Anatomi Fisiologi Usus Halus Dan Usus Besar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN (USUS HALUS DAN USUS BESAR)



Dosen Pembimbing : Manuntun Rotua , SKM, M.Kes Anggota Kelompok 2 : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Fathya Nurarin Sintia Agustin Mika Erlanita Samosir Merlin Kurnia Salama Riska



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG TAHUN AJARAN 2019 – 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Secara khusus, makalah ini membahas tentang “ANATOMI DAN FISIOLOGI USUS HALUS DAN USUS BESAR”. Makalah ini kami buat guna membantu proses pembelajarans. Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi kita serta para pembaca. Kami juga berharap atas kritik dan saran atas ketidaksempurnaannya makalah ini, agar lebih baik lagi untuk proses kedepannya.



Palembang, 7 September 2019



Kelompok 2



Daftar Isi



Kata pengatar ............................................................................................................................. i Daftar isi .................................................................................................................................... ii Bab I (pendahuluan) .................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1 1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 1 Bab II (pembahasan) ................................................................................................................. 2 2.1. Usus Halus 2.1.1. Dinding Usus Halus ................................................................................................. 9 2.1.2. Motilitas Usus Halus ............................................................................................. 10 2.1.3. Sekresi Usus Halus ................................................................................................ 11 2.1.4. Digesti Usus Halus................................................................................................. 11 2.1.5. Absorpsi Usus Halus.............................................................................................. 11 2.2. Usus Besar .................................................................................................................... 13 2.2.1. Proses Pencernaan pada Usus Besar .................................................................... 16 2.2.2. Sistem Kerja Usus Besar ....................................................................................... 16 2.2.3. Fungsi Usus Besar ................................................................................................. 16 2.2.4. Motilitas Usus besar ............................................................................................. 17 Bab III (penutupan) ................................................................................................................. 20 2.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 20 Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 21



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan bekerja untuk memproses dan mengubah makanan serta menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu sistem pencernaan juga bekerja untuk memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh, Proses pemecahan dan penyerapan molekul-molekul tersebut terjadi di usus halus. Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Usus besar atau kolon adalah salah satu organ pencernaan yang merupakan lanjutan dari usus halus. Fungsi utama dari usus besar adalah untuk melakukan penyerapan makanan yang tidak mampu diserap di usus halus, Juga Menyerap air dan garam sehingga dapat mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.



Apa saja bagian- bagian dari usus halus? Bagaimana fungsi usus halus? Apa saja bagian- bagian dari usus besar? Bagaimana fungsi usus besar?



1.3 Tujuan Agar Mahasiswa dapat memahami, mengerti, dan dapat menjelaskan setiap bagian bagian yang ada pada usus halus dan usus besar.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Usus Halus



Gambar 2.1 usus halus



Usus halus (intestinum) adalah salah satu bagian pencernaan utama yang terletak setelah lambung. Usus halus beberntuk seperti tabung sempit yang berbelok-belok dan memenuhi bagian perut bawah. Fungsi utama dari usus halus adalah untuk melakukan pencernaan secara kimiawi dan penyerapan makanan. Usus halus memiliki diameter lebih dari 2 cm dan panjang sekitar lebih 6 meter pada orang dewasa. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), Usus Kosong (jejunum), dan Usus Penyerapan (ileum). Usus halus sering disebut sebagai organ pencernaan terpanjang pada tubuh manusia. a. Usus dua belas jari ( duodenum ) b. Usus kosong ( jejunum ) c. Usus penyerap ( ileum )



a. Usus Dua Belas Jari



Gambar 2.2 usus Dua Belas Jari



Usus Dua Belas Jari (Duodenum), berfungsi untuk memecah komponen dari lambung menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Panjang dari duodenum ± 25-30 cm, dimulai dari akhir pylorus lambung, disebelah kanan tulang belakang pada vertebra lumbal 1, kemudian membentuk C-shaped curve mengelilingi kaput pankreas dan akhirnya berhubungan dengan yeyunum disebelah kiri vertebra lumbal 2. Duodenum merupakan bagian paling proksimal, paling lebar, paling pendek, dan paling sedikit pergerakannya dari bagian usus halus lainnya. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian: 1) 2) 3) 4)



