Laporan Praktikum Sedatif Dan Hipnotik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM HIPNOTIK-SEDATIF FARMAKOLOGI II



Disusun oleh: KELOMPOK XI



     



Edelweis Rumbiak Putri A.S Warobay Antonia Tiku Kristin Natalia Iboy Oktopianus teneouye Dosma K Simanjorang



20160511064006 20160511064010 20160511064055 20160511064047 20160511064048 20160511064043



LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2019



SEDATIF DAN HIPNOTIK I.



TUJUAN Tujuan setelah dilakukan praktikum ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi . Selainitu, j u g a u n t u k mempelajari



pengaruh



susunan



syaraf



pusat



( obat-obatan



hipnotik sedatif). II.



TANGGAL PRAKTIKUM Senin, 07 oktober 2019



III.



DASAR TEORI Hipnotika



atau



obat



tidur



adalah



zat zat



yang



dalam



dosis



terapi



diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif( Tjay, 2002) Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995). Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-faktor kinetik berikut: a) lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh, b) pengaruhnya pada kegiatan esok hari, c) kecepatan mulai bekerjanya, d) bahaya timbulnya ketergantunga e) efek“rebound” insomnia, f) pengaruhnya terhadap kualitas tidur, g) interaksi dengan otot-otot lain,



h) toksisitas, terutama pada dosis berlebihan (Tjay, 2002) Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995) Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu: a) depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida; b) tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat; c) sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat; d) “hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan termangu. Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepin memiliki daya kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif dan daya relaksasi otot. Keuntungan obat ini dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat ini diduga tidak menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnya semakin berkurang setelah pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang dan memperdalam tidur (Tjay, 2002) Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai ari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik.Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar (Ganiswarna dkk, 1995 Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi



dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995) Resorpsinya di usus baik (70-90%) dan lebih kurang 50% terikat pada protein; plasma t½ nya panjang, lebih kurang 3-4 hari, maka dosisnya dapat diberikan sehari sekaligus. K.1. 50% dipecah menjadi p-hidroksi fenobarbital yang diekskresikan lewat urin dan hanya 10-30% dalam keadaan utuh. Efek sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya, yakni pusing, mengantuk, ataksia dan pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping ini dapat dikurangi dengan penambahan obat-obat lain.Interaksi bersifat menginduksi enzim dan antara lain mempercepat penguraian kalsiferol dan kemungkinan timbulnya rachitis pada anak kecil (Tan Hoan TJay,2007,hal: 396) IV.



PERHITUNGAN DOSIS DAN DAT 1. Perhitungan Dosis Diketahui Berat Mencit yang tersedia 22 gram 



Perhitungan Dosis penobarbital







100 mg/1m = 1 ampul







Larut dalam = 25 ml







Faktor Konversi FK = Dosis × FK = 50 mg × 0,0026 = 0,13 mg







Dosis Konversi berat badan mencit yang ada × FK berat badan mencit yang tersedia =



22 gr ×0,13 mg 20 mg



= 0,14 mg 



Volume Injeksi



0,14 mg × 25 ml=0,035 0,04 ml 100 mg



2. Data pengamatan Waktu 1 4,5



2 2,4



3 10,2



4 10



5 8.26



Kelompok 6 7 8 2.5 20.7 10



9 13



10 22.1



11 29.2



12 51.4



sedetatif sedatif- 4.3



1.5



5



4.5



1.96



1.6



5.3



9



3



6.03



5.10



01.02



hipnotik hopnotik-



10.3



8



11



3.11



1.95



8.27



11



10



10.30



3.25



02.31



injeksi-



9.1



bangun V.



Pembahasan Tujuan percobaan kali ini yaitu agar mahasiswa mampu mempelajari pengaruh obat penekan susunan saraf pusat. Efek terhadap susunan saraf pusat yang dipelajari antara lain hipnotik dan sedatif. Kedua obat tersebut sama-sama menekan SSP namun terdapat perbedaan akibat yang ditimbulkan. Obat sedatif hanya menurunkan kewaspadaan sedangkan hinotik hingga kehilangan kesadaran. Ada obat-obat lain yang tidak bekerja pada SSP namun mempunyai efek sedasi-hipnotik. Namun jika dosis obat hipnotik dinaikkan maka akan menyebabkan efek anestesi. Urutan efek dari yang paling ringan hingga paing berat : Sedatif







hipnotik ≤ anestesi ≤ koma ≤ kematian. Sedatif



menyebabkan



turunnya



kewaspadaan



hingga



efek



maksimalnya adalah hipnotik( hilangnya kesadaran ), sedangkan hipnotik dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan efek anestesi ( mati rasa ), koma bahkan hingga kematian) Pada praktikum ini, menggunakan mencit sebagai hewan ujinya. Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Sebelum dilakukan untuk uji terlebih dahulu hewan uji mencit dipuasakan satu hari sebelumnya, dengan tujuan agar tidak ada pengaruh makanan dalam saluran cerna yang dapat mengganggu absorbsi obatnya. Sedangkan obat yang digunakan adalah Phenobarbital, Klorpromazin, Diazepam serta Garam fisiologis sebagai kontrolnya.



