Asal Muasal Perigi Piai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASAL MUASAL PERIGI PIAI Nama: Raihan Ramadhan Kelas : XI agama Sekolah : Madrasah Aliyah Muhammad Basiuni Imran Sinopsis: Pada zaman dahulu terdapat suatu daerah pembatas antara desa tekarang dan desa rambayan. Masyarakyat menyebut daerah tersebut dengan sebutan Perigi Piyai. Mereka percaya bahwa daerah tersebut merupakan daerah angker dikarenakan hutan yang lebat masih menutupi daerah tersebut dan banyaknya hewan-hewan melata yang masih hidup. Menurut sumber masyarakyat, disebut Perigi Piyai karena adanya nelayan yang sedang mencari udang galah dan kepiting. Hingga pada suatu hari dikarenakan banyaknya kepiting dan udang galah di daerah tersebut sang nelayan memiliki ide untuk tinggal disana. Nelayan tersebut mengajak dua orang nelayan lain yang tidak lain adalah saudaranya sendiri dan mengajak mereka untuk tinggal disana. Tiga nelayan tersebut akhirnya melakukan penebangan dan pembakaran hutan untuk membuka lahan tinggal disana. Setelah melakukan penebangan dan pembakaran hutan mereka ingin memberi nama di daerah tersebut. lalu kedua saudara nelayan tersebut memberikan saran untuk penamaan daerah ini. Saudara pertama nelayan menyarankan dengan nama Perigi karena ada sebuah perigi1 di daerah tersebut yang menjadi tanda pembatas antara Desa Tekarang dan Desa Rambayan. Kemudian saudara kedua menyarankan dengan nama Piai karena saat mereka menebang hutan, mereka banyak menemukan tanaman piai2. Akhirnya sang nelayan sepakat untuk menggabungkan kedua saran tersebut dan akhirnya mereka menamainya dengan nama Perigi Piai. Identifikasi:    



Nelayan menemukan tempat yang banyak udang galah dan kepiting Keinginan nelayan tinggal di tempat dia menangkap ikan Ajakan nelayan kepada Saudaranya Ajakan nelayan untuk tinggal disana



Tokoh:   



Nelayan Saudara I Saudara II



Asal usul Perigi Piai A. Nelayan menemukan tempat yang banyak udang galah dan kepiting Zaman dahulu ada sebuah nelayan yang hidup di daerah sekitaran Tebas. Setiap hari dia menangkap ikan di pinggiran Sungai Sambas. Pada suatu hari secara kebetulan nelayan tersebut menemukan tempat yang mana di tempat tersebut hidup banyak udang galah dan kepiting. Kedua binatang ini yang ingin ditangkap oleh nelayan 1 2



Perigi adalah sebuah sumur Piai adalah sejenis tanaman Paku



tersebut dan menjualnya di Pasar Tebas. Di tempat itu sang nelayan melihat hutan yang sangat lebat beserta pohon-pohon yang besar dan hewan hewan melata yang ada di hutan tersebut Nelayan : Sepertinya ini tempat yang pas buatku untuk berburu udang dan ikan. Apalagi sepertinya disini terdapat banyak udang dan kepiting. Hmm...... tapi mengapa tempat yang bagus untuk menangkap ikan ini tertutupi oleh hutan yang besar, mungkin suatu hari aku akan menebang pohon-pohon yang ada di hutan ini supaya aku tidak perlu susah-susah pergi berlayar jauh-jauh. Udang dan kepiting yang ditangkap nelayan ternyata sangat banyak hingga perahunya penuh dengan dua binatang tersebut. Udang dan kepiting yang ditangkap nelayan tersebut dijualnya di Pasar Tebas. Singkat cerita hari demi hari pun berlalu hingga suatu hari nelayan tersebut menjadi kaya karena sering menjual udang dan kepiting di pasar. Dengan kayanya nelayan tersebut tak membuat dia berhenti bekerja sebagai nelayan, justru dia ingat akan katanya dahulu bahwa dia akan membuat tempat tinggal di tempat dia menangkap udang dan kepiting. B. Keinginan nelayan tinggal di tempat dia menangkap ikan Dengan ingatnya nelayan akan perkataanya dahulu, dia pun ingin melakukan penebangan di tempat dia menangkap udang dan kepiting tersebut. Lalu berangkatlah nelayan tersebut ke tempat dia menangkap udang dan kepiting. Nelayan : hampir saja aku lupa dengan perkataanku dahulu. Baiklah aku akan memperluas lahan ditempat itu. Aku yakin dengan tinggal disitu akan lebih memperbanyak pendapatanku dan aku tidak perlu susah-susah harus menyebrang dengan perahu untuk menangkap udang dan kepiting. Singkat cerita sampailah dia ke tempat tersebut dan memulai perluasan lahan hutan tersebut. Nelayan : Yaa…. Sepertinya mulai hari ini aku akan memulai penebangan di hutan ini. Aku tidak sabar untuk tinggal disini. Dengan alat untuk menebang dimulailah nelayan tersebut memperluas lahan yang dipenuhi pohon-pohon tersebut. Dipertengahan pekerjaan dia memikirkan bahwa jika hanya dia sendiri yang melakukan perluasaan wilayah, maka akan banyak memakan waktu. Nelayan : tunggu sebentar…. Jika setiap hari aku melakukan ini sendirian tentu saja akan memakan banyak waktu. Ada baiknya jika aku mengajak saudaraku untuk membantuku menebang pohon-pohon disini. Semoga mereka mau membantuku dan tinggal bersamaku disini. C. Ajakan nelayan kepada Saudaranya Keesokan harinya Nelayan meminta tolong kepada saudaranya untuk membantunya menebang pohon-pohon yang terdapat di daerah seberang. Ternyata dua saudaranya mau membantu nelayan tersebut, karena keduanya sama-sama bekerja sebagai nelayan tentu saja kedua saudaranya menerima ajakannya dan mereka berfikir itu akan sangat menguntungkan bagi mereka karena ada banyak udang dan kepiting disana. Nelayan : Saudaraku maukah kalian membantuku melakukan sesuatu, aku yakin jika kau membantuku kalian akan mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Saudara I : Membantumu berbuat apa?



