Anggaran Piutang Dan Kas 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah : Anggaran Perusahaan Nama Dosen : Abdul Safrin Dg.Talli, SE., MM



ANGGARAN PIUTANG DAN ANGGARAN KAS



Disusun Oleh :



Mutia Afdillah 14.601.469



JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2018



i



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepadaNya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw yang membimbing umat nya dengan suri tauladan-Nya yang baik . Syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan anugerah, kesempatan dan pemikiran kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan pengetahuan tentang Anggaran Piutang dan Anggaran Kas, semua dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat . Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang Anggaran Piutang dan Anggaran Kas. Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna untuk menjadi lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Makassar, Januari 2018



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL…………………………………………………..



i



KATA PENGANTAR…………………………………………………...



ii



DAFTAR ISI…………………………………………………………......



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………...



4



B. Rumusan Masalah…………………………………………………..



5



C. Tujuan Penulisan……………………………………………………



5



BAB II PEMBAHASAN A. Anggaran Piutang…………………………………………………...



6



1. Pengertian Anggaran Piutang…………………………………….



6



2. Manfaat Anggaran Piutang………………………………………



8



3. Pengaruh Kredit Terhadap Kas…………………………………..



8



4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Piutang…………………...



9



5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Piutang...........



12



6. Penyusunan Anggaran Puitang…………………………………..



14



7. Contoh Kasus Anggaran Piutang………………………………...



14



B. Anggaran Kas……………………………………………………….



16



1. Pengertian Anggaran Kas………………………………………..



16



2. Tujuan Penyusunan Anggaran Kas………………………………



17



3. Penyusunan Anggaran Kas………………………………………



19



4. Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas………………………….



22



5. Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas…………….



23



6. Sumber dan Penggunaan Kas…………………………………….



24



7. Contoh Kasus Anggaran Kas…………………………………….



25



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………



28



B. Saran………………………………………………………………..



30



DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...



31



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjaualan kredit. Piutang termasuk dalam kelompok akun aktiva lancar. Dalam setiap laporan keuangan sering kali dijumpai piutang dalam neraca suatu entitas, baik berupa piutang dagang maupun piutang wesel. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akun piutang bagi suatu entitas. Piutang penting bagi para manajer dan investor karena beberapa sebab, sebab yang pertama yaitu karena piutang merupakan aset dalam laporan keuangan yang harus mencermikan nilainya. Kedua, persoalan menyangkut piutang adalah dasar untuk penentuan laba dan pengukuran kinerja perusahaan. Ketiga, piutang dagang dapat menjadi aset yang tidak produktif. Kas merupakan awal dari investasi dan operasi suatu perusahaan, kas terdiri dari mata uang (currency), giro, dan rekening koran di bank (bank deposit). Perusahaan atau perseorangan menyimpan uang tunai (kas) untuk motif transaksi, motif penegahan, motif spekulatif. Suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan mengetahui debit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi posisi kas periode tertentu di masa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang pengeluaran kas. Penerimaaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, hutang, penjualan tunai, penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva, pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran biaya tidak langsung pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya administrasi dan umum, pembayaran bungan, pembayaran dividen, pembayaran jasa produksi, pembayaran premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran lain-lain.



4



B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Jelaskan secara umum mengenai anggaran piutang! 2. Jelaskan secara umum mengenai anggaran kas! C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tentang anggaran piutang 2. Untuk mengetahui tentang anggaran kas



5



BAB II PEMBAHASAN A. Anggaran Piutang 1. Pengertian Anggaran Piutang Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor (pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya pada waktu mendatang. Jadi piutang itu ada karena terdapat dua pihak, yaitu kreditor dan debitor. Ada kesediaan debitor untuk melunasi kewajibannya kepada kreditor, ada jarak waktu mulai timbul piutang sampai saat pelunasannya, ada hak menagih yang dimiliki kreditor. Ada beberapa jenis piutang, yaitu : a. Piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong dan cek mundur),



beban bayar dimuka



(contoh: sewa dibayar dimuka, iklan dibayar dimuka, dan bunga dibayar di muka), setoran jaminan (contoh: untuk keperluan garansi/jaminan bank dan untuk keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya), piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain) pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya. b. Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji tertulis dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga dapat terjadi karena menjual barang secara kredit atau pemberian pinjaman dalam bentuk uang. Piutang uang muka dapat terjadi setelah uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti pasang iklan atau membuat baliho). c. Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai akibat menjual barang dan jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan. Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang dagang, sedangkan piutang dagang hanya



