,5 menggunakan HCl 1 N. Setelah itu memindahkan larutan ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas kemudian menyaing larutan tersebut menggunakan kertas saring. Mengambil filtrat jernih sebanyak 9 mL lalu menambakan 1 mL larutan K3[Fe(CN)6] sehingga diperoleh volume akhir filtrat sebanyak 10 mL. Setelah itu memasukkan filtrat akhir kedalam kuvet dan mengukurnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400, 420, 430, 440, 450, 460, 470, 480, 490, dan 500 nm.



h. Pembuatan kurva standar Mengambil masing-masing sebanyak 10 mL larutan standar (10, 20,30, 40, dan 50 ppm) dan memasukkan masing-masing larutan standar ke dalam erlenmeyer 125 mL kemudian menambahkan sebanyak 25 mL HCl 0,1 M dan memanaskan campuran tersebut ke dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 100oC. Kemudian mendinginkan campuran tersebut dan menambahkan NaOH 1 M hingga pH mencapai 6. Mengasamkan kembali campuran tersebut hingga pH mencapai 4,5 menggunakan HCl 1 M. Setelah itu memindahkan larutan ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas kemudian menyaing larutan tersebut menggunakan kertas saring. Mengambil filtrat jernih sebanyak 9 mL lalu menambakan 1 mL larutan K3[Fe(CN)6] sehingga diperoleh volume akhir filtrat sebanyak 10 mL. Setelah itu memasukkan filtrat akhir kedalam kuvet dan mengukurnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang x nm.Berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh maka diibuat kurva hubungan Absorbansi vs Konsentrasi. i. Pembuatan larutan blanko Memasukkan masing-masing 10 ml akuades ke dalam erlenmeyer 125 mL kemudian menambahkan sebanyak 25 mL HCl 0,1 M dan memanaskan campuran tersebut ke dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 100oC. Kemudian mendinginkan campuran tersebut dan menambahkan NaOH 1 M hingga pH mencapai 6. Mengasamkan kembali campuran tersebut hingga pH mencapai 4,5 menggunakan HCl 1 M. Setelah itu memindahkan larutan ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas. Mengambil filtrat jernih sebanyak 9 mL lalu menambakan filtrat jernih sebanyak 1 mL larutan K3[Fe(CN)6] sehingga diperoleh volume akhir filtrat sebanyak 10 mL. Setelah itu memasukkan filtrat akhir kedalam kuvet dan mengukurnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang x nm. j. Pengukuran kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam sampel Memasukkan masing-masing 10 ml sampel yang basah dan kering ke dalam erlenmeyer 125 mL kemudian menambahkan sebanyak 25 mL HCl 0,1 M dan memanaskan campuran tersebut ke dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 100oC. Kemudian mendinginkan campuran tersebut dan menambahkan



NaOH 1 M hingga pH mencapai 6. Mengasamkan kembali campuran tersebut hingga pH mencapai 4,5 menggunakan HCl 1 M. Setelah itu memindahkan masing-masing larutan (sampel kacang-kacangan basah dan kering) ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya hingga tanda batas kemudian menyaring masing-masing larutan tersebut menggunakan kertas saring. Mengambil filtrat jernih sebanyak 9 mL lalu menambakan masing-masing filtrat jernih sebanyak 1 mL larutan K3[Fe(CN)6] sehingga diperoleh volume akhir filtrat sebanyak 10 mL. Setelah itu memasukkan filtrat akhir kedalam kuvet dan mengukurnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang x nm.



G. Pengumpulan dan Penyajian Data 1. Pengumpulan data Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitaif. Data kualitatif yang diperoleh bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan vitamin B2 (riboflavin) pada sampel yang diteliti. Analisis kualitatif diamati secara langsung yaitu terbentuknya warna ungu, biru, atau biru kehijauan dari hasil reaksi. Data kuantitatif meliputi data absorbansi larutan standar dan data absorbansi sampel. 2. Analisis Data 1. Penentuan persamaan garis regeresi linier dari data absorbansi larutan standar. Persamaan regresi linier dapa dicari dengan menggunakan persamaan Y= aX + b Keterangan: Y = absorbansi a = Slope X = konsentrasi b = intersep 2. Penenetuan kadar vitamin B2 dalam sampel Data absorbansi larutan sampel yang telah diperoleh disubtitusikan ke dalam persamaan garis regresi Y = aX + b, maka kadar vitamin B2 dalam sampel dapat ditentukan dengan: X=



Y−b 𝑎



Keterangan: X = konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel Y = absorbansi b = intersep a = slope Konsentrasi yang telah diperoleh kemudian di rata-rata.