Bagian pertama / superior / bulbus duodeni / duodenal cap / D1 Bagian kedua / vertikal / descenden/ D2 Bagian ketiga / horizontal / tranversal/ D3 Bagian keempat / obliq / ascending / D4



Gambar 2.3 bagian bagian usus Dua Belas Jari



1. Bagian pertama (duodenum cap) Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat ulkus duodenum.bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari doudenal cap portal triad ( duktus koledoks, anteri hepatika dan vena porta). tepi anterior dari foramen winslowi terbentuk oleh karena adanya tepi bebas dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong empedu dan hepar segmen empat. Dibawah ini dibelakang dari duodenal cap adalah Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap adalah caput pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi lebih mudah jika pilorus dan duodenum di mobilisasikan kearah depan. didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher. Karena kedekatan duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya batu empedu yang sering secara spontan masuk kedalam duodenum melalui kolesistoduodenal fistula. Selanjutnya peritoneum hanya melapisi bagian ventral dari duodenum sepanjang 2,5 cm berikutnya.



2. Bagian kedua dari duodenum Retroperitoneal dan terfiksir karena adanya fusi dari peritoneum visceral disebelah lateral peritoneum perietale lateral dinding abdomen. Dengan membuka peritoneum pada sisi lateral kanan (manuver Kocher), dapat memobilisasi duodenum desending sehingga dapat mencapai retroduodenal dan saluran empedu intrapankreatik. Disebelah belakang dari bagian kedua duodenum ini terletak ginjal kanan dan struktur hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava. Tepat dipertengahan duodenum, mesokolon akan melintang secara horizontal, karena bersatunya peritoneum dari arah atas dan arah bawah. Diatas dari fleksura duodenalis, duodenum bagian pertama dan duodenum bagian kedua akan membentuk sudut yang tajam dan berlanjut berkisar 7-8 cm dibawah fleksura duodenalis. Kolon tranversum akan melintang daerah tersebut di sebelah depannya. Untuk memobilisasi duodenum secara menyeluruh yang harus dilakukan adalah membuka fleksura hepatis pada sisi anteromedial kolon. Kurang lebih pertengahan dari bagian kedua duodenum dinding posteromedial adalah papila vateri, yang terdiri atas gabungan antar duktus koledokus dan duktus pankreatikus Wirsungi. Letak dari duktus pankreatikus Santorini lebih proksimal. Cabang superior pankreatikoduodenal yang berasal dari arteri gastroduodenalis, berjalan didalam cekungan antara kaput pankreas dan duodenum bagian kedua atau desending. 3. Bagian ketiga dari duodenum Panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan horizontal ke arah kiri di depan dari aorta, vena cava inferior, columna vertebra L2 dan ureter, dan berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3. Radiks yeyunoileum menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga. Arteri mesenterika superior berjalan kebawah diatas depan dari duodenum bagian ketiga dan masuk kedalam radiks mesenterii. Arteri pankreatikoduodenale inferior membatasi pankreas dan tepi atas dari duodenum bagian ketiga. 4. Bagian keempat duodenum Berjalan kearah atas samping kiri sepanjang 2-3cm disebelah kiri dari vertebra dan membentuk sudut duodenoyeyunal pada radiks mesokolon transversal. Disebelah kiri dari vertebra lumbal II, bagian terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri depan dan membentuk fleksura duodenoyeyunalis. Pada daerah ini, ligamentum suspensorium duodenum (ligamentum Treitz) berawal, tersusun atas jaringan fibrous dan pita triangular, berjalan ke arah retroperitoneal, dibelakang pankreas dan vena lienalis, didepan vena renalis, dari arah kiri atau kanan dari krus diafragma. Fleksura duodenoyeyunalis dipakai sebagai landmark untuk panduan mencari obstruksi di daerah usus halus dan menentukan bagian atas dari yeyunum untuk dilakukan gastroyeyunostomi. Saat laparotomi, ligamentum ini dapat ditemukan dengan cara menekan daerah dibawah mesokolon tranversal ke arah belakang sampai ke dinding abdomen bagian belakang sementara tangan yang satu mempalpasi kearah atas melalui tepi kiri dari pada tulang belakang sampai fleksura ini ditemukan dengan tanda adanya perabaan yang keras pada tempat fiksasinya. Gabungan antara peritoneum visceral dari pankreatikoduodenal dengan peritoneum parietal posterior yang tersisa akan menutupi semua duodenum kecuali sebagian dari bagian pertama duodenum. Variasi gabungan tadi ke dinding abdomen bagian