6



terdapat pada perusahaan dagang yang menjual barang dagangannya secara kredit. Piutang usaha ini meliputi seluruh macam/jenis perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha pokoknya secara kredit. Anggaran piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahanperubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan. Anggaran tersebut menerangkan mengenai jumlah piutang yang tertagih dari waktu ke waktu, serta menunjukan pula sisa piutang yang belum tertagih dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Penjualan secara kredit ini dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan jumlah penjualan hasil produksinya dipasar, mengingat keadaan persaingan yang semakin besar. Piutang dagang memiliki berbagai jenis beban dan biaya yang timbul akibat menjual produk secara kredit, diantaranya yaitu : 1. Biaya modal 2. Biaya administrasi piutang, seperti biaya penagihan piutang dan biaya organisasi perunit kerja yang disertai tugas mengelola piutang 3. Piutang mungkin tidak seluruhnya dapat ditagih karena adanya resiko debitor tidak bertanggung jawab (melarikan diri) atau bangkrut Memberikan kredit memiliki beberapa resiko, diantaranya adalah resiko tertanamnya harta dalam piutang dan resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang. Oleh karena itu perlu ditentukan besarnya anggaran piutang tak tertagih dengan cara menyediakan cadangan pengahapusan piutang sebagai akibat kemungkinan tidak tertagih. Dengan demikian, kerugian piutang tidak tertagih tidak dianggap sebagai hal yang tidak terduga. Selain itu juga piutang adalah salah satu bentuk investasi. Sebagai salah satu bentuk investasi maka piutang :



7



a. Menyerap sejumlah dana modal kerja b. Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatannya c. Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan 2. Manfaat Anggaran Piutang Secara umum, semua anggaran termasuk angaran piutang mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat perkoordinasian kerja, serta sebagai alat pengawasan kerja, yang membantu



manajemen



dalam



memimpin



jalannnya



perusahaan.



Sedangkan secara khusus, anggaran piutang berguna sebagai dasar untuk penyusunan anggaran kas, karena penagihan-penagihan piutang tersebut merupakan pemasukan kas. Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menyusun anggaran piutang, antara lain : a. Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu b. Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk ditagih c. Dapat diperkirakan arus kas yang berasal dari penjualan kredit 3. Pengaruh Kredit Terhadap Kas Penjualan tunai berakibat arus kas masuk terjadi bersamaan dengan terjadinya transaksi penjualan, tidak demikian dengan penjualan secara kredit. Pengaruh penjualan kredit terhadap kas adalah sebagai berikut : a. Jangka waktu kredit yang diberikan. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka semakin panjang jarak antara terjadinya transaksi penjualan dan penerimaan uang kas dari penjualan itu. b. Tingkat perputaran penagihan piutang. Semakin aktif petugas menagih piutang, maka semakin cepat arus kas masuk ke dalam kas perusahaan. c. Bonofiditas dari para debitur yang dipercaya membeli barang secara kredit. d. Situasi usaha pada umumnya. Pada kondisi usaha yang normal, likuiditas perusahaan pada umumnya baik, maka kemungkinan penundaan pembayaran adalah kecil. Sebaliknya bila pasaran lesu, sulit



8



memperoleh uang tunai, kemungkinan terjadinya penundaan menjadi semakin besar. 4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Piutang Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang. a. Volume barang yang dijual secara kredit Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar dari pada tunai dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan sebaliknya. Contoh: Sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat 10% dibayar tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha yang tertanam 90% x Rp100.000 = Rp90.000. Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh: Sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x Rp100.000 = Rp10.000. Kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang. b. Standar kredit Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin besar piutang yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian piutang. Standar kredit yang longgar dan ekstrim misalnya tidak perlu jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan



fasilitas



kredit,



tanpa



batas



umur



dan



tanpa



mempertimbangkan apakah calon debitur berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan. Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian



9



piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrim artinya calon debitur diseleksi secara ketat. c. Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar. Contoh: Pada syarat pembayaran 10% diangsur sebulan, 20% diangsur dua bulan, 20% diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat bulan, 15% diangsur lima bulan, dan 15% diangsur enam bulan. Piutang bulan barang dijual



