Andal Full [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan / atau Kegiatan Rencana kegiatan di wilayah studi adalah perluasan kawasan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) Banyuroto Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Rencana pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) seluas 98 Ha bertujuan untuk memperpanjang umur TPA Banyuroto yang sudah hampir habis. Selain adanya pengembangan area landfill juga akan dibangun pembangkit listrik tenaga sampah. Pembangunan PLTSA diharapkan adanya konversi energi (waste to enegy) serta menurunkan emisi gas methan dan H2S yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah sehingga menurunkan polusi gas rumah kaca. Proses pengembangan TPA Banyuroto sudah sesuai berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Rahun 2012 Sampai 2032. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pengelolaan persampahan antara lain : A. Diperbolehkan mendirikan bangunan pendukung jaringan persampahan. B. Diperbolehkan mendirikan bangunan fasilitas pengolahan sampah. C. Diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah dengan ketentuan harus memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, dan sesuai dengan ketentuan teknis. 1. Koefisien dasar bangunan (KDB) palung tinggi 30% (tiga puluh persen); 2. Koefisien lantai bangunan (KLB) paling tinggi 60% (enam puluh persen); 3. Lebar jalan menuju TPS paling kurang 6 (enam) meter. 4. Tempat parkir truk sampah paling kurang 20% (dua puluh persen). D. Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan disekitar wilayah pengelolaan persampahan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan TPA Banyuroto dan



pembangunan PLTSa ini dimulai dari tahap pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca operasi. Rencana kegiatan TPA Banyuroto dan pembangunan PLTSa akan mengalami



1



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY penyesuaian-penyesuaian di lapangan berdasarkan kondisi riil dari lokasi kegiatan pembangunan.



1.2



Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji Pelingkupan (scooping) merupakan proses awal untuk menentukan



lingkup permasalahan dan mengidentifikasi Dampak Penting Hipotetik (DPH) terkait dengan rencana kegiatan. Pelingkupan dampak penting seperti yang tertera pada dokumen Kerangka Acuan dilakukan melalui serangkaian proses, yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial serta penentuan DPH. Adanya dampak penting hipotetik ini dapat menjadikan pertimbangan dalam membuat dokumen ANDAL tersebut. 1.2.1 Hasil Pelingkupan Tahapan Kegiatan Dampak Penting Hipotetik Adapun tahapan- tahapan yang akan di kaji dalam dokumen ANDAL yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi. Proses pengkajian dilakukan berdasarkan pada hasil pelingkupan dalam Kerangka Acuan. 1.2.1.1 Tahap Pra Konstruksi A. Survey 1. Kebisingan Kegiatan survey ini memiliki potensi menimbulkan kebisingan hingga frekuensi tertentu yang digunakan pada peralatan survey. Kebisingan berasal dari penggunaan alat berat dalam pelaksanaan survei. Sehingga masyarakat perlu diberikan sosialisasi supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman dikemudian hari. 2. Kualitas Udara



2



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kegiatan



berpotensi



menimbulkan



debu



sehingga



menurunkan kualitas udara yang ada disekitar TPA tersebut.



Kegiatan



ini



dapat



dikendalikan



dengan



pembasahan lahan sebelum pelaksanaan survey. B. Pengadaan Lahan 1. Mata Pencaharian Kompenen kegiatan ini memegang peranan penting bagi masyarakat, sehingga terdapat peluang yang cukup besar terjadinya keresahan masyarakat yang diakibatkan oleh pembebasan lahan. Ketidakpuasan masyarakat pemilik lahan yang dibebaskan yaitu berkenaan dengan ganti rugi yang didapat, dan lahan yang biasanya dijadikan sebagai sumber mata pencaharian seperti bercocok tanam. 2. Keresahan Masyarakat Kerasahan



masyarakat



diakibatkan



oleh



kegiatan



pembebasan lahan yang akan dilakukan untuk dijadikan TPA dan PLTSa. Ketidakpuasan masyarakat pemilik lahan yaitu berkaitan ganti rugi atas lahan yang akan dibeli tersebut.



Keresahan



masyarakat



tersebut



dapat



menimbulkan penolakan masyarakat yang nantinya akan mengganggu proses pelaksanaan konstruksi. 3. Flora Darat Kegiatan pembebasan lahan untuk TPA ini dapat berdampak



terhadap



perubahan



tutupan



vegetasi.



3



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Perubahan tutupan vegetasi ini akan berdampak terhadap keberadaan flora darat.



4. Fauna Darat Kegiatan



pembangunan



TPA



ini



berpotensi



menghilangkan habitat fauna darat, sehingga perlu dilakukan



pengkajian



dan



tindak



lanjut



terhadap



keberadaan fauna darat dilahan tersebut yang akan dibangun seluas 98 Ha. 1.2.1.2 Tahap Konstruksi A. Rekruitmen Tenaga Kerja 1. Mata Pencaharian Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi yang akan membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 300 pekerja dan diprioritaskan dari masyarakat setempat. Hal tersebut dapat menjadikan peluang berusaha bagi masyarakat setempat seperti membuka usaha warung makan atau berjualan kebutuhan lainnya, dikarenakan banyaknya orang yang berdatangan dilokasi proyek. B. Operasional Basecamp 1. Lingkungan Masyarakat Akibat perubahan fungsi lahan menjadi pemukiman sementara bagi para pekerja, maka menimbulkan aktifitas



4



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



yang menghasilkan limbah domestik dan sampah. Hal tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan. C. Mobilisasi Tenaga dan Alat 1. Kebisingan Kegiatan mobilisasi material dan peralatan konstruksi akan menimbulkan peningkatan intensitas kebisingan pada jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut bahan bangunan dan alat berat. Sebagian jalan mobilisasi akan melewati pemukiman penduduk sehingga peningkatan intensitas kebisingan dapat menyebabkan kenyamanan lingkungan. D. Konstruksi Area Landfill 1. Flora Darat Kegiatan ini berlangsung secara sementara pada tahap proses



penyiapan



lahan. Tingkat



kebisingan



yang



dilakukan pada penyiapan lahan menggunakan mesin yang



dapat



menyebabkan



meresahkan



masyarakat.



Terjadinya peningkatan volume kendaraan di jalan sekitar tetapi tidak berpengaruh terhadap fauna yang ada disekitar.



Kualitas air permukaan semakin menurun



karena kebutuhan penggunaan semakin banyak dalam proses pembersihan dan penyiapan lahan. 2. Fauna Darat



5



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kegiatan pembersihan lahan dan pembuatan akses jalan akan menghilangkan tutupan vegetasi yang ada, hal ini akan berdampak terhadap perubahan keberadaan fauna darat. Lahan yang akan dibersihkan seluas 98 Ha. E. Konstruksi PLTSa 1. Kualitas Udara Kegiatan konstruksi PLTSa dan peralatan konstruksi akan menimbulkan peningkatan debu pada alat insinerator yang dihasilkan. Sebaran debu memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penambahan pencemar udara, khususnya pada saat musim kemarau. Diperkirakan dapat menimbulkan cemaran berupa debu (TSP), SO2, dan NO2. 2. Kebisingan Kegiatan konstruksi PLTSa dan peralatan konstruksi akan menimbulkan peningkatan intensitas kebisingan pada alat insinerator



yang



dihasilkan,



sehingga



mengganggu



akan



menimbulkan



kenyamanan penduduk. 3. Getaran Kegiatan



Konstruksi



PLTSa



peningkatan getaran pada alat insinerator yang digunakan selama di TPA. 1.2.1.3 Tahap Operasi A. Rekruitmen Tenaga Kerja Operasional 1. Mata Pencaharian 6



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi yang akan membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 300 pekerja dan diprioritaskan dari masyarakat setempat. Hal tersebut dapat menjadikan peluang berusaha bagi masyarakat setempat seperti membuka usaha warung makan atau berjualan kebutuhan lainnya, dikarenakan banyaknya orang yang berdatangan dilokasi proyek. B. Pengangkutan Sampah 1. Kualitas Udara Kegiatan pengangkutan yang dilakukan secara terbuka dapat menimbulkan dampak bagi udara sekitar. Emisi gas berasal dari tumpukan sampah seperti CH 4, dan SO2. komponen memegang peranan penting bagi masyarakat dan



kegiatan



ini



memiliki



regulasi/tata



cara



pengoperasiannya. C. Operasional TPA 1. Kualitas Udara Penumpukan hasil angkutan sampah yang akan dikelola berpotensi menurunkan kualitas udara akibat emisi gas seperti CH4 dan SO2 yang dihasilkan. Beban terhadap lingkungan tergantung dari tumpukan sampah yang dikelola sehingga dampak ini memerlukan kajian lebih lanjut. 2. Kualitas dan Kesuburan Tanah



7



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Penumpukan hasil angkutan sampah yang akan dikelola berpotensi menurunkan kualitas dan kesuburan tanah pada kawasan tersebut. Beban terhadap lingkungan tergantung dari tumpukan sampah yang dikelola sehingga dampak ini memerlukan kajian lebih lanjut. 3. Kesehatan Masyarakat Kegiatan



TPA



berpotensi



gangguan



kesehatan



menimbulkan



lingkungan



sebagai



dampak dampak



penurunan kualitas udara dan air khususnya diwilayah pemukiman



masyarakat.



Terganggunya



kesehatan



lingkungan akan memberikan dampak lanjutan terhadap peningkatan angka kesakitan (morbiditas) masyarakat setempat. D. Operasional Pengolahan Lindi 1. Kualitas Udara Kegiatan



pengolahan



lindi



akan



menimbulkan



emisi/kebauan gas SO2 sehingga menurunkan kualitas udara. Beban yang diterima lingkungan menjadi tinggi khususnya pada musim kemarau. Pertimbangan lain adalah penitngnya peranan komponen bagi masyarakat serta kemungkinan pelanggaran yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan. 2. Kualitas Air Konstuksi unit pengolahan lindi yang berpotensi rusak/bocor dapat menjadi pencemar dan menurunkan



8



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



kualitas air, baik air tanah maupun air permukaan di kawasan sekitar. Komponen tersebut memegang peran yang penting bagi masyarakat sehingga memiliki dampak yang sangat berpengaruh. 3. Kualitas dan Kesuburan Tanah Kegiatan operasional lindi dapat menghilangkan bahan organik (humus) yang terkandung dalam tanah penutup sehingga kesuburan lokasi tersebut hilang. Pertimbangan lain adalah potensi penurunan kualitas air tanah akibat tanah yang tercemar dan menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan dan masyarakat. 4. Kesehatan Masyarakat Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak gangguan kesehatan



lingkungan



kualitas udara



sebagai



dampak



penurunan



khususnya di wilayah pemukiman



masyarakat. Terganggunya kesehatan lingkungan akan memberikan dampak lanjutan terhadap peningkatan angka kematian (morbiditas) masyarakat setempat.



E. Operasional PLTSa 1. Ekonomi Masyarakat Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik ini dapat memenuhi



kebutuhan



listrik



bagi



pemukiman



masyarakat di sekitar lokasi PLTSa. Terpenuhinya



9



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



kebutuhan listrik tersebut dapat mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat.



1.2.1.4 Tahap Pasca Operasi A. Demobilisasi Alat 1. Kualitas Udara Kegiatan



demobilisasi



peralatan



konstruksi



dan



operasional akan menimbulkan peningkatan debu pada jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut alat berat. Sebaran debu di parkiran memberikan kontribusi terhadap penambahan pencemar di udara khususnya pada musim kemarau. Pertimbangan lainnya adalah sebagian jalan yang akan dilewati merupakan jalan tanah atau jalan yang kondisinya rusak (berlubang) khususnya di permukiman penduduk sehingga debu lokal akan timbul. B. Pelepasan Tenaga Kerja 1. Mata Pencaharian Dengan berakhirnya kegiatan TPA dan PLTSa akan terjadi pemutusan hubungan kerja. Sehingga kesempatan kerja dan berusaha secara langsung maupun tidak langsung sebagai multiplier effects akan hilang. Dampak hilangnya



peluang



usaha



dan



berusaha



akan



mempengaruhi pendapatan penduduk. apabila melihat



10



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



jenis kegiatan operasi yang akan dilakukan maka tenaga kerja banyak dipenuhi dari masyarakat setempat. 2. Pesepsi Masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pada tahap pasca operasional timbul sebagai akibat lanjutan dari pemutusan hubungan kerja. PHK yang dilakukan tidak sesuai ketentuan yang berlaku akan menimbulkan kecemburuan



dan



persepsi



negatif



dari



masyarakat/tenaga kerja yang di PHK. C. Penutupan TPA 1. Kualitas Udara Penutupan TPA berpotensi menghasilkan gas emisi utamanya methana (CH4) akibat penumpukan sampah (landfill) yang terkubur di dalamnya. Dampak ini jika tidak



dikelola



dan



dipantau



dengan



baik



dapat



menyebabkan ledakan pada lokasi TPA.



1.3



Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian Penetapan batas wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas



wilayah studi AMDAL sesuai dengan hasil pelingkupan yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya. Lingkup wilayah studi betitik tolak pada ruang dimana rencana kegiatan pembangunan akan berlangsung yang diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administrasi yang lebih luas. Dengan memperhatikan batas-batasan diatas serta keterbatasan lain yang dijadikan



11



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



bahan pertimbangan, ruang lingkup wilayah studi AMDAL kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto adalah sebagai berikut: 1.3.1 Batas Wilayah Studi Batas wilayah studi bertitik tolak pada ruang dimana rencana kegiatan pembangunan akan berlangsung yang diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administrasi yang lebih luas. Dengan memperhatikan batasanbatasan diatas serta keterbatasan lain yang dijadikan bahan pertimbangan, ruang lingkup wilayah studi ANDAL kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA adalah sebagai berikut: 1) Batas Teknis/ Proyek Batas proyek merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA akan dilakukan, termasuk kegiatan pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi dari Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA. Luas wilayah/ lahan yang dibutuhkan dalam pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto seluas 98 Ha yang meliputi penggunaan lahan untuk landfill, pengolahan lindi, pos jaga, bengkel alat, kantor serta gedung PLTSA.



12



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Gambar 1.1 Batas Teknis/ Proyek



2) Batas Ekologis Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari rencana usaha kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA, mengikuti unsur/ media lingkungan (air, tanah, udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Dalam hal ini, batas ekologis akan ditentukan berdasarkan kondisi hidrologi, arah dan kecepatan angin di sekitar lokasi rencana kegiatan. Karena hal ini sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin pada wilayah tersebut. Batas ekologis untuk media lingkungan air adalah pada akuifer air tanah serta saluran-saluran air permukaan pada lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya yang berpotensi dapat tercemar oleh adanya kegiatan pembangunan. Dan yang paling utama adalah pada badan



air



terdekat



dengan



lokasi



rencana



kegiatan,



yang



memungkinkan menjadi muara dari berbagai aliran air permukaan yang berasal dari lokasi rencana kegiatan.



13



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3) Batas Sosial Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana Pembangunan TPA dan Pembangunan PLTSA Nanggulan, Kulon Progo. Daerah yang diperkirakan terkena dampak adalah Desa Banyuroto dan merambah ke pemukiman yang ada di kabupaten Kulon Progo. Berikut ini adalah peta untuk batas sosial yaitu jarak terdekat proyek Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA ke pemukiman warga, serta daerah hutan produksi yang ada di desa Hargomulyo dan Hargorejo.



Gambar 1.2 Peta Batas Sosial Proyek Pembangunan TPA dan Pembangunan PLTSA



14



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4) Batas Administratif Batas adminstratif yang dimaksud adalah batas wilayah menurut kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, yang ditentukan berdasarkan satuan pemerintah Kelurahan/ Desa, Kecamatan, Kota dan Propinsi di wilayah kegiatan proyek tersebut yang berkaitan dengan batas proyek, batas ekologis dan batas sosial. Berikut ini adalah batas administrasi wilayah Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto: Sebelah Utara



: Desa Sungai Banjar Arum, Maken.



Sebelah Selatan : Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Pengasih. Sebelah Timur



: Kali Progo.



Sebelah Barat



: Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo.



1.3.2 Batas Waktu Kajian Batasan waktu kajian merupakan batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto. Setiap dampak penting hipotetik yang dikaji memiliki batas waktu kajian tersendiri. Batas waktu tersebut disesuaikan dengan rangkaian kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA yang akan ditelaah berdasarkan umur kegiatan yaitu mulai dari tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi hingga tahap pasca operasi.



15



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



BAB II DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Dalam rangka konsistensi terhadap Kerangka Acuan (KA), maka Rona Lingkungan Hidup Awal yang ditampilkan disesuaikan dengan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan beberapa parameter yang mendukung. 2.1



Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting 2.2.1



Komponen Geofisik-Kimia Kabupaten Kulonprogo merupakan bagian wilayah Provinsi



Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari 12 kecamatan. Kabupaten Kulonprogo mempunyai luas 58.628,311 Ha. Kecamatan terluas adalah Samigaluh dan Kokap. Secara geografis kabupaten Kulonprogo terletak antara 7038’42” – 7059’3” Lintang Selatan dan 11001’37” – 110016’26” Bujur Timur. Perbatasan wilayah untuk kabupaten Kulonprogo meliputi : a. Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. b. Sebelah Timur



: Kabupaten Sleman dan Bantul,



Provinsi DIY. c. Sebelah Utara



: Kabupaten Magelang, Provinsi



Jawa Tengah. d. Sebelah Selatan



: Samudera Hindia.



Adapun untuk kecamatan Nanggulan mempunyai luas 3.960,670 Ha. Pada wilayah Kulonprogo bagian Selatan merupakan dataran alluvial dari beberapa hilir sungai dan merupakan daerah penampungan air permukaan dan air tanah. Karena, material penyusun tanahnya bersifat



16



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



relatif porus dan membentuk sistem akuifer yang cukup bagus. Sehingga pada kedalaman 7 meter, sudah dapat ditemukan air tanah. Wilayah Kabupaten Kulon Progo mempunyai jenis tanah diantaranya yaitu tanah Alluvial, Litosol, Regosol, Grumosol, Mediteran, dan Latoshol. Latoshol merupakan jenis tanah yang dominan yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Jenis tanah ini berasal dari batuan induk breksi yang berada di wilayah Pengasih, Kokap, Temon, Girimulyo, Kalibawang, dan Samigaluh dengan luas 24.000 Ha (41,62%). Tanah Grumosol yang ada di Kabupaten Kulon Progo mempunyai luas sekitar 12.899 Ha (22%). Tanah Grumosol adalah tanah yang berasal dari batuan induk gamping berlapis, tuff, dan napal. Jenis tanah ini tersebar disekitar wilayah Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Sentolo, Pengasih, Nanggulan, dan Lendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batu gamping, batu pasir, dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Wates, Panjatan, Temon, galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, dan Kokap dengan luasan 7.880 Ha (13,44%). Tanah Mediteran mempunyai luas 1.300 Ha (2,22%). Tanah ini berasal dari batu gamping karang, batu gamping berlapis, dan batu pasir yang tersebar disekitar wilayah Girimulyo,Sentolo, Samigaluh, dan Nanggulan. Tanah Regosol mempunyai luasan sebesar 8.636 Ha (14,73%) dan ditemui di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo kecuali Kecamatan Lendah dan Kalibawang. Tanah ini berasal darimaterial gunung berapi, bertekstur kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan



17



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



tingkat kesuburan yang rendah. Berikut ini adalah data jenis tanah yang ada di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 2.1 Jenis Tanah Dan Sebarannya di Kabupaten Kulon Progo N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Kecamatan Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Kalibawang Samigaluh Jumlah Persentase (%)



Aluvial 874 2389 2871 372 180 0 400 794 0 0 0 0 7880 13,44



Jenis Tanah Litosol Regosol Grumosol Mediteran Lathosol 0 2428 0 0 327 0 608 203 0 0 492 528 568 0 0 0 1956 963 0 0 800 0 2579 0 0 1344 232 3189 500 0 700 964 2452 0 1651 0 180 0 0 6406 0 88 0 140 5203 176 368 2945 472 0 0 0 0 0 6929 0 1284 0 188 3824 3512 8636 12899 1300 24400 5,99 14,73 22 2,22 41,62



Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2010 Ketersediaan air permukaan di Kabupaten Kulonprogo banyak dipengaruhi oleh aliran sungai Progo yang merupakan sungai terbesar yang memberikan suplai air permukaan. Air sungai ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Wilayah kabupaten Kulonprogo termasuk dalam DAS Serang dan DAS Progo, hanya sebagian kecil yang masuk DAS Bogowonto. Pengaliran DAS Progo dengan sungai utama Kali Progo memiliki debit maksimum 381,90 m3/detik dan debit minimum 13 m 3/detik dengan daerah pengaliran seluas 8.894 Ha. Sedangkan, DAS Serang dengan sungai utama Kali Serang dengan anak – anak sungai memiliki debit maksimum



18



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



153,6 m3/detik dan debit minimum 0,03 m3/detik dengan luas daerah pengaliran 3.635,75 Ha. 1. Iklim Data faktor-faktor klimatologi seperti, geologi, curah hujan, kelembaban udara, penyinaran matahari, temperatur udara, dan keadaan angin diperoleh dari badan meteorologi dan geofisika Kabupaten Bantul. a. Geologi Daerah Kulon Progo didominasi oleh batuan vulkanik berumur antara Oligosen-Miosen. Batuan vulkanik tersebut termasuk dalam Formasi Andesit Tua yang terdiri dari breksi volkanik, andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit. Material diatas terbentuk dikarenakan aktivitas dari gunung api purba pada kala tersier dan tidak tembus air. Oleh karena itu, daerah ini mempunyai air tanah sangat minim, karena batuan di daerah perbukitan Kulonprogo tidak mampu mengalirkan dan menyimpan air. Pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kulonprogo pada umumnya berasal dari mata air yang ditemukan di tekuk-tekuk lereng. Karena keberadaan air tanah pada wilayah Kulonprogo terletak pada lapisan yang sangat dalam (> 25 meter). Struktur geologi Kabupaten Kulon Progo terdiri atas: 1) Struktur geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), terletak di perbukitan Formasi Sentolo, Panjatan, Lendah, dan Galur. 2) Struktur geologi Patahan/sesar (Fault), dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:



19



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



a. Patahan regional, merupakan patahan Graben Yogyakarta yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan Wonosari menjadi daerah dataran tinggi dibentuk dari Patahan Opak dan Patahan Progo. Patahan tersebut terletak di bagian timur Kulon Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian timur, Nanggulan bagian timur, Sentolo, Panjatan, Galuh dan Lendah. b. Patahan lokal, banyak terjadi di bagian pegunungan Kulon Progo utara bagian barat dan berarah relatif radial (barat laut – tenggara, barat – timur, dan barat daya – timur laut. Terdapat di wilayah Kecamatan Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian barat. 3) Struktur kekar (joint), yang sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi andesit tua. Formasi batuan dan sebarannya dibagi menjadi endapan gunung api (40,37%), batuan sedimen (47,81%), batuan gunung api (7,48%), dan batuan trobosan/intrusi (4,43%).



Adapun



stratigrafi formasi geologi Kabupaten Kulon Progo, disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2 Stratigrafi Fomasi Geologi Kabupaten Kulon Progo Umur



Formasi



Deskripsi Litologi Kerikil, pasir, lanau dan



Kuarter



Aluvium



lempung sepanjang sungai dan



Pliosen -



Endapan vulkanik



dataran pantai Breksi sisipan lava dan



Pleistosen Miosen bawah



kuarter Sentolo



endapan lahar  Bagian atas batu gamping



Ketebalan (m) 100



20 950



20



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY berlapis baik kaya 



foraminifera Bagian bawah konglomerat alas diatasnya napal tufaan bersalangan







dengan vitriks tuf Bagian atas batu gamping berlapis ke arah atas menjagi batu gamping



Miosen Bawah



Jonggrangan







koral Bagian bawah



250



konglomerat di atasnya napal tufaan dan bapsir gampingan berselang – seling dengan lignit Perselang-selingan antara Oligo-Miosen



Dukuh



Oligosen



Kaligesing



Oligo-Miosen



Andesit Tua



Eosen Atas -



Nanggulan



Oligosen



breksi, batu pasir kerikilan, batu gamping dan batu lempung Breksi laharik dengan sisipan lava andesit, batu pasir tufaan Breksi andesit, tuf, lapili tuf, aglomerat dan berselingan dengan lava andesit. Terdapat fragmen batuan lebih tua Batu pasir seling-seling



660



600



660



300



dengan lignit, napal pasiran, batu lempung gampingan struktur konkresi, selangseling napal dan batu gamping, batu pasir dan tuf, kaya foraminifera dan moluska



21



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY foraminifera dan moluska



Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo b. Temperatur Udara Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara menjelaskan tentang rata-rata temperatur udara maksimum dan minimum pada periode waktu tertentu. Suhu rata- rata di kabupaten Kulonprogo berkisar 25-290C. c. Kelembaban Udara Kelembaban nisby (Relative Humidity) adalah perbandingan antara



kelembaban



aktual



dengan



kapasitas



udara



untuk



menampung uap air. Kelembaban nisbi (RH) akan semakin kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya akan meningkat bila suhu udara menurun. Tabel 2.3 Hasil Sampling Parameter Fisika Kualitas Udara No



Parameter



Fisika 1 Suhu 2 Kelembaban 3 Arah angin 4 Kecepatan



Satuan o



C % RH Xo m/s



Titik A 32,1 47 timur 1,2



Konsentrasi Titik B 32 44 Timur 1,7



Baku Titik C



Mutu



32,7 41 Timur 1,5



angin 5 Cuaca cerah Cerah Cerah 6 Kebisingan dBA 72,4 63,9 69,3 70 Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kabupaten Kulon Progo, 2015



d. Intensitas Penyinaran Matahari Intensitas penyinaran matahari lamanya



tingkat



penyinaran



menggambarkan matahari



saat



tentang



menyinari



22



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



permukaan bumi dengan satuan persen/hari antara pukul (08.00-16.00). intensitas penyinaran matahari ini berkaitan dengan peristiwa evapotranspirasi, karena semakin tinggi intensitas penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi akan semakin meningkat juga. e. Curah Hujan Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan data pada tahun 2013-2015. Banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan yang secara spasial tertuang dalam peta curah hujan tahunan merupakan cara untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah. Akan tetapi, untuk keperluan analisis pola curah hujan akan tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun waktu paling sedikit 5 tahun berurutan. Berikut ini adalah data curah hujan di kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011-2015 yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.4 Data Curah Hujan 2011-2015 N



Bulan



2011



2012



2013



2014



2015



mm



HH



Mm



HH



mm



HH



mm



HH



mm



HH



Januari



300



200



306



15



490



22



301



19



372



18



2



Februari



343



18



209



12



245



14



251



16



178



13



3



Maret



262



20



229



13



222



11



174



10



345



17



4



April



228



15



112



9



142



10



195



13



362



16



5



Mei



195



10



70



5



183



10



55



7



47



4



6



Juni



2



1



0



1



138



10



57



5



2



1



7



Juli



1



1



0



0



89



7



93



7



0



0



8



Agustus



0



0



0



0



1



1



5



0.5



0



0



9



September



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



Oktober



12



2



60



4



45



4



11



2



0



0



o 1



10



23



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 11



November



278



14



291



14



220



14



290



16



134



7



12



Desember Jumlah



310



17



493



18



1931



298



1770



91



335 2111



16 120



438 1870



20 115



394 1834



17 93



Sumber : Kulon Progo Dalam Angka 2011-2015 Keterangan : Bulan Basah = Curah Hujan > 100 mm Bulan Lembab = Curah Hujan antara 60 – 100 mm Bulan Kering = Curah Hujan < 60 mm



2. Kualitas Udara Ambien Dalam aktivitas pembangunan TPA, menimbulkan beberapa dampak negatif, diantaranya terjadinya penurunan kualitas udara ambien (meningkatnya kadar emisi CO, NO2, SO2, dan debu) akibat aktivitas yang menggunakan alat-alat berat. Akibat dari penggunaan alat berat tersebut menyebabkan emisi gas dan polutan keluar dan mencemari lingkungan. Apabila musim kemarau tiba, pergerakan angin menimbulkan polutan udara seperti debu yang berterbangan ke udara bebas sehingga dapat membahayakan pekerja dan masyarakat sekitar TPA Banyuroto. Untuk perhitungan hasil sampling diskalakan menurut ISPU dengan perhitungan sebagai berikut :



24



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Tabel 2.5 Hasil Sampling Parameter Kimia Kualitas Udara No



Parameter



Kimia 1 NO2 2 SO2 3 CO 4 PM10



Satuan µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3



Lama Pengukuran 1 jam 1 jam 1 jam 24 jam



Titik A



Konsentrasi Titik B



Titik C



25,39 30,59 839,11 32,25



33,67 32,20 1475,43 75,95



29,50 37,70 927,58 33,69



Baku Mutu 400 900 30.000 150



Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kabupaten Kulon Progo, 2015 Tabel 2.6 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100 101-199 200-299



Kategori Baik Sedang tidak sehat sangat tidak sehat



Skala 5 4 3 2



>300



Berbahaya



1



Kategori sangat baik baik sedang buruk sangat buruk



3. Intensitas Kebisingan Dampak berupa peningkatan intensitas kebisingan merupakan dampak langsung yang terjadi mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi dan operasi. Penggunaan alat berat pada jarak 15 m dapat menimbulkan kebisingan sebesar 80-102 dB(A) yang berarti melebihi baku mutu yang ditetapkan. Adapun hasil pengukuran kebisingan terdapat pada tabel 2.3 sebagai salah satu parameter fisika kualitas udara. Tabel 2.7 Tabel Skala Kebisingan Skala 5 4 3



Level Kebisingan 51-60 61-70 71-80



Kategori sangat baik baik sedang



25



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 2 1



91-100 101-110



buruk sangat buruk



4. Getaran Penggunaan alat dalam pengerjaan TPA Banyuroto menyebabkan peningkatan getaran. Getaran terjadi akibat transportasi masyarakat yang berlalu lalang dan kegiatan pembangunan. Nilai getaran sangat berkaitan dengan tingkat kebisingan yang terjadidi sekitar TPA Banyuroto. 5. Transportasi Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang untuk mengangkut bahan dan alat bangunan konstruksi di tempat operasi TPA mempengaruhi



tingkat



kemacetan



lalu



lintas.