belakang akan menentukan variasi dari mobilitas duodenum. Fleksura kolon kanan, bagian dari mesokolon tranversalis yang terfiksir, hubungan antara ampulla dan pembuluh darah dari duodenum dapat dilihat dengan jelas. Pada posisi yang cukup dalam ini, menunjukkan bahwa duodenum cukup terproteksi dengan baik dari adanya trauma, tapi kadang-kadang dapat hancur dan bahkan terputus karena adanya penekanan dengan landasan pada tulang belakang dari adanya trauma tumpul abdomen yang berat, dan juga karena tidak ditutupi oleh peritoneum.



b. Usus Kosong (Jejunum)



Gambar 2.4 usus kosong



Jejunum merupakan bagian tengah dari usus halus. Panjang dari jejunum adalah sekitar 1 – 2,5 meter. Kata jejunum berasal dari bahasa inggris modern yaitu kata sifat “Jejune” yang berarti lapar. Pengertiannya diambil dari bahasa latin yaitu kata “Jejunus” yang berarti kosong. Jejunum terletak menggantung dan ditahan oleh mesenterium (bagian dari selaput peritoneum), letaknya yang menggantung ini memungkinkan jejunum untuk bergerak selama proses pencernaan berlangsung. Usus kosong ini memiliki luas permukaan yang sangat besar sehingga terbentuk lipatan-lipatan ususnya. Pada permukaannya terdapat tonjolan berbentuk seperti jari yang disebut vili. Tonjolan ini berfungsi untuk menyerap nutrisi makanan. Fungsi utama jejunum adalah untuk pembelahan nutrisi, penyerapan nutrisi lipofilik dan penyerapan air. Untuk membedakan Jejunum dengan Duodenum dapat dilihat dengan mulai berkurangnya kelenjar brunner saat memasuki jejunum dan meningkatnya jumlah vili yang ada. Sedangkan untuk penilaian untuk membedakan jejunum dengan ileum agak sulit dilakukan secara makroskopis karena strukturnya lumayan serupa.



c. Usus Penyerapan (Ileum)



Gambar 2.5 usus penyerapan



Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum adalah adanya koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch dinamai dari orang yang pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi Swiss bernama Johann Conrad Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita melihat bahwa adanya struktur limfatik di sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa makanan yang telah jauh melewati melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar bakteri.Peyer Patch ini bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah. Dibutuhkan makanan sekitar 3-6 jam untuk menyelesaikan pencernaan memutar melalui usus halus Anda.Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan ileum, pencernaan selesai, dan sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi.Sisa-sisa makanan yang tersisa siap untuk melewati katup ileosekal, yang merupakan katup antara usus halus dan usus besar yang mencegah materi mengalir kembali ke usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus besar disebut sekum.Kita juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh karena itu, nama katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan sekum.



2.1.1 Dinding Usus Halus



Gambar 2.6 lapisan dinding usus 1.