= Rp. 100.000



Piutang bulan pertama



90% x Rp. 100.000



= Rp. 90.000



Piutang bulan kedua



70% x Rp. 100.000



= Rp. 70.000



Piutang bulan ketiga



50% x Rp. 100.000



= Rp. 50.000



Piutang bulan keempat



30% x Rp. 100.000



= Rp. 30.000



Piutang bulan kelima



15% x Rp. 100.000



= Rp. 15.000



Piutang bulan keenam



0% x Rp. 100.000



= Rp. 0



Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang dijual secara kredit juga Rp100.000 dengan syarat pembayaran 10% diangsur sebelum, 90% diangsur dua bulan. Piutang bulan barang dijual



= Rp. 100.000



Piutang bulan pertama



90% x Rp. 100.000



= Rp. 90.000



Piutang bulan kedua



0% x Rp. 100.000



= Rp. 0



Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada bulan kedua (sebesar Rp.70.000) sampai bulan kelima (sebesar Rp.15.000), sementara dengan jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai bulan kelima tidak terdapat piutang. Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan



10



perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh berikut: Kredit



Kredit



Kredit



3 Bulan



6 Bulan



12 Bulan



1.000



1.000



1.000



1.000



Laba 15% x Jualan



150



150



150



150



Kas



110



110



110



110



-



250



500



1.000



Persediaan



200



200



200



200



Harga tetap bersih



500



500



500



500



Aset



810



1.060



1.310



1.810



Utang usaha



300



300



300



300



Modal sendiri



510



760



1.010



1.510



Laba investasi



29,41%



19,74%



14,85%



9,93%



Keterangan



Tunai



Jualan



Piutang usaha



Terlihat dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka laba investasi yang diperoleh sebesar 29,41%, dengan cara menjual kredit selama 3 bulan maka laba investasi turun menjadi 19,74%, dengan cara menjual kredit selama 6 bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%, dan dengan menjual kredit selama 12 bulan maka laba investasi semakin turun menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual tunai berarti laba investasi menjadi lebih tinggi dibandingkan menjual secara kredit. Menjual kredit dengan jangka waktu yang pendek mengakibatkan laba investasi yang lebih tinggi bila tingkat laba, jualan, kas, persediaan, utang usaha tidak berubah. d. Pemberian potongan Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam.



11



Contoh: Barang yang dijual



Rp. 100.000



Pembelian tunai mendapat potongan 10%



Rp. 10.000



Uang yang harus dibayar pembeli



Rp. 90.000



Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp. 100.000. e. Pembatasan kredit Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang tertanam. f. Kebijakan penagihan piutang Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya



kebijakan



penagihan



piutang



secara



pasif



dapat



memperbesar piutang usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan piutang usaha secara aktif memerlukan biaya (beban) yang besar dibandingkan



kebijakan



penagihan



secara



aktif.



Biaya



yang



dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya administrasi piutang, dan lain-lain. 5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Piutang Agar suatu budget dapat berfungsi dengan baik, maka taksirantaksiran yang termuat didalamnya harus cukup akurat, sehingga hasilnya



12



tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk melakukan taksiran yang akurat diperlukan data informasi yang langkap dan pengalaman yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yang dijadikan sebagai faktor-faktor penetapan piutang. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran piutang adalah sebagai berikut: a. Anggaran penjualan. Semakin besar jumlah penjualan akan cenderung semakin besar pula transaksi penjualan secara kredit yang akan dilakukan, sehingga piutang perusahaan juga akan bertambah. b. Keadaan persaingan di pasar. Semakin tinggi tingkat persaingan di pasar, maka volume penjualan secara kredit juga semakin meningkat. c. Posisi perusahaan dalam persaingan. Semakin kuat posisi perusahaan di pasaran, maka perusahaan cenderung untuk melakukan penjualan secara tunai, namun sebaliknya jika posisi perusahaan cenderung lemah, maka perusahaan melakukan penjualan secara kredit. d. Syarat pembayaran (term of payment). Semakin besar potongan penjualan secara tunai maka piutang akan semakin sedikit, artinya konsumen cenderung membeli secara tunai, namun sebaliknya jika potongan penjualan semakin besar maka kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara kredit. Akibatnya piutang perusahaan juga akan semakin besar. e. Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang. Semakin intens perusahaan melakukan penagihan piutang maka jumlah piutang perusahaan semakin berkurang, namun sebaliknya jika perusahaan tidak aktif maka jumlah piutang juga akan semakin menumpuk. f. Rencana perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit. Semakin besar rencana penjualan secara kredit, berakibat jumlah piutang juga semakin besar, demikian juga sebaliknya jika rencana penjualan secara kredit dikurangkan, maka piutang juga semakin kecil. Contohnya adalah jika perusahaan menganggarkan akan menjual sebagian aktiva tetapnya secara kredit maka hal ini akan menambah jumlah piutang usaha perusahaan.