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Kualitatif Tujuan dari dilakukannya analisis kualitaif ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya vitamin B2 (riboflavin) dalam sampel yang diteliti yakni kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, dan kacang koro dengan kandungan air yang berbeda (basah dan kering). Hasil analisis kualitatif terhadap sampel kacang-kacangan yang diteliti ditunjukkan dalam tabel berikut: Uji Kualitatif Kacang



hijau



basah



beberapa



tetes



larutan



Hasil Pengamatan ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning pengompleks kehijauan



larutan K3[Fe(CN)6] Kacang



hijau



kering



ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning



beberapa



tetes



larutan



pengompleks kehijauan (warna yang terbentuk lebih



larutan K3[Fe(CN)6]



terang dari kacang hijau basah)



Berdasarkan hasil uji kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel dari kacang hijau basah dan kacang hijau kering yang diuji mengandung vitamin B2 (riboflavin)



Uji Kualitatif Kacang



kedelai



beberapa



tetes



basah larutan



Hasil Pengamatan ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning pengompleks kehijauan



larutan K3[Fe(CN)6] Kacang



kedelai



beberapa



tetes



kering



ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning



larutan



pengompleks kehijauan (warna yang terbentuk sedikit



larutan K3[Fe(CN)6]



lebih terang dari kacang kedelai basah)



Berdasarkan hasil uji kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel dari kacang kedelai basah dan kacang kedelai kering yang diuji mengandung vitamin B2 (riboflavin)



Uji Kualitatif Kacang



tanah



basah



beberapa



tetes



larutan



Hasil Pengamatan ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning pengompleks kehijauan



larutan K3[Fe(CN)6] Kacang



tanah



kering



ditambahkan Larutan berubah warna menjadi kuning



beberapa



tetes



larutan



pengompleks kehijauan (warna yang terbentuk sedikit



larutan K3[Fe(CN)6]



lebih gelap dari kacang kedelai basah)



Berdasarkan hasil uji kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel dari kacang tanah basah dan kacang tanah kering yang diuji mengandung vitamin B2 (riboflavin)



Uji Kualitatif Kacang



merah



basah



beberapa



tetes



larutan



Hasil Pengamatan ditambahkan Larutan berubah warna menjadi biru pengompleks kehijauan



larutan K3[Fe(CN)6] Kacang



merah



kering



ditambahkan Larutan berubah warna menjadi biru



beberapa



tetes



larutan



pengompleks kehijauan (warna yang terbentuk sedikit



larutan K3[Fe(CN)6]



lebih gelap dari kacang merah basah)



Berdasarkan hasil uji kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel dari kacang merah basah dan kacang merah kering yang diuji mengandung vitamin B2 (riboflavin)



Uji Kualitatif



Hasil Pengamatan



Kacang koro basah ditambahkan beberapa Larutan berubah warna menjadi biru tetes



larutan



pengompleks



larutan kehijauan



K3[Fe(CN)6] Kacang



koro



kering



ditambahkan Larutan berubah warna menjadi biru



beberapa



tetes



larutan



pengompleks kehijauan



larutan K3[Fe(CN)6]



Berdasarkan hasil uji kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel dari kacang koro basah dan kacang koro kering yang diuji mengandung vitamin B2 (riboflavin).



2. Hasil Analisis Kuantitatif Kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam kacang-kacangan (basah dan kering) dengan menggunakan spektronik zat. Alat spektronik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spektronik-20 sehingga dapat diperoleh serapan atau absorbansi vitamin B2 (riboflavin) dalam sampel. Pada percobaan dilakukan pembacaan absorbansi untuk menentukan panjang gelombang maksimal sehingga diperoleh panjang gelombang maksimal pada 450 nm dengan nilai absrobansi sebesar 0,376.