Hal



ini



mempengaruhi ruas jalan yang akan dilewati mobil dan alat berat lainnya. Kemacetan ini dapat menyebabkan titik kritis yang berpotensi menjadi masalah yang ada pada ruas jalan. 6. Kebauan Kebauan yaitu bau yang tidak diinginkan dan dapat mengganggu kesehatan manusia serta mengganggu kenyamanan lingkungan dlam kadar dan waktu tertentu. Baku mutu tingkat kebauan merupakan batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam pembangunan TPA Banyuroto ini akan menimbulkan bau yang tidak enak dan sangat menyengat dan terdekteksi oleh indera penciuman manusia. Kebauan TPA Banyuroto ini akan menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat 26



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



sekitar TPA Banyuroto. Tingkat kebauan pada TPA dipengaruhi oleh kelembaban, suhu udara, arah angin, dan kecepatan angin (Tabel 2.3). 2.2.2



Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap kegiatan pasti memiliki bahaya (hazard), termasuk juga



kegiatan proyek TPA. Disetiap tahapan kegiatan termasuk tahap pasti memiliki peluang terjadinya bahaya (hazard). Untuk mengatasi hal tersebut SMK3 atau Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan harus diterapkan agar dampak dan peluang terjadinya bahaya tersbut dapat diminimalisir. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter kesehatan dan keselamatan kerja masuk katagori baik



tetapi ada kemungkinan dapat



terjadinya kecelakaan kerja dalam kegiatan ini.dengan adanya pengoprasian TPA karena pada TPA ini pekerja harus melengkapi beberapa SOP pekerja sehingga mendapat perhatian lebih dalam pekerjaannya. Untuk komponen K3 dibuat analisis resiko berdasarkan DPH yang ditentukan dengan kriteria resiko ada pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Kriteria Resiko Level-5 (Sangat Ringan)



Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan ringan.



Level-4 (Ringan)



Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K), peralatan rusak ringan.



Level-3 (Sedang)



Menyebabkan cidera yang memerlukan perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusak sedang.



Level-2 (Berat)



Menyebabkan cidera yang menyebabkan cacatnya angota tubuh permanen, peralatan rusak berat.



27



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Level-1 (Fatal)



Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih, kerusakan berat pada mesin sehingga mengganggu proses produksi.



Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Metode yang digunakan adalah metode JSA, dengan melakukan pendekatan yang sering dipakai dan dianjurkan dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan dengan menggunakan hirarki pengendalian ESRAA, yaitu sebagai berikut: 1. Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode,bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Efektivitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. Contohnya seperti sistem pemilahan



yang



dilakukan



oleh



pekerja



dimodifikasi



dengan



menggunakan conveyor belt agar pekerjaan bisa lebih aman. 2. Substitusi Substitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang punya nilai resiko lebih kecil. Contohnya seperti pencacahan yang dilakukan secara manual oleh pekerja diganti dengan mesin pencacah yang seara otomatis akan mencacah sampah yang masuk. 3. Rekayasa Teknik Merekayasa material atau bahan yang mempunyai resiko lebih tinggi dengan yang mempunyai nilai resiko yang lebih kecil. Contohnya dengan pemasangan alat sensor otomatis pada alat kerja, isolasi mesin, modifikasi mesin PLTSa, Penempatan diletakkan dikedap suara, Menjauh dari sumber kebisingan dari alat yang di timbulkan, membuat taman air mancur sehingga dapat menurunkan kadar debu dari kendaraan.



28



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4.



Administrasi Pengendalian



administrastif



dengan



mengurangi



atau



menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau intruksi.



Pengendalian



tersebut



diantaranya



adalah



mengurangi



pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja (job rotation), sistem kerja atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan, Mengurangi waktu paparan yang berpotensi terhadap kebisingan alat dan paparan debu sekitar TPA, Pengukuran dan Pemantauan kebisingan yang meliputi : maping intensitas, frekuensi, lama, dan distribusi. 5. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaan diri ini dapat mengurangi resiko kecelakaan yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar. Contohnya helmet, safety shoes, ear plug, dan safety goggles, half mask respirator, Sarung tangan. 2.2.3



Komponen Energi Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan lagi oleh



manusia setelah berakhirnya suatu proses. Sistem pengelolaan sampah mencakup sub sistem pemrosesan dan pengolahan. Masing-masing perlu dikembangkan secara bertahap sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di Indonesia adalah tergolong sampah organic untuk kota-kota besar bisa



29



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



mencapai 70% dari total sampah, dan sekitar 28% adalah sampah non organik yang terdiri dari menjadi obyek aktivitas pemulung, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA. Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis sampah dengan persentase organik yang terdiri dari sisa makanan, sayuran,sampah halaman, tekstil, plastic, karet, kertas dan kayu yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos, sumber biogas dan sejenisnya. Sedang sampah anorganik seperti kaca, logam besi dan non besi cukup potensial sebagai bahan daur ulang. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah dilakukan melaluiproses pengolahan sampah yang terpadu. Tabel 2.9 Presentase Sampah di Kulon Progo No



Kompenen



Prosentase



1.



Sampah Organik



55%



2.



Plastik



15%



3.



Kertas



0%



4.



Metals



0%



5.



Kayu



1%



6.



Kaca



1%



7.



Karet/kulit



2%



8.



Kain



1%



9.



Lain-lain



5%



Tabel 2.10 Volume Timbulan Sampah dan Volume Sampah Terangkut Tahun 2007 (Buku Putih Sanitasi Kulon Progo, 2012) 30



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sumber Timbunan Sampah Permukiman Perkotaan Pasar



Volume Timbulan Sampah (m3)



%



42 4 80



100 100 100



Volume Terangkut (m3/hari) 40 4 80



Tingkat Pelayana n (%) 95 100 100



Tabel 2.11 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 (Buku Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016, 2016) No.



Kecamatan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawan g Total



12.



Jumlah Penduduk 29.033 49.184 39.003 32.930 41.180 50.224 51.460 36.539 25.216 30.706 28.741



Timbulan Sampah (ton) 1,5 17,7 14 11,9 14,8 18,1 18,5 13,2 9,1 11,1 10,3



31.077



11,2



445.293



151,4



Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Tahun



Jumlah



Pertumbuhan Penduduk



31



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2015 2016 2017



Jiwa 0 36370 -18262



4004203 4040573 4022311



Presentase 0,00% 0,90% -0,45%



Ka=



P 03−P 01 2013−2004



Ka=



4.022 .311−4.004 .203 =9054 jiwa/tahun 2017−2015



Persentase pertambahan penduduk rata-rata per tahun : r=



0,45 =0,15 3 Tabel 2.13 Backward Projection dengan Metode Aritmatik Tahun 2015 2016 2017



Tn-To



Ka



-2



9054



-1



9054



0



9054



Po 402231 1 402231 1 402231 1



Jumlah



Proyeksi Aritmatik 4004203 4013257 4022311 12039771



Contoh perhitungan : -Proyeksi penduduk tahun 2015 Pn=Po+Ka(Ta−¿) Po=Pn−Ka(Ta−¿)



P 01=4.022 .311−9054 ( 2015−2017 )=4004203 jiwa



32



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Tabel 2.14 Standar Deviasi Aritmatika Tahun



Tahun ke



2015 2016 2017 Jumlah Ymean



1 2 3



∑ ( xi−´x )2 =¿ n







Statistik Jumlah Penduduk 4004203 4040573 4022311 12067087 4022362 Standar Deviasi



Proyeksi Aritmatik (Yi) 4006218 4044605 4028362



Yi-Ymean



(Yi-Ymean)2



-16144 22243 6000



260639499 494736220 35996000 791371719 8482



791.371.719 =8482 3 ¿√¿ Tabel 2.15 Proyeksi Penduduk



Tahun



Tn-To



Ka



Po



2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0



4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311



Proyeksi Aritmatik 4022311 4031365 4040419 4049473 4058527 4067581 4076635 4085689 4094743 4103797 4112851 4121905 4130959 4140013 4149067 4158121



33



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045 2046 2047



16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30



9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0



4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311



Tahun



Tn-To



Ka



Po



2048 2049 2050 2051 2052 2053 2054 2055 2056 2057 2058 2059 2060 2061 2062 2063 2064 2065



31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48



9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0 9054,0



4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311 4022311



4167175 4176229 4185283 4194337 4203391 4212445 4221499 4230553 4239607 4248661 4257715 4266769 4275823 4284877 4293931 Proyeksi Aritmatik 4302985 4312039 4321093 4330147 4339201 4348255 4357309 4366363 4375417 4384471 4393525 4402579 4411633 4420687 4429741 4438795 4447849 4456903



34



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2066 2067



49 50



9054,0 9054,0



4022311 4022311



4465957 4475011



Timbulan sampah = 1 kg/ orang/ hari = 5,5 l / orang / hari (DIKPLHD, 2016) 5,5 l/orang/hari = 0,0055 m3/orang/hari Luas TPA = 70 ha = 700.000 m2 : 50 = 14.000 Kedalaman TPA = 3 m Tinggi urugan sampah = 5 m Kapasitas TPA per sel = Luas TPA x Kedalaman TPA = 14.000 m2 x 8 m = 112.000 m3 Kapasitas total TPA



= Luas TPA x Kedalaman TPA = 700.000 m2 x 8 m = 5.600.000 m3



Dalam waktu 50 tahun timbulan sampah di Kulon Progo adalah : Total Sampah masuk = Jumlah Penduduk x Timbulan sampah per orang = 4.321.093 orang x 0,0055 m3/orang/hari = 23.766 m3/org/hari 1 ton = 5 m3 1 m3 = 0,2 ton Pemilahan Sampah 40% = 23.766 x 40%



35



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



= 9.506,4 m3/hari = 1.901,28 ton/hari Incenerator tipe Clean Authority of Tokyo 23 cities (Tokyo Prefecture) 7 unit dengan kapasitas daya tampung incenerator 300 ton per 24 jam dengan jumlah energi yang dihasilkan per unit 11.400 KW. Total energi yang dihasilkan adalah : Total energi



= jumlah incenerator x jumlah energi = 7 x 11.400 kWh = 70.800 kWh = 70,8 MW



Pengolahan sampah kota menjadi energi listrik sudah lama dilakukan beberapa negara terutama di belahan Eropa dan di Asia seperti Republik Rakyat China (RRC) dan Singapura. Dengan teknik yang ramah lingkungan PLTSa dapat berfungsi sebagai TPA. Berdasarkan perhitungan, dari 190 ton sampah atau 760 m3 sampah per hari akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 800 kwh3. Dari pembakaran itu, selain menghasilkan energi listrik, juga memperkecil volume sampah kiriman. (Fatimah, 2009) PLTSa dengan bahan bakar sampah merupakan salah satu pilihan strategis dalam menanggulangi masalah sampah kota, karena selain berpotensi mengurangi volume sampah secara lebih efektif, juga menghasilkan output berupa energi listrik. Listrik ini akan membantu atau meringankan beban PLN dalam penyediaan listrik bagi masyarakat.



36



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Menurut Pasek, (2007) PLTSa adalah suatu teknologi pengolahan sampah dengan cara dibakar pada temperatur konstan 850-900oC yang dilengkapi boiler dan kemudian disalurkan ke pengolah lindi yang semuanya dibuat kedap air. Teknologi PLTSa memenuhi salah satu 1R dan konsep pemusnahan sampah 4 R yaitu recovery. Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang akan ditampung dan diproses dengan sisa gas bakar akan melalui serangkaian pemrosesan pengolahan gas buang. Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang sebesar 20 persen dari berat atau 5 persen dari volume sampah basah. Abu dan debu akan digunakan sebagai material untuk membuat jalan dan fly ash (debu terbang) digunakan sebagai bahan campuran bagi material bangunan misalnya campuran semen atau batako. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) tidak bertentangan dengan RUU Pengelolaan Sampah. Meskipun dalam RUU tersebut mendorong pengelolaan sampah pada 3R (reduce, reuse, recycle), teknologi PLTSa ini dapat dilakukan, dengan persyaratan pembangunannya, memenuhi syarat lingkungan, ekologi, tata ruang, pendanaan, dan pelayanan terhadap masyarakat. Proses insenerasi pada dasarnya adalah reaksi oksidasi cepat bahan organik padat (sampah) menjadi bahan anorganik dengan menggunakan oksigen. Panas yang dihasilkan proses insenerasi dapat dimanfaatnkan untuk mengkonversi materi menjadi materi lain dan energi, seperti energi listrik dan panas (Purwaningsih, 2012). Alat pembakar atau incinerator telah digunakan lebih dari 30 tahun yang lalu, pembakaran dilakukan di atas temperatur 8500C dan dilengkapi dengan pengolahan gas racun sehingga kadar dioksin dan gas beracun lainnya yangteremisi ke udara lebih rendah dari PLTU Batu bara. Sampah akan terbakar tanpa bantuan bahan bakar tambahan. Namun, tungku pembakaran dilengkapi



37



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



dengan burner berbahan bakar minyak. Pada keadaan normal, burner hanya beroperasipada waktu start up dan shut down. Setelah digunakan lebih dari 20 tahun diseluruh dunia belum ada korban pencemaran dioksin dan gas beracun lainnya.



Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Sampah



2.2.4



Komponen Biologi Data biologi yang dimaksud meliputi data flora dan fauna di dekat



Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Dalam pengamatan



terhadap



kondisi



rona



lingkungan



kawasan



rencana



pembangunan TPA Banyuroto merupakan hutan produksi, sawah, serta adanya permukiman penduduk yang harus dipindahkan. Pada lahan pengembangan juga masih dijumpai hewan yang dilindungi berupa beberapa jenis reptil. Secara ekologis, komponen biotik umumnya terdiri dari tanaman budidaya, tanaman liar, hewan peliharaan dan hewan liar. Komponen biotik ini diklasifikasikan menjadi flora dan fauna sebagai bahan kajian dalam studi ini akan terkena dampak pembangunan TPA. A. Flora Pengamatan terhadap flora dilakukan di wilayah studi Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Lokasi di daerah ini



38



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



merupakan hutan produksi, sawah, dan permukiman penduduk. Jenisjenis tanaman yang ada disekitar TPA antara lain pohon, padi, semak dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis tanaman dikelompokkan menjadi tanaman budidaya dan tanaman liar. Berikut ini adalah jenis-jenis flora yang ada di Desa Banyuroto yang disajikan pada Tabel 2.16. Tabel 2.16 Jenis-jenis Flora di Desa Banyuroto No 1 2 3 5 6 7 8 1 3 4 5 6



Nama Lokal Nama Ilmiah Tanaman Budidaya Jati Tectona Grandis Ketela Pohon Manihot esculenta Kedelai Glycine max Padi Oryza sativa Ubi Kayu Manihot utilisima Jagung Zea may Kacang Tanah Arachis hypogaea Tanaman Liar Rumput Panicum sp. Bambu Bambusa arundinaea Ketapang Terminalia catapa Jati Tectona grandis Putri Malu Mimosa pudica Sumber: Nanggulan dalam Angka (2017)



B. Fauna Daerah pengamatan meliputi daerah sekitar lokasi kegiatan yaitu di Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Fauna yang diamati meliputi hewan ternak, burung, mamalia dan reptil. Pengamatan dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mencari data dari internet dan langsung melakukan wawancara dengan



39



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



penduduk sekitar. Berikut ini adalah jenis-jenis fauna yang ada di Desa Banyuroto yang disajikan pada Tabel 2.17.



Tabel 2.17 Jenis-jenis Fauna di Desa Banyuroto No



2.2.5



Nama Lokal



1 2 3



Perkutut Puyuh Merpati



1 2



Ular Kadal



1 2



Itik Ayam



1 2 3 4 5



Sapi Domba Kambing Kelinci Kerbau



Nama Ilmiah Aves Geopelia striata Coturnix japonica Domestic Pigeon Reptil Boiga dendrophila Eutropis sp. Unggas Anas gibberifrons Gallus domesticus Mamalia Bos Taurus Ovis aries Capra aegagrus hircus Lepus negricollis Bubalus bubalis



Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya Adanya rencana kegiatan pengembangan TPA dan Pembangunan



Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) di Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya kehidupan masyarakat di dalam maupun di sekitarnya. Namun berdasarkan analisis dampak penting hipotetik yang dilakukan pada dokumen Kerangka Acuan, komponen lingkungan yang terkena dampak penting dalam hal ini adalah social, persepsi masyarakat, dan ekonomi.



40



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kondisi sosial, persepsi masyarakat, serta ekonomi kehidupan masyarakat di dalam maupun di sekitar lokasi kegiatan pengembangan TPA dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) di Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan pada kondisi awal adalah sebagai berikut: A.



Kondisi Sosial Dampak penting hipotetik dari perluasan TPA dan pembangunan



Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Banyuroto yang dapat mempengaruhi kondisi social masyarakat sekitar Banyuroto diantaranya terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokasi dan sekitar lokasi pembangunan serta kemungkinan adanya perubahan pola hubungan antar masyarakat kawasan tersebut. Pola hubungan sosial di tempat rencana proyek dimana hubungan kekerabatan antar warga desa dalam kegiatan sosial masih berjalan baik. Pola hubungan sosial dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan, serta kegiatan gotong royong warga. Kegiatan sosialisasi dan survey diprediksikan berdampak negatif pada menurunnya pola hubungan sosial antara masyarakat (yang menerima dan yang menolak rencana kegiatan yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi dan kebersamaan warga) serta hubungan pemrakarsa. Hubungan masyarakat yang bisa menerima proyek dengan pemrakarsa akan berjalan baik, namun hubungan pemrakarsa dengan masyarakat yang belum bisa menerima pembangunan proyek



menjadi



tidak



berjalan



baik.



Kegiatan



sosialisasi



telah



menimbulkan ketidak seimbangan sistem lingkungan sosial yang bersifat negatif, sehingga diperluakan upaya untuk terciptanya keseimbangan baru dalam sistem lingkungan sosial.



41



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Adapun kondisi sosial Kabupaten Kulon Progo – Desa Banyuroto dan sekitarnya adalah sebagai berikut. 1. Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan jenis kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.Berikut ini adalah data jumlah penduduk berdar jenis kelamin di Kabupaten Kulon Progo yang disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Temon 13058 13576 26634 Wates 23483 24394 47877 Panjatan 17591 18480 36071 Galur 15356 15668 31024 Lendah 19524 19747 39271 Sentolo 23946 24381 48327 Pengasih 23914 25255 49169 Kokap 15786 16217 32003 Girimulyo 11051 11564 22615 Nanggulan 14236 15136 29372 Kalibawang 13407 14334 27741 Samigaluh 12828 13268 26096 Jumlah 204180 212020 416200 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



Sex Ratio 96,18 96,27 95,19 98,01 98,87 98,22 94,69 97,34 95,56 94,05 93,53 96,68 96,3



2. Kependudukan Berdasarkan Umur Kepadatan penduduk kelompok umur adalah jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada suatu daerah setiap kilometer



42



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



persegi.Kepadatan



penduduk



kelompok



umur



menunjukkan



penyebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan tingkat kepadatannya di suatu daerah.Berikut ini disajikan kepadatan penduduk kelompok umur di Kabupaten Bantul pada berikut. Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan 0--4 15648 15079 5--9 16042 15383 10--14 16498 15487 15--19 13557 12272 20--24 10056 10435 25--29 14365 14865 30--34 14443 14311 35--39 14019 14086 40--44 15120 15173 45--49 15335 15189 50--54 14245 15350 55--59 12425 13910 60--64 10908 11741 65--69 7819 9230 70--75 5815 7477 75 + 7885 11402 Jumlah 204180 211390 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



Jumlah 30727 31425 31985 25829 20491 29230 28754 28105 30293 30524 29595 26335 22649 17049 13292 19287 415570



3. Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan mata pencaharian, terdiri dari penduduk yang bermatapencaharian pada 43



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



bidang pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas, dan air, konstruksi, perdagangan, komunikasi/ transportasi, keuangan dan jasa lainnya. Berikut ini akan disajikan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin pada tabel berikut. Tabel 2.20 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Lapangan Usaha Presentase Pertanian 37,81 Pertambangan dan Penggalian 1,32 Industri 14,84 Listrik, Gas, dan Air Minum 0,12 Konstruksi 7,75 Perdagangan 20,02 Transportasi 1,66 Lembaga Keuangan 2,55 Jasa Kemasyarakatan 13,93 Jumlah 100 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



4. Kependudukan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah



penduduk



Kabupaten



Bantul



berdasarkan



tingkat



pendidikan yaitu penduduk yang tidak atau belum pernah sekolah, tidak atau belum tamat SD, sekolah sampai dengan tingkat SD, SLTP, SLTA, DI/ DII, Akademi/ D3, D4 – S3. Berikut ini akan disajikan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan ijazah tertinggi di Kabupaten Bantul tahun 2009 pada tabel berikut. Tabel 2.21 Jumlah Pencari Kerja Pendaftar Baru Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo, 2016



Tingkat Pendidikan SD



Jumlah Penduduk 13



44



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



SLTP SMA SMK SLTA Lainnya DI/DII DIII Sarjana Total



121 456 1765 18 3 214 297 2887



Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, 2016



5. Kepadatan Penduduk Geografis Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi.Kepadatan penduduk geografis



menunjukkan



penyebaran



penduduk



dan



tingkat



kepadatan penduduk di suatu daerah.Daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di Kecamatan Wates sedangkan kepadatan penduduk geografis rendah terletak di Kecamatan Kalibawang.Berikut ini akan disajikan kepadatan penduduk geografis per kecamatan tahun 2017 pada tabel berikut. Tabel 2.22 Kepadatan Penduduk Geografis



Kecamatan Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo



Luas Wilayah Total Area (Km2) 36,3 32 44,59 32,91 35,59 52,65 61,66 73,8 54,9



Banyaknya Penduduk 26634 47877 36071 31024 39271 48327 49169 32003 22615



Kepadatan Penduduk Per Km2 734 1496 809 943 1103 918 797 434 412



45



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Nanggulan Kalibawang Samigaluh Jumlah



39,61 29372 742 52,96 27741 524 69,29 26096 377 586,26 416200 710 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



6. Ketenagakerjaan dan Pengangguran Aspek



ketenagakerjaan



merupakan



salah



satu



potensi



pembangunan yang sangat menentukan kerberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan dalam aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM di usia produktif banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya mengakibatkan



terbentuknya



permasalahan



sosial



yang



memerlukan perhatian tersendiri.Sementara untuk menangani masalah pengangguran yang muncul akibat krisis yang mengenai semua



lini



kehidupan,



dibutuhkan



suatu



pendekatan



multidimensional pada semua sektor. Berikut ini akan disajikan jumlah angkatan kerja tahun 2015 pada tabel berikut. Tabel 2.23 Distribusi Persentase Penduduk Angkatan Kerja (15 tahun ke atas) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo



Uraian Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja



Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumahtangga Lainnya



Laki-Laki 83,02 3,12 6,71



Perempuan Jumlah 63,21 72,81 2,52 2,82 5,8 6,255



4,34



24,24



14,29



2,81



4,22



3,515



Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



Tabel 2.24 Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo Status Pekerjaan



Laki-Laki



Perempuan



Jumlah



46



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Berusaha Sendiri 5,57 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 31,67 Berusaha dibantu buruh tetap 3,21 Buruh/Karyawan 32,02 Pekerjaan bebas di pertanian 3,84 Pekerjaan Bebas non pertanian 16,41 Pekerja Keluarga 7,29 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017



14,5 19,35 3,04 27,44 3,58 1,57 30,53



9,56 26,16 3,13 29,97 3,72 9,77 17,68



Tabel 2.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka, 2007-2015 TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014



L 83,0 81,5 84,4 82,1



TPAK P 60,1 63,5 62,9 65,4



LP 70,8 72,1 73,3 73,5



L 3,6 2,9 4,4 4,2



TPT P 5,2 4,3 4,2 4,2



LP 4,3 3,6 4,3 4,2



85,38 83,52 86,25 87,32



65,64 67,82 65,66 67,97



75,17 75,40 75,61 77,34



4,19 3,28 3,79 3,17



1,64 2,76 1,69 2,52



3,03 3,04 2,85 2,88



Sumber: Sakernas Agustus 2007-2014



B.



Persepsi Masyarakat Dalam hal ini, proyek perluasan TPA dan pembangunan PLTSa



Banyuroto ddapat menimbulkan dampak penting diantaranya timbul persepsi negatif dan keresahan masyarakat terhadap kegiatan proyek. Adanya



pelaksanaan



sosialisasi,



perizinanan



serta



survey



dapat



menimbulkan kemungkinan terjadinya konflik apabila yang disampaikan tidak sejalan dengan yang diinginkan oleh masyarakat. Sehingga dapat memberikan dampak persepsi negatif terhadap rencana kegiatan pembangunan. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan dapat terjadi melalui penyebaran informasi awal kepada warga tentang rencana



47



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



pembangunan yang diperoleh lebih banyak dari sumber diluar pemrakarsa. Hal tersebut akan memumculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi yang berkembang dapat menimbulkan keresahan masyarakat sekitar rencana proyek. Adapun



rona awal



kondisi



masyarakat



terhadap



persepsi



keberadaan TPA Banyuroto sebelumnya tidak memiliki parameter dan keresahan yang besar karena tidak adanya permasalahan lingkungan atau sampah yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Kondisi ini dibuktikan dengan tidak adanya keluhan dan penolakan masyarakat selama pengoperasian TPA Banyuroto.



C.



Kondisi Ekonomi Pada kondisi ini, dampak penting hipotetik yang diperkirakan



dapat mempengaruhi ekonomi masyarakat adalah terbukanya peluang berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar proyek. Proyek perluasan TPA dan pembangunan PLTSa diperkirakan dapat meningkatkan peluang berusaha bagia masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat lokasi proyek maupun sekitar proyek. Adapun rona lingkungan awal kondisi ekonomi lokasi proyek adalah sebagai berikut.



1. Tingkat Pendapatan Masyarakat Mata pencaharian utama di wilayah studi adalah petani. Namun hal tersebut



tidak menutup adanya keprofesian lain di kalangan



penduduk lokal dan pendatang. Berdasarkan data angkatan kerja kabupaten Kulon Progo, diketahui penduduk yang bekerja



48



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



sebanyak 71,81% dari seluruh angkatan kerja. Adapun data penduduk miskin kabupaten tahun 2015 kurang lebih 21,40% dari seluruh total penduduk pada tahun tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat Kulon Progo secara keseluruhan adalah baik dan cukup memadai. 2. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Secara garis besar fasilitas sosial dan umum yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo terbilang lengkap.Fasilitas prasarana transportasi tengah menjadi kemajuan utama dengan adanya proyek pembangunan bandara Kulon Progo di Kecamatan Temon.Sedangkan fasilitas dalam sektor pariwisata umumnya di dominasi oleh wisata alam air seperti jurug (air terjun) dan pantai.



2.2



Kegiatan Lain yang ada di Sekitar Lokasi Perencanaan Dalam kegiatan pengembangan TPA dan PLTSA yang ada di Desa



Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo memiliki kegiatankegiatan ataupun lahan lain yang memang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar selain pembangunan TPA dan PLTSA ini. Adapun kegiatan lain yang ada di sekiar lokasi pembangunan antara lain :



49



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Gambar 2.1 Lokasi Kegiatan Lain selain Rencana Pembangunan TPA A. Lahan Persawahan Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan tersebut. Menurut data BPS Kecamatan Nanggulan 2017, tercatat produksi padi mencapai 18.862 ton. Pada saat musim kemarau tiba, petani yang ada di kecamatan Nanggulan menanam tumbuhan palawija. Menurut data BPS Kecamatan Nanggulan 2017, tercatat produksi palawija didominasi oleh komoditas ketela pohon sebesar 2.995 ton. B. Permukiman Lahan permukiman merupakan lahan yang paling besar diantara lahan lain di sekitar area pengembangan TPA dan pembangunan PLTSA. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Nanggulan mencapai 28.081 jiwa. Dan untuk permukiman warga, menurut data BPS di Kecamatan Nanggulan tahun 2017 adalah sebanyak 6256 perumahan.



50



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



C. Tegalan dan Ladang Tegalan adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah dengan halaman sekitar rumah serta penggunaanya tidak berpindah-pindah. Sedangkan Ladang adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman semusim dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan dialihfungsikan bila sudah tidak subur. D. Pasar/ Toko Salah satu pendukung perekonomian suatu wilayah adalah dengan adanya pasar, swalayan, minimarket yang ada di desa. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Di kecamatan Nanggulan terdapat 3 pasar desa. Selain pasar, juga terdapat toserba yang ada di kecamatan Nanggulan. Toserba adalah suatu bentuk toko swalayan yang menjual barang dagangan eceran. Di kecamatan Nanggulan terdapat 1 minimarket desa. E. Bank Selain pasar dan minimarket, kecamatan Nanggulan juga didukung dengan sarana perbankan yang ada di desa yaitu didukung denga adanya Bank BRI 1 Unit, Bank BPD 1 Unit, BUKP 1 Unit, dan Bank BPR sebanyak 1 unit.



51



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3.1 Besaran dan Sifat Penting Dampak 3.1.1 Besaran Dampak Prakiraan besaran dampak merupakan selisih antara kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha dan/ atau kegiatan dengan kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan tanpa adanya usaha dan/ atau kegiatan dalam batas waktu yang telah ditetapkan. ∆ KL=KLdp−KLtp Dimana: ∆ KL



= Besaran Dampak



KLtp



= Kualitas Lingkungan hidup yang akan datang dengan



proyek KLtp



= Kualitas Lingkungan hidup yang akan datang tanpa



proyek Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai parameter lingkungan yang akan datang tanpa proyek diasumsikan dengan kondisi kualitas rona lingkungan awal melalui pendekatan data series untuk mendapatkan skala lingkungan jika tidak adanya proyek berlangsung. Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat dilakukan adalah dengan metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan dampak ini adalah kualitas parameter lingkungan yang akan datang dengan pendekatan kualitas rona lingkungan hidup awal dengan data deskripsi rencana usaha dan/ atau kegiatan 52



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



serta data prediksi tanpa adanya proyek berdasarkan data sekunder. Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metode formal maupun informal, kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan kedalam perubahan skala kualitas lingkungan. Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan tanpa proyek (KLtp) dan pada saat kegiatan berlangsung dengan adanya proyek (KLp) ditampilkan dalam skala numerik (1-5) dengan kriteria : Skala 1: Kualitas lingkungan sangat buruk Skala 2: Kualitas lingkungan buruk Skala 3: Kualitas lingkungan sedang Skala 4: Kualitas lingkungan baik Skala 5: Kualitas lingkungan sangat baik Kriteria besarnya dampak:     



Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0. Dampak dikatakan kecil bila nilai perubahan dampak nya 1. Dampak dikatakan sedang bila nilai perubahan dampak nya 2. Dampak dikatakan besar bila nilai perubahan dampak nya 3. Dampak dikatakan sangat besar bila nilai perubahan dampak nya 4.