13



6. Penyusunan Anggaran Piutang Beberapa langkah-langkah didalam menyusun anggaran piutang, antara lain : a. Menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan kredit yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau triwulan. b. Menentukan besarnya bed debts atau besarnya piutang tak tertagih yang harus dicadangkan. c. Mengetahui atau mengidentifikasi besarnya term of credit. d. Perhatikan kemungkinan adanya bunga untuk penjualan kredit. e. Menyusun di dalam bentuk tabel-tabel yang sistematis. 7. Contoh Kasus Anggaran Piutang 1. Data yang diperlukan Anggaran penjualan PT. Wijaya Asem selama triwulan pertama tahun 2015 adalah sebagai berikut: Realisasi anggaran : Desember Rp. 70.000 Januari



Rp. 75.000



Februari



Rp. 80.000



Maret



Rp. 85.000 Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit



dua bulan, dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang bersangkutan. 2. Penyusunan anggaran piutang Sebelum



menyusun



anggaran



piutang



perlu



dilakukan



perhitungan anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang usaha tak tertagih sebagai berikut: a. Perhitungan anggaran piutang usaha bersih: Januari = 9% x Rp. 70.000 + 49% x Rp. 75.000 = Rp. 43.050 Februari = 9% x Rp. 75.000 + 49% x Rp. 80.000 = Rp. 45.950



14



Maret = 9% x Rp. 80.000 + 49% x Rp. 85.000 = Rp. 48.850 b. Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang): Desember



= 1% x Rp. 70.000 = Rp. 700



Januari



= 1% x Rp. 75.000 = Rp. 750



Februari



= 1% x Rp. 80.000 = Rp. 800



Maret



= 1% x Rp. 85.000 = Rp. 850



Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih ditambah



cadangan



penghapusan



piutang



usaha.



Cadangan



penghapusan piutang usaha dihitung dari penghapusan piutang usaha periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha periode (bulan) ini. a. Cadangan penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai berikut: Januari = Rp. 700 (bulan Desember) + Rp. 750 = Rp. 1.450 Februari = Rp. 750 (bulan Januari)



+ Rp. 800 = Rp. 1.550



Maret



+ Rp. 850 = Rp. 1.650



= Rp. 800 (bulan Februari)



b. Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut: Januari = 10% x Rp. 70.000 + 50% x Rp. 75.000 = Rp. 44.500 Februari = 10% x Rp. 75.000 + 50% x Rp. 80.000 = Rp. 47.500 Maret



= 10% x Rp. 80.000 + 50% x Rp. 85.000 = Rp. 50.500



(Keterangan: 9% + 1% = 10% , 49% + 1% = 50%) Jadi, anggaran piutang usaha dapat disusun seperti tabel berikut: PT Istaka Karya Anggaran Piutang Usaha Triwulan Pertama Tahun 2015 Keterangan Piutang usaha Cadangan penghapusan Piutang usaha bersih



Januari



Februari



Maret



44.500



47.500



50.500



1.450



1.550



1.650



43.050



45.950



48.850



15



B. Anggaran Kas 1. Pengertian Anggaran Kas Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang kas beserta perubahan-perubahannya dari waktukewaktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas, maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas. Penyusunan anggaran kas bagi suatu perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasi perusahaan. Dengan mengetahui adanya defisit kas jauh sebelumnya, maka dapatlah direncanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutupi defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu maka terdapat lebih banyak alternatif sumber dana, dan rnakin banyaknya alternatif sumber dana berarti, kita dapat mengadakan pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya dengan mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar, maka



jauh



sebelumnya



sudah



dapat



direncanakan



bagaimana



menggunakan kelebihan dana secara efisien. Adapun pengertian anggaran kas menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut : a. Menurut Bambang Riyanto menyatakan bahwa anggaran kas (cash budget) adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang. b. Menurut Erich A. Helfert menyatakan bahwa anggaran kas adalah sarana perencanaan bulan demi bulan atau minggu demi minggu yang sangat spesifik, biasanya disusun oleh staf keuangan suatu perusahaan. c. Menurut M. Munandar menyatakan bahwa anggaran kas (cash budget) adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.