Lapisan Serosa



Merupakan lapisan terluar yang terdiri atas pembuluh darah, limfe dan saraf. Lapisan serosa pada usus halus berupa jaringan ikat yang ditutupi oleh peritoneum visceral. Lapisan serosa memiliki rongga-rongga kecil tempat keluarnya cairan serosa yang berfungsi sebagai pelumas gerakan otot.. 2.



Lapisan Otot



Lapisan otot pada usus halus merupakan lapisan otot polos yang bekerja tanpa kita sadari. Terdapat 2 jenis serabut otot, yaitu serabut otot longitudinal (memanjang) dan serabut otot sirkuler (melingkar). Kombinasi dari kontraksi kedua jenis otot ini akan menghasilkan gerakan peristaltik usus yang berfungsi untuk memecah makanan serta membawanya ke organ pencernaan selanjutnya. 3.



Lapisan Submukosa



Berupa lapisan jaringan ikat longgar yang berisi pembuluh darah, limfe, saraf dan kelenjar lendir. Pembuluh darah di lapisan submukosa usus halus memegang peranan penting dalam mengedarkan makanan yang diserap. 4.



Lapisan Mukosa



Lapisan mukosa disusun oleh sel epitel sederhana dan jaringan ikat tipis. Lapisan mukosa memiliki sel goblet yang dapat menghasilkan lendir. Lendir ini merupakan sekresi dari seluruh kelenjar yang terdapat di usus halus. Lapisan yang produksinya dipengaruhi oleh hormon sekretin dan enterokirin ini sering juga disebut intestinal juice.



ENZIM YANG DIKELUARKAN OLEH USUS HALUS



     



Enzim Enterokinase, berfungsi untuk mengubah tripsinogen menjadi tripsin. Enzim Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa dan galaktosa. Enzim Sukrase, berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim Lipase Usus, berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim Erepsin/dipeptidase, berfungsi untuk mengubah pepton menjadi asam amino. Enzim Disakarase, merupakan enzim yang berfungsi untuk mengubah disakarida menjadi monosakarida.



2.1.2 Motilitas Usus Halus Moilitas usus halus erupakan gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Motilitas usus halus terdiri atas : 1. Gerakan Segmentasi Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi. Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal . Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi. Kontraksi segmentasi berlangsung karena adanya gelombang lambat yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik. 2. Gerakan Peristaltik Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas. Gerakan peristaltic pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. Rata-rata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di ileocaecal junction dalam waktu 3 - 5 jam.



2.1.3 Sekresi Usus Halus Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk melindungi duodenum dari asam lambung.Mukus yang dihasilkan oleh kelenjar mucus– kelenjar Brunner’s – yang berlokasi antara pylorus dan papilla vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar ini menghasilkan mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta hormone sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus. Kriptus Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan 1800 ml/hari. Cairan ini sholera dapat menyebabkan sekresi cairan, terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera, sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat dehidrasi berat.



2.1.4 Digesti Usus Halus Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan menggunakan bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormon dan syaraf, sehingga makanan menjadi molekul-molekul yang dapat diabsorpsi kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan cara kerjanya antara:Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih kecil. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurai peptida menjadi asam amino bebas Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa)Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa, laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol .



2.1.5 Absorpsi Usus Halus Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ileum. a. Penyerapan Garam dan Air Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida. b. Penyerapan Karbohidrat Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.



b. Penyerapan Protein Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus. Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na. d. Penyerapan Vitamin Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak. e. Penyerapan Lemak Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial, tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane sel usus



2.2 Usus Besar



Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus. Usus besar atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus besar turun atau kolon descenden. Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam pembusukan sisa makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan kadar air dalam pembentukan feses. Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses yang terbentuk didorong masuk kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum dikeluarkan melalui sfingter terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui anus disebut dengan dengan defekasi. Usus besar memiliki fungsi utama, berikut ini adalah fungsi utama dari usus besar :