3.1.2



Sifat Penting Dampak



Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat pada pasal 22 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Yaitu 7 kriteria seperti disajikan pada tabel 3.1: Tabel 3.1 Ukuran dan Kriteria Dampak Penting



53



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



No 1



Ukuran Dampak Penting Kriteria 1



Keterangan Jumlah manusia yang akan



Kriteria 2



terkena dampak Luas wilayah persebaran



3



Kriteria 3



dampak Intensitas



4



Kriteria 4



dampak berlangsung Banyaknya komponen



2



dan



lingkungan 5 6 7



lain



lamanya



yang



Kriteria 5 Kriteria 6



terkena dampak Sifat kumulatif dampak Berbalik atau tidak



Kriteria 7



berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan



ilmu



pengetahuan dan teknologi Sumber : PP No 27 Tahun 2012; Kep. Ka. Bapedal No. 056 Tahun 1994 Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka dilakukan keputusan akhir untuk menentukan tingkat epentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan Dampak Tidak penting (TP). Kriteria penetapan sifat penting dampak adalah : 1. Apabila jumlah P ≥ 3 maka tingkat kepentingan dampak termasuk dalam kategori penting (P). 2. Apabila jumlah P < 3 maka tingkat kepentingan dampak termasuk dalam kategori tidak penting (TP). Kriteria penentuan sifat penting dampak ditentukan melalui pedoman yang disajikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak



54



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



No 1



Faktor



Penentu



Sifat Penting Dampak Tidak Penting (TP) Penting (P)



Dampak Penting Besarnya jumlah Terdapat penduduk



yang 8%



Kriteria Kualitas/Skala 2 3 4 Buruk Sedang Baik >5 – 8%



>3 – 5%



>2 – 3%



5 Sangat Baik ≤1%



Sumber : Sudano Sukirno,2008



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal



Berdasarkan Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2017, data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015, 75,62% penduduk Kulon Progo merupakan penduduk angkatan kerja. Adapun penduduk yang bekerja 72,81% dan tidak bekerja/pengangguran 2,81%. kondisi ini masuk ke dalam kategori baik dimana pengangguran yang terjadi antara 2% – 3% dari seluruh total angkatan kerja (skala 4). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek dilakukan dengan melihat kondisi pengangguran Kabupaten Kulon progo dari tahun-ke tahun. Tabel 3.4 Pertumbuhan Pengangguran Kabupaten Kulon Progo



Tingkat Pengangguran (%) 1 2011 1.76 2 2012 2.9 3 2013 2.21 4 2014 2.22 5 2015 2.81 Rata-Rata Peningkatan pengangguran



No



Tahun



Kenaikan (%) 1.14 -0.69 0.01 0.59 0.2625 57



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sumber : Kulon Progo Dalam Angka (2012-2017)



Berdasarkan data sekunder persentase pengangguran Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir (tahun 2011 hingga 2015), ratarata kenaikan tingkat pengangguran sebanyak 0,2625%. Maka tingkat pengangguran yang terjadi tanpa proyek menjadi 3%. Kondisi ini masuk ke dalam kategori baik dimana tingkat pengangguran berkisar 2% - 3% dari total penduduk angkatan kerja (skala 4). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Berdasarkan data mata pencaharian penduduk Kabupaten Kulon Progo dalam bidang pertanian (tahun 2016), ratio antara jumlah petani setiap Ha sawah Kulon Progo adalah 13 petani setiap Hektarnya, atau dari total luas lahan sawah Kulon Progo 10.366 Ha dimiliki oleh 139.149 petani. Dengan adanya proyek perluasan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto terdapat 14,7 Ha sawah penduduk yang teralihfungsikan menjadi lahan proyek



sehingga



berpotensi



menghilangkan



191



mata



pencaharian petani atau setara dengan 0,2% dari total petani pada tahun tersebut. Perbandingan jumlah petani tiap hektar sawah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 dapat diproyeksikan berdasarkan data jumlah petani dan luas sawah kabupaten 5 tahun terakhir (2012-2016) sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 3.5Proyeksi Jumlah Petani dan Luas Lahan Sawah Tahun 2017



N



Tahun



∑Petani



Selisih



∑Lahan Sawah



Selisih 58



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



o 1 2 3 4 5 6



(jiwa) 2012 137359 2013 138418 2014 139739 2015 139010 2016 139149 Rata-Rata 2017 139597 Ratio



1059 1321 -729 139 448



(Ha) 10299 10297 10296 10354 10366 Rata-Rata 10383 13



-2 -1 58 12 17 petani/Ha



Sumber : Kabupaten Kulon Progo dalam Angka 2013-2017



Hasil proyeksi menunjukkan ratio jumlah petani dan luas lahan sawah kabupaten pada tahun 2017 adalah 13 petahi setiap Hektarnya. Tingkat pengangguran pada tahun tersebut diluar pelaksanaan proyek adalah 3,11% (kondisi tanpa proyek) sedangkan pengangguran akibat pembebasan lahan diperkirakan mencapai 0,2% sehingga tingkat pengangguran pada kondisi lingkungan dengan proyek diperkirakan mencapai 3,31%. Kondisi ini masuk ke dalam kategori sedang (skala 3). Maka dapat disimpulkan bahwa:    



Kualitas rona lingkungan awal Kualitas lingkungan tanpa proyek Kualitas lingkungan dengan proyek Besaran dampak



= skala 4 = skala 4 = skala 3 = -1



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada hilangnya kesempatan kerja akibat kegiatan pengadaan lahan pembangunan dan perluasan TPA-PLTSa Banyuroto didasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti ditunjukkan pada tabel berikut.



59



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Tabel 3.6 Kriteria Penetuan Kepentingan Dampak Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk



No



Kriteria Dampak Penting



P



1



Jumlah manusia terkena dampak



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



5



Sifat kumulatif dampak



P



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan 7 ilmu pengetahuan dan teknologi Perkiraan Dampak Penting



TP



TP



6



TP TP 4



3



Keterangan Terdapat sekitar 191 Petani atau 0,2% dari jumlah petani Kabupaten Kulon Progo terkena dampak kegiatan proyek. Luas lahan sawah yang teralihfungsikan menjadi lahan proyek adalah 14,7 Ha atau 15% dari total luas kegiatan proyek Masyarakat terkena dampak akan terpengaruh secara penuh Aka ada komponen lingkungan lain terkena dampak yaitu menurunnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaran, atau pola konsumsi masyarakat. Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dapat berbalik/dipulihkan jika ditangani dengan baik Dampak dapat ditanggulahi dengan pendekatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan analisis sifat dampak penting, dampak hilangnya mata pencaharian penduduk akibat pengadaan lahan kegiatan proyek pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto adalah penting karena memiliki luas wilayah persebaran dampak hingga 15% dari luas wilayah proyek, dampak berlangsung jangka panjang, mempengaruhi



komponen



lingkungan



lain



seperti



keresahan



60



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY masyarakat, dan bersifat kumulatif secara regional Kabupaten Kulon Progo.



 Keresahan Masyarakat a) Prakiraan Besaran Dampak Kegiatan pengadaan/pembebasan lahan akan memicu keresahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap rencana proyek sehingga menimbulkan penolakan terhadap kegiatan proyek yang akan berlangsung. Kegiatan sosialisasi rencana proyek akan dilakukan oleh TPA Banyuroto guna memberikan informasi kepada masyarakat yang beraktifitas dan bermukim di sekitar proyek serta berbagai pemangku kepentingan di wilayah perencanaan agar semua pihak dapat ikut berperan serta dalam memberikan sumbang saran/pendapat serta keluhan yang berkaitan dengan rencana pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto tersebut. Di satu sisi masyarakat cenderung khawatir terhadap adanya kegiatan proyek namun di sis lain berharap bisa mendapat keuntungan. Berikut data primer dari wawancara 100 responden sebagai berikut. Tabel 3.7 Tanggapan Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan dan Pembangunan TPA dan PLTSa Banyuroto



Komponen Setuju Valid Tidak Setuju Total



Frekuensi 90 10 100



Persen 90% 10% 100%



Persen Kumulatif 90% 100% 100%



Sumber: Data Primer, 2017



Tabel 3.8 Skala Terkait Keresahan Masyarakat Kriteria Kualitas/Skala 1 2 3 4 Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Tanggapan Mayarakat Masyarakat Masyarakat Masyrakat Masyarakat menolak apa cenderung tidak setempat



Parameter Lingkungan



5 Sangat Baik Masyarakat menghendaki



61



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



terhadap proyek



menolak menerima dan dan bersikap saja yang dan tidak menolak berfikir sesuai dengan berhubungan menolak apapun yang negative yang dengan adanya direncanakan terhadap direncanakan proyek kegiatan proyek kegiatan proyek proyek proyek Sumber: Analisis Tim, 2017 1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Berdasarkan kajian rona lingkungan awal, skala kualitas lingkungan untuk keresahan masyarakat terhadap rencana pengembangan dan pembangunan Tpa dan PLTSa Banyuroto 0% atau tidak ada sama sekali. Berdasarkan hasil presentase penyebaran kuisioner didapatkan bahwa 90% responden menyatakan setuju dan 10% menyatakan tidak setuju dengan berbagai macam keresahan dan kekhawatiran. Sesuai dengan tabel skala kualitas lingkungan dimana prensentase masyarakat setempat yang tidak stuju dengan adanya proyek 10% dan setuju 90% termasuk kategori dimana masyarakat setempat tidak menolak apapun yang direncanakan proyek maka kualitas lingkungannya termasuk kategori baik (Skala 4).



2) Kondisi lingkungan Tanpa Proyek Besaran dampak pada saat tanpa proyek untuk sikap dan persepsi masyarakat diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan awal mengingat kuisioner yang disebarkan oleh tim saat kondisi dimana penduduk telah menjalani rutinitas di TPA Banyuroto yang telah ada sebelumnya. Kualitas lingkungan tanpa proyek tidak berbeda secara signifikandengan kualitas rona lingkungan awal yaitu masuk kategori baik (skala 4). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek



62



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Mengingat aspek sikap dan tanggapan merupakan persoalan social yang peka dan muda melahirkan sikap suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, maka kegiatan sosialisasi merupakan salah satu komponen kegiatan yang signifikan berdampak pada sikap masyarakat terhadap proyek. Sosialisasi ini juga menjadi media antara pemrakarsa dan masyarakat dimana pemrakarsa menginformasikan berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan dan tanggung jawab pemrakarsa. Sosialisasi yang dilakukan juga merupakan langkah awal suatu pengelolaan terhadap ketidakpercayaan masyarakat yang di prakirakan terkena dampak agar memperoleh informasi yang jelas dan akurat tentang rencana kegiatan. Dari hasil penyebaran kuisioner oleh tim juga didapatkan bahwa kekhawatiran responden terkait keberadaan TPA dan PLTSa Banyuroto melalui persentase harapan masyarakat yaitu dari 10% masyarakat yang menyatakan tidak setuju, 50% khawatir terhadap bau yang dihasilkan TPA, 30% khawatir terhadap polusi udara yang dihasilkan pembakaran PLTSa, dan 20% khawatir terhadap limbah cair pengolahan lindi TPA. Dengan sosialisasi yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, maka diharapkan penduduk yang tidak setuju (10%) akan berkurang bahkan tidak ada, sehingga sikap atau keresahan masyarakat terhadap rencana kegiatan proyek adalah 0% atau 100% setuju. Dengan demikian maka kualitas lingkungan yang terjadi setelah adanya proyek menjadi kategori sangat baik (skala 5). Maka dapat disimpulkan bahwa:   



Kualitas rona lingkungan awal Kualitas lingkungan tanpa proyek Kualitas lingkungan dengan proyek



= skala 4 = skala 4 = skala 5



63



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY







Besaran dampak



= +1



Dengan demikian besaran dampaknya termasuk dampak positif kecil. b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada adanya keresahan masyarakat terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.9 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Keresahan Masyarakat



No



Kriteria Dampak Penting



P



1



Jumlah manusia terkena dampak



P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



T P



Keterangan Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat di sekitar rencana pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto yang mencapai 12,4% dari total penduduk terkena dampak Sebaran dampak akan mempengaruhi masyarakat sekitar rencana pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto dengan luas dampak 8% lebih luas dari wilayah rencana kegiatan Populasi masyarakat terkena dampak akan terpengaruh, dampak akan berlangsung selama lebih dari 1 tahapan kegiatan proyek. Aka ada komponen lingkungan lain terkena dampak yaitu menurunnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaran, atau pola



64



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



No



Kriteria Dampak Penting



Sifat kumulatif 5 dampak Berbalik atau tidak 6 berbaliknya dampak 7 Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkiraan Dampak Penting



P



T P



Keterangan



konsumsi masyarakat. Tidak akan bersifat TP kumulatif dan kompleks Dapat berbalik/dipulihkan TP jika ditangani dengan baik TP Dampak dapat ditanggulahi dengan pendekatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat 4



3



Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan analisis sifat penting dampak, dampak keresahan masyarakat



akibat



pengadaan



lahan



kegiatan



proyek



pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSa Banyuroto adalah penting karena jumlah penduduk terkena dampak diperkirakan mencapai 12,4% dari total penduduk Kabupaten Kulon Progo, luas wilayah persebaran dampak 8% lebih luas dari wilayah proyek, dampak berlangsung selama lebih dari 1 tahap kegiatan, dan mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti stabilitas keamanan daerah dan hubungan sosial masyarakat.



 Flora Darat a) Prakiraan Besaran Dampak



Kegiatan pengadaan lahan untuk pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto selama 6 bulan waktu kajian diperkirakan



dapat



merubah



alih



fungsi



lahan



sehingga



menyebabkan terjadinya penurunan kualitas flora. Sebagai Contoh, lahan vegetasi tumbuhan dan tanaman akan digunakan dalam pembangunan PLTSa akibatnya lahan vegetasi tumbuhan



65



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



dan tanaman akan terjadi penurunan kualitas karena tidak adanya perawatan selama 6 bulan waktu kajian pengadaan lahan. Adanya perubahan tutupan vegetasi pada flora darat dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut.



Tabel 3.10 Skala Penilaian Tutupan Vegetasi Lahan Skala 1 Sangat Buruk



Paramater



Tutupan Vegetasi



Tutupan Lahan 75%



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui melalui data kondisi rona lingkungan awal untuk jenis flora yang ditunjukkan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11 Rona Lingkungan Awal Jenis Flora No 1 2 3 5 6



Nama Lokal Nama Ilmiah Tanaman Budidaya Jati Tectona Grandis Ketela Pohon Manihot esculenta Kedelai Glycine max Padi Oryza sativa Ubi Kayu Manihot utilisima



66



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 7 8



Jagung Zea may Kacang Tanah Arachis hypogaea Tanaman Liar 1 Rumput Panicum sp. 3 Bambu Bambusa arundinaea 4 Ketapang Terminalia catapa 5 Jati Tectona grandis 6 Putri Malu Mimosa pudica Sumber : Nanggulan Dalam Angka (2017)



Berdasarkan area pengembangan yang ada, maka dapat diketahui presentase luasan vegetasi tutupan lahan yang akan disajikan pada Tabel 3.12 sebagai berikut : Tabel 3.12 Presentase Tutupan Lahan



3.8,



Tutupan Lahan Lahan Hijau Permukiman Jalan Total



Luas (Ha) 88,20 2,94 6,86 98



Persentase 90% 3% 7% 100%



Melalui tabel maka



dapat



diketahui bahwa tutupan vegetasi pada rona lingkungan awal area pengembangan TPA adalah sebesar 90% sehingga dapat dikatakan sangat baik (skala 5). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Kondisi lingkungan tanpa proyek dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit perubahan namun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang terjadi adalah dengan berubahnya lahan hijau menjadi area permukiman. Berdasarkan data statistik, setiap tahun pertambahan rumah di desa Banyuroto adalah sebesar 10 rumah per tahun. Adapun perkiraan luasan yang mengalami perubahan akan ditunjukkan pada tabel 3.13 Sebagai berikut: Tabel 3.13 Prensentase Perkiraan Tutupan Lahan tanpa Proyek Tutupan Lahan



Luas (Ha)



Persentase



67



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Lahan Hijau Permukiman Jalan Total



87,70 3,44 6,86 98



89% 4% 7% 100%



Melalui tabel 3.13, maka dapat diketahui bahwa presentase tutupan lahan yang mengalami perubahan sebesar 1%. Sehingga tutupan vegetasi pada lingkungan tanpa proyek adalah sebesar 89% dan dapat dikatakan sangat baik (Skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Kegiatan pengadaan lahan hanya akan berdampak pada sawah yang ada di area tersebut. Ini dikarenakan sawah pada saat tahap pengadaan lahan ini akan mengalami perubahan pada kualitas sawah itu sendiri. Dari 87,70 Ha Lahan hijau yang ada, luas sawah hanya 17,4 Ha. Adapun perkiraan persentase perubahan kualitas lahan hijau pada saat tahap pengadaan lahan akan ditunjukkan pada Tabel 3.14 sebagai berikut: Tabel 3.14 Presentase Tutupan Lahan dengan Proyek Tutupan Lahan Lahan Hutan Liar Sawah Permukiman Jalan Total



Luas (Ha) 70,3 17,4 3,44 6,86 98



Persentase 72% 17% 4% 7% 100%



Berdasarkan Tabel 3.14. maka dapat diketahui bahwa persentase tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 17%. Sehingga tutupan vegetasi pada saat pengadaan lahan adalah sebesar 83% dan dapat dikatakan sangat baik (skala 5). Maka, dapat disimpulkan bahwa:  Kondisi Rona Awal Lingkungan = Skala 5  Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 5  Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 5



68



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY







Besaran Dampak = 0



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak perubahan tutupan vegetasi dalam tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.11 sebagai berikut. Tabel 3.15 Kriteria Sifat Penting Dampak Perubahan Vegetasi Lahan N o



Kriteria Dampak Penting



P



TP



1



Jumlah manusia terkena dampak



2



Luas wilayah perseberan dampak



P



Persebaran dampak akan berpengaruh pada masyarakat sekitar lokasi proyek



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



Dampak akan berlangsung selama kegiatan berlangsung



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



Dampak ikutan dapat terjadi



5



Sifat kumulatif dampak



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi



7



Prakiraan Dampak Penting



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar proyek



TP P TP 4



3



lama



Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dampak dapat berbalik Kriteria lain berdasarkan ekosistem buatan Dampak bersifat penting



 Fauna Darat a) Prakiraan Besaran Dampak Kegiatan pengadaan lahan dalam rangka pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto diperkirakan dapat merubah tutupan vegetasi sehingga mengubah keberadaan fauna yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Pada tahap pengadaan lahan selama 6 bulan waktu kajian yang tentunya akan mengubah keberadaan fauna. Perubahan keberadaan fauna di sekitar TPA Banyuroto



69



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



dapat dikonversikan menjadi kualitas lingkungan pada Tabel 3.16 Sebagai berikut: Tabel 3.16 Skala Penilaian Keberadaan Fauna Darat



1 Sangat Buruk



Paramater



1-2 jenis fauna



Jumlah Jenis Fauna



2



Skala 3



4



Buruk



Sedang



Baik



3-5 jenis fauna



6 - 10 jenis fauna



11 - 15 jenis fauna



5 Sangat Baik > 15 jenis fauna



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui melalui pencarian data. Berikut ini merupakan data kondisi rona lingkungan awal untuk jenis fauna yang ditunjukkan pada Tabel 3.17.



Tabel 3.17 Rona Lingkungan Awal Jenis Fauna No



Nama Lokal



1 2 3



Perkutut Puyuh Merpati



1 2



Ular Kadal



1 2



Itik Ayam



1 2 3 4



Sapi Domba Kambing Kelinci



Nama Ilmiah Aves Geopelia striata Coturnix japonica Domestic Pigeon Reptil Boiga dendrophila Eutropis sp. Unggas Anas gibberifrons Gallus domesticus Mamalia Bos Taurus Ovis aries Capra aegagrus hircus Lepus negricollis



70



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 5



Kerbau Bubalus bubalis Sumber : Nanggulan dalam Angka (2017)



Berdasarkan Tabel 3.17, jumlah fauna yang ditemukan di lokasi adalah berjumlah 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan fauna pada rona awal lingkungan tergolong baik (skala 4). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Habitat untuk jenis fauna di sekitar lokasi studi tidak berubah dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan maka diperkirakan kondisinya akan sama dengan rona lingkungan awal. Dengan demikian, jumlah fauna yang ada di sekitar lokasi adalah sebanyak



12



jenis



sehingga



dapat



disimpulkan



bahwa



keberadaan fauna pada kondisi lingkungan tanpa proyek tergolong baik (skala 4). 3) Kondisi Lingkngan Dengan Proyek Dengan adanya kegiatan pengadaan lahan ini maka akan akan berdampak terhadap vegetasi sebagai habitat yang akan mempengaruhi keberadaan fauna. Beberapa jenis fauna akan kehilangan tempat tinggal dan akan mengubah keberadaan fauna di sekitar lokasi. Adapun sisa fauna yang masih tertinggal disekitar lokasi adalah 10 jenis fauna, sehingga dapat digolongkan ke dalam kategori sedang (skala 3).    



Maka dapat disimpulkan bahwa: Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 4 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 4 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 3 Besaran Dampak = -1



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak perubahan keberadaan fauna darat dalam tahapan kegiatan pengadaan lahan berdasarkan pada 7



71



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.18 Berikut: Tabel 3.18 Kriteria Sifat Penting Dampak pada Perubahan Keberadaan Fauna Darat N o



Kriteria Dampak Penting



P



TP



1



Jumlah manusia terkena dampak



2



Luas wilayah perseberan dampak



P



Persebaran dampak akan berpengaruh pada masyarakat sekitar lokasi proyek



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



Dampak akan berlangsung lama selama keiatan berlangsung



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



Dampak ikutan dapat terjadi



5



Sifat kumulatif dampak



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi



7



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar proyek



TP



Prakiraan Dampak Penting



P TP 4



3



3.2.2 Tahap Konstruksi 3.2.2.1 Rekruitmen Tenaga Kerja  Terbentuknya Kesempatan Kerja a) Prakiraan Besaran Dampak Rencana Pengembangan dan



Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dampak dapat tidak dapat berbalik Kriteria lain berdasarkan ekosistem buatan Dampak bersifat penting



pembangunan



TPA-PLTSa



Banyuroto membutuhkan setidaknya 300 tenaga kerja guna terlibat



pada



proyek



tersebut.



Hal



ini



tentu



dapat



membuka/memberikan tambahan kesempatan bagi masyarakat lokal khususnya Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, hingga Kabupaten Kulon Progo. Tabel 3.19 Presentase Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Kulon Progo, 2016



72



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



No 1



Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan



Laki-Laki



Perempuan



Jumlah



37.68



37.96



37.81



2



Pertambangan dan Penggalian



2.14



0.31



1.32



3 4 5



Industri Listrik, Gas, dan Air Minum Konstruksi



11.50 0.22 13.56



18.97 0.58



14.84 0.12 7.75



6



Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi



16.33



24.59



20.02



7



Transportasi Pergudangan dan Komunikasi



3.00



0.00



1.66



8



Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha, Persewaan & Jasa Perusahaan



3.50



1.38



2.55



16.21



13.93



100.00



100.00



Jasa Kemasyarakatan, Sosial, 12.07 dan Perorangan Jumlah/Total 100.00 Sumber: Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, 2017 9



Dari data jumlah penduduk berdasarkan lapangan usahanya terdapat sekitar 7,75% dari total angkatan kerja penduduk kulon progo bekerja dalam bidang konstruksi. Hal ini menggambarkan peluang penduduk lokal untuk memperoleh kesempatan kerja pada rencana kegiatan ini.



Tabel 3.20 Distribusi Presentase Penduduk Angkatan Kerja (15 Tahun ke atas) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Uraian Angkatan Kerja Bukan



Bekerja Pengangguran Sekolah



Laki-Laki 83,02 3,12 6,71



Perempua n 63,21 2,52 5,8



Jumlah 72,81 2,82 6,255 73



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Uraian



Laki-Laki



Perempua n



Jumlah



Mengurus 4,34 24,24 14,29 Rumahtangga Lainnya 2,81 4,22 3,515 Sumber: Kulon Progo Dalam Angka, 2017 Adapun spesifikasi tenaga kerja lokal yang dibutuhkan pada Angkatan Kerja



kegiatan proyek TPA-PLTSa Banyuroto adalah sebagai berikut: Tabel 3.21 Prakiraan Kebutuhan (orang) Berdasarkan Ketrampilan Selama Tahap Konstruksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Kebutuhan Spesifikasi (Orang) Operator Alat Berat 35 STM/SMA Pengemudi 10 STM/SMA Administrasi dan Sekretariat 14 D3/SMA Security 16 SMP/STM/SMA Kepala Tukang 20 SMP/STM/SMA Tukang 65 SMP/STM/SMA Instalatir Air 25 STM/SMA Instalatir Listrik 25 STM/SMA Lain-lain/Pembantu Tukang 90 SD/SMP/STM/SMA Total 300 Keahlian



Berdasarkan kesempatan kerja bagi penduduk local relative cukup banyak yaitu 300 orang, akan tetapi karena pekerjaan dibatasi dengan keterampilan tenaga kerja maka nantinya akan dibatasi oleh pemrakarsa dalam merekrut tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi ini telah ditentukan sebelumnya dengan kerja sama pihak ketigasebagai tim proyek dalam pembangunan gedung. Terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat Banyuroto dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.22 Kriteria Kualitas Lingkungan Terbentuknya Kesempatan Kerja



74



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Parameter Lingkungan



1 Sangat Buruk



Tingkat Pengangguran >8% Masyarakat Sumber: Sudano Sukirno, 2008



Kriteria Kualitas/Skala 2 3 4 Buruk Sedang Baik >5 – 8%



>3 – 5%



5 Sangat Baik



>2 – 3%



≤1%



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Terdapat kurang lebih sebanyak 5774 pencari kerja di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016. Sedangkan pada rona lingkungan



awal



dengan



proyeksi



menjukkan



tingkat



penganggurannya mencapai 3,07%. Kondisi ini dalam skala kualitas lingkungan masuk ke dalam kategori Sedang (skala 3). 2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Pendekatan Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek dilakukan dengan melihat kondisi pengangguran Kabupaten Kulon progo dari tahun-ke tahun sebagaimana pada tabel pertumbuhan



pengangguran



Kabupaten



Kulon



Progo



sebelumnya. Maka tingkat pengangguran yang terjadi tanpa proyek menjadi 3,3%. Kondisi tingkat pengangguran berkisar >3% - 4% dari total penduduk angkatan kerja ini masuk dalam kategori sedang (skala 3). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Berdasarkan data pencari kerja Kabupaten Kulon Progo terdapat 5774 orang pencari kerja pada tahun 2016. Adapun tenaga kerja yang akan terserap dengan adanya kegiatan proyek TPA-PLTSa Banyuroto adalah 300 orang tenaga kerja. Jumlah ini setara dengan 0,1% dari total angkatan kerja kabupaten atau menyerap 5,19% angkatan kerja belum bekerja pada tahun tersebut. Sehingga



tingkat



pengangguran



kabupaten



mengalami



75



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



penurunan diangka 2,97%. Kondisi ini masuk ke dalam kategori baik (skala 4). Maka dapat disimpulkan bahwa:  Kondisi rona lingkungan awal = skala 3  Kualitas lingkungan tanpa proyek = skala 3  Kualitas lingkungan dengan proyek= skala 4  Besaran dampak = +1 Dengan demikian besaran dampaknya termasuk dampak positif kecil.