16



Dari ketiga pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cash budget adalah suatu perencanaan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk mengetahui kapan akan terjadi surplus dan defisit untuk suatu periode yang akan datang. 2. Tujuan Penyusunan Anggaran Kas Tujuan utama penyusunan anggaran kas (cash budget) adalah untuk: a. Memberikan taksiran posisi kas akhir setiap periode sebagai akibat dari operasional perusahaan. b. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktunya, sekaligus untuk menentukan kebutuhan pembiayaan atas kelebihan kas mengangsur untuk investasi. c. Menyelaraskan kas dengan total modal kerja, pendapatan penjualan, biaya, dan utang. d. Dapat dipakai sebagai alat pemantau posisi kas secara terus-menerus. Sedangkan menurut Ellen Christina, anggaran kas (cash budget) sebagai alat perencanaan perusahaan mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu dengan membandingkan uang kas masuk dengan uang kas keluar. Sehingga saldo kas pada akhir suatu periode akan sama dengan saldo kas awal ditambah penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama. b. Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit terjadi bilamana pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari kebutuhan pengeluaran yang harus dibayar. Sebaliknya, surplus akan terjadi bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga jumlah saldo akhir periode mengalami peningkatan. Terhadap kemungkinan defisit inilah perusahaan perlu lebih waspada. c. Mempersiapkan keputusan pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang. Dimana bila terjadi defisit, perusahaan perlu mencari dana



17



tambahan baru dan sebaliknya bila perusahaan mengalami surplus maka perusahaan harus memilih alternatif penggunaan yang paling menguntungkan. d. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan membelanjai modal kerjanya. Kemampuan pembelanjaan modal kerja ini pada gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk menggunakan kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan. e. Sebagai dasar otoritas dana anggaran yang disediakan. Sesuatu jenis biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat mekanisme otorisasi pengeluaran kas. Dengan demikian plafon anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus disesuaikan dengan keadaan likuiditas perusahaan. f. Sebagai dasar penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas sebenarnya. Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun kas keluar dapat diketahui yang menjadi penyebabnya. Anggaran kas yang dikelola dengan baik sangat diperlukan dalam perusahaan, karena anggaran kas merupakan proyeksi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode tertentu. Dalam hal ini anggaran kas memiliki tujuan pokok untuk merencanakan penganggaran kas yang seoptimal mungkin, yaitu rencana untuk menyediakan kas yang cukup baik dalam jumlah maupun waktunya. Oleh sebab itu maka arus kas masuk dan arus kas keluar harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun kekurangan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan mengorbankan kegiatan operasional perusahaan, karena tertanam jumlah uang kas yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit, akan menyebabkan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan perusahaan dapat terganggu karena kurangnya pembiayaan. Dengan demikian diperlukan adanya penyusunan anggaran penerimaan dan pengeluaran kas yang baik, sehingga menghasilkan



18



jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap siap pada saat ditagih. 3. Penyusunan Anggaran Kas Penyusunan anggaran ini mencakup dua sektor yaitu : a. Sektor penerimaan kas, yang pada umumnya berasal dari: 1. Penjualan tunai barang jadi yang diproduksi 2. Penagihan piutang 3. Penjualan aktiva tetap 4. Penerimaan lain-lain (non operating), seperti misalnya penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas, antara lain: a) Anggaran penjualan, khususnya rencana tentang jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah penjualan akan memperbesar penerimaan kas. b) Keadaan persaingan di pasar. Persaingan yang lebih keras akan memperkecil pula penerimaan kas. Persaingan yang lebih lunak akan memungkinkan perusahaan memperbesar pula penerimaan kas. c) Posisi perusahaan dalam persaingan cukup kuat akan memperbesar penerimaan syarat pembayaran (term of payment) yang ditawarkan perusahaan. d) Kebijaksanaan perusahaan dalam penagihan piutang. Penagihan piutang yang lebih aktif akan mempercepat penerimaan kas. Sedangkan sebaliknya, penagihan piutang yang kurang aktif akan memperlambat penerimaan kas. e) Budget perubahan aktiva tetap, khususnya rencana tentang pengurangan (penjualan) aktiva tetap.



