6 0 294 KB
MAKALAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI “ANSIOLITIK DAN HIPNOTIK”
Disusun Oleh :
Disusun oleh: Kelas 1B Farmasi
Iis Ayu Nadhifah
(52019050029)
Nur Aini Ika Febriyani
(52019050030)
Annisa Salsabila
(52019050031)
Nilawati
(52019050032)
M. Ulin Nuha
(52019050033)
Avinda Putri Parantika
(52019050035)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS PROGRAM STUDI S1-FARMASI 2020 i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehaditat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Farmakologi dan Toksikologi tentang “Ansiolitik dan Hipnotik”. Penulisan makalah ini diambil dari berbagai sumber diantaranya, buku-buku referensi farmakologi dan juga sumber lain di internet sesuai standart yang telah ditetapkan. Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesarbesarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Kudus, 17 Maret 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul...................................................................................................i Kata Pengantar..................................................................................................ii Daftar Isi...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1 1. Latar Belakang......................................................................................1 2. Rumusan Masalah.................................................................................1 3. Tujuan....................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3 1. Pengertian Ansiolitik dan Hipnotik.....................................................3 2. Farmakologi dan Toksikologi...............................................................3 3. Mekanisme Kerja Obat.........................................................................4 4. Target Reaksi Obat...............................................................................7 5. Kegunaan dan Efek Obat.....................................................................9 BAB III PENUTUP ........................................................................................11 Kesimpulan......................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
iii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan medulla spinalis untuk mengkoordinasi dan mengontrol sistem yang ada dalam tubuh. Neurotransmitter (NT) dan hormon adalah dua alat utama yang sangat penting bagi SSP untuk mengkoordinasi dan mengontrol fungsi-fungsi organ agar dapat berfungsi sesuai kebutuhan. Salah satu neurotransmitter yang berpengaruh pada SSP adalah gama-aminobyric acid (GABA). Beberapa gangguan mental dan kondisi sakit berhubungan erat dengan adanya perubahan neurotransmitter tertentu, baik jumlah maupun aktivitasnya. Untuk mengembalikan neurotransmitter ke keadaan semula dapat dilakukan dengan intervensi menggunakan obat. Banyak sekali obat yang bekerja pada sistem saraf pusat dengan mempengaruhi konsentrasi, jumlah dan aktivitas neurotransmitter tertentu. Salah satunya adalah ansiolitik dan hipnotik menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. 2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Ansiolitik dan Hipnotik? 2. Apa Farmakologi dan Toksikologi dari Ansiolitik dan Hipnotik? 3. Bagaimana mekanisme Kerja Obat dari Ansiolitik dan Hipnotik? 4. Bagaimana Target Reaksi Obat Ansiolitik dan Hipnotik? 5. Apa Kegunaan dan Efek Obat Ansiolitik dan Hipnotik?
1
3. Tujuan 1. Untuk mengetahui maksud Ansiolitik dan Hipnotik. 2.
Untuk mengetahui Farmakologi dan Toksikologi dari Ansiolitik dan Hipnotik.
3. Untuk mengetahui Mekanisme Kerja Obat dari Ansiolitik dan Hipnotik. 4. Untuk mengetahui Target Reaksi Obat Ansiolitik dan Hipnotik. 5. Untuk mengetahui Kegunaan dan Efek Obat Ansiolitik dan Hipnotik.
2
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Ansiolitik dan Hipnotik Ansiolitik (anxiolytics) adalah obat anti-kecemasan, depresan sistem saraf pusat yang kuat yang dapat memperlambat fungsi otak normal. Mereka sering diresepkan untuk mengurangi perasaan tegang dan cemas, dan / atau untuk membuat tidur. Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan
Meningkatkan
keinginan
faali
untuk
tidur
dan
mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif (Tjay, 2002). 2. Farmakologi dan Toksikologi 2.1 Farmakologi dan Toksikologi Benzodizipine 2.1.1 Farmakodinamik Hampir
semua
efek
benzodiazepine
merupakan
hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasiotot, dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi koroner (setelah
pemberian
3
dosis
terapi
golongan
benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi). 2.1.2
Farmakokinetik Sifat
fisikokimia
benzodiazepine
sangat
dan
farmakokinetik
mempengaruhi
penggunaannya
dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine
dalam
bentuk
non
ionik
memiliki
koefesien distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya dapat bervariasi lebih dari 50 kali,
bergantung
kepada
polaritas
dan
elektronegativitas berbagaisenyawa benzodiazepine. 2.1.3
Contoh Obat
1. Midazolam Midazolam di serap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat di banding propofol dan thiopental. Hanya 50% dari obat yang di serap yang akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar midzolam yang masuk plasma akan berkaitan dengan protein. Waktu durasi yang pendek di karenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat.