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada terbentuknya kesempatan kerja terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.23 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Terbentuknya Kesempatan Kerja No



Kriteria Dampak Penting



P



1



Jumlah manusia terkena dampak



P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



T P



Keterangan



Masyarakat terkena dampak yaitu seluruh penduduk di rencana pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto yang belum memiliki pekerjaan. Sebaran dampak akan mempengaruhi masyarakat sekitar rencana pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto dengan luas dampak 8% lebih luas dari wilayah rencana kegiatan TP Dampak hanya akan berlangsung sementara



76



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



No



Kriteria Dampak Penting



P



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



5



Sifat kumulatif dampak



P



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak



7



Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkiraan Dampak Penting



4



T P



Keterangan



selama tahap/aktivitas penerimaan tenaga kerja konstruksi. Terdapat ada komponen lingkungan lain terkena dampak yaitu meningkatnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaran, atau pola konsumsi masyarakat. Dampak bersifat kumulatif dan kompleks karena turut mempengaruhi tingkat pengangguran dan kesejahteraan Kabupaten Kulon Progo Dampak dapat berbalik TP ketika segera ditangani. Dampak dapat ditanggulahi dengan pendekatan sosial, TP budaya, dan ekonomi masyarakat 3 Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan analisis sifat dampak penting, dampak terbentuknya kesempatan kerja akibat rekrutmen tenaga kerja konstruksi kegiatan proyek pengembangan TPA dan Pengembangan PLTSA Banyuroto adalah penting karena jumlah penduduk terkena dampak meliputi seluruh Kabupaten Kulon Progo, mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti ekenomi dan kesehatan masyarakat, dan bersifat kumulatif karena turut mempengaruhi kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan di Kabupaten Kulon Progo.  Peningkatan Peluang Berusaha a) Prakiraan Besaran Dampak Kegiatan pembangunan fisik dan fasilitas pendukung akan memberikan tambahan peluang berusaha baik bagi penduduk di



77



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



sekitar proyek maupun dari luar proyek. Sebagai contoh akan tumbuh warung-warung non permanen yang menyediakan makanan, minumam, dan jasa lainnya bagi kepentingan pekerja proyek (jumlah pekerja proyek keseluruhan sebanyak 300 orang). Adanya peluang usaha dapat dikonversikan menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.24 Kriteria Kualitas Lingkunag Kesempatan Kerja Lokal Parameter Lingkungan Peluang berusaha



1 Sangat Buruk Tidak ada usaha baru yang muncul



Kriteria Kualitas/Skala 2 3 4 5 Buruk Sedang Baik Sangat Baik Ada 1 Ada 2 Ada 3 Ada >3 usaha usaha usaha usaha baru baru baru baru yang yang yang yang muncul muncul muncul muncul



Sumber: Analisis Tim, 2017 1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Saat kondisi eksisting terdapat 2 jenis usaha baru di depan TPA Banyuroto yaitu usaha angkringan dan usaha warung makan. Kondisi ini masuk ke dalam kategori sedang (skala 3). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Saat kondisi eksisting usaha terdapat 2 usaha baru di depan TPA Banyuroto yaitu usaha angkringan dan warung makan. Jika kondisi lingkungan tanpa proyek tidak ada perubahan secara signifikan berdasarkanbatas waktu kajian selisih antara kondisi lingkungan eksisting dengan tanpa proyek selama 6 bulan kedepan maka kondisi ini masuk kategori sedang (skala 3). 3) Kondisi Lingkungah dengan Proyek Ketika ada proyek konstruksi dengan 300 orang pekerja, kemungkinan ada peningkatan lapangan usaha baru seperti warung rokok dan kelontong kecil untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Peluang usaha = (jenis usaha saat konstruksi – jenis usaha sebelumnya)/jenis usaha sebelumnya × 100%, maka



78



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



= (3-2)/2 × 100%, yaitu 50%. Diperkiraan akan muncul 3 jenis usaha baru pada saat kegiatan konstruksi berlangsung. Kondisi ini masuk kategori baik (skala 4). Maka dapat disimpulkan bahwa:  Kondisi rona lingkungan awal  Kualitas lingkungan tanpa proyek  Kualitas lingkungan dengan proyek  Besaran dampak Dengan demikian besaran dampaknya termasuk



= skala 3 = skala 3 = skala 4 = +1 dampak positif



kecil. b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada peningkatan peluang berusaha terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.24 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Peningkatan Peluang Usaha No



Kriteria Dampak Penting



P



1



Jumlah manusia terkena dampak



P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



T P



Keterangan



Masyarakat terkena dampak yaitu seluruh penduduk di sekitar pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto. Sebaran dampak akan mempengaruhi masyarakat sekitar pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto Dampak hanya akan berlangsung sementara selama TP tahap/aktivitas konstruksi bangunan



79



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kriteria Dampak Penting



P



4



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak



P



5



Sifat kumulatif dampak



P



No



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan 7 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkiraan Dampak Penting 6



4



T P



Keterangan



3



Dampak Bersifat Penting



Terdapat ada komponen lingkungan lain terkena dampak yaitu meningkatnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaran, atau pola konsumsi masyarakat. Dampak bersifat kumulatif dan kompleks karena turut mempengaruhi tingkat pengangguran dan kesejahteraan Kabupaten Kulon Progo Dampak dapat berbalik ketika TP ditangani dengan cepat Dampak dapat ditanggulahi dengan pendekatan sosial, TP budaya, dan ekonomi masyarakat



Berdasarkan analisis sifat penting dampak, peningkatan peluang berusaha akibat rekrutmen tenaga kerja konstruksi kegiatan proyek pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSa Banyuroto adalah penting karena jumlah penduduk terkena dampak diperkirakan mencapai penduduk Kecamatan Nanggulan Kulon Progo, mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti ekonomi dan kesehatan masyarakat, dan bersifat kumulatif karena turut mempengaruhi kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. 3.2.1.2. Survey  Peningkatan Intensitas Kebisingan a) Prakiraan Besaran Dampak



80



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



1) Rona Lingkungan Awal Kegiatan survey berpotensi



memiliki



intensitas



kebisingan yang cukup tinggi. Proses survey dan investigasi untuk perencanaan meliputi pemasangan patok dan pengeboran untuk mengetahui kondisi geologi serta pengukuran topografi. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak proyek adalah sebagai berikut.



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



63,9



55



Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan diterima oleh masyarakat adalah:



Jarak (m) 10



Intensitas (dBA) 50.89



25



46.91



50



43.90



75



42.14



100



40.89



81



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik. Tabel 3.25 Skala Kebisingan Skala 5 4 3 2 1



Level Kebisingan 51-60 61-70 71-80 91-100 101-110



Kategori Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan bermotor



(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap



tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



72,85



55



Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi intensitas kebisingan sebagai berikut Jarak (m) 10



Intensitas (dB) 59.84



25



55.86



50



52.85



82



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



75



51.09



100



49.84



Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik (Skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Lingkungan dengan adanya kegiatan survey dapat memicu



kenaikan



tingkat



kebisingan.



Intensitas



kebisingan akibat penggunaan mesin bor adalah sebesar 86,13 dBA (Hidayat, 2012). Bila dalam jarak 100 m dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan adalah sebesar: Jarak (m) 10



Intensitas (dB) 73.12



25



69.14



50



66.13



75



64.37



100



63.12



Kebisingan tersebut memiliki skala 4 yaitu baik, dan tidak memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang terpapar.



83



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Nilai Kebisingan Kegiatan Survey Intensitas Kebisingan (dBA)



20.00



Rona Li ngkunga n Awal



0.00



0



20



40



60



80



100



120



140



Rona Li ngkunga n Tanpa Proyek 160 180 200



Jarak (m)



Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 



Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5







Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5







Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 4







Besaran dampak



: -1



b) Sifat Penting Dampak Tabel 3.26 Prakiraan Sifat Penting Dampak No 1



Kriteria Dampak Penting Jumlah manusia terkena dampak



P TP TP



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



Keterangan Pekerja dan masyarakat akan terkena dampak, namun karena hanya Intensitas kebisingan memiliki cakupan wilayah yang cukup luas



TP



Aktivitas pengeboran hanya berlangsung sementara



84



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang terkena dampak



TP



Komponen lain yang terkena dampak tidak banyak karena hanya diambil sampel dari beberapa titik saja



5



Sifat Kumulatif dampak



TP



Intensitas kebisingan saat survey tidak memiliki sifat kumulatif



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan



TP



Dampak ini tidak akan berbalik, karena kebisingan merupakan Penggunaan peredam suara serta ear



5



untuk pekerja dapat mengurangi Dampak bersifat tidak penting



7



perkembangan IPTEK Prakiraan dampak penting



P 2



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan mengganggu pekerja namun tidak dengan masyarakat sekitar. Kegiatan survey hanya berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan tidak signifikan terhadap lingkungan. 3.2.2.2 Mobilisasi Tenaga dan Alat  Peningkatan Intensitas Kebisingan a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Rona Lingkungan Awal Tahapan mobilisasi alat berat dan tenaga memiliki intensitas



kebisingan



tinggi.



Berdasarkan



hasil



pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak proyek adalah sebagai berikut.



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



69,3



55



Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan diterima oleh masyarakat adalah Jarak (m)



Intensitas (dBA)



85



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 10



56.29



25



52.31



50



49.30



75



47.54



100



46.29



Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik. Tabel 3.27 Skala Kebisingan Skala 5 4 3 2 1



Level Kebisingan 51-60 61-70 71-80 91-100 101-110



Kategori Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan bermotor



(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap



tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



79,00



55



Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi intensitas kebisingan sebagai berikut 86



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Jarak (m) 10



Intensitas (dB) 65.99



25



62.01



50



59.00



75



57.24



100



55.99



Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik (Skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Lingkungan dengan adanya mobilisasi tenaga dan alat berat memicu kenaikan tingkat kebisingan karena adanya pekerjaan seperti:



Kendaraan Dump Truck Flatbed Truck



Jumlah Kebisingan Kendaraan (dBA)



Jumlah Kendaraa n Per Trip



Jumlah Trip



95.8



20



4



5



98



6



6



3



Pekerjaan tersebut akan memiliki akumulasi intensitas kebisingan sebesar 94 dBA. Bila dalam jarak 100 m dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan adalah sebesar: Jarak (m) 10



Intensitas (dB) 80.99



25



77.01



50



74.00



75



72.24



87



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 100



70.99



Kebisingan tersebut memiliki skala 3 yaitu sedang, dan memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang terpapar.



Intensitas Kebisingan (dBA)



Nilai Kebisingan Mobilisasi Tenaga dan Alat 20.00



Rona Li ngkunga n Awal



0.00



0



20



40



60



80



100



120



140



Rona Li ngkunga n Tanpa Proyek 160 180 200



Jarak (m)



Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 



Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5







Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5







Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 3







Besaran dampak



: -2



b) Sifat Penting Dampak Tabel 3.28 Prakiraan Sifat Penting Dampak



88



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY No 1



Kriteria Dampak Penting Jumlah manusia terkena dampak



P TP P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



4



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang terkena dampak



5



Sifat Kumulatif dampak



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan



7



perkembangan IPTEK Prakiraan dampak penting



cakupan wilayah yang cukup luas TP



Aktivitas mobilisasi hanya berlangsung sementara



TP



Komponen lain yang terkena dampak tidak banyak karena area pengangkutan tidak melewati pemukiman yang padat Intensitas kebisingan dapat bersifat kumulatif terhadap sumber kebisingan yang lain



P



P 4



Keterangan Pekerja dan masyarakat akan terkena dampak sepanjang jalur Intensitas kebisingan memiliki



TP



Dampak ini tidak akan berbalik, karena kebisingan merupakan Penggunaan peredam suara serta



3



ear untuk pekerja dapatpenting mengurangi Dampak bersifat



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Meskipun mobilisasi alat berat berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan harus ditangani secara optimal. 3.2.2.3 Konstruksi Area Landfill  Perubahan Tutupan Vegetasi Lahan a) Prakiraan Besaran Kegiatan konstruksi area landfill dalam rangka pengembangan TPA



dan



pembangunan



PLTSa



Banyuroto



diperkirakan



dapatmerubah tutupan vegetasi flora yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Lahan yang ada di sekitar lokasi kegiatan sebelumnya dimanfaatkan sebagai area persawahan, hutan produksi dan juga permukiman penduduk. Pada tahap konstruksi area landfill akan dilakukan pembersihan dan pemerataan lahan yang tentunya akan



89



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



mengubah tutupan vegetasi lahan. Perubahan tutupan vegetasi lahan di sekitar TPA Banyuroto dapat dikonversikan menjadi kualitas lingkungan pada Tabel 3.29 sebagai berikut. Tabel 3.29 Skala Penilaian Tutupan Vegetasi Lahan



Paramater



Tutupan Vegetasi



1 Sangat Buruk Tutupan Lahan >10%



2



Skala 3



4



Buruk



Sedang



Baik



Tutupan Lahan 10-25%



Tutupan Lahan 25-50%



Tutupan Lahan 51-75%



5 Sangat Baik Tutupan Lahan >75%



Gambar 3.1 Peta Tutupan Vegetasi Lahan di Wilayah Studi 1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui melalui pengamatan visual pada peta yang ditunjukkan pada Tabel 3.30. Berikut ini merupakan data kondisi rona lingkungan awal untuk jenis flora yang ditunjukkan pada Tabel 3.30. Tabel 3.30 Rona Lingkungan Awal Jenis Flora No



Nama Lokal Nama Ilmiah Tanaman Budidaya



90



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 1 2 3 5 6 7 8 1 3 4 5 6



Jati Tectona Grandis Ketela Pohon Manihot esculenta Kedelai Glycine max Padi Oryza sativa Ubi Kayu Manihot utilisima Jagung Zea may Kacang Tanah Arachis hypogaea Tanaman Liar Rumput Panicum sp. Bambu Bambusa arundinaea Ketapang Terminalia catapa Jati Tectona grandis Putri Malu Mimosa pudica



Sumber: Nanggulan Dalam Angka (2017) Berdasarkan Tabel 3.31, maka dapat diketahui luasan vegetasi tutupan lahan pada area pengembangan TPA Banyuroto yang akan disajikan pada Tabel 3.31 sebagai berikut. Tabel 3.31 Presentase Tutupan Lahan Tutupan Lahan Lahan Hijau Permukiman Jalan Total



Luas (Ha) 88,20 2,94 6,86 98



Persentase 90% 3% 7% 100%



Melalui tabel 3.31, maka dapat diketahui bahwa tutupan vegetasi pada rona lingkungan awal area pengembangan TPA adalah sebesar 90% sehingga dapat dikatakan Sangat Baik (Skala 5). 2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Kondisi lingkungan tanpa proyek dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit perubahan namun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang terjadi adalah dengan berubahnya lahan hijau menjadi area permukiman. Adapun perkiraan luasan yang mengalami perubahan akan ditunjukkan pada tabel 3.32 Sebagai berikut: 91



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Tabel 3.32 Presentase Perkiraan Tutupan Lahan Tanpa Proyek Tutupan Lahan Lahan Hijau Permukiman Jalan Total



Luas (Ha) 87,70 3,44 6,86 98



Persentase 89% 4% 7% 100%



Melalui tabel 3.32, maka dapat diketahui bahwa persentase tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 1%. Sehingga tutupan vegetasi pada lingkungan tanpa proyek adalah sebesar 89% dan dapat dikatakan sangat baik (skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Kegiatan konstruksi area landfill tentu saja akan berdampak terdapat tutupan vegetasi lahan di sekitar area konstruksi. Lahan hijau yang ada di sekitar lokasi akan mengalami perubahan karena terjadi proses pembukan, pembersihan dan pemerataan lahan. Adapun perkiraan persentase perubahan lahan pada saat konstruksi area landfill akan ditunjukkan pada Tabel 3.33. sebagai berikut: Tabel 3.33 Presentase Perubahan Tutupan Lahan dengan Proyek Tutupan Lahan Lahan Hijau (Zona Buffer) Area TPA & PLTSA Total



Luas (Ha) 0,62 97,38 98



Persentase 1% 99% 100%



Berdasarkan Tabel 3.33. maka dapat diketahui bahwa persentase tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 88%. Sehingga tutupan vegetasi pada saat konstruksi area landfill adalah sebesar 1% dan dapat dikatakan sangat buruk (skala 1). Maka dapat disimpulkan bahwa:



92



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



   



Kondisi Rona Awal Lingkungan = Skala 5 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 5 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 1 Besaran Dampak = -4



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak perubahan tutupan vegetasi dalam tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.34 Berikut: Tabel 3.34 Kriteria Penentuan Kepentingan Perubahan Vegetasi Lahan



No



Kriteria Dampak Penting



P



TP



1



Jumlah manusia terkena dampak



2



Luas wilayah perseberan dampak



P



Persebaran dampak akan berpengaruh pada masyarakat sekitar lokasi proyek



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



Dampak akan berlangsung selama keiatan berlangsung



P



Dampak ikutan dapat terjadi



P



Mengakibatkan dampak lain



P



Dampak dapat berbalik



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak 5 Sifat kumulatif dampak Berbalik atau tidak berbaliknya 6 dampak Kriteria lain sesuai dengan 7 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Prakiraan Dampak Penting 4



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar proyek



5



lama



TP



Kriteria lain berdasarkan ekosistem buatan



2



Dampak bersifat penting



 Perubahan Keberadaan Fauna Darat a) Prakiraan Besaran Kegiatan konstruksi area landfill dalam rangka pengembangan TPA dan pendirian instalasi PLTSa Banyuroto diperkirakan dapat merubah tutupan vegetasi sehingga mengubah keberadaan faunayang ada di sekitar lokasi kegiatan. Pada tahap konstruksi area landfill akan dilakukan pembersihan dan pemerataan lahan yang tentunya akan mengubah keberadaan fauna. Perubahan



93



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



keberadaan fauna di sekitar TPA Banyuroto dapat dikonversikan menjadi kualitas lingkungan pada Tabel 3.35 Sebagai berikut: Tabel 3.35 Skala Penilaian Keberadaan Fauna Darat



1 Sangat Buruk



Paramater



1-2 jenis fauna



Jumlah Jenis Fauna



2



Skala 3



4



Buruk



Sedang



Baik



3-5 jenis fauna



6 - 10 jenis fauna



11 - 15 jenis fauna



5 Sangat Baik > 15 jenis fauna



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui melalui pencarian data. Berikut ini merupakan data kondisi rona lingkungan awal untuk jenis fauna yang ditunjukkan pada Tabel 3.36 sebagai berikut:



Tabel 3.36 Rona Lingkungan Awal Jenis Fauna No



Nama Lokal



1 2 3



Perkutut Puyuh Merpati



1 2



Ular Kadal



1 2



Itik Ayam



1 2 3 4 5



Sapi Domba Kambing Kelinci Kerbau



Nama Ilmiah Aves Geopelia striata Coturnix japonica Domestic Pigeon Reptil Boiga dendrophila Eutropis sp. Unggas Anas gibberifrons Gallus domesticus Mamalia Bos Taurus Ovis aries Capra aegagrus hircus Lepus negricollis Bubalus bubalis



94



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sumber : Nanggulan dalam Angka (2017) Berdasarkan Tabel 3.36, jumlah fauna yang ditemukan di lokasi adalah berjumlah 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan fauna pada rona awal lingkungan tergolong baik (skala 4). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Habitat untuk jenis fauna di sekitar lokasi studi tidak berubah dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan maka diperkirakan kondisinya akan sama dengan rona lingkungan awal. Dengan demikian, jumlah fauna yang ada di sekitar lokasi adalah sebanyak



12



jenis



sehingga



dapat



disimpulkan



bahwa



keberadaan fauna pada kondisi lingkungan tanpa proyek tergolong baik (skala 4). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Dengan adanya kegiatan konstruksi maka akan akan berdampak terhadap vegetasi sebagai habitat yang akan



mempengaruhi



keberadaan fauna. Beberapa jenis fauna akan kehilangan tempat tinggal dan akan mengubah keberadaan fauna di sekitar lokasi. Adapun sisa fauna yang masih tertinggal disekitar lokasi adalah 3 jenis fauna, sehingga dapat digolongkan ke dalam kategori buruk (skala 2). Maka dapat disimpulkan bahwa:  Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 4  Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 4  Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 2  Besaran Dampak = -2 b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak perubahan keberadaan fauna darat dalam tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.37 Berikut:



95



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Tabel 3.37 Kriteria Penentuan Dampak Perubahan Fauna Darat N o



Kriteria Dampak Penting



P



TP



1



Jumlah manusia terkena dampak



2



Luas wilayah perseberan dampak



P



Persebaran dampak akan berpengaruh pada masyarakat sekitar lokasi proyek



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



Dampak akan berlangsung lama selama keiatan berlangsung



P



Dampak ikutan dapat terjadi



4 5 6 7



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar proyek



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak Sifat kumulatif dampak Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Prakiraan Dampak Penting



TP P TP 4



3



Mengakibatkan dampak lain Dampak dapat tidak dapat berbalik Kriteria lain berdasarkan ekosistem buatan Dampak bersifat penting



3.2.2.4 Konstruksi PLTSa  Peningkatan Intensitas Kebisingan a) Prakiraan Besaran Dampak a) Rona Lingkungan Awal Tahapan konstruksi PLTSa menggunakan berbagai macam alat berat dan peralatan yang memiliki intensitas



kebisingan



tinggi.



Berdasarkan



hasil



pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak proyek adalah sebagai berikut.



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



72,4



55



Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan diterima oleh masyarakat adalah:



96



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Jarak (m) 10 25 50 75 100



Intensitas (dBA) 59.39 55.41 52.40 50.64 49.39



Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik. Tabel 3.38 Skala Kebisingan Skala 5 4 3 2 1



Level Kebisingan 51-60 61-70 71-80 91-100 101-110



Kategori Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk



b) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan bermotor



(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap



tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:



Lokasi



Hasil Pengukuran(dBA )



Baku Mutu (dBA)



Tapak Proyek



82,54



55



Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi intensitas kebisingan sebagai berikut



97



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Jarak (m) 10 25 50 75 100



Intensitas (dB) 69.53 65.55 62.54 60.78 59.53



Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik (Skala 5). c) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Lingkungan dengan adanya proyek konstruksi PLTSa memicu kenaikan tingkat kebisingan karena adanya pekerjaan seperti: Pekerjaan Installing Trench Operating Work Welding, Burning



Kebisingan (dBA) 95.8 98 98.4



Pekerjaan tersebut akan memiliki akumulasi intensitas kebisingan sebesar 102,31 dBA. Bila dalam jarak 100 m dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan adalah sebesar: Jarak (m) 10 25 50 75 100



Intensitas (dB) 89.30 85.32 82.31 80.55 79.30



Kebisingan tersebut memiliki skala 3 yaitu sedang, dan memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang terpapar.



98



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Nilai Kebisingan Konstruksi PLTSa Intensitas Kebisingan (dBA)



20.00



Rona Li ngkunga n Awal



0.00



0



20



40



60



80



100



120



140



Rona Li ngkunga n Tanpa Proyek 160 180 200



Jarak (m)



Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 



Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5







Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5







Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 3







Besaran dampak



: -2



b) Sifat Penting Dampak Tabel 3.39 Prakiraan Sifat Penting Dampak No 1



Kriteria Dampak Penting Jumlah manusia terkena dampak



P P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



TP



Keterangan Pekerja dan masyarakat akan terkena dampak berupamemiliki gangguan Intensitas kebisingan cakupan wilayah yang cukup luas



99



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



4



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang terkena dampak



5



Sifat Kumulatif dampak



6



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan



7



perkembangan IPTEK Prakiraan dampak penting



Aktivitas konstruksi berlangsung sementara, namun akan cukup mengganggu aktivitas masyarakat serta produktivitas pekerja



P



TP



Intensitas kebisingan dapat bersifat kumulatif terhadap sumber kebisingan yang lain



P



P 5



Komponen lain yang terkena dampak tidak banyak karena kepadatan penduduk cenderung rendah



TP



Dampak ini tidak akan berbalik, karena kebisingan merupakan Penggunaan peredam suara serta



2



ear untuk pekerjapenting dapat Dampak bersifat



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Meskipun konstruksi PLTSa berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan harus ditangani secara optimal.  Penurunan Kualitas Udara a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Rona Lingkungan Awal Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-G/Pjc-06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi



indeks



standar



pencemar



udara,



dengan



tambahan/modifikasi skala kualitas. Besarnya konsentrasi PM10



100



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



(PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 33,69 µg/m3, pada titik B 32,25 µg/m3, dan pada titik C yaitu 62,975 µg/m3 dalam selang nilai 1-50 yaitu ‘kategori baik dengan skala kualitas lingkungan baik 5. Tabel 3.40 ISPU Pada Saat Rona Lingkungan Awal Titik Sampling



Letak Geografis



Titik A



7°48'0.33"LS 110°11'16.09"BT



Titik B



7°48'7.29"LS 110°11'42.34"BT



Titik C



7°48'15.01"LS 110°10'46.83"BT



Perhitungan ISPU Persamaan Ia-Ib Xa-Xb Xx-Xb Ib ISPU Keterangan Ia-Ib Xa-Xb Xx-Xb Ib ISPU Keterangan Ia-Ib Xa-Xb Xx-Xb Ib ISPU Keterangan



PM10 50 50 33,69 0 33,69 Baik 50 50 32,25 0 32,25 Baik 50 100 25,95 50 62,975 Sedang



SO2 50 80 37,7 0 23,56 Baik 50 80 30,59 0 19,12 Baik 50 80 75,95 0 47,47 Baik



NO2 100 1130 29,5 0 2,61 Baik 100 1130 25,39 0 2,25 Baik 100 1130 33,67 0 2,98 Baik



Tabel 3.41 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100 101-199 200-299 >300



Kategori Baik Sedang tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



Skala 5 4 3 2 1



101



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik) sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14% dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3. Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi nilai ISPU sebagai berikut : Tabel 3.42 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Lokasi Letak Geografis



A



B



7°48'0.33"LS 110°11'16.09"BT



7°48'7.29"LS 110°11'42.34"BT



Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek Persamaan



PM10



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



38,4



Ib



0



ISPU



38,4



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



36.765



Ib



0



ISPU



36.765



Keterangan



Baik



102



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



C



7°48'15.01"LS 110°10'46.83"BT



Ia - Ib



50



Xa-Xb



100



Xx - Xb



36.583



Ib



50



ISPU



682.915



Keterangan



Sedang



Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan



datang tanpa



proyek adalah pada kategori baik (skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut : 2 2Ql 1 z ( x , z )=¿ exp− ( ) 0.5 2 σs (2 π) σ s u C¿ Dimana : C(x,z)



= Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan



z (µg/m3) QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m) Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik) σs = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m) Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 160 kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional konstruksi adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 20 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju jalan raya adalah 1,6 km.



103



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada tabel berikut :



N o 1



Jenis Kendaraan Truck



Kebutuhan Solar( L/km) 0,4



 Jarak tempuh total(km) 250



Konsumsi BBM(m3/hari) 0,625



Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.43 Faktor Emisi Menurut WHO Jenis Kendaraan



Bahan Bakar



Satuan



Truk



Solar



m3



Jenis Polutan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) 2,01 7,21



SO2(kg/m3) 6,36



Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982 Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat konstruksi PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan



104



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



pemakaian bahan bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk masingmasing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah sebagai berikut : 



Debu







NO2







SO2



= Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi = 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3 = 1, 26 kg/hari = 0,015 gram/detik = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3 = 4,5 kg/hari = 0,05 gram/detik = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3 = 3,98 kg/hari = 0,046 gram/detik



Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus Gaussian adalah sebagai berikut : 



Debu(PM10) = 0,0016







NO2







SO2



μg m3



μg m3 μg = 0,0049 m3 = 0,0053



Khusus untuk parameter debu (PM10) peningkatannya juga berasal dari suspensi debu yang terangkat ke udara dari pergerakan roda truck, maka penurunan kualitas udara (PM10) akibat kegiatan konstruksi PLTSa ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 0.7



0.5



S V W N D Eu=5,9 12 30 7 4 365 Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km) S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras V = kecepatan kendaraan (km/jam), 20 km/jam W = berat kendaraan (20 ton) N = jumlah roda kendaraan (8 buah)



( )( )( ) ( ) ( )



105



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



D



= jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014) 10 20 20 0.7 8 0.5 185 Eu=5,9 12 30 7 4 365 Eu=2,65 kg/km Dalam konstruksi PLTSa, mobilitas Dump Truck adalah sejauh ±1,6 km



( )( )( ) ( ) ( )



dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=2,65 x5 x 1,6 km/trip km hari Eu=21,2 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600 m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3. kg Eu=21,2 =21,2 x 106 mg/hari hari Eu=21,2 x 10 6 Eu=4,42



mg : 4,8 x 106 m3 hari



mg /hari m3



Eu=4.420



μg /hari m3 Tabel 3. 44 Prakiraan Peningkatan Emisi RONA AWAL PM10 S02 33,69 23,56 32,25 19,12 62,98 47,47 42,97 30,05 400 900



Titik Satuan Sampling A µg/m3 B µg/m3 C µg/m3 RATA-RATA BAKU MUTU



NO2 2,61 2,25 2,98 2,61 150



KONSTRUKSI PLTSA PM10 S02 NO2 4453,692 23,5649 2,6153 4452,252 19,1249 2,2553 4482,982 47,4749 2,9853 4462,98 30,055 2,62 400 900 150



Tabel 3.45 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100



Kategori Baik Sedang



Skala 5 4



106



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 101-199 200-299 >300



tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



3 2 1



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan konstruksi PLTSa yang bersumber dari mobilisasi material dan alat berat akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu (PM10), NO2, dan SO2. Kontribusi debu (PM10) diperkirakan sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2 diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal masih tergolong baik karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 5, sedangkan kondisi pada konstruksi PLTSa menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus parameter NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif kecil. Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa berubah menjadi skala 1.



b) Sifat Penting Dampak Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap kualitas udara : Tabel 3.46 Prakiraan Sifat Penting Dampak No Kriteria Dampak Penting 1 Jumlah manusia terkena dampak 2 Luas wilayah persebaran dampak 3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P P



TP TP



TP



Keterangan Para pekerja dan pengunjung peninjau di lokasi dan wilayah Partikelkonstruksi PM10 tersuspensi akansekitarnya tersebar di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang Aktivitas pembukaan tanah dan pembongkaran bangunan berlangsung pada tahap awal masa konstruksi dengan hanya pada lokasi-lokasi tertentu yang dilakukan pembukaan lahan.



107



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Jumlah komponen lingkungan yang lain yang 4 terkena dampak



5 Sifat Kumulatif dampak



6 7



P



Berbalik atau tidak berbaliknya Kriteria lain dampak sesuai dengan perkembangan Prakiraan IPTEK dampak penting



TP



TP P 3



4



Komponen lain yang terkena dampak seperti pemukiman penduduk yang berada sekitar TPA dan PLTSa dampak peningkatan konsentrasi PM10 dari kegiatan penyiapan lahan dan pembongkaran bersifat kumulatif terhadap kegiatan, karena tidak adanya penyiraman lahan dan sistem pengerjaan yang bertahap. Dampak ini akan segera membaik setelah selesai kegiatan konstruksi Penyiraman berkala dapat mengurangi PM10 disekitar lokasi tapak proyek Dampak bersifat tidak penting



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, konsentrasi emisi yang paling tinggi pada proses pemantauan adalah PM10. Oleh karena itu, jika dilakukan penyiraman secara berkala, maka dampak akan segera membaik.Selain itu, dampak ini hanya akan berlangsung selama kegiatan mobilisasi saat konstruksi.  Peningkatan Getaran a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Rona Lingkungan Awal Rona awal tingkat getaran di sekitar tapak proyek menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki adanya sumber getaran yaitu konstruksi TPA sehingga angka getaran berada pada rentang terkecil yaitu 0 – 4 micron (diambil 0,5 micron) dengan frekuensi



berjumlah



50



Hz(Keputusan



Menteri



No



49/MENLH/11/1996), maka disimpulkan termasuk dalam kriteria sangat baik atau nyaman (skala 5).



Tabel 3.47 Skala Kualitas Lingkungan terhadap Getaran Frekuensi



Harkat dan Rentangan dalam micron 106



108



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Skala 1 Menyakitka



Skala 2 Tidak



n 220



91-220



33-90



17-32



0-16



16



>120



61-120



25-60



12.6-25



0-12.5



20



>85



41-85



22-40



11-20



0-10



25



>50



31-50



17.1-30



8.6-17



0-8.5



31.5



>30



20.1-30



12.1-20



6.1-12



0-6



40



>20



15.1-20



9.1-15



4.6-9



0-4.5



50



>15



12.1-15



8.1-12



4.1-8



0-4



63



>12



9.1-12



6.1-9



3-1.6



0-3



4



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Peningkatan getaran saat kondisi lingkungan tanpa proyek disebabkan oleh kendaraan bermotor dengan menggunakan laju pertumbuhan kendaraan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009 - 2012 yaitu sekitar 14% (Profil Kinerja dan Perhubungan Darat tahun 2013). Maka tingkat getaran pada lingkungan tanpa proyek adalah sebesar 0,14 kali lebih tinggi dari kondisi rona lingkungan awal, yaitu: Getaran=0,5 micron x 1,14=0,57 micron



Dapat disimpulkan bahwa nilai getaran pada lingkungan tanpa proyek masih berada pada skala nyaman (skala 5), yaitu dalam kisaran 0 – 4 micron untuk frekuensi 50 Hz. 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek



109



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Peningkatan getaran pada tahap konstruksi PLTSa disebabkan oleh penggunaan alat-alat berat seperti:



N



Jenis Alat



Kapasitas



Uni



o 1 2 3



Backhoe Dump Truck Bulldozer



73 HP 25 m3 100 - 150



t 10 20 3



4 5



Concrete Pump Car Concrete Mixing



HP 30 m3/jam 60 m3/jam



1 1



Plan



Peningkatan getaran yang diakibatkan dari adanya penggunaan peralatan tersebut sebagai berikut: PPV (D )=PPV ref



25 D



n



( )



Dimana: PPV(D)



= Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (in/s)



PPVref 25 ft



= Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak Untuk impact pile driving adalah 0,644 in/s



D



= Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)



N



= Propagation Coefficient = 1,5



Sehingga berdasarkan persamaan tersebut, diperkirakan getaran pada reseptor yang berjarak 20 meter (65,6 ft) adalah sebagai berikut.