Harga Absorbansi (A) Larutan Induk No



Panjang gelombang (nm)



A (Absorbansi)



1



400



0,263



2



410



0,271



3



420



0,311



4



430



0,342



5



440



0,372



6



450



0,374



7



460



0,348



8



470



0,316



Berdasarkan harga absorbansi tersebut diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 450 nm dengan harga absorbansi 0,374.



Harga absorbansi (A) Larutan Standar No



Larutan Standar



Konsentrasi (ppm)



A (Absorbansi)



1



Larutan Standar I



10



0,038



2



Larutan Standar II



20



0,088



3



Larutan Standar III



30



0,114



4



Larutan Standar IV



40



0,180



5



Larutan Standar V



50



0,244



Dari harga absorbansi larutan standar tersebut diperoleh grafik konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar sebagai berikut:



Grafik Hubungan antara Konsentrasi (ppm) terhadap Absorbansi (A) pada Larutan Standar 0.3



Absorbansi (A)



0.25 y = 0.005x - 0.0184 R² = 0.9792



0.2 0.15



Series1 Linear (Series1)



0.1 0.05 0 0



10



20



30 Konsentrasi (ppm)



40



50



60



Dari data serapan larutan riboflavin ditentukan persamaan garis regresi sebagai berikut: No



X (ppm)



Y



X2



Y2



XY



1



10



0,038



100



0,0014



0,38



2



20



0,088



400



0,0077



1,76



3



30



0,114



900



0,0130



3,42



4



40



0,18



1600



0,0324



7,2



5



50



0,244



2500



0,0595



12,2







150



0,664



5500



0,1141



24,96



Penentuan persamaan regresi: a= a=



𝑁(∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌) 𝑁(∑𝑋²)−(∑𝑋)² 5(24,96)−(150)(0,664) 5(5500)−(150)²



a = 0,005 b= b=



(∑𝑌)(∑𝑋²)−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌) 𝑁(∑𝑋²)−(∑𝑋)² (0,664)(∑𝑋²)−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌) 5(∑𝑋²)−(∑𝑋)²



b = -0,018



Menentukan ada atau tidaknya hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi laruan standar maka digunakan rumus kolerasi product-moment rxy = rxy = rxy =



𝑁(∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌) √{𝑁(∑𝑋²)−(∑𝑋)2 }{𝑁(∑𝑌²)−(∑𝑌)²} 5(24,96)−(150)(0,664) √{5(5500)−(150)2 }{5(0,1141)−(0,664)²} 124.8−99.6 √5000x0,1296 25,2



rxy = 25,456 rxy = 0,989 dari perhitungan di atas diperoleh rxy = 0,989. Harga tersebut (r hitung) lebih besar dai harga r tabel pada signifikansi 1% derajat kebebasan 5sebesar 0,959. Dengan demikian



ada korelasi yang signifikan antara konsentrasi dengan absorbansi larutan standar vitamin B2 (riboflavin)



Harga Absorbansi (A) Larutan Sampel No



Larutan Sampel



Pengulangan



Absorbansi



1



Kacang hijau basah



HB1



0,132



HB2



0,137



HB3



0,134



HK1



0,126



HK2



0,117



HK3



0,117



2



Kacang hijau kering



No



Larutan Sampel



Pengulangan



Absorbansi



1



Kacang kedelai basah



KB1



0,182



KB2



0,184



KB3



0,182



KK1



0,093



KK2



0,099



KK3



0,096



2



Kacang kedelai kering



No



Larutan Sampel



Pengulangan



Absorbansi



1



Kacang tanah basah



TB1



0,166



TB2



0,176



TB3



0,170



TK1



0,181



TK2



0,173



TK3



0,171



2



Kacang tanah kering



No



Larutan Sampel



Pengulangan



Absorbansi



1



Kacang merah basah



MB1



0,044



MB2



0,066



MB3



0,048



MK1



0,161



MK2



0,164



MK3



0,162



2



Kacang merah kering



No



Larutan Sampel



Pengulangan



Absorbansi



1



Kacang koro basah



KB1



0,104



KB2



0,111



KB3



0,108



KK1



0,118



KK2



0,105



KK3



0,116



2



Kacang koro kering



PENENTUAN KONSENTRASI VITAMIN B2 DALAM LARUTAN SAMPEL Diketahui bahwa persamaan regresi Y = 0,005X – 0,018. Dengan menggunakan rumus X =