19



f) Rencana-rencana perusahaan tentang penerimaan-penerimaan kas dari sumber lain-lain (non operating), seperti misalnya penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, dan sebagainya. b. Sektor pengeluaran kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran untuk biaya-biaya, baik biaya-biaya utama (operating), maupun biayabiaya bukan utama (non operating), seperti misalnya : 1. Pembelian tunai bahan mentah 2. Pembayaran utang 3. Pembayaran upah tenaga kerja langsung 4. Pembayaran biaya pabrik tidak langsung 5. Pembayaran biaya administrasif 6. Pembayaran biaya penjualan 7. Pembelian aktiva tetap 8. Pembayaran



lain-lain



(non



opearting),



seperti



misalnya



pembayaran biaya bunga, pembayaran biaya sewa, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas antara lain : a) Budget pembelian bahan mentah, khususnya rencana tentang jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang akan dibeli dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. b) Keadaan persaingan para supplier bahan mentah di pasar persaingan yang lebih keras akan memperkecil pengeluaran kas. c) Posisi perusahaan terhadap pihak supplier bahan mentah. Bilamana posisi perusahaan cukup kuat, maka perusahaan lebih dapat memaksakan pembelian secara kredit, sehingga akan memperkecil pengeluaran kas. d) Syarat pembayaran (term of payment) yang ditawarkan oleh supplier bahan mentah. e) Budget upah tenaga kerja langsung. Semakin besar upah tenaga kerja langsung yang akan dibayar, akan semakin besar pula pengeluaran kas yang akan dilakukan.



20



f) Budget biaya pabrik tidak langsung. Semakin besar biaya pabrik tidak langsung yang harus dibayar, akan semakin besar pula pengeluaran kas yang akan dilakukan. g) Budget biaya administrasi. Semakin besar biaya administrasi yang harus dibayar, akan semakin besar pula pengeluaran kas yang akan dilakukan. h) Budget perusahaan aktiva tetap, khususnya rencana tentang penambahan aktiva tetap. Penambahan aktiva tetap memperbesar pengeluaran



kas.



Rencana-rencana



perusahaan



tentang



pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan lain-lain (non operating), seperti misalnya untuk biaya bunga, biaya sewa, dan sebagainya. Menurut Riyanto, tahap-tahap dalam penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut: 1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan, transaksi-transaksi disini merupakan operasi (operation transaction) pada tahun ini dapat diketahui adanya defisit/surplus karena rencana operasi perusahaan. 2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang operasi perusahaan juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayaran kembali, transaksi-transaksi disini merupakan transaksi finansial (financial transactions). 3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial, dan anggaran kas yang final merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut diperlukan suatu transaksi keuangan.



21



4. Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas Menurut M. Nafarin terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran kas, yaitu sebagai berikut: a. Pendekatan kas masuk dan kas keluar Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan yang mencerminkan semua arus kas masuk dan arus kas keluar dari anggaran penjualan, anggaran biaya/beban dan anggaran tambahan produk modal. Metode ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari rencana tahunan. b. Pendekatan akunting keuangan Titik tolak dari pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual menjadi anggaran kas, artinya disesuaikan dengan perubahan rekening dan penundaan rekening bukan kas, seperti: beban/biaya



terutang,



beban/biaya



bayar



dimuka,



depresiasi/



penyusutan/penghapusan/amortisasi. Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi dan rencana yang dihasilkan akunting keuangan. Sedangkan menurut Ellen Christina, ada dua pendekatan dalam menyusun anggaran kas, yaitu sebagai berikut: a. Anggaran kas jangka pendek Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran ini juga berfungsi sebagai alat pemberian otoritas kas keluar yang secara terus menerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya. b. Anggaran kas jangka panjang Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. Anggaran ini juga berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan



22



menambah



dana



dari



sumber-sumber



internal



dan



sekaligus



memperkirakan saldo kas pada akhir periode tahun anggaran. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam penyusunan anggaran kas terkait dengan jangka waktu (periode) anggaran kas yang diperlukan oleh perusahaan yaitu: 1. Anggaran kas jangka pendek yang merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran kas seperti ini berfungsi sebagai alat pemberian otorisasi kas keluar secara terus menerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya. Perusahaan dapat menyusun anggaran kas jangka pendek, bisa mingguan, bulanan atau kuartalan untuk tujuan pemenuhan kebutuhan kas. 2. Anggaran kas jangka panjang meliputi jangka waktu lima tahun sampai dengan jangka waktu sepuluh tahun. Bilamana corporate plan, maka jangka waktu anggaran jenis ini harus disesuaikan dengan waktu yang tercakup dalam corporate plan tersebut. Kegunaan dari anggaran kas ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam menambah



dana



dari



sumber-sumber



intern



dan



sekaligus



memperkirakan saldo akhir tahun dari tiap-tiap anggaran. Anggaran kas jangka panjang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan kebijaksanaan keuangan. 5. Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas Biasanya, perencanaan dan pengendalian kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu budget kas jangka panjang, budget kas jangka pendek, dan budget kas untuk operasional. a. Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya,



23



pengeluaran modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang. b. Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek. Budget kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar pembelian mesin-mesin dan peralatan yang baru. c. Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day operation). Tujuan utama budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena kas yang menganggur. 6. Sumber dan Penggunaan Kas Sumber kas masuk yang utama adalah : a. Hasil penjualan produk/jasa secara tunai b. Hasil penagihan piutang perusahaan c. Pendapatan lain seperti bunga bank, jasa giro, dividen d. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti penjualan aktiva e. Penerimaan diluar penghasilan seperti kredit bank, penjualan obligasi f. Penambahan modal sendiri oleh pemilik Penggunaan kas keluar yang utama adalah : a. Berbagai pembayaran untuk operasional perusahaan seperti biaya tenaga kerja, biaya penjualan, dan biaya administrasi. b. Pembayaran pada kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya. c. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap. d. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian modal.



24



e. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, materai, restitusi dan lainnya. 7. Contoh Kasus Anggaran Kas Kegiatan Operasi : a. Terima tagihan dari pelanggan



Rp. 27.000



b. Terima dari bunga piutang



Rp. 4.000



c. Terima dividen dari investasi saham



Rp. 3.900



d. Bayar utang kepada pemasok



Rp. 15.000



e. Bayar gaji dan upah



Rp. 7.400



f. Bayar bunga utang



Rp. 3.600



g. Bayar pajak



Rp. 2.500



Kegiatan Investasi : a. Bayar beli aset tetap



Rp. 34.600



b. Bayar pinjaman diberikan untuk perusahaan lain



Rp. 3.100



c. Terima dari hasil jual aset



Rp. 7.200



Kegiatan Pendanaan : a. Terima dari hasil jual saham biasa



Rp. 18.000



b. Terima dari hasil jual obligasi (utang jangka panjang)



Rp. 10.500



c. Bayar dividen



Rp. 3.700



d. Bayar utang jangka panjang



Rp. 11.000



25



PT. Sejahtera Anggaran Kas Tahun berakhir 31 Desember 2017 1. Kegiatan Operasi a. Kas masuk dari kegiatan operasi Terima tagihan dari pelanggan



Rp. 27.000



Terima dari bunga piutang



Rp. 4.000



Terima dividen dari investasi



Rp. 3.900 Rp. 7.900 Rp. 34.900



b. Kas keluar untuk kegiatan operasi Bayar utang usaha kepada pemasok Rp. 15.000 Bayar gaji dan upah



Rp. 7.400



Bayar bunga utang



Rp. 3.600



Bayar pajak



Rp. 2.500 (Rp. 28.500)



c. Kas masuk untuk kegiatan operasi



Rp.



6.400



Rp.



7.200



2. Kegiatan Investasi a. Kas masuk dari kegiatan investasi Terima dari hasil penjualan jual aset tetap b. Kas keluar untuk kegiatan investasi Bayar beli aset tetap



Rp. 34.600



Bayar pinjaman diberikan



Rp. 3.100 Rp. 37.700 (Rp 30.500)



3. Kegiatan Pendanaan a. Kas masuk dari kegiatan pendanaan Terima dari hasil jual saham biasa



Rp. 18.000



Terima dari utang jangka panjang



Rp. 10.500 Rp. 28.500



26



b. Kas keluar dari kegiatan pendanaan Bayar dividen



Rp. 3.700



Bayar utang jangka panjang



Rp. 11.000 Rp. 14.700 Rp.13.800



Defisit (kekurangan) kas (1+2+3)



