Asbid Heg Ibu Erni.y [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG NIFAS LANTAI 2 RSUD DR MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2020



Pembimbing: Erni Yuliastuti,S.Si.T,M.Kes



OLEH : EMELDA REZQY AMELIA P07124217140



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2020



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Hiperemesis gravidarum merupakan keluhan umum (fisiologis) yang disampaikan pada kehamilan muda (Manuaba, 2010). Hipermesis gravidarum ringan lebih sering terjadi pada usia kehamilan 6-12 minggu (Sarwono, 2008). Hipermesis gravidarum dianggap fisiologis jika keluhan tersebut berkurang atau bahkan hilang pada trimester pertama kehamilan. Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehrai-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil memerlukan perawatan yang intensif (Manuaba, 2010). Seringkali ibu mempunyai respon perilaku yang biasa atas keadaan yang dialaminya sehingga keluhan mual muntah dapat bertambah hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan (Sarwono, 2008). Hal ini dapat terlanjur pada keadaan yang lebih lemah, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, hipotensi, hemokonsentrasi serta konstipasi yang merupakan tanda-tanda hyperemesis gravidarum tingkat II. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropin plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan hyperemesis gravidarum (Manuaba, 2010). Reva Rubin mengatakan bahwa faktor emosi atau psikologis berperan penting pada kejadian hyperemesis gravidarum, umumnya oleh wanita hamil dengan latar belakang sosial yang rendah, dimana gaya hidup lebih sederhana, lebih rileks dan sedikit tuntunan (Vivian, 2011). Hyperemesis gravidarum yang ringan (tingkat) yang dialami secara terus menerus menyebabkan ibu hamil atau penderita menjadi lemah, nafsu makan menurun dan kurangnya asupan makanan yang sehat, hal ini tentunya dapat mempengaruhi perkembangan janin dan memperburuk



keadaan ibu serta memicu timbulnya hyperemesis berat. Berdasarkan suatu kajian bahwa 95% yang mempunyai diet yang baik akan mempunyai bayi yang sehat dan 3 dari wanita yang mempunyai gizi buruk hanya 8% mempunyai bayi dengan kesehatan baik (Curtis, 2000). Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan



diketahui bahwa ibu hamil yang



menderita hyperemesis gravidarum ringan mengganggap bahwa kondisi ini merupakan hal yang wajar dan akan sembuh dengan sendirinya. Keyakinan tersebut seharusnya juga diikuti dengan perilaku yang baik dalam pencegahan hyperemesis gravidarum namun sebagian ibu hamil tersebut masih kesulitan dalam menyikapi kondisi yang dialaminya. Seiring dengan terjadinya hyperemesis gravidarum ringan (tingkat I), asupan makanan ibu juga ikut berkurang atau terganggu sehingga hyperemesis gravidarum yang sudah terjadi dapat bertambah hebat yang ditandai dengan munculnya tanda dan gejala hyperemesis yang berat. Hyperemesis gravidarum dapat dicegah dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang menampakkan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat, makanan yang berminyak, berbau, dan lemak sebaiknya dihindarkan, makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin defekasi yang teratur hendaknya



dapat



dijamin,



menghindarkan



kekurangan



karbohidrat



merupakan faktor yang penting (Manuaba, 2010). Dilihat pada dampak yang ditimbulkan dari keluhan hyperemesis gravidarum, sebaiknya ibu hamil mempunyai perilaku yang positif yaitu diharapkan ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum memiliki tindakan yang positif dalam menanggapi kejadian tersebut sehingga ibu hamil dapat merespon dan memanajemen kondisi yang dialaminya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Fisiologis dengan Hiperemesis Gravidarum.



2. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Di Ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh. 2. Tujuan Khusus Mampu melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan Metode SOAP : a. melakukan Anamnesa Pada Ny.I untuk mendapatkan data Subjektif di Ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. b. Melakukan pemeriksaan Umum dan Khusus untuk mendapatkan data objektif pada Ny.I di ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. c. Merumuskan masalah atau Diagnosa pada Ny.I di Ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. d. Melakukan penatalaksanaan pada Ny.I di Ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. 3. Waktu dan tempat pengambilan kasus 1. Waktu pengambilan kasus Hari / Tanggal



: Senin, 13 Januari 2020



Pukul



: 09.00 WITA



2. Tempat pengambilan kasus Ruang Nifas Lantai 2 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin



BAB II KONSEP DASAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM



1.



Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibat terjadilah dehidrasi (Hidayat, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan atau nutrisi. Biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan, cukup berat hingga mengakibatkan penurunan berat badan dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Morgan dan Hamilton, 2009). Hyperemesis gravidarum merupakan keluhan muntah yang berlebihan pada ibu hamil yang terjadi mulai dari minggu ke 6 kehamilannya dan bisa berlangsung sampai minggu ke 12 atau lebih (Lisnawati, 2013).