4
2. Diazepam Diazepam cepat di serap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam 915-30 menit pada anak laki-laki). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan Vd diazepam lebih besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam frekuensi fetus. Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang kuat. Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisi fatalyang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadibila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.LD50 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus.Pemberian intraperitoneal pada dosis 400mg/Kg menyebabkan kematian pada hari keenam setelah pemberian pada hewan coba monyet. 2.2 Farmakologi dan Toksikologi Barbiturat 2.2.1
Farmakodinamik Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma sampai dengan kematian. Efek
5
hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. 2.2.2
Farmakokinetik Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus kedalam darah. Secra
IV
status
barbiturate epilepsi
mempertahankan
digunakan dan
anestesi
untuk
mengatasi
menginduksi umum.
serta
Barbiturate
didistribusi secra luas dandapat melewati plasenta, ikatan
dengan
protein
plasma
sesuai
dengan
kalarutan dalam lemak. 2.2.3
Contoh Obat
1. Fenobarbital Fenobarbital adalah penurun ambang stimulasi sel
saraf
hambatan
di
korteks
penyebaran
motorik
sehingga
terjadi
aktifitas
listrik
(lepas
muatan) dari fokus aktifitas epilepsi di otak. Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga menyebabkan peningkatan inhibisi sinaptik. 2. Methohexital Methohexital
berkaitan
dengan
situs
berbeda
yang berhubungan dengan ion Cl ion pada reseptor GABA. Hal ini meningkatkan lamanya waktu ionopori
6
Cl terbuka, sehingga menyebabkan efek penghambatan. Metabolisme
methohexital
terutama
hati
melalui
demetilasi dan oksidasi. Oksidasi rantai samping adalah cara utama metabolisme yang terlibat dalam penghentian aktivitas biologis obat. Dosis 6 - 10 gram fenobarbital dan dosis 2 - 3 gram amobarbital, sekobarbitalatau pentobarbital dapat menimbulkan kematian.Kadar fenobarbital terendah dalam plasma yang pernah dilaporkan bersifat letal kira-kira 60 mikrogram/ml, sedangkan untuk anobarbital dan pentobarbital kira-kira 10 mikrogram / ml. 3. Mekanisme Kerja Obat 3.1 Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin Efek
farmakologi
gamma-aminobutyric
benzodiazepine merupakan akibat aksi
acid
(GABA)
sebagai
neurotransmitter
penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABAA melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABAA terhadap neurotransmitter
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan
terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini
7
menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal. 3.2 Mekanisme Kerja Obat Golongan Barbiturat Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABAA sehingga kanal ion klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih banyak masuk dan menyebabkan hiperpolarisasi serta pengurangan sensitivitas sel-sel GABA. Barbiturat merupakan agonis dari GABA yang berkerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka tidak terjadi depolarisasi, dengan begitu tidak terjadi pontesial aksi dan terjadinya anastesi (Amir, 2008). 3.3 Mekanisme kerja golongan nonbenzodiazepin dan nonbarbiturat 3.3.1
Obat ketamin Ketamin
bersifat
non-kompetitif
phenycyclidine
di
reseptor N-Methyl D Aspartat (NMDA). Ketamin juga memiliki efek pada reseptor lain termasuk reseptor opioid, reseptor muskarinik, reseptor monoaminergik, kanal kalsium tipe L dan natrium sensitive voltase. Tidak seperti propofol dan etomide, katamin memiliki efek lemah pada reseptor GABA. Mediasi inflamasi juga dihasilkan local melalui penekanan pada ujung saraf yang dapat mengaktifasi netrofil dan mempengaruhi aliran darah. Ketamin mensupresi produksi netrofil sebagai mediator radang dan peningkatan aliran darah.