25 ft PPV ( D )=0,644 ¿ s 65,6 ft ¿ 0,152 in/s



(



1,5



)



= 3,85 mm/s



110



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Formula yang digunakan untuk memprakirakan dampak getaran dari tahap konstruksi PLTSa sesuai dengan US Federal Transit Administration Guidance (2006):



Lv ( D ) =Lv(ref )−20 log



( 25D )



Dimana: LV(D) LVref



= Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (VdB) = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak 25 ft Untuk impact pile driving adalah 104 VdB



D



= Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)



Sehingga berdasarkan persamaan tersebut, dapat diperkirakan getaran pada reseptor yang berjarak sekitar 20 meter (65,6 ft) sebagai jarak terdekat terhadap pemukiman adalah:



Lv ( D ) =104−20 log



( 65,6 25 )



= 95,621 VdB = 0,524 mikron Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran terhadap Struktur Bangunan dan Kenyamanan Manusia, kondisi lingkungan dengan proyek, memiliki nilai getaran sebesar 0,524 mikron dalam frekuensi 50 Hz dan masih berada di skala 5 (nyaman). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa



111



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 



Kualitas rona lingkungan hidup awal



: skala 5







Kualitas lingkungan tanpa proyek



: skala 5







Kualitas lingkungan dengan proyek



: skala 5







Besaran dampak



:0



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada peningkatan getaran untuk kegiatan konstruksi PLTSa dapat ditunjukkan pada tabel berikut:



Tabel 3.48 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Peningkatan Getaran No



Kriteria dampak penting



P



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak adalah



1



masyarakat yang berada



Jumlah manusia



TP



terkena dampak



di sekitar tapak proyek, diberikan jarak aman sebesar 20 meter dari



2



Luas wilayah persebaran



sumber dampak Luas sebaran dampak P



getaran tidak kecil, yaitu sekitar 20 meter



Intensitas dan 3



lamanya dampak



Intensitas dampak TP



berlangsung



0,524 mikron Komponen lingkungan



Jumlah komponen 4



lingkungan lain terkena dampak



tergolong kecil, yaitu



yang terkena dampak TP



terbatas pada komponen di sekitar daerah konstruksi PLTSa



112



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Tidak akan bersifat Sifat kumulatif



5



TP



dampak



kumulatif karena peningkatan getaran berlangsung sementara Dampak yang timbul



Berbalik atau tidak



6



TP



berbaliknya dampak



perkembangan ilmu



TP



pengetahuan dan teknologi Jumlah



karena hanya bersifat satu arah Peningkatan getaran



Kriteria Lain sesuai 7



tidakakan berbalik



dapat dikurangi dengan penambahan peredam getaran



1



6



Dampak tidak penting



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, peningkatan getaraan tidak akan mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Karena jumlah manusia yang akan terpapar sedikit, dikarenakan getaran memiliki nilai yang sangat kecil.



3.2.3 Tahap Operasi 3.2.3.1 Rekrutment Tenaga Kerja Operasional  Terbentuknya Kesempatan Kerja a) Prakiraan Besaran Dampak Penambahan kapasitas landfill yang akan diperluas sebesar 70 ha, ditambah dengan pembangunan PLTSa sebesar 5 ha dan 23 ha lahan akan digunakan sebagai bangunan pelengkap dalam operasional dan akan beroperasi selama 20 tahun, sehingga akan menimbulkan dampak distribusi manfaat dan keuntungan dalam proyek ini oleh masyarakat. Kegiatan operasional TPA dan PLTSa akan membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar. Sehingga adanya tenaga kerja dari warga sekitar yang terserap. Perkiraan besaran dampak terkait penambahan kesempatan kerja di uraikan sebagai berikut :



113



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Tabel 3.41 Distribusi Presentase Penduduk Angkatan Kerja (15 Tahun Ke Atas) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo



Angkata n Kerja Bukan Angkata n Kerja



Uraian Bekerja



Laki-Laki Perempuan Jumlah 83,02 63,21 72,81



Pengangguran Sekolah Mengurus



3,12 6,71



2,52 5,8



2,82 6,255



Rumahtangga Lainnya



4,34 2,81



24,24 4,22



14,29 3,515



Sumber: Kulon Progo dalam Angka 2016 Berdasarkan data data angkatan kerja 2016 tingkat pengangguran di Kulon Progo (15 tahun ke atas) sebanyak 2,82 % yaitu ada sebanyak 5294 orang dari 188412 orang. Dengan adanya kegiatan oprasional TPA dan PLTSa yang membutuhkan tenaga kerja lokal dengan kebutuhan tenaga kerja sebagai berikut : Tabel 3.42 Perkiraan Kebutuhan (orang) Tenaga Kerja Lokal dan Keahlian N o 1



Keahlian Petugas Kebersihan



Kebutuhan



Spesifikas



(orang)



i



1000



SD/SMP



2



Maintenance



50



3



Services



10



4 5



Material Heandling Administration Total



33 96 1189



STM/SM A STM/SM A STM/SM A D3/SMA



Berdasarkan kesempatan kerja bagi penduduk lokal relatif cukup banyak yaitu 1189 orang, akan tetapi pekerjaan dibatasi dengan keterampilan tenaga kerja maka nantinya akan dibatasi oleh



114



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



pemrakarsa dalam merekrut tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja ahli seperti manajer proyek maupun site manager telah ditentukan sebelumnya oleh pihak pembuat proyek. Jika diisi oleh tenaga kerja lokal maka presentase kesempatan kerja sebesar 22 % dari total pengangguran. Kriteria kualitas lingkungan tersebut seperti tabel dibawah ini : Tabel 3.43 Kriteria Kualitas Lingkungan Kesempatan Kerja Lokal Parameter



1 (sangat



Lingkungan



Buruk)



2 (buruk)



3 (sedang)



4 (baik)



5 (sangat baik)



81 %- 100%



61%-80%



41%-60 %



21%-40%



1%-20%



angkatan kerja



angkatan kerja



angkatan



angkatan kerja



angkatan kerja



Kesempatan



belum terserap



belum terserap



kerja belum



belum terserap



belum terserap



kerja



sebagai tenaga



sebagai tenaga



terserap



sebagai tenaga



sebagai tenaga



kerja



kerja



sebagai



kerja



kerja



tenaga kerja



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja, dengan demikian presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,81% masuk dalam kategori sangat baik (skala 5). 2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek melalui pertumbuhan ekonomi daerah khusunya di kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja. Dengan pertumbuhan ekonomi daerah 115



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



sebesar 4,76% maka ada pengurangan jumlah penganguran sebesar 252 orang dari 5294 orang. Dengan demikian presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,68 % masuk dalam kategori sangat baik (Skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat angkatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1189 orang, sehingga presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,18 % masuk dalam kategori sangat baik (Skala 5). Maka dapat disimpulkan bahwa:    



Kualitas rona lingkungan awal = Skala 5 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 5 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 5 Besaran dampak = 0



Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya termasuk tidak berdampak



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tujukan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.44 Kriteria Penentuan Kepentingan Terbentuknya Kesempatan Kerja N o



Kriteria Dampak Penting



P



TP



Keterangan



Ditinjau dari jumlah manusia yang 1



Jumlah manusia terkena dampak



terkena dampak, maka dikategorikan P



sebagai dampakpenting (P), karena manusia yang bekerja hampir dari berbagai wilayah



116



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2



3



Luas Wilayah persebaran dampak Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



Sebaran dampak akan mempengaruhi P



masyarakat sekitar lokasi rencana pengembangan dan pembangaunan Dampak hanya akan berlangsung



P



sementara selama aktivitas penerimaan tenaga kerja oprasional Akan ada komponen lain yang terkena



Jumlah komponen 4



lingkungan lain terkena



dampak yaitu meningkatnya P



pendapatan, kesejahteraan, pengeluaraan



dampak



5



6



atau pola konsumsi masyarakat, tingkat



Sifat kumulatif dampak



TP



Berbalik atau tidak



TP



berbaliknya dampak



kesehatan dan pendidikan Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dampak yang timbul dapat bersifat berbalik apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan komitmen dan kesepakatan



Kriteria Lain sesuai 7



perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Jumlah



TP 4



Kriteria lain berdasarkan pendekatan sosial ekonomi masyarakat



3



 Peningkatan Peluang Berusaha a) Prakiraan Besaran Dampak Kegiatan oprasional TPA



Dampak bersifat penting



dan



PLTSa



Banyuroto,



akan



memberikan tambahan peluang berusaha naik bagi penduduk di sekitar proyek maupun dari luar proyek. Sebagai contoh, usaha pemilahan sampah pelastik botol mineral untuk daur ulang sampah dari pengepul sampah di sekitar TPA Banyuroto. Adanaya peluang usaha dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.45 Prakiraan Besaran Dampak Peningkatan Peluang Usaha



117



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Parameter



1 (sangat



Lingkungan



Buruk)



Kesempatan kerja



5 (sangat



2 (buruk)



3 (sedang)



4 (baik)



Tidak ada



Ada 1 usaha



Ada 2 usaha



Ada 3 usaha



Ada > 3



usaha baru



baru yang



baru yang



baru yang



usaha baru



yang muncul



muncul



muncul



muncul



yang muncul



baik)



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Saat kondisi eksisting usaha yang ada terdapat 2 jenis usaha di sekitar lokasi TPA, yaitu usaha Pengumpulan sampah Plastik, Daur ulang sampah. Kondisi ini masuk dalam kategori sedang (skala 3). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Saat kondisi eksisting usaha terdapat 2 jenis usaha di sekitar lokasi TPA Banyuroto, yaitu usaha Pengumpulan sampah Plastik, Daur ulang sampah. Jika kondisi lingkungan tanpa proyek tidak ada perubahan secara signifikan berdasarkan batas waktu kajian selisih antara kondisi eksisting dengan tanpa proyek selama 6 bulan kedepan maka kondisi ini masuk kategori sedang (skala 3). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Ketika ada oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto nantinya dimana ada penambahan kapasitas landfill dan adanya penambahan tenaga kerja lokal yang bekerja di TPA maupun di PLTSa, akan menciptakan peluang usaha baru seperti adannya warung, warung makan disekitar lokasi proyek,



118



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



bertambahnya para pengepul sampah, dan peluang berusaha daur ulang sampah. Dimana ada lebih dari 3 jenis usaha baru saat kegiatan operasi akan muncul. Kondisi ini masuk kategori sangat baik (skala 5). Maka dapat disimpulkan bahwa:  Kualitas rona lingkungan awal = Skala 3  Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3  Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 5  Besaran dampak = +2 b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tunjukan pada tabel berikut : Tabel 3.46 Penentuan Kepentingan Dampak



No



Kriteria Dampak Penting



P



1



Jumlah manusia terkena dampak



P



2



Luas Wilayah persebaran dampak



P



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



4



Jumlah komponen lingkungan lain terkena dampak



5



Sifat kumulatif dampak



T P



Keterangan Manusia yang terkena dampak yaitu seluruh masyarakat sekitar TPA dan PLTSa Banyuroto Sebaran dampak akan mempengaruhi masyarakat sekitar lokasi rencana pengembangan dan pembangaunan Dampak hanya akan berlangsung sementara selama aktivitas oprasional TPA dan PLTSa Akan ada komponen lain yang terkena dampak yaitu meningkatnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaraan atau pola konsumsi masyarakat, tingkat kesehatan dan pendidikan



P



T P



Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks



119



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



6



7



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria Lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Jumlah



4



T P



Dampak yang timbul dapat bersifat berbalik apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan komitmen dan kesepakatan



T P



Kriteria lain berdasarkan pendekatan sosial ekonomi masyarakat



3



Dampak bersifat penting



3.2.3.2 Operasional TPA dan PLTSa  Penurunan Kualitas Udara a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Rona Lingkungan Awal



Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-G/Pjc-06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan



Pengendalian



Dampak



107/KABAPEDAL/11/1997



Lingkungan



tentang



No.



pedoman



Kepteknis



perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala kualitas. Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 4453,69 µg/m3, pada titik B 4452,23 µg/m3, dan pada titik C yaitu 4482,98 µg/m3 dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya dengan skala kualitas lingkungan 1. Tabel 3.47 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100



Kategori Baik Sedang



Skala 5 4



120



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 101-199 200-299 >300



tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



3 2 1



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik) sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14%



dikali



konsentrasi



PM10



(PM10)awal,



sehingga



konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3. Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi nilai ISPU sebagai berikut :



Tabel 3.48 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Lokas i A



Letak Geografis 7°48'0.33"LS 110°11'16.09"BT



Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek Persamaan



PM10



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb Ib



38,4 0



121



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



B



C



7°48'7.29"LS 110°11'42.34"BT



7°48'15.01"LS 110°10'46.83"BT



ISPU



38,4



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



36.765



Ib



0



ISPU



36.765



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



100



Xx - Xb



36.583



Ib



50



ISPU



682.915



Keterangan



Berbahaya



Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan datang tanpa proyek adalah pada kategori berbahaya (skala 1). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Penurunan kualitas udara pada tahap operasional TPA dan PLTSa bersumber dari pengoperasian kendaraan Dump Truck pengangkut sampah dan proses pembakaran sampah dengan insinerator. Untuk menghitung prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2, H2S, CH4 dan CO) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut : 2Ql 1 z 2 ( x , z )=¿ exp− ( ) 2 σs (2 π) 0.5 σ s u C¿ Dimana : C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3) QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m) Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik) σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)



122



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Pada kegiatan operasional TPA dan PLTSa diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut sampah berbahan bakar solar sebanyak 200 kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional TPA dan PLTSa adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 25 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju pemukiman Banyuroto adalah ±5 km. Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, 7,21 kg/m3 untuk parameter NO2, dan 7,4 kg/m3 untuk CO. Berdasarkan asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada tabel berikut : N o 1



Jenis Kendaraan Truck



Kebutuhan Solar( L/km) 0,4



 Jarak tempuh total(km) 375



Konsumsi BBM(m3/hari) 0,938



Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.49 Parameter Kualitas Udara Jenis Polutan



Jenis Kendaraan



Bahan Bakar



Satuan



Truk



Solar



m3



Debu(kg/m3)



NO2(kg/m3)



SO2(kg/m3)



2,01



7,21



6,36



CO (kg/m3) 7,4



123



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982 Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat operasi TPA dan PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah sebagai berikut :    



Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi = 0,938 m3/hari x 2,01 kg/m3 = 1,89 kg/hari = 0,022 gram/detik NO2 = 0,938 m3/hari x 7,21 kg/m3 = 6,76 kg/hari = 0,078 gram/detik SO2 = 0,938 m3/hari x 6,36 kg/m3 = 5,97 kg/hari = 0,07gram/detik CO = 0,938 m3/hari x 7,4 kg/m3 = 6,94 kg/hari = 0,08 gram/detik



Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus Gaussian adalah sebagai berikut : 



Debu(PM10) = 0,0023







NO2







SO2







CO



μg m3



μg m3 μg = 0,0074 m3 μg = 0,0082 m3 = 0,0083



Khusus untuk parameter debu (PM10) peningkatannya juga berasal dari suspensi debu yang terangkat ke udara dari pergerakan roda truck, maka penurunan kualitas udara (PM10) akibat kegiatan konstruksi PLTSa ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :



124



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



S V W 0.7 N 0.5 D 12 30 7 4 365 Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km) S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras V = kecepatan kendaraan (km/jam), 45 km/jam W = berat kendaraan (20 ton) N = jumlah roda kendaraan (8 buah) D = jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014) 0.7 0.5 10 45 20 8 185 Eu=5,9 12 30 7 4 365 Eu=11,02 kg/km Dalam Operasional TPA dan PLTSa, mobilitas Dump Truck adalah sejauh Eu=5,9



( )( )( ) ( ) ( )



( )( )( ) ( ) ( )



±5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=11,02 x3 x 5 km/trip km hari Eu=165,3 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 5000m x 2(100m) x 15 m = 15 x 106 m3. kg 6 Eu=165,3 =165,3 x 10 mg/hari hari Eu=165,3 x 10 6 Eu=11,02



mg :15 x 10 6 m 3 hari



mg /hari m3



Eu=11.020



μg /hari m3



Selain operasional TPA, penurunan kualitas udara disebabkan oleh operasional PLTSa yaitu proses pembakaran sampah didalam insinerator. Untuk menghitung emisi yang dihasilkan oleh insinerator, dapat menggunakan persamaan Gauss sebagai berikut:



125



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



exp



2



2



( ( )) ( ( )) −1 H z− 2 σz



+exp



−1 H z+ 2 σz



Q −1 y 2 ( x , y , z ) =¿ exp ⁡( )¿ 2 σy (2 π )0.5 σ y σ z u C¿



( )



Dimana : C(x,y,z)



= Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x,y dan z



(µg/m3) Q = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m) σ y , σz = Parameter penyebaran horizontal dan vertikal Z = Jarak vertikal dari ground level (m) U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik) y = Jarak horizontal dari plume (center line) H = Tinggi efektif stack Dalam prakiraan dampak diasumsikan tinggi efektif cerobong insinerator (H) adalah 60 meter, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling yaitu 6 m/s dari utara, jarak vertikal dari Ground level ke puncak cerobong(z) yaitu 60 m dan jarak horizontal dari plume (center line)(y) sebesar 100 m. Parameter penyebaran horizontal dan vertikal masingmasing yaitu



σ y = 30 m



σ z = 20 m. Selain itu, Laju alir masing-



masing emisi diasumsikan sebesar PM10 = 0,022 gram/detik, SO2 = 0,078 gram/detik, NO2 = 0,07 gram/detik, dan CO = 0,08 gram/detik. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dapat dihitung konsentrasi emisi yang dihasilkan insinerator dengan rumus Gaussian sebagai berikut : 2



2



( ( )) ( ( ))



−1 H exp z− 2 σz



Q −1 y 2 exp ⁡ ( )¿ 0.5 2 σy (2 π ) σ y σ z u C¿ -8 PM10 = 2,46 x 10 gram/m3= 0,0246 µg/m3 SO2 = 1,86 x 10-8 gram/m3= 0,0186 µg/m3 NO2 = 1,71 x 10-8 gram/m3= 0,0171 µg/m3



( x , y , z ) =¿



  



−1 H +exp z+ 2 σz



( )



126



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY







CO



= 3,43 x10-9 gram/m3 = 0,0034 µg/m3



Untuk mengukur konsentrasi Hidrogen Sulfida (H2S) di udara dapat menggunakan persamaan berikut ini :



I=



C x R x t xf x Dt Wb x tavg



I



= Intensitas sampah yang masuk perhari (125kali/hari)



C



= Konsentrasi H2S/CH4 (mg/m3)



R



= Laju aliran (m3/jam)



t



= Waktu paparan (8jam/hari)



f



= Frekuensi paparan (3,76x 10-5 hari/tahun)



Dt



= Durasi paparan, lama tinggal (50 tahun)



Wb



= berat sampah yang masuk perhari (19.000 kg/hari)



Tavg



= periode waktu rata-rata (30/365hari/tahun)



Maka didapat konsentrasi H2S dan CH4sebagai berikut : 



H2S I=



C x R x t xf x Dt Wb x tavg C x 0,83



125=



C=15,64 x 



m3 8 jam 10−5 har i x x 3,76 x x 50 tahun jam hari tahun kg 30 19000 x hari/tahun hari 365



106 mg . hari m3



CH4



127



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



I=



C x R x t xf x Dt Wb x tavg



m3 8 jam 10−5 hari C x 0,598 x x 3,76 x x 50 tahun jam hari tahun 125= kg 30 19000 x ha ri/tahun hari 365 C=21,70 x



106 mg . hari m3 Tabel 3.50 Prakiraan Peningkatan Emisi



Titi k



Satua n



A



RONA AWAL



OPERASIONAL



PM10



S02



NO2



H2S



PM10



S02



NO2



CO



µg/m 3



4453,69 2



23,564 9



2,6153



0



15473,7 2



23,589 4



2,6422



173,7 3



B



µg/m 3



4452,25 2



19,124 9



2,2553



0



15472,2 8



19,149 4



2,2822



100,0 1



C



µg/m 3



4482,98 2



47,474 9



2,9853



0



15503,0 1



47,499 4



3,0122



164,3 0



H2S



CH 4



15,6 4x 10^6



21,7 0x 10^ 6 21,7 0x 10^ 6 -



RATARATA



4462,97 5



30,054 9



2,61863 3



0



15483



30,079 4



2,64553 3



146,0 1



15,6 4x 10^6



BAKU MUTU



400



900



150



3500 0



400



900



150



3000 0



3500 0



Tabel 3.51 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100 101-199 200-299 >300



Kategori Baik Sedang tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



Skala 5 4 3 2 1



128



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan operasional TPA dan PLTSa yang bersumber dari pengangkutan sampah dan pembakaran sampah didalam insinerator akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu (PM10), NO2, SO2, dan CO. Kontribusi debu (PM10) dan H2S diperkirakan sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2, NO2, dan CO diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal pada kategori berbahaya karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 1, sedangkan kondisi pada operasional TPA dan PLTSa menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus parameter NO2, SO2, dan CO mengalami kenaikan yang relatif kecil. Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa tidak berubah tetap pada skala 1. b) Sifat Penting Dampak



Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap kualitas udara : Tabel 3.51 Prakiraan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi terhadap Kualitas Udara No Kriteria Dampak Penting 1 Jumlah manusia terkena dampak 2 Luas wilayah persebaran dampak 3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang 4 terkena dampak



P P



TP TP



Keterangan Para pekerja dan pengunjung peninjau di lokasi dan wilayah Partikelkonstruksi PM10 tersuspensi akansekitarnya tersebar di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang Aktivitas pengangkutan sampah dan pembakaran sampah dapat mempengaruhi kesehatan pekerja selama 8 jam pada lokasi operasional.



P



TP



Komponen lain yang terkena dampak seperti pemukiman penduduk yang berada sekitar TPA dan PLTSa



129



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



5 Sifat Kumulatif dampak



6 7



Berbalik atau tidak berbaliknya Kriteria lain dampak sesuai dengan perkembangan Prakiraan IPTEK dampak penting



P



TP P 4



3



Dampak peningkatan konsentrasi PM10 dari kegiatan pengangkutan sampah (mobilisisasi) dan pembakaran sampah bersifat kumulatif. Karena tidak adanya penyiraman jalan sekitar TPA. Dampak ini akan segera membaik setelah selesai kegiatan operasional TPA Penyiraman berkala dapat mengurangi PM10 disekitar lokasi tapak proyek Dampak bersifat penting



Berdasarkan analisis sifat penting dampak, kegiatan operasional TPA dan PLTSa ini berdampak sangat signifikan terhadap kualitas udara terutama peningkatan emisi PM10 , SO2 dan NO2. Sehingga, jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara, kegiatan operasional TPA dan PLTSa ini ada pada kategori berbahaya setelah adanya proyek(skala1).  Penurunan Kualitas Air Tanah a) Prakiraan Besaran Dampak Kuaitas air tanah disekitas TPA Banyuroto ini diambil dari data sekunder dan diasumsikan dari 4 titik sampel yang berasal dari 4 sumur pantau. Analogi penentuan 4 titik sampel ini mengikuti kontur tanah sekitar daerah pengembangan TPA Banyuroto yaitu seperti pada gambar dibawah ini :



Gambar 3. 2 Sumur Pantau TPA Banyuroto



130



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Berdasarkan Perhitungan kualitas air tanah di TPA Banyuroto, seperti disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 3. 52 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A No



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



1 2 3 4 5 6 7 8 9



Lokasi Sampling Titik A



Satuan



Ci



mg/L



356 7,5 0,3 0,0049 0,0066 0,0009 0,0229 28



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



6



1000/100mL



0,01



Ci/Li max Ci/Li Rerata



0,36 0,05



IP



0,3



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



Kondisi Baik 0≤IP≤1, memenuhi baku mutu kondisi baik (Skala 4)



Ci/Li 0,36 0,00 0,00 0,02 0,00 0,02 0,05 0,05



Tabel 3.53 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B No 1 2 3 4 5 6 7 8



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida



Satuan



Ci



mg/L



357,8 7,5 2,05 1,75 1,76 1,75 1,77 29,75



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



Ci/Li 0,36 0,00 0,01 5,83 0,18 29,17 3,54 0,05



131



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Total Coliform Lokasi Sampling 9



jml/100m L



7,75



Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Titik B



1000/100mL



0,01



Ci/Li max Ci/Li Rerata



29,17 4,35



IP



20,9



Tabel 3. 54 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C No



Parameter



TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total 9 Coliform Lokasi Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8



Titik C



Satuan



Ci



mg/L



536,7 7,5 3,1 2,63 2,64 2,63 2,7 44,63



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m 11,63 L Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



0,54 0,00 0,01 8,77 0,26 43,83 5,40 0,07



1000/100mL



0,01



Ci/Li



Ci/Li max Ci/Li Rerata



43,83 6,54



IP



31,3



Tabel 3. 55 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D No 1 2 3 4 5 6



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit



Satuan



Ci



mg/L



656 7,5 5,2 0,0246 21,832 0,014



mg/L mg/L mg/L mg/L



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06



Ci/Li 0,66 0,00 0,01 0,08 2,18 0,23



132



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 7 8 9



Amoniak Klorida Total Coliform



Lokasi Sampling



mg/L mg/L jml/100m L



0,0554 56



0,5 600



0,11 0,09



920



1000/100mL



0,92



Kondisi tercemar ringan 1 < IP ≤ 5, tidak memenuhi baku mutu (Skala 3)



Titik D



Ci/Li max Ci/Li Rerata



2,18 0,48



IP 1,6



Keterangan : Perhitungan Analisis Berdasarkan SK Kemen LH No. 115 Tahun 2003 Tentang Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran Tabel 3. 56 Tabel Skala Kualitas Air Tanah Nilai IP 0 ≤ IP ≤ 1 1 < IP ≤ 5 5 < IP ≤ 10 IP > 10



Kategori Baik Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat



Skala 4 3 2 1



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Berdasarkan estimasi bahwa kualitas air tanah tidak berubah,karena kapasitas landfill tetap, maka kondisi kualitas air tanah saat lingkungan tanpa proyek dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. 57 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



Satuan



Ci



mg/L



356 7,5 0,3 0,0049 0,0066 0,0009 0,0229 28 6



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600 1000/100mL



Ci/Li 0,36 0,00 0,00 0,02 0,00 0,02 0,05 0,05 0,01



133



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY L Lokasi Sampling Titik A



Kondisi Baik 0≤IP≤1, memenuhi baku mutu kondisi baik (Skala 4)



Ci/Li max Ci/Li Rerata



0,36 0,05



IP



0,3



Tabel 3.58 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B No



Parameter



TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total 9 Coliform Lokasi Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8



357,8 7,5 2,05 1,75 1,76 1,75 1,77 29,75



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



0,36 0,00 0,01 5,83 0,18 29,17 3,54 0,05



7,75



1000/100mL



0,01



Satuan



Ci



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Titik B



Ci/Li



Ci/Li max Ci/Li Rerata



29,17 4,35



IP



20,9



Tabel 3. 59 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C No 1 2 3 4 5 6 7



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak



Satuan



Ci



mg/L



536,7 7,5 3,1 2,63 2,64 2,63 2,7



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5



Ci/Li 0,54 0,00 0,01 8,77 0,26 43,83 5,40



134



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Klorida Total 9 Coliform Lokasi Sampling 8



Titik C



mg/L



44,63



600



0,07



jml/100mL



11,63



1000/100mL



0,01



Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Ci/Li max Ci/Li Rerata



43,83 6,54



IP



31,3



Tabel 3.60 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



Lokasi Sampling Titik D



Satuan



Ci



mg/L



656 7,5 5,2 0,0246 21,832 0,014 0,0554 56



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



920



1000/100mL



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



Kondisi tercemar ringan 1 < IP ≤ 5, tidak memenuhi baku mutu (Skala 3)



Ci/Li 0,66 0,00 0,01 0,08 2,18 0,23 0,11 0,09 0,92



Ci/Li max Ci/Li Rerata IP



2,18 0,48 1,6



Keterangan : Perhitungan Analisis Berdasarkan SK Kemen LH No. 115 Tahun 2003 Tentang Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran 3) Kondisi Lingkungan Dengan Proyek Rembesan dari air lindi dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Adapun kualitas air tanah pada kondisi lingkungan dengan proyek sebagai berikut :



Tabel 3. 61 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A No



Parameter



Satuan



Ci



Cibaru



Komponen (Li)



135



Ci/Li



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 1 2 3 4 5 6 7 8 9



TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



Lokasi Sampling



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



356 7,5 0,3 0,0049 0,0066 0,0009 0,0229 28 6



11,3400



Kondisi Baik 0≤IP≤1, memenuhi baku mutu kondisi baik (Skala 4)



Titik A



1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



0,67 0,00 0,00 0,03 0,00 0,03 0,09 0,09



1000/100mL



0,01



Ci/Li max Ci/Li Rerata



0,67 0,10



IP



0,5



672,8400 7,4700 0,5670 0,0093 0,0125 0,0017 0,0433 52,9200



Tabel 3. 62 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Parameter TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



Satuan



Ci



Cibaru



mg/L



357,8 7,5 2,05 1,75 1,76 1,75 1,77 29,75



676,2 7,5 3,9 3,3 3,3 3,3 3,3 56,2



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



7,75



14,6



Lokasi Sampling Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Titik B



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



0,68 0,00 0,01 11,03 0,33 55,13 6,69 0,09



1000/100mL



0,01



Ci/Li max Ci/Li Rerata



55,13 8,22



IP



39,4



Ci/Li



Tabel 3.63 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C No



Parameter



Satuan



Ci



Cibaru



Komponen



136



Ci/Li



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



1 2 3 4 5 6 7 8 9



TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total Coliform



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



536,7 7,5 3,1 2,63 2,64 2,63 2,7 44,63 11,63



1,01 0,00 0,01 16,57 0,50 82,85 10,21 0,14



1000/100mL



0,02



Ci/Li max Ci/Li Rerata



82,85 12,37



IP



59,2



1014,4 7,5 5,9 5,0 5,0 5,0 5,1 84,4 22,0



Lokasi Sampling Kondisi tercemar berat IP>10,tidak memenuhi baku mutu (Skala 1)



Titik C



(Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



Tabel 3.64 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D No



Parameter



TDS pH Sulfat Besi Nitrat Nitrit Amoniak Klorida Total 9 Coliform Lokasi Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8



Titik D



Satuan



Ci



Cibaru



mg/L



656 7,5 5,2 0,0246 21,832 0,014 0,0554 56



1239,8 7,5 9,8 0,0 41,3 0,0 0,1 105,8



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L jml/100m L



920



1738,8



Kondisi tercemar ringan 1 < IP ≤ 5, tidak memenuhi baku mutu (Skala 3)



Komponen (Li) 1000 6s/d 9 400 0,3 10 0,06 0,5 600



Ci/Li 1,24 0,00 0,02 0,15 4,13 0,44 0,21 0,18



1000/100mL



1,74



Ci/Li max Ci/Li Rerata



4,13 0,90



IP



3,0



-



137



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Berdasarkan tingkat pencemaran kualitas air tanah di daerah pengembangan TPA Banyuroto, pada titik pantau (sampling) A, B, C, dan D dapat disimpulkan bahwa : Titik A  Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 4  Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4  Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 4  Besaran dampak = 0 Titik B    



Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 1 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 1 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 1 Besaran dampak = 0



Titik C    



Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 1 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 1 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 1 Besaran dampak = 0



Titik D    



Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 3 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 3 Besaran dampak = 0



Meskipun besaran dampak di titik sampling B, C, dan D adalah nol, upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan harus tetap dilakukan karena kondisi rona lingkungan awal hingga kondisi lingkungan dengan proyek menunjukkan kualitas air mengalami pencemaran ringan hingga berat. b) Sifat Penting Dampak



Penentuan sifat penting dampak kegiatan operasi TPA terhadap kualitas air tanah : Tabel 3.65 Prakiraan Sifat PentingDampak Terhadap Kualitas Air Tanah No



Kriteria Dampak Penting



P



TP



Keterangan



138



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 1 2



3



Jumlah manusia terkena dampak Luas wilayah persebaran dampak



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



kualitas air dari tanahairsangat besar.mencemari Karena, Persebaran lindi yang air tanah dangkal dampaknya akan berlangsung lama. Karena, sesuai data kualitas air tanah di lingkungan dengan proyek parameter pencemar yang melebihi baku mutu yaitu TDS dan Total Coliform yang dapat mengganggu kesehatan penduduk setempat jika mengkonsumsi air tanah.