1. Penyerapan Air – Fungsi utama dari usus besar adalah sebagai penyerapan air. Ketika kita makan dan selang 24 jam setelah waktu makan, makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus halus akan bergerak menuju ke bagian usus besar. 2. Penyerap Vitamin – Fungsi utama dari usus besar adalah menyerap vitamin yang terkandung dalam makanan manusia. Banyak bakteri yang bersifat baik ada di bagian usus besar . Bakteri itu memiliki fungsi untuk mencerna gula yang tidak dapat dicerna oleh bagian usus halus dan menguraikan serat menjadi asam lemak. 3. Mengurangi Kadar Keasaman Dan Mencegah Infeksi – Fungsi usus adalah untuk mengurangi kadar keasaman asam lemak yang diproduksi oleh bakteri yang ada di dalam usus besar sehingga membuat terciptanya lingkungan asam di dalam usus. Larutan alkali akan diciptakan di dalam usus besar dimana larutan alkali itu berfungsi untuk membantu dalam mengurangi kadar keasaman dan menjadi penyeimbang kadar keasaman di dalam usus besar. 4. Menghasilkan Antibodi – Fungsi usus besar yang belum banyak diketahui adalah untuk menghasilkan antibody yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh meningkat akibatnya adalah tubuh akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Usus besar yang berfungsi utnuk mengahsilkan antibody adalah bagian usus buntu yang tersambung dengan bagian sekum. (baca : enzim pencernaan manusia) Berikut merupakan bagian-bagian usus besar : a. Sekum Sekum merupakan bagian usus besar yang menghubungkan antara usus besar dan juga bagian kolon usus besar. Sekum bentuknya seperti kantung kecil. Sekum tersambung ke bagian usus kecil dan disambungkan oleh katup. Fungsi katup itu adalah sebagai pengontrol bahan yang menuju ke usus besar. Saat bahan tersebut masuk ke dalam sekum, kantung sekum akan mengembang kemudian melakukan pemindahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus, vitamin dan juga air masuk ke dalam usus besar. Fungsi sekum pada usus besar adalah berfungsi untuk melakukan penyerapan air dan juga garam yang tersisa di dalam usus ketika pencernaan selesai dan juga penyerapan selesai. Sekum juga berfungsi untuk mencampur cairan dan garam tersebut bersamaan dengan zat pelumas dan juga lendir. b. Usus Buntu Meski namanya usus buntu, usus buntu ini juga melekat pada sekum dan merupakan bagian dari usus besar. Usus buntu merupakan tonjolan kecil di dalam usus besar dan dijadikan sebagai anti body di dalam tubuh manusia. Sayangnya perkembangan jaman yang semakin maju membuat usus buntu dipandang sebagai sumber penyakit terlihat banyak penyakit usus buntu yang diderita oleh manusia. Penyakit usus buntu merupakan penyakit yang disebabkan oleh peradangan sehingga usus buntu itu akan terlihat bengkak dan akan juga mengganggu sistem ekskresi pada manusia.



Orang yang mengalami penyakit usus buntu ini akan mengalami sakit yang luar biasa. Sehingga orang yang mengalami penyakit usus buntu terpaksa harus mengalami tindakan pembedahan untuk memotong usus buntu tersebut. c. Kolon Kolon merupakan bagian terbesar pada bagian usus besar. Kolon terhubung pada bagian sekum yang terletak pada perut kanan bagian bawah. Kolon terdiri dari beberapa macam, berikut ini adalah berbagai jenis kolon yang ada di bagian usus besar: 