8
Hambatan langsung sekresi sitokin inilah yang menimbulkan efek analgesia. 3.3.2
Propofol Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya denghan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi, penghantar klorida transmembran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk
barbiturate
komponen
spesifik
dan
etomidate)
reseptor
dengan
GABA
reseptor
menurunkan
neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan GABA yang teraktifasi melalui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membrane sel. 4. Target Reaksi Obat 4.1 Kerja pada Reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA) Berikatan dengan komponen-komponen reseptor molekul GABAA yang terdapat di dalam membran neuron pada sistem saraf pusat. Reseptor ionotropik ini, suatu protein heteroligomerik transmembran yang berfungsi sebagai kanal ion klorida yang diaktivasi oleh
9
neurotransmitter GABAA inhibitorik. Kanal ion transmitter klorida memiliki struktur pentamerik yang tersusun dari alfa, beta, gamma 4.2 Kerja pada Neurotransmitter Benzodiazepin memperkuat inhibisi GABA-ergik pada seluruh tingkat neurosis, termasuk korda spinalis, substantia nigra, korteks serebeluum, dan korteks serebrum. Benzodiazepin tidak menggantikan GABA tetapi hanya menaikkan efek GABA tanpa secara langsung membuka
kanal
klorida
yang
bersangkutan.
Interaksi
antara
benzodiazepin dan GABA meningkatkan frekuensi kanal ion. 4.3 Kerja pada ligan-ligan reseptor Barbiturat dan benzodiazepin bekerja sebagai agonis GABA yang memfasilitasi kerja GABA dan bekerja sebagai modulator alosterik positif dari fungsi reseptor membuka dan menutup kanal ion. 5. Kegunaan dan Efek Obat 5.1 Kegunaan 1. Menurunkan ansietas: pada dosis rendah benzodiazepin bersifat ansiolitik. 2. Bersifat sedatif dan hipnotik : semua benzodiazepine dan barbiturat yang digunakan untuk mengobati ansietas juga mempunyai efek sedatif. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepin tertentu menimbulkan hipnosis. 3. Antikonvulsan : beberapa benzodiazepin bersifat antikonvulsan dan digunakan untuk pengobatan epilepsi dan gangguan kejang lainnya 4. Pelemas otot : benzodiazepin melemaskan otot skelet yang spastik, barangkali dengan cara meningkatkan inhibisi presinaptik dalam sum-sumsum tulang.
10
5.2 Efek Obat Efek obat yang sering ditumbulkan oleh golongan ansiolitik dan hipnotik berupa tumbulnya rasa kantuk, pusing, lemas, gangguan ingatan,dan berbagai macam gangguan keseimbangan tubuh lainya seperti muntah hingga konstipasi.
BAB III PENUTUP Kesimpulan Golongan obat ansiolitik dan hipnotik memiliki kegunaan mengurasi rasa cemas dengan memberikan efek menenangkan dan rasa kantuk. Obat ini berkerja pada sistem saraf pusat dengan neurotrasmiter yang bertepat pada gammaaminobutirat dan ligan-ligan reseptor.
11
DAFTAR PUSTAKA Anonim.1995. "Farmakope Indonesia Edisi IV". Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ganiswara, Sulistia G (Ed). 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. Balai Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
Nuracmah,F, DKK. 2015. "Reseptor GABAA Terkait Kanal Ion Klorida Benzodiazepin dan Barbiturat". Makalah online. Purwokerto. Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja. 2002. "Obat-obat Penting". PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
12
Presensi Kelompok 5 Ansiolitik dan Hipnotik Hari/Tanggal: Selasa/17 Maret 2020 N
NAMA
NIM
TTD
O 1.
Iis Ayu
52019050029
Nadhifah 2.
Nur Aini
52019050030
Ika Febriyani
13
3.
Annisa
52019050031
Salsabila
4.
Nilawati
52019050032
5.
M. Ulin
52019050033
Nuha 6.
Avinda
52019050035
Putri Parantika
14