P



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang terkena dampak



4



Jumlah manusia yang terkena dampak banyak. Karena persebaran air tanah Persebaran dampak dari penurunan



P



TP



Komponen yang terkena dampak yaitu masyarakat pemukiman terdekat serta biota yang terdapat dalam tanah.



5 Sifat Kumulatif dampak



P



Dampak peningkatan persebaran air lindi pada air tanah bersifat kumulatif, karena kebocoran geomembran tidak dapat diprediksi.



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak



P



Meskipun TPA selesai beroperasi, kemungkinan timbulnya pencemaran dari air lindi tetap ada.



P



Adanya sumur pantau disekitar area TPA yang dibuat untuk dijadikan kontrol apakah air tanah sudah tercemar atau belum serta adanya sistem mitigasi kebocoran geomembran.



6



7



Kriteria lain sesuai dengan perkembangan IPTEK Prakiraan dampak penting



6



1



Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, didapatkan konsentrasi pencemar paling tinggi saat operasi TPA berlangsung yaitu konsentrasi TDS dan Total Colofirm. Selain itu, persebaran air lindi didalam air tanah juga sangat mempengaruhi dari banyaknya komponen yang terkena dampak dan lamanya dampak akan berlangsung. Sehingga dapat diketahui seberapa penting dampak yang disebabkan oleh turunnya kualitas air tanah yang disebabkan oleh operasi TPA ini.  Penurunan Kuantitas Air Tanah a) Prakiraan Besaran Dampak



139



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Kuantitas air tanah disekitas TPA Banyuroto pada awalnya masih cukup melimpah. Akan tetapi karena adanya pengembangan TPA dan PLTSa terjadinya penurunan kuantitas air tanah dikarenakan banyaknya lahan resapan air hujan/ hutan produksi yang ditebang untuk daerah pengembangan. 1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Pada kondisi rona lingkungan awal, diketahui konduktifitas hidrolik 17 m/hari, jarak antar 2 sumur uji adalah 7810 m, perbedaan ketinggian muka air tanah adalah 40 m, kedalaman air tanah adalah 30 m, dan lebar penampang air tanah adalah 2500 m. Dari data tersebut dapat diketahui kuantitas air tanah pada rona lingkungan awal adalah : Slope tanah



= perbedaan ketinggian muka air tanah/jarak antara 2



sumur uji = 40 m/7810 m = 0,005122 Luas Penampang Air Tanah = Kedalaman air tanah x lebar penampang air tanah = 30 m x 2500 m = 75000 m2 Debit Air Tanah = konduktifitas hidrolik x slope tanah x luas penampang air tanah = 17 m/hari x 0,005122 x 75000 m2 = 6530 m3/hari Tabel 3.66 Skala Kuantitas Air Tanah Penurunan Kuantitas 0 - 25% air 26 -50% 51 -75% 76 -100%



Kategori Baik Sedang Buruk Sangat Buruk



Skala 4 3 2 1



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kuantitas air tanah pada rona awal lingkungkan di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu berada pada skala 4. 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Pada lingkungan tanpa proyek, diasumsikan bahwa kuantitas air tanah tidak berubah, maka konduktifitas hidrolik 17 m/hari, jarak antar 2 sumur uji adalah 7810 m, perbedaan ketinggian muka air tanah adalah 40 m, kedalaman air tanah adalah 30 m,



140



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY dan lebar penampang air tanah adalah 2500 m. Dari data tersebut dapat diketahui kuantitas air tanah pada rona lingkungan awal adalah : Slope tanah



= perbedaan ketinggian muka air tanah/jarak antara 2



sumur uji = 40 m/7810 m = 0,005122 Luas Penampang Air Tanah = Kedalaman air tanah x lebar penampang air tanah = 30 m x 2500 m = 75000 m2 Debit Air Tanah



= konduktifitas hidrolik x slope tanah x luas



penampang air tanah = 17 m/hari x 0,005122 x 75000 m2 = 6530 m3/hari Tabel 3.67 Skala Kuantitas Air Tanah Penurunan Kuantitas 0 - 25% air



Katego ri Baik



Skal a4



26 -50% 51 -75%



Sedang Buruk Sangat Buruk



3 2



76 -100%



1



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kuantitas air tanah pada kondisi lingkungan tanpa proyek di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu berada pada skala 4. 3) Kondisi Lingkungan Dengan Proyek



141



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Grafik Lengkung Intensitas Hujan PUH 50 Intensitas Hujan (mm/jam)



300 250 200



Metode Ishiguro Metode Sherman Metode Talbot



150 100 50 0



0



20



40



60



80



100



120



140



Durasi Hujan (menit)



Gambar 3. 3 Grafik Lengkung Intensitas Hujan



t



I Italbot ∆mutlak Isherman ∆mutlak Iishiguro ∆mutlak 157,042 20 9 160,5325 3,489653352 144,6761 12,36677 148,5501 8,492797 877,809 a 1 1,43704 b 5 Berdasarkan lengkung intensitas hujan yang didapat dari data curah hujan kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 s/d 2015, maka didapat kuantitas air tanah di sekitar daerah pengembangan TPA dan PLTSa Banyuroto adalah sebagai berikut : Tabel 3.68 Perbandingan Nilai Intensitas Hujan Berdasarkan tabel diatas dipilih metode Ishiguro karena memiliki nilai ∆mutlak paling kecil, diasumsikan bahwa waktu pengaliran air hujan 20 menit, diketahui wilayah pengembangan TPA dan PLTSa yaitu berupa kebun dan aspal maka, Ckebun = 0,2; Caspal = 0,8; slope tanah sumur uji adalah 0,005122, A kebun = 70 Ha, Aaspal = 28 Ha maka didapat perhitungan sebagai berikut :



Cgab=



( C kebun x A kebun ) +(Caspal x A aspal ) A kebun+ A aspal



142



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



( 0,2 x 70 ) +( 0,8 x 28) 70+ 28 Cgab=0,371 Cgab=



Dari nilai Cgabungan diatasmaka didapat nilai intensitas hujan dengan metode Talbot yaitu :



t (¿¿ 0,5)+b a I= ¿ 20 (¿¿ 0,5)+1,43 877,80 I= ¿ I =148,55 mm/ jam Qrunoff =C gab x I x A gab x 0,002785 mm Qrun off =0,371 x 148,55 x 98 Ha x 0,002785 hari Qrun off =15,04 m3/hari



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Qrunoff pada kondisi lingkungan



dengan proyek di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu sekitar 0,23% atau sekitar 15,04 m3/hari atau lingkungan dengan proyek berada pada skala 4(baik).    



Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 4 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala4 Besaran dampak = 0



b) Sifat Penting Dampak Tabel 3.69 Prakiraan Sifat Penting Dampak Terhadap Kuantitas Air Tanah No Kriteria Dampak Penting 1 Jumlah manusia terkena dampak 2 Luas wilayah persebaran dampak



P P P



TP



Keterangan Jumlah manusia yang terkena dampak banyak. Karenapersebaran ketergantungan Luas wilayah dampak air tanah sangat tinggi tergantung pada



143



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang terkena dampak



4



5 Sifat Kumulatif dampak



6 7



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan IPTEK Prakiraan dampak penting



Karena operasional TPA dan PLTSa memakan waktu yang lama sekitar 50 tahun.



P



TP



Jumlah komponen lingkungan lain yang terkena dampak tidak banyak/sedikit sekali.



TP



Kuantitas air akan kembali dengan adanya siklus hidrologi dan keberadaan tanaman penyangga TPA.



TP



Kuantitas air tidak memilik dampak berbalik yang signifikan terhadap lingkungan. Adanya penanaman kembali tanaman penyangga TPA



P 4



3



Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, didapatkan nilai debit run off hanya 0,23 % dari kuantitas air tanah pada rona awal, akan tetapi karena pesebaran dampak luas terhadap lingkungan terutama pemukiman penduduk, maka dapat disimpulkan dampak bersifat penting.  Vektor Penyakit a) Prakiraan Besaran Dampak



Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan dapat terjadi melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana sampah tersebut ada yang bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsionogenik, teratogenik dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan penyakit. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan



144



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



secara fakultatif, bahkan terjadi secara anaerobik jika kehabisan oksigen. Dekomposisi secara aerobik menghasilkan lindi dan gas. Pengaruh tidak langsung juga terjadi melalui vektor yang dibawa hewan inang yang hidup dan berkembang biak di sampah, misalnya tikus adalah inang sebagai vektor penyakit pes, dan lalat merupakan vektor utama terhadap penyakit disentri. Pengelolaan sampah yang kurang baik, selain menimbulkan penyakit, juga dapat menimbulkan efek terhadap kualitas sosial lingkungan, terutama penurunan estetika yang ditunjukan adanya kesan jorok, jijik, bau dan sebagainya. Sebagaimana jenis infeksi penyakit lainnya, infeksi nosokominal biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Sebagaimana diketahui, kulit, membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi. Berikut adalah tabel penentuan skala yang di pakai untuk melakukan penilaian kenaikan persentase penyakit dengan kategori sebagai berikut. Tabel 3.70 Skala Kategori Penilaian Skala 5 4 3 2 1



Persentase Kenaikan (%) 0--10 10--20 20--30 30--40 40--50



Kategori sangat baik Baik sedang buruk sangat buruk



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Berikut disajikan daftar jumlah kasus penyakit pada umumnya sebagai data kondisi rona lingkungan awal. Tabel 3.71 Daftar 10 Jumlah Kasus Penyakit di Kabupaten Kulon Progo No



ICD X



1



J00



Penyakit Terbanyak



Jumlah



Nasofaringitis akut (common cold)



54522



145



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



2



I10



Hipertensi esensial (primer)



48929



3



J06



Infeksi saluran napas atas akut multipel dan YTT



20973



4



E11



Diabetes mellitus non-dependen insulin



19653



5



K30



Dispepsia



19332



6



M13



Artritis lainnya



17408



7



K04



Penyakit pulpa dan jaringan periapikal



14785



8



R51



Sakit kepala



14599



9



J02



Faringitis akut



13616



10



K05



Gingivitis dan penyakit periodontal



12016



Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2014 Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih fluktuatif. Diare pada balita merupakan hal yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian. Adapun hasil penemuan penderita diare adalah sebanyak 25.491 kasus menurun dari tahun 2013 sebanyak 28.530 kasus. Demam berdarah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 mengalami penurunan jumlah yaitu terdapat 128 kasus dari tahun sebelumnya 144 kasus. Penyakit TB Paru di kabupaten Kulon Progo masih menjadi masalah kesehatan karena :  Menyerang pada semua kelompok  Prosentase kasus tertinggi pada kelompok umur produktif  Penemuan penderita TB dengan Basil Tahan Asam (BTA) masih rendah Tahun 2014 dari data puskesmas ditemukan 118 kasus baru dan jumlah kasus TB 142 kasus dengan CNR BTA + baru sebesar 27,41 per 100.000 penduduk. Kesembuhan 80,82% dan success rate 82,19% (berdasarkan



146



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



73 penderita yang diobati tahun 2014 sebanyak 59 orang sembuh). Kasus malaria di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2000 sampai dengan 2008 mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2009 sampai 2011 terjadi jumlah kasus yang fluktuatif dimana di tahun 2012 mengalami peningkatan dengan jumlah kasus 237 orang. Kemudian pada tahun 2014 turun dengan jumlah kasus 134 orang. Maka dapat dikatakan kondisi rona lingkungan awal tergolong kategori sedang (skala 3).



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Pada saat tanpa proyek prakiraan yang terkena penyakit pada Kabupaten Kulon Progo didata sebagai berikut : Tabel 3.72 Jenis Penyakit Kabupaten Kulon Progo 2013-2015 No 1



Tahun



Kasus



Persentase



Nasofaringitis



2013 2014 2015



2449 4342 5161 11952 2066 3532 4529 10127 1677 1878 1988



20% 36% 43%



33%



2



20% 35% 45%



33%



2



30% 34% 36%



33%



2



Akut



Jumlah 2



Hipertensi esensial



2013 2014 2015



Jumlah 3



Jumlah



Rata-



Jenis Penyakit



ISPA



2013 2014 2015



rata



Skala



5543



147



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4



Dispepsia



2013 2014 2015



Artritis



2013 2014 2015



DM



2013 2014 2015



Faringitis akut



2013 2014 2015



Sakit kepala



2013 2014 2015



Penypulpa



2013 2014 2015



Gingivitis



2013 2014 2015



Jumlah 5 Jumlah 6 Jumlah 7 Jumlah 8 Jumlah 9 Jumlah 10 Jumlah



1036 1657 1799 4492 1150 1374 1651 4175 7922 1324 1837 11083 8896 1249 1227 11372 7306 1208 1337 9851 1047 1380 2427 1034 1116 2150



23% 37% 40%



33%



2



28% 33% 40%



33%



2



71% 12% 17%



33%



2



78% 11% 11%



33%



2



74% 12% 14%



33%



2



0% 43% 57%



33%



2



0% 48% 52%



33%



2



Kondisi tanpa proyek masuk kategori buruk (skala 2) dimana rata-rata persentase kenaikan 30%-40%. 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Tabel 3.73 Jumlah Timbulan Sampah dan Limbah



148



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan selama 2 tahun menghasilkan total limbah sebanyak 20.736.000 L dan total sampah sebanyak 77.760 kg. Hasil limbah yang dihasilkan oleh para pekerja ditampung dengan menggunakan tangki yang akan disedot selama 1 minggu sekali, dan hasil sampah ditampung dengan menggunakan drum yang akan diangkut selama 3 hari sekali. Dengan adanya penumpukan sampah dan limbah yang bersifat sementara maka kemungkinan akan terjadi vektor penyakit yang disebabkan oleh lalat, nyamuk, dan tikus. Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang disebabkan oleh lalat, yaitu: 1. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah padat, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Arif Mansjoer dkk, 2000:501). 2. Disentri salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan, khususnya di usus besar. Gejala disentri antara lain: buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender, nyeri saat buang air besar (Riana Afriadi, 2008:53).



149



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3. Kolera merupakan infeksi saluran usus yang disebabkan bakteri Vibrio cholera. Kuman vibrio ditularkan secara langsung melalui tinja atau muntahan penderita atau secara tidak langsung ditularkan oleh serangga, misalnya lalat. Masa inkubasi berlangsung 3 sampai 6 hari, diikuti gejala diare akut dalam jumlah banyak sampai 1 liter per jam, berupa tinja lunak diikuti tinja cair yang bentuknya mirip air cucian beras (ricewater stool) yang berbau amis. Akibatnya penderita dengan cepat mengalami dehidrasi (Soedarto, 2009:143). 4. Penyakit cacingan adalah suatu penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya. Gejala sesuai jenis cacing,



diantaranya:



(1)



Cacing



gelang



(Ascaris



lumbricoides), gejalanya perut nampak buncit karena jumlah cacing, perut kembung, diare, nafsu makan kurang, (2) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis), gejala sering menggaruk daerah sekitar anus pada malam hari, (3) Cacing



cambuk



(Trichuris



trichiura),



gejala



diare,



disenteri, anemia, berat badan menurun, (4) Cacing tambang



(Ancylostoma



duodenale



dan



Necator



americanus), gejala lesu, tidak bergairah, pucat, rentan terhadap penyakit (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 424/Menkes/Sk/VI/2006, 2006:6). Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang disebabkan oleh nyamuk, yaitu: 1. Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue 4 yang termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus



150



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



(Arbovirus). Gejala DBD yaitu: (1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung selama 2-7 hari, (2) Manifestasi pendarahan,(3) Trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/pl) (4) Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit ≥ 20%), (5) Hepatomegali (Departemen Kesehatan RI, 2005:2). 2. Demam Chikungunya, penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus. Gejala demam chikungunya yaitu: (1) Demam selama 2-3 hari dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik) disertai menggigil dan muka kemerahan, (2) Sakit persendian, gejala paling dominan pada kasus berat terdapat tanda radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak, (3) Nyeri otot, terjadi pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan



anggota gerak.



Kadang terjadi



pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki atau sekitar mata kaki, (4) Bercak kemerahan (rash) pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4-5 demam. Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan, dan kaki (Departemen Kesehatan RI, 2012:5). Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang disebabkan oleh tikus, yaitu:



151



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



1. Leptospirosis,



disebabkan



oleh



bakteri



Leptospira.



Penularan melalui selaput lender atau luka dikulit bila terpapar oleh air yang tercemar dengan urin tikus. 2. Pes, disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis oleh pinjal. Penularan melalui gigitan (Departemen Kesehatan RI, 2008:14). Maka dari itu terdapat 3 vektor penyakit yang disebabkan oleh penumpukan limbah dan sampah yaitu vektor lalat, nyamuk, dan tikus. Berdasarkan skala yang ada maka termasuk skala 2 (Buruk), Karena sampah merupakan penyebaran vektor yang paling dominan. Maka dapat disimpulkan bahwa : 



Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 3







Kondisi Lingkungan tanpa Proyek = Skala 2







Kondisi Lingkungan dengan Proyek = Skala 2







Besaran Dampak = 0



b) Sifat Penting Dampak Derajat Kepentingan dampak perubahan vektor penyakit dalam tahapan operasional basecamp berdasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada tabel 3.23 sebagai berikut. Tabel 3.74 Kriteria Sifat Penting Dampak Perubahan Vegetasi Lahan No 1



Kriteria Dampak Penting Jumlah manusia terkena dampak



P P



2



Luas wilayah persebaran dampak



P



TP



Keterangan Manusia yang terkena dampak yaitu seluruh masyarakat di sekitar rencana pengembangan TPA Banyuroto, Kulon Progo dengan jumlah 53 KK Sebaran dampak akan mempengaruhi masyarakat sekitar



152



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



P



4



Jumlah kompenen lingkungan lain yang terkena dampak



P



5



Sifat kumulatif dampak



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak 7 Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Prakiraan Dampak Penting



TP



6



TP TP



4



3



dengan jarak 0,32 km pengembangan TPA Banyuroto, Kulon Progo. Dampak akan berlangsung selama aktivitas operasional berlangsung selama 50 tahun. Akan ada kompenen lingkungan lainnya yang terkena dampak yaitu meningkatnya pendapatan, kesejahteraan, pengeluaran atau pola konsumsi masyarakat, dan tingkat kesehatan serta pendidikan. Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks. Dapat berbalik bila segera ditangani dengan baik. Kriteria lain berdasarkan pendekatan sosial ekonomi masyarakat. Dampak Bersifat Penting



3.2.3.3 Operasional PLTSa  Terpenuhinya Kebutuhan Energi Listrik a) Prakiraan Besaran Dampak



Bahaya insenerator dapat berdampak pada penduduk yang tinggal dekat insenerator berpotensi terkena bahan kimia berbahaya melalui udara yang tercemar atau hasil pertanian (sayuran, telur dan susu) yang terkontaminasi. Peningkatan kadar dioxin dapat ditemukan dalam jaringan tubuh warga dekat insinerator yang kemungkinan besar akibat paparan zat berbahaya dari insinerator. Dioksin/furan merupakan 2 senyawa yang berbeda, tapi mempunyai sifat fisik ataupun kimia yang hampir sama. Pencemaran akibat senyawa tersebut memberikan dampak untuk



153



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



jangka panjang maupun jangka pendek terhadap kesehatan mahluk hidup ataupun lingkungan. Sifat persisten, akumulasi dan beracun



dari



dioksin/furan



menyebabkan



pencemaran



dioksin/furan berdampak besar terhadap lingkungan, kesehatan (sosial) dan ekonomi. Terhadap kesehatan, untuk jangka panjang dioksin/furan akan menyebabkan kanker, gangguan pada sistem reproduksi dan cacat lahir; sedangkan jangka pendek akan menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun penurunan sistem kekebalan tubuh (Matsusshita, 2003; NIEHS, 2001). Dampak akibat incenerator juga terdapat peningkatan kadar merkuri pada rambut penduduk yang tinggal dekat insinerator. Pada



anak-anak



ditemukan



yang



peningkatan



tinggal



dekat insinerator modern



kadar urinary



thioethers ,



sebuah



biomarker dari paparan bahan kimia beracun. Selain penduduk setempat, terdapat pula beberapa penelitian yang menunjukkan peningkatan kadar Dioxin pada jaringan tubuh pekerja di instalasi insinerator, baik yang baru atau lama. b) Sifat Penting Dampak Pada operasional dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga sampah dapat dilihat dari pemakaian energi listrik perumah tangga. Dengan jumlah pemakaian perumah tangga dengan daya 900 VA yang mencapai 1.352/kWh, sedangkan jumlah energi yang dihasilkan dari operasional PLTSa adalah 70.800 kWh maka dapat diketahui jumlah penduduk di Kulon Progo dengan proyeksi 50 tahun sebesar 4.321.093 jiwa atau dalam per kk asumsi per kk 5 orang, maka jumlah kk sebesar 864.219 kk. Berikut perhitungan jumlah kk yang mendapat energi listrik : 154



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Jumlah KK dilayani



= 70.800 kWh / 1.352/kWh = 53 KK



Perentase KK yang dilayani = ( Jumlah KK dilayani : Jumlah KK total ) x 100% = (53 KK : 864.219 KK) X 100 % = 0,0061 % Derajat kepentingan dampak-dampak incenerator untuk kegiatan Operasional PLTSa berdasar pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti pada tabel 3.75 berikut :



Tabel 3.75 Kriteria Prakiraan Dampak Aktivitas Operasional PLTSa



No 1



Faktor Penentu Dampak Penting Besarnya jumlah



Sifat Dampak Pentin



Tidak



g



Penting



P



Keterangan Manusia yang terkena dampak akibat



penduduk yang akan



incenerator pada operasional PLTSa yaitu



terkena dampak rencana



seluruh masyarakat di sekitar rencana



usaha dan/atau kegiatan



pengembangan TPA Banyuroto dengan jumlah KK 53 KK.



2



Luas wilayah



TP



penyebaran dampak



Wilayah persebaran dampak meliputi 1 desa yaitu kecamatan Nanggulan, Kulon Progo.



3



Intensitas dampak Lamanya Dampak Berlangsung



P



Lama operasional 24 jam dengan jangka waktu 50 tahun dengan jumlah energi yang dihasilkan 70,8 MW



155



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4



5



Banyaknya komponen



TP



Komponen lain terkena dampak selain



lingkungan hidup lain



terpenuhinya



yang terkena dampak



manusia tidak ada.



Sifat kumulatif dampak



P



Dampak



kebutuhan bersifat



energi



listrik



kumulatif



dan



berlangsung lama. 6



7



Berbalik atau tidak



TP



Dampak dapat dipulihkan dengan adanya



berbaliknya dampak



pengelolaan sampah yang baik



Kriteria lain sesuai



Tidak ada kriteria lain sesuai dengan



dengan perkembangan



perkembangan



ilmu pengetahuan dan



teknologi



ilmu



pengetahuan



teknologi Total



3



Sifat Penting Dampak



4 Dampak Bersifat Penting



Berdasarkan evaluasi pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa energi listrik pada operasional PLTSa TP > P termasuk ke dalam dampak tidak penting. Tabel 3.76 Perkiraan Besaran Dampak Terpenuhinya Energi



1 Sangat Kecil Daya 5 MW – 250 MW



Skala Kondisi Lingkungan 2 3 4 Kecil Sedang Besar Daya 251 Daya 501 MW – 500 MW – 750 Daya 751 MW MW MW – 1000 MW



5 Sangat Besar Daya 1001 MW – 1200 MW



1. Kondisi Sebelum Proyek



156



dan



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kondisi lingkungan awal sebelum adanya kegiatan ini diketahui hanya ada sumber energi listrik dari PLN dan belum adanya sumber energi listrik dari pembangkit listrik tenaga sampah.



2. Kondisi Lingkungan Dengan Proyek



Kondisi lingkungan dengan dampak ini di masa mendatang tanpa adanya proyek diprakirakan adanya sumber energi lain yakni dari pembangkit litrik tenaga sampah dengan prakiraan jumlah daya yang dihasilkan 70,8 MW dapat memenuhi kebutuhan listrik di daerah operasional PLTSa sekitar dengan skala sangat kecil. 3. Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Kondisi lingkungan dengan dampak ini di masa mendatang tanpa adanya proyek diprakirakan tidak adanya tambahan sumber energi listrik dari PLTSa melainkan hanya dari PLN. 3.2.4 Tahap Pasca Operasi 3.2.4.1 Demobilisasi Alat  Penurunan Kualitas Udara a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-G/Pjc06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang



157



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala kualitas. Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu



33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 15473,72 µg/m3, pada titik B 15472,28 µg/m3, dan pada titik C yaitu 15503,01µg/m3 dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya dengan skala kualitas lingkungan 1. Tabel 3.77 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100 101-199 200-299 >300



Kategori Baik Sedang tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



Skala 5 4 3 2 1



2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik) sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14% dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3. Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi nilai ISPU sebagai berikut :



158



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Tabel 3.78 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Lokasi Letak Geografis



7°48'0.33"LS 110°11'16.09"BT



A



7°48'7.29"LS 110°11'42.34"BT



B



7°48'15.01"LS 110°10'46.83"BT



C



Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek Persamaan



PM10



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



38,4



Ib



0



ISPU



38,4



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



36.765



Ib



0



ISPU



36.765



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



100



Xx - Xb



36.583



Ib



50



ISPU



682.915



Keterangan



Sedang



Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan datang tanpa proyek adalah pada kategori baik (skala 5). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Pada kegiatan pasca operasi, lalulintas kendaraan berat akan meningkat dan dengan sendirinya akan meningkatkan terjadinya PM10 dan emisi gas buang, sehingga dampak yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara dari jenis kendaraan dan alat berat pada tahapan kegiatan ini sebagai berikut : No



Jenis Peralatan



Kapasitas



Uni



Berat (ton)



159



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



1 2 3 4 5



Backhoe Dump Truck Buldozer Compactor Flat Bed Truck



73HP 25 m3 100-150 HP 130HP Maks. Beban 35,7 ton



t 10 20 3 4



10,95 45,2 14,26 12



6



27,5



Untuk memprakirakan PM10 di udara dari kandungan PM10 di jalan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : 0.7 0.5 S V W N D Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km) S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras V= kecepatan kendaraan (km/jam), x km/jam W = berat kendaraan (ton) N= jumlah roda kendaraan D= jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka



( )( )( ) ( ) ( )



2014) a) Flat Bed Truck Unit Backhoe dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Backhoe yaitu : S V W 0.7 N 0.5 D Eu=20,77 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 38,45 18 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=33,74 kg/km Dalam pasca operasi TPA Banyuroto, mobilitas Backhoe adalah sejauh ±5



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=33,74 x3 x 5 km/trip km hari Eu=506,1 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Backhoe memiliki jarak 100 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(100m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=506,1 =506,1 x 10 6 mg /hari hari Eu=506,1 x 106



mg :5 x 106 m3 hari



160



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Eu=101,22



mg /hari m3



Eu=101.220



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan



konsentrasi PM10 sebesar



101.220 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.



Unit Bulldozer dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Bulldozer yaitu : 0.7



0.5



S V W N D 12 48 3 4 365 0.7 10 20 41,76 18 0.5 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=48,98 kg /km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Eu=20,77



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



Bulldozer adalah sejauh ±5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=48,98 x3 x 5 km/trip km hari Eu=734,7 kg/hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Bulldozer memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=734,7 =734,7 x 106 mg/ hari hari Eu=734,7 x 106



mg :5 x 106 m3 hari



161



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Eu=146,94



mg /hari m3



Eu=146.940



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan



konsentrasi PM10 sebesar



146.940 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.