Saudara II : kalau kami membantumu kami mendapat keuntungan apa? Nelayan : Bisakah kalian membantuku menebang pohon-pohon yang terdapat di seberang sana. aku bersumpah disana terdapat udang dan kepiting yang sangat banyak. Aku yakin kalian pasti akan kaya jika sering menangkap udang dan kepiting disana. Saudara I : baiklah aku akan dengan senang hati akan membantumu. Saudara II : jika kau kaya karena kau sering menangkap udang dan kepiting di tempat itu, aku yakin aku akan kaya sama sepertimu. D. Ajakan nelayan untuk tinggal disana Dengan bersedianya kedua saudara nelayan tersebut dimulailah penebangan dan pembakaran pohon-pohon besar-besaran. Setiap hari mereka bekerja dari pagi sampai sore. Singkat cerita setelah penebangan dan pembakaran selesai, sang nelayan mengajak kedua saudaranya tersebut untuk tinggal di daerah yang mereka tebang tersebut. Tujuan dari ajakan ini adalah agar para saudaranya mudah mencari udang dan kepiting. Nelayan : aku rasa sudah cukup, kita telah melakukan perluasan yang cukup untuk dijadikan tempat tinggal. Hmmmm…. Wahai saudaraku maukah kalian tinggal bersamaku disini? Saudara I : melihat kondisimu yang sudah kaya seperti ini, karena sering menangkap udang dan kepiting disini. Tentu saja kami ingin tinggal disini. Saudara II : aku juga ingin tinggal disini bersamamu. Semoga dengan tinggalnya aku disini akan membuatku kaya. Kedua saudara tersebut menerima ajakan dari nelayan. Akan tetapi mereka tidak tahu nama daerah yang mereka tinggali sekarang. Nelayan : kita mulai sekarang tinggal disini tetapi kita tidak tau nama daerah ini. Akan kita beri nama apa daerah ini? Saudara I : bagaimana kalau kita beri nama Perigi. Di tempat ini kan ada sebuah perigi yang menjadi pembatas antara Desa Rambayan dan Desa Tekarang. Saudara II : bagaimana kalau Piai? Kalian ingat kan pada saat kita melakukan penebangan pohon-pohon disini, ada banyak sekali tanaman piai hingga kita tidak mampu lagi menebangnya karena saking banyaknya. Nelayan : baiklah dari perkataan kalian berdua kita gabungkan saja keduanya. Kita akan menamainya dengan nama Perigi Piai. Perigi diambil dari sebuah perigi sebagai pembatas antara desa Tekarang dan Desa Rambayan. Kemudian piai diambil dari tanaman yang banyak tumbuh di daerah yang kita tinggali ini. Setelah penamaan daerah ini para nelayan dan saudaranya pada akhirnya berubah pekerjaan mereka yang awalnya seorang nelayan kemudian berubah menjadi petani dikarenakan udang galah dan kepiting yang biasanya mereka cari ternyata sudah tidak sebanyak dulu. Sekarang Perigi Piai memiliki peran penting, karena hanya Perigi Piai sajalah yang menghubungkan Kecamatan Tekarang dan Kecamatan Tebas.