(Rp. 10.300)



Kas awal 1 Januari 2017



Rp. 14.700



Kas akhir 31 Desember 2017



Rp. 4.400



27



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Anggaran piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-perubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan. Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menyusun anggaran piutang, antara lain : 1. Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu 2. Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk ditagih 3. Dapat diperkirakan arus kas yang berasal dari penjualan kredit Pengaruh penjualan kredit terhadap kas adalah sebagai berikut : 1. Jangka waktu kredit yang diberikan 2. Tingkat perputaran penagihan piutang 3. Bonofiditas dari para debitur yang dipercaya membeli barang secara kredit 4. Situasi usaha pada umumnya Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang. Agar suatu budget dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat didalamnya harus cukup akurat, sehingga hasilnya tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Beberapa langkah-langkah didalam menyusun anggaran piutang, antara lain : 1. Menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan kredit yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau triwulan.



28



2. Menentukan besarnya bed debts atau besarnya piutang tak tertagih yang harus dicadangkan. 3. Mengetahui atau mengidentifikasi besarnya term of credit. 4. Perhatikan kemungkinan adanya bunga untuk penjualan kredit. 5. Menyusun di dalam bentuk tabel-tabel yang sistematis. Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas, maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas. Dan dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasi perusahaan. Tujuan utama penyusunan anggaran kas (cash budget) adalah untuk: 1. Memberikan taksiran posisi kas akhir setiap periode sebagai akibat dari operasional perusahaan. 2. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktunya, sekaligus untuk menentukan kebutuhan pembiayaan atas kelebihan kas mengangsur untuk investasi. 3. Menyelaraskan kas dengan total modal kerja, pendapatan penjualan, biaya, dan utang. 4. Dapat dipakai sebagai alat pemantau posisi kas secara terus-menerus. Penyusunan anggaran ini mencakup dua sektor yaitu : 1. Sektor penerimaan kas 2. Sektor pengeluaran kas Menurut M. Nafarin terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran kas, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan kas masuk dan kas keluar 2. Pendekatan akunting keuangan Perencanaan dan pengendalian kas terbagi tiga dimensi waktu, yaitu : 1. Budget kas jangka panjang 2. Budget kas jangka pendek 3. Budget kas untuk operasional



29



Sumber kas masuk yang utama adalah : 1. Hasil penjualan produk/jasa secara tunai 2. Hasil penagihan piutang perusahaan 3. Pendapatan lain seperti bunga bank, jasa giro, dividen 4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti penjualan aktiva 5. Penerimaan diluar penghasilan seperti kredit bank, penjualan obligasi 6. Penambahan modal sendiri oleh pemilik Penggunaan kas keluar yang utama adalah : 1. Berbagai pembayaran untuk operasional perusahaan seperti biaya tenaga kerja, biaya penjualan, dan biaya administrasi. 2. Pembayaran pada kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya. 3. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap. 4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian modal. 5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, materai, restitusi dan lainnya. B. Saran Saya menyarankan untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak di bidang apapun haruslah memiliki anggaran, tujuannya supaya perusahaan tersebut mencapai efektif dan efesiensi, dan dengan adanya anggaran perusahaan dapat memprediksikan segala apapun yang menyangkut dengan suatu perusahaan tersebut.



30



DAFTAR PUSTAKA Ervita, Safitri dan Aziz, Abdul. 2013. Manajemen Keuangan. Palembang : Citra Books Gunawan, Adisaputro dan Asri, Marwan. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta : BPEE Rahayu, S. dan Arifin, Andry Rachman. 2013. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Yogyakarta : Graha Ilmu Ahyari, Agus. 2000. Anggaran Perusahaan. Pendekatan Kuantitatif Buku II. Yogyakarta : BPFE UGM Christina Ellen, Fuad M dkk. 2001. Anggaran Perusahaan Suatu Pendekatan Praktis. Edisi Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat Riyatno, Bambang. 1984. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Gajah Mada Rudianto. 2009. Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran. Jakarta : Erlangga Siegel, G. 2000. Budgeting (Pedoman Lengkap Langkah-Langkah Penganggaran) : Erlangga Wijaksono, Armanto. 2005. Akuntansi Biaya. Jakarta : Graha Ilmu Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat Van Horne, James C dkk. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi kedua belas buku Pertama. Jakarta : Salemba Empat



31