2.



Etiologi Menurut Lisnawati (2013), Faktor yang dapat menimbulkan hyperemesis gravidarum: a.



Primigravida



b.



Overdistensi uterus



c.



Faktor alergi



d.



Faktor psikologi



e.



Kehamilan yang tidak diinginkan



f.



Takut hamil



g.



Masalah keluarga



Faktor predisposisi antara lain: a.



Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita sebelum hamil sudah menderita gangguan lambung spesifik (Sarwono, 2005).



b.



Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.



c.



Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan.



d.



Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Nugraheny, 2009). Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu awal kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormonhormon tersebut mempengaruhi perut, selera makan, dan pusat khusus di otak yang dapat memicu respon muntah (Nugraheny, 2009).



Menurut Tiran (2009), menyatakan bahwa faktor fisiopatologis yang menyebabkan hiperemesis gravidarum sebagai berikut: a.



Perubahan karbohidrat dan metabolisme lemak



b.



Situasi korpus luteum



c.



Faktor genetik



d.



Adaptasi saluran gastrointestinal



e.



Infeksi helicobakter pylori



f.



HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)



g.



Hipotensi dan penurunan sirkulasi serebri



h.



Faktor imunologi



i.



Migrain dan sakit kepala



j.



Estrogen dan progesteron



k.



Stimulasi saraf vagal faring



l.



Mekanisme protektif



m. Stimulasi saraf sensorik didalam lambung duodenum n.



Serotonin



o.



Perubahan hormon tiroid



p.



Distensi, trauma dan infeksi uterus, kandung kemih, dan pelvis ginjal



q.



Gangguan aparatus vestibular



Faktor predisposisi peningkatan keparahan hiperemesis gravidarum menurut Tiran (2009), yaitu: a.



Keletihan



b.



Janin wanita



c.



Refluks gastro esofagus



d.



Mual dan muntah di kehamilan sebelumnya



e.



Penggunaan pil kontrasepsi saat pra konsepsi



f.



Mual pra menstruasi



g.



Merokok



h.



Stress, cemas, dan takut



i.



Masalah sosio-ekonomi



j.



Kesulitan dalam masalah membina hubungan



k.



Wanita yang memiliki ibu yang mengalami mual dan muntah saat hamil



3.



Patofisiologi Peningkatan kadar estrogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah. Mual



dapat



menyebabkan



dehidrasi,



sehingga



cairan



ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran adarh ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang.



Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan eletrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindrom molarryweiss) yang berakibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer, 1999). 4.



Kondisi Psikososial dalam Kehamilan Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman, atau tidak di inginkan atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalen dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan akan datangnya hiperemesis gravidarum, dapat memperburuk rasa sejahtera. Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat, terlepas dari dampak fisik seperti kemungkinan anemia (Tiran, 2009).



5.



Tingkatan Mual Muntah Menurut Setiyaningrum (2013), Dibagi menjadi 3 tingkatan menurut beratnya gejala yang timbul: a.



HEG tingkat 1 1) Muntah terus menerus 2) Ibu merasa lemah 3) Nafsu makan tidak ada berat badan turun 4) Nyeri epigastrium 5) Nadi meningkat sekitar 100x/menit 6) Tekanan darah turun 7) Turgor kulit mengurang 8) Lidah mengering 9) Mata cekung



b.



HEG tingkat 2 1) Ibu lebih lemah dan apatis 2) Turgor kulit lebih mengurang 3) Lidah mengering dan nampak kotor 4) Nadi cepat dan rendah 5) Suhu tubuh kadang-kadang naik 6) Mata cekung dan sedikit ikterus 7) BB dan TD turun 8) Hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi 9) Ditemukan aseton pada air kencing



c.



HEG tingkat 3 1) Keadaan umum kebih parah 2) Muntah berhenti 3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma 4) Nadi kecil dan cepat 5) Suhu meningkat 6) TD dan BB turun 7) Enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental



6.



Pemeriksaan Hiperemesis Gravidarum Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis turun, kultur urin, darah rutin, fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase), pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH), Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam urat, serta USG untuk menghindari kehamilan mola (Setyaningrum, 2013).



7.



Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Menurut Setiyaningrum (2013), penatalaksanaan pada ibu yang mengalami mual dan muntah pada ibu hamil hyperemesis gravidarum, yaitu: a.



Rawat inap



b.



Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama



c.



Obat-obatan diberikan secara parenteral



d.



Infus D10% (2000 ml) dan RL 5% (2000 ml) per hari



e.



Pemberian antiemetik (metokopramid hidrochlorid)



f.



Roborantia/obat penyegar



g.



Diazepam 10 mg IM (jika perlu)



h.