Unit Compactor dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Compactor yaitu : 0.7



0.5



S V W N D 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 39,5 18 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=47,11 kg /km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Eu=20,77



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



Compactor adalah sejauh ± 5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=47,11 x3 x 5 km/trip km hari Eu=706,65 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Compactor memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=706,65 =706,65 x 106 mg/hari hari Eu=706,65 x 10 6



mg :5 x 10 6 m 3 hari



162



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Eu=141,33



mg /hari m3



Eu=141.330



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32 µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan



konsentrasi PM10 sebesar



141/330 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.



b) Dump Truck Maka, jumlah PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Dump Truck yaitu : 0.7



0.5



S V W N D 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 45,2 6 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=29,89 kg/km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Dump Truck Eu=20,77



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



adalah sejauh ±1,6 km dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=29,89 x5 x 1,6 km/trip km hari Eu=239,12 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600 m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3. kg Eu=239,12 =239,12 x 106 mg/hari hari Eu=239,12 x 10 Eu=49,82



6



mg 6 : 4,8 x 10 m3 hari



mg /hari m3



163



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Eu=49.820



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 49820 µg/m3/hari di titik A, B, dan C. Pengoperasian Kendaraan



Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut :



( x , z )=¿



2Ql 1 z 2 exp− ( ) 2 σs (2 π) 0.5 σ s u C¿



Dimana : C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3) QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m) Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik) σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m) Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 160 kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional konstruksi adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 20 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju jalan raya adalah 1,6 km. Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data 164



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada tabel berikut : N o 1



Jenis Kendaraan Truck



Kebutuhan Solar( L/km) 0,4



 Jarak tempuh total(km) 250



Konsumsi BBM(m3/hari) 0,625



Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini : Jenis Kendaraan Truk



Bahan Bakar



Satuan



Solar



m3



Jenis Polutan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) 2,01 7,21



Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982 Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat konstruksi PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah sebagai berikut :   



Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi = 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3 = 1, 26 kg/hari = 0,015 gram/detik NO2 = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3 = 4,5 kg/hari = 0,05 gram/detik SO2 = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3 = 3,98 kg/hari = 0,046 gram/detik



165



SO2(kg/m3) 6,36



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus Gaussian adalah sebagai berikut : 



Debu(PM10) = 0,0023







NO2







SO2



μg m3



μg m3 μg = 0,0074 m3 = 0,0083



Tabel 3.78 Prakiraan Peningkatan Emisi Titik



Satuan



A B C



µg/m3 µg/m3 µg/m3



RATA-RATA BAKU MUTU



RONA AWAL PM10 S02 NO2 4453,692 23,5649 2,6153 4452,252 19,1249 2,2553 4482,982 47,4749 2,9853



PASCA OPERASI PM10 S02 NO2 454782 23,5723 2,6236 454780,3 19,1323 2,2636 454811 47,4823 2,9936 2,62693 4462,975 30,0549 2,618633 454791,1 30,0623 3 400 900 150 400 900 150



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan pasca operasi TPA dan PLTSa yang bersumber dari pembongkaran dan pengangkutan alat berat akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu (PM10), NO2, dan SO2. Kontribusi debu (PM10) diperkirakan sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2 diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal masih tergolong baik karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 1, sedangkan kondisi pada operasional TPA dan PLTSa menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus parameter NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif



166



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



kecil. Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa tidak berubah tetap pada skala 1. b) Sifat Penting Dampak Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap kualitas udara : Tabel 3.79 Prakiraan Sifat Penting Dampak Terhadap Kualitas Udara No Kriteria Dampak Penting 1 Jumlah manusia terkena dampak 2 Luas wilayah persebaran dampak 3



P P



TP



Keterangan Para pekerja di lokasi konstruksi dan wilayah sekitarnya akan terkena dampak Partikel PM10 tersuspensi akan tersebar



TP



di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang Aktivitas pembongkaran dan pengangkutan alat berat mempengaruhi kesehatan pekerja selama 8 jam pada lokasi operasional.



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung P



Jumlah komponen lingkungan yang lain yang 4 terkena dampak



5 Sifat Kumulatif dampak



6 7



Berbalik atau tidak berbaliknya Kriteria lain dampak sesuai dengan perkembangan Prakiraan IPTEK dampak penting



Komponen lain yang terkena dampak seperti pemukiman penduduk yang berada sekitar TPA dan PLTSa



TP



dampak peningkatan konsentrasi PM10 dari kegiatan pengangkutan alat berat (mobilisisasi) bersifat kumulatif. Karena tidak adanya penyiraman jalan sekitar TPA. Dampak ini akan segera membaik setelah selesai kegiatan operasional TPA Penyiraman berkala dapat mengurangi



P



TP P 4



PM10 disekitar lokasi tapak proyek Dampak bersifat penting



3



3.2.4.2 Pelepasan Tenaga Kerja  Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk a) Perkiraan Besaran Dampak



Setelah selesai beroprasi sesuai tahun perencanaan, kegiatan dekontaminasi area TPA dan PLTSA juga dilakukan dengan tujuan untuk meremedimasi lahan di kawasan TPA segala polutan akibat lindi dapat



direcovery.



Kegiatan



ini



mencakup



bioremediasi



dan



fithoremediasi. Dalam pelaksanaan kegiatan remediasi, perusahaan



167



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



akan menempatkan staff pelaksana kegiatan yang berasal dari Divisi Lingkungan



Hidup.



Kegiatan



remediasi



yang



akan



dilakukan



merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut selama 10 tahun. Dalam tahap ini, beberapa pekerja di berhentikan secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya pekerjaan. Perkiraan besaran dampak terkait penambahan jumlah penganguran di uraikan sebagai berikut : Tabel 3.80 Distribusi Persentase Penduduk Angkatan Kerja (15 tahun ke atas) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo



Angkata n Kerja Bukan Angkata n Kerja



Uraian Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus



Laki-Laki Perempuan Jumlah 83,02 63,21 72,81 3,12 6,71



2,52 5,8



2,82 6,255



Rumahtangga 4,34 24,24 Lainnya 2,81 4,22 Sumber : Kulon Progo dalam angka 2016



14,29 3,515



Berdasarkan data angkatan kerja 2016 tingkat pengangguran di Kulon Progo (15 tahun ke atas) sebanyak 2,82 % yaitu ada sebanyak 5294 orang dari 188412 orang. Dengan adanya kegiatan oprasional TPA dan PLTSa yang membutuhkan tenaga kerja lokal dengan kebutuhan tenaga kerja sebagai berikut : Tabel 3.81 Perkiraan kebutuhan (orang) Tenaga kerja lokal dan keahlian N o 1



Keahlian Petugas Kebersihan



Kebutuhan



Spesifikas



(orang)



i



1000



SD/SMP



2



Maintenance



50



3



Services



10



4 5



Material Heandling Administration



33 96



STM/SM A STM/SM A STM/SM A D3/SMA



168



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Total



1189



Berdasarkan kesempatan kerja pada tahap operasi dibutuhkan 1189 orang. Dengan berakhirnya operasi TPA dan PLTSa Banyuroto diperkirakan akan ada penambahan jumlah tingkat pencari kerja baru (penganguran) sebanyak 1189. Adanaya peningkatan penganguran dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.82 Kriteria kualitas lingkungan kesempatan kerja lokal



Parameter Lingkungan Tingkat Pengangguran Masyarakat



1 Sangat Buruk >8%



Kriteria Kualitas/Skala 2 3 4 Buruk Sedang Baik >5 – 8%



>3 – 5%



>2 – 3%



5 Sangat Baik ≤1%



Sumber : Sudano Sukirno, 2008



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal .Berdasarkan data pada persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat angkatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1189 orang, sehingga presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,18 % masuk dalam kategori baik (Skala 4). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek melalui pertumbuhan ekonomi daerah khusunya di kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja. Dengan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 4,76% maka ada pengurangan jumlah penganguran sebesar 252 orang dari 5294 orang. Dengan demikian presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,68 % masuk dalam kategori baik (Skala 4).



169



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat angkatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja. Dengan adanya proyek perluasan TPA



dan pembangunan PLTSa Banyuroto terdapat 14,7 Ha sawah penduduk yang teralihfungsikan menjadi lahan proyek sehingga berpotensi menghilangkan 191 mata pencaharian petani atau setara dengan 0,2% dari total petani pada tahun tersebut. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1189 orang. Pada tahap pasca operasi para pekerja diberhentikan sehingga ada tambahan jumlah penganguran menjadi 4% dari 188412 yaitu 6674 orang masuk kategori sedang (skala 3). Maka dapat dismpulkan bahwa :  Kualitas rona lingkungan awal = Skala 4  Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4  Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 3  Besaran dampak = -1 Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya termasuk dampak negatif.



b) Sifat Penting Dampak Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tunjukan pada tabel berikut : Tabel 3.83 Prakiraan Sifat Penting Dampak N



Kriteria Dampak Penting



P



TP



Keterangan



170



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



o



Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dikategorikan sebagai dampak penting (P), karena manusia yang 1



Jumlah manusia terkena dampak



bekerja hampir dari berbagai wilayah dengan menghilangkan



P



191 mata pencaharian petani atau setara dengan 0,2% dari total petani pada tahun tersebut. Dan memberhentikan 1189 orang pekerja. Sebaran dampak akan mempengaruhi



2



3



Luas Wilayah persebaran dampak



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



masyarakat sekitar lokasi rencana P



pengembangan dan pembangaunan di desa Banyuroto kabupaten Kulon Progo. Dampak akan berlangsung sementara



P



proses pemulihan kondisi dan revegetasi, yaitu 10 tahun. Akan ada komponen lain yang terkena



Jumlah komponen 4



lingkungan lain terkena



dampak yaitu meningkatnya P



penganguran, menurunya pendapatan,



dampak



5



6



Sifat kumulatif dampak



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak



peluang usaha, tingkat kesehatan dan



TP



TP



pendidikan. Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dampak yang timbul dapat bersifat berbalik apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan komitmen dan kesepakatan



171



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY Kriteria Lain sesuai 7



perkembangan ilmu



TP



pengetahuan dan teknologi Jumlah



4P



3TP



Kriteria lain berdasarkan pendekatan sosial ekonomi masyarakat Dampak bersifat penting



 Timbulnya sikap dan Persepsi Masyarakat a) Perkiraan Besaran Dampak Dalam tahap ini, beberapa pekerja di berhentikan secara bertahap yang



mengakibatkan



hilangnya



pekerjaan.



Akibat



pemberhentian



pekerjaan akan menimbulkan persepsi masyarakat akibat adanya penurunan pendapatan dan menghilangnya matapencaharian. Perkiraan besaran dampak terkait pelepasan tenaga kerja terhadap persepsi masyarakt seperti tabel berikut,



Tabel 3.84 Kriteria kualitas lingkungan pendapatan masyarakat



Parameter Lingkungan



1 Sangat Buruk



Pendapatan



Kurang dari Rp.



masyarakat



500.000



Kriteria Kualitas/Skala 2 3 4 Buruk Sedang Baik Rp 500.001 Rp Rp 1.000.000 – – Rp 1.500.000 – Rp 1.499.999 999.999 2.000.000



5 Sangat Baik Lebih dari Rp 2.000.000



1) Kondisi Rona Lingkungan Awal Pengembangan dan pembangunan TPA dan PLTSa yang dilakukan di desa Banyuroto dapat menyerap tenaga kerja lokal sektiar wilayah Kulon Progo. Pendapatan pekerja TPA dan PLTSa berdasarkan UMK



172



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kulon Progo adalah Rp 1.493.250, maka kondisi ini masuk kedalam kategori baik (Skala 4). 2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek didasarkan pada kondisi awal pekerjaan masyarakat lokal sekitar yaitu sebagai petani. Rata-rata pendapatan petani berdasarkan sensus terakhir pada 2017, pendapatan petani di Indonesia hanya mencapai Rp12,4 juta hektare per tahun. Secara rata-rata, jumlah pendapatan per bulan hanya mencapai Rp1 juta. Maka kondisi ini masuk kedalam kategori sedang (skala 3). 3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek Pengembangan dan pembangunan TPA dan PLTSa yang dilakukan di desa Banyuroto dapat menyerap tenaga kerja lokal sektiar wilayah Kulon Progo. Namun pada tahap pasca operasi adanya pelepasan tenaga kerja yang menyebabkan hilangnya mata pencaharian warga. Selain itu lahan yang menjadi tempat TPA perlu dilakukan remediasi selama 10 Tahun untuk mengembalikan fungsi awalnya kembali. Maka kondisi ini masuk kedalam kategori buruk (skala 1).



Maka dapat dismpulkan bahwa :  Kualitas rona lingkungan awal = Skala 4  Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3  Kualitas lingkungan yang akan datang dengan proyek = 



Skala 1 Besaran dampak = -2



Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya termasuk dampak negatif. b) Sifat Penting Dampak



173



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tunjukan pada tabel berikut : Tabel 3.85 Prakiraan Sifat Penting Dampak Kriteria Dampak No Penting



P



TP



Keterangan Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena



1



Jumlah manusia terkena dampak



dikategorikan



P



dampak, sebagai



maka dampak



penting (P), jumlah pekerja yang ada di TPA dan PLTSa sebanyak 1189 orang.



2



Luas Wilayah persebaran dampak



Sebaran dampak hanya



P



mempengaruhi warga sekitar lokasi Dampak hanya akan berlangsung



3



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



sementara proses pelepasan tenaga



P



kerja dan pemberhentian operasional TPA dan PLTSa Akan ada komponen lain yang



Jumlah komponen 4



lingkungan lain terkena



terkena dampak yaitu menurunnya P



pendapatan, kesejahteraan, pola



dampak



konsumsi masyarakat, tingkat kesehatan dan pendidikan



5



6



7



Sifat kumulatif dampak



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria Lain sesuai perkembangan ilmu



TP



TP



TP



Tidak akan bersifat kumulatif dan kompleks Dampak yang timbul dapat bersifat berbalik apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan komitmen dan kesepakatan Kriteria lain berdasarkan pendekatan sosial ekonomi masyarakat



174



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



pengetahuan dan teknologi Jumlah



4P



3TP



Dampak bersifat penting



3.2.4.3 Penutupan TPA  Penurunan Kualitas Udara a) Prakiraan Besaran Dampak 1) Kondisi Rona Lingkungan Hidup Awal Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3G/Pjc-06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala kualitas. Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 15473,72µg/m3, pada titik B 15472,28µg/m3, dan pada titik C yaitu 15503,01µg/m3 dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya dengan skala kualitas lingkungan 1. Tabel 3.86 Tabel Skala Kualitas Udara ISPU 1>50 51-100 101-199 200-299 >300



Kategori Baik Sedang tidak sehat sangat tidak sehat Berbahaya



Skala 5 4 3 2 1



2) Kondisi Lingkungan Akan Datang Tanpa Proyek Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14%



175



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



setiap tahunnya. Maka, sumber penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik) sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14% dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3. Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi nilai ISPU sebagai berikut : Tabel 3.87 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek Lokas i



A



B



C



Letak Geografis



7°48'0.33"LS 110°11'16.09"BT



7°48'7.29"LS 110°11'42.34"BT



7°48'15.01"LS 110°10'46.83"BT



Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek Persamaan



PM10



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



38,4



Ib



0



ISPU



38,4



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



50



Xx - Xb



36.765



Ib



0



ISPU



36.765



Keterangan



Baik



Ia - Ib



50



Xa-Xb



100



Xx - Xb



36.583



Ib



50



ISPU



682.915



Keterangan



Berbahaya



Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan



datang tanpa



proyek adalah pada kategori tidak berbahaya (skala 1). 176



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Pada kegiatan pasca konstruksi, lalulintas kendaraan berat akan meningkat dan dengan sendirinya akan meningkatkan terjadinya PM10 dan emisi gas buang, sehingga dampak yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara dari jenis kendaraan dan alat berat pada tahapan kegiatan ini sebagai berikut : No 1 2 3 4 5



Jenis Peralatan Backhoe Dump Truck Buldozer Compactor Flat Bed Truck



Kapasitas 73HP 25 m3 100-150 HP 130HP Maks. Beban 35,7 ton



Uni t 10 20 3 4 6



Berat (ton) 10,95 45,2 14,26 12 27,5



Untuk memprakirakan PM10 di udara dari kandungan PM10 di jalan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : 0.7 0.5 S V W N D Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km) S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras V = kecepatan kendaraan (km/jam), x km/jam W = berat kendaraan (ton) N = jumlah roda kendaraan D = jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014)



( )( )( ) ( ) ( )



c) Flat Bed Truck Unit Backhoe dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Backhoe yaitu : 0.7 0.5 S V W N D Eu=20,77 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 38,45 18 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=33,74 kg/km Dalam pasca operasi TPA Banyuroto, mobilitas Backhoe adalah sejauh ±5



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=33,74 x3 x 5 km/trip km hari



177



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Eu=506,1 kg /hari Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Backhoe memiliki jarak 100 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(100m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=506,1 =506,1 x 10 6 mg /hari hari 6



Eu=506,1 x 10 Eu=101,22



mg 6 :5 x 10 m3 hari



mg /hari m3



Eu=101.220



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 101.220 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.



Unit Bulldozer dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Bulldozer yaitu : 0.7



0.5



S V W N D 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 41,76 18 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=48,98 kg /km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Bulldozer Eu=20,77



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



adalah sejauh ±5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=48,98 x3 x 5 km/trip km hari Eu=734,7 kg/hari



178



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Bulldozer memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=734,7 =734,7 x 106 mg/ hari hari Eu=734,7 x 106 Eu=146,94



mg :5 x 106 m3 hari



mg /hari m3



Eu=146.940



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 146.940 µg/m3/hari di titik A, B, dan C. Unit Compactor dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Compactor yaitu : S V W 0.7 N 0.5 D Eu=20,77 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 39,5 18 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=47,11 kg /km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Compactor



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



adalah sejauh ± 5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=47,11 x3 x 5 km/trip km hari Eu=706,65 kg /hari



179



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Compactor memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3. kg Eu=706,65 =706,65 x 106 mg/hari hari Eu=706,65 x 10 6 Eu=141,33



mg :5 x 10 6 m 3 hari



mg /hari m3



Eu=141.330



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32 µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 141/330 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.



d) Dump Truck Maka, jumlah PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Dump Truck yaitu : 0.7



0.5



S V W N D 12 48 3 4 365 0.7 0.5 10 20 45,2 6 185 Eu=20,77 12 48 3 4 365 Eu=29,89 kg/km Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Dump Truck Eu=20,77



( )( )( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( ) ( )



adalah sejauh ±1,6 km dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar : kg trip Eu=29,89 x5 x 1,6 km/trip km hari Eu=239,12 kg /hari



180



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600 m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3. kg Eu=239,12 =239,12 x 106 mg/hari hari Eu=239,12 x 10 6 Eu=49,82



mg : 4,8 x 106 m3 hari



mg /hari m3



Eu=49.820



μg /hari m3



Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 49820 µg/m3/hari di titik A, B, dan C. Pengoperasian Kendaraan



Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut : 2



( x , z )=¿



2Ql 1 z exp− ( ) 0.5 2 σs (2 π) σ s u C¿



Dimana : C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3) QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m) Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik) σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)



181



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 160 kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional konstruksi adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 20 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju jalan raya adalah 1,6 km. Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada tabel berikut :



N o 1



Jenis Kendaraan Truck



Kebutuhan Solar( L/km) 0,4



 Jarak tempuh total(km) 250



Konsumsi BBM(m3/hari) 0,625



Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini : Jenis Kendaraan Truk



Bahan Bakar



Satuan



Solar



m3



Jenis Polutan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) 2,01 7,21



Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982



182



SO2(kg/m3) 6,36



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat konstruksi PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah sebagai berikut : 



Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi = 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3 = 1, 26 kg/hari = 0,015 gram/detik NO2 = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3 = 4,5 kg/hari = 0,05 gram/detik SO2 = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3 = 3,98 kg/hari = 0,046 gram/detik



 



Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus Gaussian adalah sebagai berikut : 



Debu(PM10) = 0,0023







NO2







SO2



μg m3



μg m3 μg = 0,0074 m3 = 0,0083



Tabel 3.87 Prakiraan Peningkatan Emisi Titik



Satuan



A B C



µg/m3 µg/m3 µg/m3



RATA-RATA BAKU MUTU



RONA AWAL PM10 S02 NO2 4453,692 23,5649 2,6153 4452,252 19,1249 2,2553 4482,982 47,4749 2,9853



PASCA OPERASI PM10 S02 NO2 454782 23,5723 2,6236 454780,3 19,1323 2,2636 454811 47,4823 2,9936 2,62693 4462,975 30,0549 2,618633 454791,1 30,0623 3 400 900 150 400 900 150



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan pasca operasi TPA dan PLTSa yang bersumber dari pembongkaran dan pengangkutan alat



183



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



berat akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu (PM10), NO2, dan SO2. Kontribusi debu (PM10) diperkirakan sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2 diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal masih tergolong baik karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 1, sedangkan kondisi pada operasional TPA dan PLTSa menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus parameter NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif kecil. Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa tidak berubah tetap pada skala 1. Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap kualitas udara : b) Sifat Penting Dampak Tabel 3.88 Prakiraan Sifat Penting Dampak No Kriteria Dampak Penting 1 Jumlah manusia terkena dampak 2 Luas wilayah persebaran dampak 3



P P



TP TP



P Jumlah komponen lingkungan yang lain yang 4 terkena dampak



6 7



Berbalik atau tidak berbaliknya Kriteria lain dampak sesuai dengan perkembangan Prakiraan IPTEK dampak



di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang Aktivitas pembongkaran dan pengangkutan alat berat mempengaruhi kesehatan pekerja selama 8 jam pada lokasi operasional.



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung



5 Sifat Kumulatif dampak



Keterangan Para pekerja di lokasi konstruksi dan wilayah sekitarnya akan terkena dampak Partikel PM10 tersuspensi akan tersebar



TP



P



TP P 4



3



Komponen lain yang terkena dampak seperti pemukiman penduduk yang berada sekitar TPA dan PLTSa dampak peningkatan konsentrasi PM10 dari kegiatan pengangkutan alat berat (mobilisisasi) bersifat kumulatif. Karena tidak adanya penyiraman jalan sekitar TPA. Dampak ini akan segera membaik setelah selesai kegiatan operasional TPA Penyiraman berkala dapat mengurangi PM10 disekitar tapak proyek Dampaklokasi bersifat penting



184



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY penting



185



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN Evaluasi secara holistik (evaluasi dampak terhadap setiap dampak penting hipotetik) dilakukan setelah prakiraan terhadap setiap dampak penting hipotetik, baik besaran dampak maupun sifat penting dampak. Pedoman mengevaluasi dampak besar dan penting digunakan interaksi antara besaran dampak dengan tingkat kepentingan dampak yang disajikan pada Tabel 4.1. sebagai berikut. Tabel 4.1 Pedoman evaluasi dampak besar dan penting No 1



Ketentuan Pedoman Evaluasi Apabila P≥3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥2



Kesimpulan Maka kesimpulan dampaknya masuk



2



Lingkungan



(BML)



atau



diprakirakan



akan masuk



kategori



dampak



mengganggu kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat penting Apabila P>3 dan salah satu kriteria P adalah jumlah Maka kesimpulan dampaknya manusia yang terkena dampak, berapa pun besaran angka masuk



4



dampak



penting Apabila P≥1 dan besaran angka prakiraan dampak > Baku Maka kesimpulan dampaknya Mutu



3



kategori



prakiraan dampak Di luar ketiga kriteria di atas



kategori



dampak



penting Maka kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak tidak penting



Sumber: PSLH-UGM, 2005; dimodifikasi Apabila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting, maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyelenggaraan Rencana Pengelolaan Lingkungan



206



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Berdasarkan pada hal tersebut diatas, maka terhadap prakiraan besaran dampak dan sifat penting dampak dapat dievaluasi secara holistik. 4.1 Telaah secara keseluruhan dan keterkaitan Pada dasarnya setiap tahap kegiatan atau rencana kegiatan pengembangan TPA Banyuroto Kabupaten Kulon Progo, baik pada tahap kosntruksi dan operasi akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup, baik bersifat negatif maupun positif. Rencana kegiatan yang merupakan sumber dampak dan banyak menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan, dampak tersebut ditentukan dengan metode prakiraan besaran dampak yang digunakan metode perhitungan matematis (formal) dan metode penilaian ahli (professional judgement) atau non formal. Pada dokumen ANDAL pada bab ini tentang evaluasi diperoleh dampak penting disetiap tahapan kegiatan yaitu tahap konstruksi adalah: penerimaan tenaga kerja, mobilisasi tenaga dan alat, operasional basecamp, konstruksi area landfill, dan konstruksi PLTSA dan tahap operasi adalah: penerimaan tenaga kerja, pengangkutan sampah, operasional TPA, operasional pengolahan lindi, dan operasional PLTSA. Sementara itu komponen lingkungan yang terkena dampak penting yaitu: 1. Komponen geofisik-kimia meliputi: kualitas udara, kebisingan, getaran. 2. Komponen biologi meliputi: perunahan tutupan vegetasi lahan, dan perubahan keberadaan fauna darat. 3. Komponen ekonomi-sosial-budaya meliputi: hilangnya mata pencaharian penduduk, timbulnya sikap dan persepsi masyarakat, terbentuknya kesempatan kerja, dan peningkatan peluang berusaha.



207



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4. Komponen kesehatan masyarakat meliputi: peningkatan vektor penyakit atau morbiditas pada masyarakat. 5. Komponen energi meliputi: terpenuhinya kebutuhan energi listrik. METODE YAHYA HUSEIN A. Komponen Geofisik-Kimia  Dampak pada Tahap Konstruksi Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak



Lama Dampak Berlangsun g



Persebaran Dampak



Konstruksi PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas udara dan peningkatan getaran pada area konstruksi menimbulkan dampak padaDampak lingkungan sekitar terutama kesehatan para Dampak Tidakterhadap Dampak Dampak Dampak Langsung Turunan Langsung Kumulatif Sisa Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan konstruksi dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara tidak langsung. Akan tetapi, Jangka Sementara Jangka Pendek Permanen Panjang Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat sementara karena dapat berkurang jika kegiatan konstruksi selesai. Akan tetapi dapat bersifat permanen terhadap penyakit yang diderita pekerja akibat debu yang terpapar terus menerus saat kegiatan konstruksi. Lokal Regional Global Persebaran dampak bersifat lokal, karena persebarannya hanya pada area konstruksi Diabaikan



Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan



Kecil



Sedang



Besar



Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningktkan vektor penyakit dan menimbulkan konflik sosial. Rendah



Sedang



Tinggi



Reseptor penerima dampak hanya sekitar area TPA dan Konstruksi PLTSa Sangat



Rendah



Sedang



Tinggi



Sangat Tinggi



208



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Rendah Dampak



Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan getaran tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan adanya proyek yang cukup tinggi. Sangat Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan konstruksi dilakukan selama 8 jam dalam sehari, sehingga hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan paparan polusi udara terhadap para pekerja Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis Dampak dari konstruksi PLTSa ini dapat menimbulkan penyakit para pekerja serte menurunkan kualitas udara di sekitar area konstruksi. Akan tetapi, masih bisa ditangani dengan penyiraman lahan secara berkala. Sehingga, polusi udara sekitar area konstruksi dapat berkurang.



 Dampak pada Tahap Operasi Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun g



Operasi TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas udara akibat proses operasi TPA dan PLTSa menimbulkan dampak lingkungan sekitar terutama Dampak terhadap Tidak kesehatan para pekerja, Dampak Dampak Dampak Dampakpada Langsung Turunan Langsung Kumulatif Sisa Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan operasional dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara tidak langsung juga masyarakat di Jangka Sementara Jangka Pendek Permanen Panjang Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat jangka panjang karena dapat berkurang jika kegiatan operasi berlangsung cukup lama. Terjadi di area operasional TPA dan PLTSa



209



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Lokal Persebaran Dampak



Kerawanan Dampak



Peluang Kejadian Dampak



Sifat Penting Dampak



Kecil



Sedang



Besar



Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningkatkan potensi penyakit dan menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangaan. Rendah



Sensitifitas Penerima Dampak



Global



Persebaran dampak bersifat lokal dan regional, bergantung pada kecepatan angin dan faktor atmosfer lainnya. Diabaikan



Besaran Dampak



Regional



Sedang



Tinggi



Reseptor penerima dampak cukup tinggi karena operasional memiliki rentang waktu lama yang sangat berpotensi memapar pekerja dan masyarakat.