Alasan dipilih bahan-bahan tersebut karena salah satu indikasi bahan obat tersebut adalah sebagai sedative. Sebelum hewan uji diberikan perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasikan pada rotarod selama 5 menit agar setelah diberi perlakuan tidak terjadi kekeliruan apakah jatuhnya mencit dari rotarod dikarenakan efek sedative dari obat atau mencit yang belum berdaptasi terhadap rotarod. Setelah itu diberikan obat pada hewan uji secara intra muscular. Metode pengujian efek sedative yaitu dengan menghitung berapa kali mencit terjatuh dari rotarod, reflek balik badan serta mengamati kekuatan daya cengkeram mencit pada kawat kasa. Cara pengamatan menggunakan rotarod yaitu dengan menaruh mencit diatas rotarod pada mencit ke 15, 30, 60, 90 dan 120 setelah diberi perlakuan kemudian dihitung berapa kali mencit terjatuh dari rotarod. Banyaknya mencit terjatuh dari rotarod disebabkan karena timbulnya efek menidurkan dari perlakuan yang diberikan. Mencit diletakkan pada rotarod selama 5 menit. Hal ini bertujuan agar mencit terbiasa dengan rotarod. Sebelum diberikan banyaknya dosis, dihitung terlebih dulu dosis individu untuk masingmasing mencit. Dosis pemberian ini beragam tergantung dengan kondisi fisiologis mencit. Pemberian dilakukan secara per-oral pada hewan uji.Dosis pemberian juga dapat berpengaruh pada efek farmakologis yang ditimbulkan. Semakin tinggi dosisnya maka semakin tinggi pula efek sedatif dan lamanya berefek. Dalam percobaan ini, obat hipnotik-sedatif yang digunakan adalah fenobarbital,



diazepam



dan



klorpromazin.



Golongan



Barbiturat



( Phenobarbital ) untuk menimbulkan sedasi. Keuntungan menggunakan phenobarbital ialah tidak memperpanjang masa pemulihan dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang



mengganggu. Fenobarbital merupakan obat golongan hipnotik sehingga dengan



kenaikan



dosis



dapat



menyebabkan



anestesi.



Pemberian



Fenobarbital selalu disertai dengan hilangnya kesadaran. Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol, sodium benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,66,9. Injeksi secra IV atau IM akan menyebabkan nyeri. Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (1530 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan diazepam lebih besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus. Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis hepatis, akan meningkatkan efek samping dari diazepam. Jika dosis obat hipnotik dinaikkan maka akan menyebabkan efek anestesi. Urutan efek dari yang paling ringan hingga paing berat :Sedatif ≤ hipnotik ≤ anestesi ≤ koma ≤ kematian. Klorpromazin berefek antipsikosis terlepas dari efek sedatifnya. Reflek kondisi yang diajarkan pada hewan uji akan hilang oleh klorpromazin . Klorpromazin merupakan neuroleptika , senyawa ini mempunyai spektrum kerja yang amat luas, bekerja menekan SSP dan anti psikotik, disamping itu juga sebagai analgetik dengan memblok ganglion , klorpromazin tidak dapat mencegah timbulnya konfulsi akibat rangsang oleh obat . selain itu klorpromazin juga dapat menimbulkan relaksasi oto skelep yang berbeda dalam keadaan spesifik. Klorpromazin dapat meningkatkan kerja ADH, artinya obat-obat ini mensensitisasi ginjal terhadap ADH yang sebenarnya terlalu rendah untuk merangsang resopsi air. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya sintesis penghambatan prostaglandin di ginjal.



Secara teoritis, fenobarbital mampu memberikan efek hipnotik yang lama dan yang paling tinggi dibanding kedua obat lainnya. Waktu paruh fenobarbital juga tergolong sangat lama sehingga pemakaian fenobarbital dapat menyebabkan akumulasi dalam plasma. Dalam percobaan, sebagai kontrol diberi perlakuan dengan pemberian NaCl 0,9%. Kontrol berfungsi sebagai pembanding dimana tanpa pemberian obat sedatif-hipnotik. Selain itu kondisi fisiologis hewan uji juga dapat mempenngaruhi efek sedasi-hipnotik yang diberikan. Untuk mencit yang tua, efek ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan mencit yang masih muda. Keadaan teknik dalam praktikum juga mempengaruhi jumlah jatuh, seperti apakah volume yang diberikan benar-benar teapt sesuai dosis masing-masing mencit dan fisiologis dari hewan uji. Sedatif



menyebabkan



turunnya



kewaspadaan



hingga



efek



maksimalnyaadalah hipnotik ( hilangnya kesadaran ), sedangkan hipnotik dengan dosis yanglebih tinggi dapat menyebabkan efek anestesi ( mati rasa ), koma bahkan hinggakematian.Mencit diletakkan pada rotarod selama 5 menit. Hal ini bertujuan agar mencitterbiasa dengan rotarod. Sebelum diberikan banyaknya dosis, dihitung terlebihdulu dosis individu untuk masing-masing mencit. Dosis pemberian ini beragamtergantung dengan kondisi fisiologis mencit. Pemberian dilakukan secara per-oralpada hewan uji. Dosis pemberian juga dapat berpengaruh pada efek farmakologisyang ditimbulkan. Semakin tinggi dosisnya maka semakin tinggi pula efek sedatif dan lamanya berefek.



VI.



Penutup Kesimpulan Pada praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa Sedatif adalah obat tidur yang dalam dosis rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk kedalam kelompok psikolaptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat enzim sistem saraf pusat.dan Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik diperuntukkan untuk mempermudah atau meyebebkan tidur. Hipnotika menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur.



DAFTAR PUSTAKA Djamhuri, Agus., 1995, Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan



Perawatan, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Hipokrates, Jakarta.



Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.