Kolon asenden – Kolon yang ada di bagian usus besar dimulai dari kolon asenden. Permulaan usus besar dimulai dari kolon asenden sebab kolon itu terletak di dasar perut kanan bagian bawah, kemudian bergerak ke hati. Kolon asenden berakhir di samping hati. Fungsi dari kolon asenden adalah sebagai penyerap air dan juga penyerap nutrisi yang beum sepenuhnya diserap oleh bagian usus halus. (baca : fungsi hati) Kolon transversum – Kolon ini berhubungan dengan kolon asenden sebab kolon asenden akan mengarah ke bagian kolon transversum. Kolon transversum terletak di bagian kanan perut kemudian ke kiri bagian perut. Kolon transversum juga melekat pada bagian perut. Pelekatan usus besar transversum dilakukan oleh sekelompok jaringan yang disebut dengan omentum. Kolon transversum menuju ke bagian bawah limpa dan berakhir pada kolon bernama desenden. Kolon desenden – Kolon ini adalah bagian kolon transversum bagian bawah dan berubah menjadi kolon desenden. Kolon ini letaknya ada di sisi perut bagian kiri. Pergerakan dari kolon desenden berakhir pada kolon sigmoid. Kolon sigmoid – Kolon sigmoid merupakan kolon terakhir yang ada di bagian usus besar. Kolon ini letaknya di sisi kiri bagian bawah perut. Jika dilihat, kolon sigmoid ini akan membentuk huruf S dan tersambung dengan kolon desenden dan juga bagian rektum. Bagian kolon ini dilapisi dengan jaringan masa otot yang kuat sehingga usus memiliki kekuatan untuk mendorong limbah menuju ke bagian rektum.



d. Rektum Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.  Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatanlipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.  Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus.



2.2.1. Proses Pencernaan pada Usus Besar Usus besar tidak ikut serta dalam proses absorpsi makanan. Bila usus halus mencapai sekum, semua zat makanan telah diadsorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan didalam kolon isinya menjadi semakin padat karena air di absorpsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. 2.2.2. Sistem Kerja Usus Besar Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus. Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfingter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna. 2.2.3. Fungsi Usus Besar a. Absorbsi air, garam dan glukosa Usus besar mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat. b. Sekresi Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus halus,dilapisi oleh kripta Lieberkuhn, tetapi sel- sel epitel hampir tidak mengandung enzim. Sebagai gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet. Pada permukaan epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar di antara sel – sel epitel lainnya. Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling bersatu. Selanjutnya, ia melindungi



dinding usus dari aktivitas bakteri yang besar, yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang bersifat alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam feses, yang mencegah penyerangan dinding usus Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses yang cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan banyak air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih awal dibandingkan bila hal ini tidak terjadi. c. Penyiapan selulosa Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buhbuahan dan sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi. d. Defekasi Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin yang dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi. Selain itu tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di dinding usus. Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus patogen yang dapat menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh dan menyerang seluruh organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses autointoksinasi. Sisa-sisa makanan akan mengalami masa transit di usus besar kurang lebih 14 jam. Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan merangsang peristaltik didalam usus besar. 2.2.4. Pergerakan Usus Besar a. Gerakan Mencampur – Haustra Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus halus, kontraksikontraksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita



longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut haustra. Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti seseorang sedang mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap hari. Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen biasanya bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung, sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar. Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada dilokasi ini. b. Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass movement) ini, mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi. Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang , refleks ini paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan yang baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks defekasi. c. Refleks Defekasi Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar



melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar. Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak terjadi pengeluaran feses.



BAB III PENUTUP



2.3. Kesimpulan Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Sedangkan usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.



Daftar Pustaka



Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Underwood JCE. 1994. General and Systematic Pathology. New York: Churchill Livingstone. Hlm 365-385, 747-788. Frappier BL. 2006. Digestive System. Di dalam: JA Eurell dan BL Frappier, Editor. Dellmann’s Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-6. Oxford: Blackwell Publishing. Hlm 170-211. Geneser F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Gunawijaya AF, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Textbook of Histology. Shackelford CC, Elwell MR. 1999. Small and Large Intestine, and Mesentary. Di dalam: RR Maronpot, GA Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the Mouse Reference and Atlas. Vienna: Cache River Press. Hlm 81-115