Sangat Rendah



Rendah



Sedang



Tinggi



Sangat Tinggi



Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan gas pencemar tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan adanya proyek yang cukup tinggi. Sangat Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan operasi dilakukan selama puluhan tahun, sehingga hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan paparan polusi udara terhadap para pekerja maupun masyarakat yang beraktifitas di area operasional. Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis Dampak dari operasi khususnya pada TPA dan PLTSa dapat menimbulkan penyakit terhadpap para pekerja serta menurunkan kualitas udara di area operasional. Akan tetapi, masih bisa ditangani dengan teknologi pengendalian pencemaran udara. Sehingga, polusi udara di area operasional dapat dikendalikan



210



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



 Dampak pada Tahap Pasca Operasi Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun g



Persebaran Dampak



Pasca Operasi TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas udara akibat proses pasca operasi TPA dan PLTSa menimbulkan dampak lingkungan sekitar terutama Dampak terhadap Tidak kesehatan para pekerja, Dampak Dampak Dampak Dampakpada Langsung Turunan Langsung Kumulatif Sisa Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan operasional dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara tidak langsung juga masyarakat di Jangka Sementara Jangka Pendek Permanen Panjang Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat sementara karena dapat berkurang jika kegiatan pasca operasi berakhir. Terjadi khususnya di jalan sepanjang tahap demobilisasi. Lokal Regional Global Persebaran dampak bersifat lokal dan regional, bergantung pada kecepatan angin dan faktor atmosfer lainnya. Diabaikan



Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak



Peluang



Sedang



Besar



Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningkatkan potensi penyakit dan menimbulkan konflik sosial. Rendah



Sedang



Tinggi



Reseptor penerima dampak cukup tinggi karena perjalanan demobilisasi tidak dekat. Sangat Rendah



Kerawanan Dampak



Kecil



Rendah



Sedang



Tinggi



Sangat Tinggi



Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan gas pencemar tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan adanya proyek yang cukup tinggi. Sangat



Kecil



Sedang



Tinggi



211



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kejadian Dampak



Sifat Penting Dampak



Kecil Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan pasca operasi dilakukan selama beberapa jam saat ritasi yang dilakukan 3 kali, sehingga hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan paparan polusi udara terhadap para pekerja maupun masyarakat yang beraktifitas di sepanjang jalur demobilisasi Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis Dampak dari pasca operasi khususnya pada demobilisasi alat berat dapat menimbulkan penyakit terhadpap para pekerja serta menurunkan kualitas udara di sepanjang jalur demobilisasi. Akan tetapi, masih bisa ditangani dengan teknologi penyiraman di jalan demobilisasi. Sehingga, polusi udara di sepanjang jalur demobilisasi dapat dikendalikan



B. Komponen Biologi  Tutupan Vegetasi Lahan Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak



Konstruksi Area Landfill dan PLTSa Negatif Positif Akibat adanya pembersihan lahan pada saat kegiatan konstruksi area landfill dan PLTSaDampak maka tutupan vegetasi lahan di Desa Dampak Dampak Dampak Dampak Langsung Turunan Tidak Kumulatiarea Sisa Pembukaan lahan secara langsung pada saat konstruksi landfill dan PLTSa mengakibatkan flora akan langsung Jangka Jangka Permanehilang Sementara Pendek Panjang Perubahan tutupan vegetasi lahan untuk konstruksin landfill dan PLTSa bersifat permanen yang artinya tidak dapat kembali seperti Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal karena hanya berpengaruh masih dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo. Diabaika Kecil Sedang Besar n Perubahan tutupan lahan pada kegiatan konstruksi area landfill dan PLTSa besar karena Rendahtermasuk Sedang Tinggikeanekaragaman hayati pada lahan Reseptor dampak yang terkena dampak adalah komponen hayati yaitu flora. Sensitifitas dapat berpengaruh pada manusia Sangat Rendah juga Sedang Tinggi Sangat Tinggi



212



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Kerawanan Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Tingkat kerawanan dampak dapat diukur berdasarkan tabel hubungan dampak (tinggi) dengan sensitifitas penerima Sangat besaran Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang terjadinya dampak perubahan tutupan vegetasi lahan bersifat tinggi. Hal ini terutama Diabaika Moderatberlaku pada flora yang n Minor e Mayor Kritis Kerawanan dampak dan peluang terjadinya dampak yang sangat tinggi menyebabkan perubahan tutupan vegetasi lahan sehingga



 Keberadaan Fauna Darat Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak



Konstruksi Area Landfill dan PLTSa Negatif Positif Akibat adanya pembersihan lahan pada saat kegiatan konstruksi area landfill dan PLTSaDampak maka keberadaan faunaDampak darat di Desa Dampak Dampak Dampak Langsung Turunan Tidak Kumulati Pembukaan lahan secara langsung pada saat konstruksi area Sisa landfill dan PLTSa mengakibatkan fauna akan mengalami Jangka Jangka Permane migrasi Sementara n landfill dan Perubahan keberaadaan Pendek fauna daratPanjang untuk konstruksi PLTSa bersifat permanen yang artinya tidak dapat kembali seperti Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal karena hanya berpengaruh masih dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo. Diabaika Kecil Sedang Besar n Perubahan keberadaan fauna darat pada kegiatan konstruksi area landfill besar karena keanekaragaman hayati Rendahdan PLTSa Sedangtermasuk Tinggi Reseptor dampak yang terkena dampak adalah komponen hayati yaitu fauna. Rendah Sensitifitas Sedang juga dapat berpengaruh pada manusai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Rendahkerawanan dampak dapat diukur berdasarkan tabel Tingkat hubungan besaran dampak (tinggi) dengan sensitifitas penerima



213



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Sangat Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang terjadinya dampak perubahan keberadaan fauna darat bersifat tinggi. Untuk fauna dapat dilakukan penangkaran di suaka Diabaika Moderat



n Minor e Mayor Kritis Kerawanan dampak dan peluang terjadinya dampak yang sangat tinggi menyebabkan perubahan keberadaan fauna darat sehingga C. Komponen Ekonomi-Sosial-Budaya  Rekrutment Tenaga Kerja Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Operasional TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area operasional TPA terhadap rekrutmenDampak tenaga kerja berdampakDampak langsung Dampak Dampak Dampak Langsung Sisa Turunan Tidak Kumulati Tahap oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung terhadap masyarakat lokal sekitar,Jangka baik dari segi ekonomiPermane maupun sosial warga Jangka Sementara Pendek terhadap Panjang n tenaga kerja bersifat Dampak pada tahap operasional rekrutmen sementara. Penerimaan Regiona tenaga kerja untuk tahap operasi berlangsung Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga sekitar lokasi di kabupaten Kulon Progo provinsi DIY Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada tingkat Sedang rekrumen tenaga Rendah Tinggikerja, tidak berpengaruh secara signifikan. Penerima dampak terutama dari warga yang kehilangan matapencaharian akibat pembangunan dan PLTSaTinggi akan tinggi, begitu jugaTinggi dengan Sangat Rendah TPA Sedang Sangat Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap Tingkat operasional dan PLTSa saat rekrutmen Sangat TPA Kecil Sedang Tinggi kerja termasuk sedang, Kecil adanya rekrtmen tenaga kerja pada tahap oprasional TPA dan Peluang PLTSa tinggi, karena pada tahap oprasional perusahaan membutuhkan Diabaika Moderat n Minor e Mayor Kritis Dampak dari adanya oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto di Kulon Progo akan membuka lapangan kerja baru, dimana jika pada tahap 214



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



 Tambahan Peluang Berusaha Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Operasional TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area operasional TPA terhadap peningkatan peluang berusaha akan berdampak langsung berusaha untuk warga sekitarSisa Dampakpeluang Dampak Dampak Dampak terhadap Langsungpeningkatan Dampak Turunan Tidak Kumulati Tahap oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung terhadap masyarakat lokal sekitar,Jangka baik dari segi ekonomiPermane maupun sosial warga Jangka Sementara Pendek terhadap Panjang n tenaga kerja bersifat Dampak pada tahap operasional rekrutmen jangka panjang. Peluang beruasaha akan tetap berlangsung sepanjang Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga sekitar lokasi oprasional TPA dan PLTSa Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada peningkatan peluang berusaha pada tahap operasi berdampak positif Rendah Sedang Tinggi Penerima dampak terutama dari warga sekitar lokasi terhadap adanya oprasional dan PLTSa hanya akan direspon oleh Sangat warga yang melihat Sangat TPA Rendah Sedang Tinggi Tinggi



Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap Tingkat operasional dan PLTSa saat rekrutmen kerja termasuk sedang, Sangat TPA Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang kejadian dampak pada peningkatan peluang berusaha sedang, karena peluang berusahaModerat akan ada pada tahap operasi, namun akan Diabaika n Minor e Mayor Kritis Dampak dari adanya oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto di Kulon Progo akan membuka peluang usaha baru, dan meningkatkan pendapatan



215



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



 Pelepasan Tenaga Kerja Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Pasca Operasional TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan akibat dampak kegiatan pada tahap prakonstruksi TPA danDampak PLTSa Banyuroto pelepasan tenagaSisa Dampakterhadap Dampak Dampak Langsung Dampak Tidak Kumulati langsung Tahap pasca oprasionalTurunan TPA dan PLTSa akan berdampak terhadap masyarakat lokal sekitar, baik dari segiPermane ekonomi maupun sosial Jangka Jangka Sementara Pendek Panjang n Dampak pada tahap pasca operasional terhadap pelepasan tenaga kerja bersifat permanen. Karena pada pasca operasi semua kegiatan TPA dan Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang bekerja di TPA dan PLTSa Banyuroto. Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada pelepasan tenaga kerja akan berdampak pada sikap dan persepsi Rendah Sedang Tinggi Penerima dampak terutama dari pekerja yang bekerja di TPA dan PLTSa akan tinggi karena dan mata pencaharian. Sangat Rendahkehilangan Sedangpekerjaan Tinggi Sangat Tinggi Rendah Tingkat kerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap pasca operasional dan PLTSa saat pelepasan tenaga kerja termasuk sedang, Sangat TPA Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang kejadian dampak pada pelepasan tenaga kerja pasca oprasional tinggi, karena kegiatan oprasional Diabaika Moderat telah berhenti sehingga adanya



n Minor e Mayor Kritis Dampak dari pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung terhadap pekerja, jika tidak ditangani dengan baik maka akan  Timbulnya Persepsi Masyarakat Sumber Dampak



Pasca Operasional TPA dan PLTSa



216



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada tahap pasca operasi TPA dan PLTSaDampak terhadap pelepasan kerja akan berdampak Dampak tenaga Dampak Dampak Langsung Dampak Sisa Turunan Tidak Kumulati Tahap pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung terhadap masyarakat lokal sekitar, baik dari segiPermane ekonomi maupun sosial Jangka Jangka Sementara Pendek Panjang n Dampak pada tahap pasca operasional terhadap pelepasan tenaga kerja bersifat permanen. Karena pada pasca operasi semua kegiatan TPA dan Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang bekerja di TPA dan PLTSa Banyuroto. Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada pelepasan tenaga kerja akan berdampak pada sikap dan persepsi Rendah Sedang Tinggi Penerima dampak terutama dari pekerja yang bekerja di TPA dan PLTSa akan tinggi karena dan mata pencaharian. Sangat Rendahkehilangan Sedangpekerjaan Tinggi Sangat Tinggi Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap pasca Tingkat operasional dan PLTSa saat pelepasan tenaga kerja termasuk sedang, Sangat TPA Kecil Sedang Tinggi Kecil kejadian dampak pada pelepasan tenaga kerja pasca oprasional Peluang tinggi, karena kegiatan oprasional Diabaika Moderat telah berhenti sehingga adanya



n Minor e Mayor Kritis Dampak dari pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung terhadap pekerja, jika tidak ditangani dengan baik maka akan  Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak



Operasi TPA dan PLTSa Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa Banyuroto terhadap Dampak hilangnya mata Dampak Dampak Dampak Langsung Dampak Sisa Turunan Tidak Kumulati Kegiatan Proyek TPA dan PLTSa Banyuroto akan berdampak langsung terhadap masyarakat lokal terutama Jangka dengan mata pencaharian petani, baik Jangka Permane Sementara Panjang n Dampak hilangnya mataPendek pencaharian penduduk bersifat permanen karena 217



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



perubahan fungsi ruang dan lahan sebelumnya menjadi area landfill TPA Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang lahannya Diabaika teralihfungsikan oleh proyek TPA-PLTSa Banyuroto. Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat hilangnya mata pencaharian penduduk terhadap tingkat Rendahpengangguran Sedang Kabupaten Tinggi Kulon Progo adalah kecil. Sensitifitas penerima dampak terutama petani yang memiliki lahan di kawasan TPA dan PLTSa Banyuroto karena kehilangan Sangat proyek Rendah Sedang Tinggi akan tinggi Sangat Tinggi Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada hilangnya mata Tingkat pencaharian penduduk termasuk sedang, berdasarkan sensitifitas dan Sangat Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang kejadian dampak pada hilangnya mata pencaharian penduduk prakonstruksi tinggi, karena kegiatan pengadaan lahan akan Diabaika Moderat



n Minor e Mayor Kritis Hilangnya mata pencaharian penduduk akan berdampak langsung terhadap penduduk utamanya petani, jika tidak ditangani dengan baik  Keresahan Masyarakat Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak



Pra Konstruksi TPA dan PLTSa Negatif Positif Keresahan masyarakat akibat rencana pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa bukan merupakan negatif atau tidak adaDampak keresahan Dampakdampak Dampak Dampak Dampak Langsung Sisa Turunanmasyarakat Tidakjuga Kumulati Dampak timbulnya keresahan timbul akibat hilangnya mata Sementara pencaharian yang terjadi kegiatan pelepasan JangkaakibatJangka Permane lahan dimana Pendek Panjang n Dampak terhadap keresahan masyarakat akan berlangsung sementara. Dampak akan berakhir setelah dilakukan upaya-upaya sosialisasi dan Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada lokal terutama yang lahannya teralihfungsikan oleh proyek TPA-PLTSa Banyuroto. Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak keresahan masyarakat terhadap proyek TPA-PLTSa Banyuroto beserta dampak-dampak yang ditimbulkan adalah kecil. 218



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Rendah Sedang Tinggi Sensitifitas penerima dampak terutama petani yang memiliki lahan di kawasan TPA dan PLTSa Banyuroto karena beberapa Sangat proyek Rendah Sedang Tinggi akan tinggi Sangat Tinggi Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada timbulnya Tingkat keresahan berdasarkan sensitifitas dan Sangat masyarakat Kecil termasuk Sedang sedang, Tinggi



Kecil kejadian dampak konflik sosial pada timbulnya keresahan Peluang masyarakat sedang karena berdasarkan hasil survey Diabaika prakonstruksi Moderat n Minor e Mayor Kritis Timbulnya keresahan masyarakat berupa konflik sosial akan bersifat penting moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-



 Terbentuknya Kesempatan Kerja Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak



Konstruksi TPA dan PLTSa Negatif Positif Rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa BanyurtoDampak memberikan dampak positif terhadap Dampak Dampak Dampak Langsung Dampak Sisa Turunan Tidak Kumulati Dampak terbentuknya kesempatan kerja berdampak secara langsung terhadap masyarakat, terutama kegiatan proyek. Jangkamasyarakat Jangka sekitar Permane Sementara Pendek kesempatan Panjang kerja bagi n masyarakat Kulon Dampak terhadap terbentuknya Progo akan berlangsung selama masa konstruksi kegiatan proyek yaitu 2 Regiona Lokal l Global Persebaran dampak bersifat regional Kabupaten Kulon Progo karena rekrutmen Diabaika tenaga kerja dibuka untuk penduduk Kabupaten Kulon Progo. Kecil Sedang Besar n Besaran dampak terbentuknya kesempatan kerja adalah kecil karena tenaga kerja Sedang yang terserap tidak banyak meskipun mempengaruhi tingkat Rendah Tinggi Sensitifitas penerima dampak akan tinggi karena dampak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagiSangat masyarakat Sangat Rendah Sedang Tinggi Tinggiyang Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada terbentuknya Tingkat



219



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



kesempatan kerja termasuk sedang, berdasarkan sensitifitas dan besaran Sangat Kecil Sedang Tinggi Kecil Peluang terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat Kabupaten Kulon Progo adalah tinggi karena kegiatan konstruksi membutuhkan Diabaika Moderat n Minor e Mayor Kritis Terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat akan bersifat penting moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-



 Peningkatan Peluang Berusaha Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak Sensitifitas Penerima Dampak Kerawanan Dampak Peluang Kejadian Dampak Sifat Penting Dampak



Konstruksi TPA dan PLTSa Negatif Positif Peningkatan peluang berusaha pada tahap konstruksi pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa BanyurtoDampak memberikan dampak positif terhadap Dampak Dampak Dampak Langsung Dampak Sisa Turunanberusaha Tidak Kumulati Dampak peningkatan peluang pada tahap konstruksi berdampak secaraSementara langsung terhadapJangka masyarakat, terutama Permane masyarakat sekitar Jangka Pendekberusaha Panjang n Dampak peningkatan peluang bagi masyarakat akan berlangsung selama masaRegiona konstruksi kegiatan proyek yaitu 2 tahun. Lokal l Global Persebaran dampak bersifat lokal yaitu penduduk disekitar kawasan kegiatan Diabaikaproyek. Kecil Sedang Besar n Besaran dampak peningkatan peluang berusaha adalah sedang karena jumlah baru yang diperkirakan berjumlah cukup banyak Rendahmunculnya SedangusahaTinggi Sensitifitas penerima dampak adalah sedang karena dampak dapat meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi tidak secara Sangat Rendah Sedang TinggimasyarakatSangat Tinggi



Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada peningkatan Tingkat peluang termasuk sedang, berdasarkan sensitifitas dan besaran Sangat berusaha Kecil Sedang Tinggi Kecil peningkatan peluang berusha bagi masyarakat adalah sedang Peluang karena kegiatan konstruksi akan meningkatkan aktivitas masyarakat Diabaika Moderat n Minor e Mayor Kritis Peningkatan Peluang Berusaha bagi masyarakat akan bersifat penting moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-



220



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



D. Komponen Kesehatan Masyarakat  Vektor Penyakit Sumber Dampak Sifat Dampak



Operasional TPA Negatif Positif Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area operasional TPA terhadap peningkatan vektor penyakit berdampak langsung pada Dampak Dampak Dampak Tidak Dampak Dampak Jenis Langsung Turunan Langsung Kumulatif Sisa Dampak Perubahan kualitas lingkungan merupakan dampak langsung akibat kegiatan pada area operasional yang juga menyebabkan dampak tidak langsung Jangka TPA Jangka Lama Sementara Pendek Panjang Permanen Dampak Berlangsung Dampak perubahan kualitas lingkungan akan berlangsung pada tahap operasional TPA yaitu selama Lokal Regional Global329 tahun sehingga dampak tersebut akan Persebaran Persebaran dampak perubahan kualitas lingkungan bersifat lokal yaitu hanya Dampak terbatas pada area operasional TPA Diabaikan Kecil Sedang Besar Besaran Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada Dampak tingkat penyakit besar Sensitifitas RendahvektorSedang Tinggikarena dapat menyebabkan timbulnya berbagai Penerima Dampak Reseptor dampak terjadi pada area landfill dan lingkungan sekitar Sangat Sangat Rendah Sedang Tinggi Tinggi Kerawanan Rendah Dampak Tingkat kerawanan dampak perubahan skala kualitas lingkungan selama tahap konstruksi termasuk tinggi Sangat Kecil Kecil Sedang Tinggi Peluang Kejadian Peluang meningkatnya vektor penyakit selama tahap operasional TPA tinggi. Dampak Hal ini disebabkan karena banyaknya lalat dan nyamuk yang terjadi akibat sampah terutama sampah organik. Sifat Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis Penting Dampak dari adanya operasional TPA Banyuroto Kulon Progo akan Dampak menimbulkan lalat dan nyamuk dimana hewan tersebut dapat menyebarkan



221



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



berbagai macam penyakit seperti DBD dan lainnya, dan kemudia hewan tersebut tidak hanya membawa penyakit pada area operasional saja tetapi akan membawa atau menyebarkan virus dan penyakit pada masyrakat sekitar yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik sosial di masyarakat apabila tidak ditangani dengan baik. E. Komponen Energi  Penurunan Kualitas Udara Akibat Insenerator Sumber Dampak Sifat Dampak Jenis Dampak Lama Dampak Berlangsun Persebaran Dampak Besaran Dampak



Penurunan kualitas udara akibat Insenerator pada Operasional PLTSa Negatif Positif Penurunan kualitas udara akibat emisi yang dikeluarkan insenerator ke udara ambien kegiatan operasional konsentrasi pencemar SO2,Sisa dan Dampak PLTSa Dampak Tidak Dampak (PM10, Dampakpada Langsung Dampak Turunan Langsung Kumulati Dampak langsung akibat operasional PLTSa yaitu penurunan kualitas udara akibat gasSementara emisi yang dilepasJangka oleh insenerator udara ambien yang meningkat yang Permane Jangkake Panjang Pendek n merupakan dampak Dampak penurunan kualitas udara akibat operasional PLTSa jangka panjang, karena dampak berlangsung selama PLTSa berjalan yaitu 40 Regiona Lokal l Global Persebaran dampak perubahan skala kualitas lingkungan bersifat regional yang dimana tersebar sampai area Kabupaten Kulon Progo pada area operasional Diabaika Kecil Sedang Besar n Besaran dampak akibat penceraman bau dengan konsentrasi konsentrasi untuk PM10, SO2, dan NO2Tinggi telah melebihi baku mutu udara sesuai dengan KepGub Rendah Sedang



Sensitifitas Penerima Reseptor dampak pencemaran udara akibat operasional PLSTa tergolong sedang Dampak diantaranya yaitu lingkungan maupun manusiaSangat yang ada pada batas Sangat Rendah Sedangfisik, biologi Tinggi Tinggi Kerawanan Rendah Tingkat kerawanan dampak penurunan kualitas udara selama tahap operasional Dampak PLTSa kategori sedang, berdasarkan dari sensitifitas penerima dampak. Peluang Sangattermasuk Kecil Sedang Tinggi Kejadian Kecil Peluang terjadinya pencemaran udara akibat kebauan selama operasional PLTSa Dampak berlangsung adalah dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena emisi yang Diabaika Moderat Sifat n Minor e Mayor Kritis Penting Dampak pencemaran udara akibat kebauan dengan konsentrasi konsentrasi untuk Dampak PM10 15483 ug/m3 , SO2 30,0794 ug/m3, dan NO2 2,645533 ug/m3 dengan 4.2 Arahan Pengelolaan Dampak Lingkungan 222



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik secara holistik tersebut di atas, dilakukan telaahan atas berbagai pilihan kebijakan dalam membuat strategi pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari rencana kegiatan rencana kegiatan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) dimana telah dijelaskan rangkaian tahapan kegiatan baik pada dokumen kerangka acuan maupun Bab I pada dokumen analisis dampak lingkungan (ANDAL). Oleh karena itu, impelemntasi pengelolaan terhadap dampak dilakukan dengan mempertimbangkan:



1. Ketersediaan pilihan penentuan pengelolaan terbaik (best available technology). 2. Kemampuan memprakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable technology) dan 3. Relevansi pilihan pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal. Berdasarkan hasil telaahan tersebut mmaka dapat dirumuskan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang pada prinsipnya dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi lingkungan sesuai fungsinya dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Seperti amanah dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dimana Dokumen Amdal ini sebagai alat kebijakan lingkungan dalam pemanfaatan, perlindungan dan pencegahan dari dampak lingkungan akibat rencana usaha/kegiatan tertentu seperti rencana usaha kali ini. Oleh karena itu, upaya-upaya melestarikan fungsi lingkungan tersebut dijabarkan dalam bentuk arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup seperti disajikan pada tabel arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan tersebut selanjutnya dijadikam dasar untuk merumuskan kembali dan menyusun Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup



223



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



(RPL) rencana kegiatan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).



4.3 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan Hidup Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik, arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan atau kegiatan yang dikaji dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan lingkungan sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup N O 1



10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan surat rekomendasi kesesuaian tata ruang yang di keluarkan oleh Bupati Kabupaten Kulon Progo yang berisi informasi bahwa: 1. pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian; 2. peningkatan dan pendayagunaan kawasan pantai yang bersinergi dengan kelestarian ekosistem



224



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



3. 4. 5. 6. 7. 8.



2



peningkatan kawasan pariwisata pengelolaan kawasan pertambangan pengembangan kawasan minapolitan pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis pengembangan sistem pelayanan perdesaan pemantapan prasarana wilayah pada sistem perkotaan sesuai dengan daya dukung



dan daya tampung 9. pengendalian fungsi kawasan lindung 10. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang –undangan 



Penyusunan dokumen ANDAL ini merujuk peraturan Daerah Kabupaten Kulon







Progo No. 10 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Penyusunan dokumen ANDAL ini merujuk Peraturna Daerah Istimewa Yogyakarta







No. 3 tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Format penulisan dokumen ANDAL ini merujuk padaPeraturan menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen







Lingkungan. Proses dan Prosedur penilaian dokumen ANDAL ini merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan







Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta penerbitan izin lingkungan. Telah dilakukan pengumuman dan konsultasi publik sesuai peraturna menteri lingkungan hidup no. 17 tahun 2013 tentang pedoman keterlibatan masyarakat







dalam proses analisis dampak lingkungan hidup dan izin lingkungan. Kebijakan perlindungan dna pengelolaann dampak lalulintas mengacu pada Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan; Analisi







dampak dan serta manajemen kebutuhan lalulintas. Kebijakan perlindungan dan pengelolaan dampak sumber daya air mengacu kepada UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air.



225



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY







Seluruh dampak komponen geofisik-kimia, biologi,sosial ekonomi dan budaya, kesehatan masyarakat dan transportasi pemeliharaan dan pengelolaannya mengacu kepada Peraturan Daerah istimewa Yogyakarta No. 3 tahun 2015 tentang perlindungan dna pengelolaan lingkungan hidup.



3



Kepentingan pertahanan dan keamanan TPA Rencana kegiatan ini merupakan jenis usaha yang berada di luar kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Kriteria kepentingan pertahanan keamanan ini relevan dengan pengembangan PLTSa. Karena, hal yang menjadi perhatian pada kepentingan pertahanan dan keamanan yaitu banyaknya peralatan yang digunakan pada lokasi PLTSa dibandingkan dengan TPA.



4



Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi usaha dan/atau kegiatan. 1. Telah dilakukan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak, untuk setiao komponen: geo fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang lazim digunakan sesuai standar nasional maupun internasional yang dianalisis Prakiraan Dampak Penting. 2. Sudah dilakukan proses prakiraan secara kuantitatif untuk besaran-besran kuantitatif, prakiraan secara cermat telah dilakukan untuk semua DPH. 3. Telaah dilakukan kajian mendalam dan analisis yang komprehensif terhadap semua komponen kegiatan, kondisi lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek, kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek pada daerah pengembangan proyek.



226



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



4. Telah dilakukan evaluasi dampak secara holistik dan cermat terhadap besaran dan sifat penting dampak pada aspek geo fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada masing-masing tahap kegiatan yaitu pra 5



konstruksi, konstruksi dan operasi. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui pertimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif sebagai dasar melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap aspek geofisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada masing-masing tahap kegiatan yaitu prakonstruksi, konstruksi, dan operasi atas kegiatan pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) Kabupaten Kulon Progo. Terhadap dampak positif telah dilakukan pengelolaan dengan cara memaksimalkan sifat positif tersebut. Sedangkan dampak negatif telah dilakukan pengelolaan dengan meminimalkan dampak negatifnya. Pengelolaan dengan pendekatan teknologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan (ada di



6



dokumen RKL bab II dan di dokumen RPL bab III). Kemampuan prakarsa dan/ pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari usaha dan/ kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan. 



Pemrakarsa memiliki pengalaman menjalankan dan mengelola TPA sejak tahun







2010. Surat pernyataan legal menggunakan materai dalam kesanggupan pemrakarsa







dicantumkan dalam dokumen RKL-RPL. Pemrakarsa memiliki kemampuan dalam penanggulangan dampak penting negatif







melalui pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan. Dalam pendekatan teknologi direncanakanuntuk menanggulangi dampak negatif



227



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



terutama komponen geofisik kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat, dimana pemrakarsa akan menerapkan teknologi pengelolaan 



terhadapa potensi kualitas udara, debu, dan kebisingan. Pemrakarsa bersedia mengeluarkan biaya untuk uji kualitas udara, uji kualitas







getaran dan uji kualitas kebauan secara berkala. Pendekatan sosial dan kelembagaan menjadi prioritas utama dalam penanggulangan dampak penting negatif terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan budaya yaitu dampak sikap dan persepsi masyarakat.



7



8



9



Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic view). Berdasarkan hasil dari konsultasi publik, rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic view). Keberdaan TPA dan PLTSA Banyuroto di Kabupaten Kulon Progo merupakan upaya memberikan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai sosial yang berlaku di Kabupaten Kulon Progo. Rencana usaha dan/ kegiatan akan mempengaruhi keberadaan entitas ekologi yang merupakan1) entitas dan/ spesies kunci;2)memiliki nilai penting secara ekologis;3) memiliki nilai penting secara ekonomi;4)memiliki nilai penting secara ilmiah. Rencana usaha dan/ kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/ mengganggu entitas ekologis dengan pertimbangan :  Ada entitas dan/ spesies kunci  Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis  Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomi  Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah. Rencaana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan. Dalam kajian sudah dilakukan telaahan terhadap gangguan yang bersifat dampak positif maupun negatif. Perihal gangguan terhadap usaha/kegiatan yang telah ada disekitar lokasi rencana usaha/kegiatan pengembangan TPA Banyuroto dapat dinyatakan bahwa dengan adanya pengembangan TPA Banyuroto Kabupaten Kulon Progo berdampak positif terhadap usaha dan/atau kegiatan disekitarnya.



228



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



10



Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang dimaksud. Meskipun terjadi penurunan kualitas lingkungan atas pengembangan TPA Banyuroto Kabupaten Kulon Progo yang bersifat sementara pada tahap konstruksi dan dapat bersifat berkelanjutan pada saat operasional, namun dengan berbagai upaya pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup, penurunan kualitas lingkungan yang dapat diminimalkan sehingga daya dukung dan daya tampung lingkungan tidak terlampaui seperti:  Kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah nomer 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.



229



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



TAHAP PRA KONSTRUKSI



Survey



Pengadaan Lahan



Mata Pencaharian



Keresahan Masyarakat



Flora Darat



Perubahan Tutupan Vegetasi Peluang Berusaha & Terciptanya Kesempatan Kerja Run Of



Persepsi dan Sikap Masyarakat



Fauna Darat



Perubahan Keberadaan Fauna



230



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



TAHAP KONSTRUKSI Konstruksi PLTSa



Rekrutmen Tenaga Kerja



Terbentu knya Kesempat an Kerja



Operasional Basecamp



Mobilisasi Tenaga & Alat



Peningkatan Intensitas Kebisingan



Peningkata n Peluang Berusaha



Perubahan Tutupan Vegetasi



Konstruksi Area Landfill



Perubahan Terhadap Keberadaan Fauna Darat



Gangguan Kesehatan Lingkungan



Peningkata n Getaran



Penurunan Kualitas 231 Udara Perubahan Fungsi Ruang & Lahan



Sikap & Persepsi Masyarakat



Konstruksi PLTSa



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO Tahap Operasi KAB. KULON PROGO, DIY



Rekrutment Tenaga Kerja



Terbentuknya Kesempatan Kerja



Peningkatan Peluang Berusaha



Pengangkutan Sampah



Penurunan Kualitas Udara



ISPA



Gangguan Kesehatan Lingkungan



Timbulnya Sikap dan Persepsi Masyarakat



Operasional TPA



Operasional Pengolahan Lindi



Perubahan Kualitas dan Kesuburan Tanah



Penurunan Kualitas Air



Operasional PLTSa



Terpenuhinya Kebutuhan Listrik



Run Of



232



DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH BANYUROTO KAB. KULON PROGO, DIY



TAHAP PASCA OPERASI



Demobilisasi Alat



Penurunan Kualitas Udara



Pelepasan Tenaga Kerja



Hilangnya Mata Pencaharian



Penutupan TPA



Penurunan Kualitas Udara



ISPA ISPA



Gejolak Sosial



Persepsi dan Sikap Masyarakat



Pendapatan Masyarakat Gejolak Sosial



233