𝑌−𝑏 𝑎



dapat ditentukan kadar riboflavin dalam larutan sampel dimana pada



penelitian ini sampel dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. 1. Kacang Hijau No



Kacang hijau basah



Serapan



1



HB1



0,132



2



HB2



0,137



3



HB3



0,134



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= HB1= HB2= HB3=



0,132+ 0,018 0,005 0,137+ 0,018 0,005 0,134+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 30 = 31 = 30,4



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang hijau basah yaitu: No



Kacang hijau basah



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang hijau basah (ppm)



1



HB1



30



2



HB2



31



3



HB3



30,4



∑X



91,4



𝑋̅



30,46



No



Kacang hijau kering



Serapan



1



HK1



0,126



2



HK2



0,117



3



HK3



0,117



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= HB1= HB2= HB3=



0,126+ 0,018 0,005 0,117+ 0,018 0,005 0,117+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 28,8 = 27 = 27



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang hijau kering yaitu: No



Kacang hijau kering



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang hijau kering (ppm)



1



HK1



28,8



2



HK2



27



3



HK3



27



∑X



82,8



𝑋̅



27,6



2. Kacang Kedelai No



Kacang kedelai basah



Serapan



1



KB1



0,182



2



KB2



0,184



3



KB3



0,182



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= KB1= KB2= KB3=



0,182+ 0,018 0,005 0,184+ 0,018 0,005 0,182+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 40 = 40,4 = 40



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang kedelai basah yaitu: No



Kacang kedelai basah



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang kedelai basah (ppm)



1



KB1



40



2



KB2



40,4



3



KB3



40



∑X



120,4



𝑋̅



40,13



No



Kacang kedelai kering



Serapan



1



KK1



0,093



2



KK2



0,099



3



KK3



0,096



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= KK1= KK2= KK3=



0,093+ 0,018 0,005 0,099+ 0,018 0,005 0,096+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 22,2 = 23,4 = 22,8



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang kedelai kering yaitu: No



Kacang kedelai kering



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang kedelai kering (ppm)



1



KK1



22,2



2



KK2



23,4



3



KK3



22,8



∑X



68,4



𝑋̅



22,8



3. Kacang Tanah No



Kacang tanah basah



Serapan



1



TB1



0,166



2



TB2



0,176



3



TB3



0,170



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= TB1= TB2= TB3=



0,166+ 0,018 0,005 0,176+ 0,018 0,005 0,170+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 36,8 = 38,8 = 37,6



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang tanah basah yaitu: No



Kacang tanah basah



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang tanah basah (ppm)



1



TB1



36,8



2



TB2



38,8



3



TB3



37,6



∑X



113,2



𝑋̅



37,73



No



Kacang tanah kering



Serapan



1



TK1



0,181



2



TK2



0,173



3



TK3



0,171



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X=



𝑌−𝑏 𝑎



TK1= TK2= TK3=



0,181+ 0,018 0,005 0,173+ 0,018 0,005 0,171+ 0,018 0,005



= 39,8 = 38,2 = 37,8



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang tanah kering yaitu: No



Kacang tanah kering



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang tanah kering (ppm)



1



TK1



39,8



2



TK2



38,2



3



TK3



37,8



∑X



115,8



𝑋̅



38,6



4. Kacang Merah No



Kacang merah basah



Serapan



1



MB1



0,044



2



MB2



0,066



3



MB3



0,048



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= MB1= MB2= MB3=



0,044+ 0,018 0,005 0,066+ 0,018 0,005 0,048+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 12,4 = 16,8 = 13,2



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang merah basah yaitu:



No



Kacang merah basah



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang merah basah (ppm)



1



MB1



12,4



2



MB2



16,8



3



MB3



13,2



∑X



42,4



𝑋̅



14,13



No



Kacang merah kering



Serapan



1



MK1



0,161



2



MK2



0,164



3



MK3



0,162



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= KK1= KK2= KK3=



0,161+ 0,018 0,005 0,164+ 0,018 0,005 0,62+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 35,8 = 36,4



= 36



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang merah kering yaitu: No



Kacang merah kering



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang merah kering (ppm)



1



MK1



35,8



2



MK2



36,4



3



MK3



36



∑X



108,2



𝑋̅



36,067



5. Kacang Koro No



Kacang koro basah



Serapan



1



KB1



0,104



2



KB2



0,111



3



KB3



0,108



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= KB1= KB2= KB3=



0,104+ 0,018 0,005 0,111+ 0,018 0,005 0,108+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 24,4 = 25,8 = 25,2



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang koro basah yaitu: No



Kacang koro basah



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang koro basah (ppm)



1



KB1



24,4



2



KB2



25,8



3



KB3



25,2



∑X



75,4



𝑋̅



25,13



No



Kacang koro kering



Serapan



1



KK1



0,118



2



KK2



0,105



3



KK3



0,116



Diketahui : Y = serapan a = 0,005 b = -0,018 Penyelesaian: X= KK1= KK2= KK3=



0,118+ 0,018 0,005 0,105+ 0,018 0,005 0,116+ 0,018 0,005



𝑌−𝑏 𝑎



= 27,2 = 24,6 = 26,8



Sehingga kadar vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan kacang koro kering yaitu: No



Kacang koro kering



Konsentrasi riboflavin dalam larutan kacang koro kering (ppm)



1



KK1



27,2



2



KK2



24,6



3



KK3



26,8



∑X



78,6



𝑋̅



26,2



Penentuan Kadar Riboflavin dalam Kacang-kacangan A. Kacang Hijau 1. Kacang hijau basah Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang hijau basah adalah 30,46 ppm yang artinya 30,46 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 30,46 mg = 0,3046 mg



Kadar B2 dalam kacang hijau basah =



0,3046.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0305%



2. Kacang hijau kering Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang hijau kering adalah 27,6 ppm yang artinya 27,6 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 27,6 mg = 0,276 mg



Kadar B2 dalam kacang hijau kering=



0,276.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0276%



B. Kacang Kedelai 1. Kacang kedelai basah Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang kedelai basah adalah 40,13 ppm yang artinya 40,13 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 40,13 mg = 0,4013 mg



Kadar B2 dalam kacang kedelai basah =



0,4013.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0401%



2. Kacang kedelai kering Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang kedelai kering adalah 22,8 ppm yang artinya 22,8 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 22,8 mg = 0,228 mg



Kadar B2 dalam kacang kedelai kering =



0,228.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0228%



C. Kacang Tanah 1. Kacang tanah basah Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang tanah basah adalah 37,73 ppm yang artinya 37,73 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL:



10 1000



x 37,73 mg = 0,3773 mg



Kadar B2 dalam kacang tanah basah =



0,3773.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,03773%



2. Kacang tanah kering Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang tanah kering adalah 38,6 ppm yang artinya 38,6 mg/L, maka vitamin B2 pada 10



10 mL: 1000 x 38,6 mg = 0,386 mg Kadar B2 dalam kacang tanah kering =



0,386.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0386%



D. Kacang Merah 1. Kacang merah basah Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang merah basah adalah 14,3 ppm yang artinya 14,3 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 14,3 mg = 0,143 mg



Kadar B2 dalam kacang merah basah =



0,143.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0143%



2. Kacang merah kering Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang merah kering adalah 36,067 ppm yang artinya 36,067 mg/L, maka vitamin B2 10



pada 10 mL: 1000 x 36,067 mg = 0,36067 mg Kadar B2 dalam kacang merah kering =



0,36067.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% =



0,03607% E. Kacang Koro 1. Kacang koro basah Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang koro basah adalah 25,13 ppm yang artinya 25,13 mg/L, maka vitamin B2 pada 10 mL: 10 1000



x 25,13 mg = 0,2513 mg



Kadar B2 dalam kacang koro basah = 2. Kacang tanah kering



0,2513.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,0251%



Diketahui konsentrasi vitamin B2 (riboflavin) dalam larutan sampel kacang koro kering adalah 26,2 ppm yang artinya 26,2 mg/L, maka vitamin B2 pada 10



10 mL: 1000 x 26,3 mg = 0,262 mg Kadar B2 dalam kacang koro kering =



0,262.10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100% = 0,262%