Psikoterapi



i.



Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama



j.



Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap



k.



Bila keadaan tidak berubah: stop makan/minum, ulangi penatalaksanaan seperti sebelumnya untuk 24 jam kedua



l.



Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangkan untuk rujukan



m. Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah n.



Jika dehidrasi berhasil diatasi, anjurkan makan-makanan lunak porsi kecil tapi sering, hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak makan-makanan yang mengandung gula.



8. Kriteria Pulang Menurut Setiyaningrum (2013), kritrian pulang pada ibu yang mengalami mual dan muntah pada ibu hamil hyperemesis gravidarum, yaitu: a.



Mual dan muntah tidak ada lagi



b.



Keluhan subjektif sudah tidak ada



c.



TTV baik



DAFTAR PUSTAKA



Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.



Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: TIM.



Nugraheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Pathologis. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Setiyaningrum, Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan Patologi). Jakarta: Penerbit In Media.



Tiran, Denise. 2009. Mengatasi Mual-Mual dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. Jakarta: Disglossia. Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta : EGC



BAB III TINJAUAN KASUS



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG NIFAS LANTAI 2 RSUD Dr.H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN



PENGKAJIAN Hari/tanggal



: SENIN, 13 Januari 2020



Pukul



: 09.00 WITA



No. Reg



: 44.19.XX



IDENTITAS Keterangan Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Suku/Bangsa Alamat



Istri Ny. I 30 tahun Islam SMA IRT Banjar / Indonesia



Suami Tn. S 31 tahun Islam SMA Swasta Banjar / Indonesia Sei Lumbah



PROLOG Ny.I G2P1A0 dengan umur kehamilan ± 8 minggu datang ke RSUD Dr.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada hari Senin, 13 Januari 2020 dengan keluhan sering mual dan muntah terus menerus ± 8x sehari serta tidak bisa makan. Ini merupakan kehamilan Kedua. BB sebelumnya 53 kg, BB sekarang 50 kg, TB : 145 cm, LILA 25,3cm, imunisasi TT lengkap. HPHT : 20-11-2019. TP : 27-8-2020. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, AIDS, TBC maupun penyakit menular seksual lainnya. Ibu juga tidak mempunyai penyakit keturunan



seperti penyakit jantung, Asma, Diabetes Miletus, dan Hipertensi. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit gatritis. Ibu tidak ada alergi obat maupun makanan. SUBJEKTIF Ibu mengatakan hamil 8 minggu dan mengeluh mual muntah ±8x sehari semenjak 3 hari yang lalu, merasa sesak bernafas, nyeri di uluh hati dan perut terasa kembung.



OBJEKTIF KU Lemah, TD : 100/60 mmHg, N: 102x/menit, R: 26x/menit, T 36˚C. Muka tampak pucat, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, mata cekung, lidah kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, turgor kulit berkurang, tidak ada ikterus. Perut tidak ada bekas luka operasi, TFU: 2 jari di atas symphisis, ballotment (+). Terdapat nyeri tekan pada abdomen tengah bagian atas. Ketuk ginjal tidak ada nyeri (-/-), reflek patella (+/+). ANALISA G2P1A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I .



PENATALAKSANAAN 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yaitu ibu dan janin dalam keadaan kurang baik dan usia kehamilan ibu sudah memasuki 8 minggu atau 2 bulan. Ibu mengerti. 2. Menjelaskan kepada ibu penyebab Hiperemesis Gravidarum dikarenakan : a. Perubahan karbohidrat dan metabolism lemak. b. Keletihan c. Estrogen dan progesterone d. Faktor imunologi e. Migraine dan sakit kepala f. Adaptasi saluran gastrointestinal. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 3. Memberitahukan ibu cara mengatasi Hiperemesis Gravidarum pada kehamilan yaitu dengan cara ; a. Perbanyak istirahat untuk meredakan stress dan menghilangkan rasa lelah.



b. Mengkonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan bertekstur halus agar mudah ditelan dan dicerna. c. Mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering. Hindari makanan berminyak, pedas, atau berbau tajam yang dapat memicu rasa mual. d. Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, dan mengkonsumsi minuman yang mengandung jahe untuk meredakan mual dan menghangatkan tubuh. e. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri. Ibu mengerti. 4. Memberi ibu terapi sesuai kondisi ibu : a. Infus RL 20 tpm + Neurobion 1 ampul di drip b. Memberikan Injeksi Ondansentron 3x 4 mg c.



Memberikan Injeksi Ranitidin 2x25 Mg



d. Antacid syirup 3x1 ( menggunakan sendok teh) 5. Ibu boleh diberikan makan dan minum secara bertahap. 6. Observasi Tanda-tanda Vital dan Muntah. 7. Melakukan Pendokumentasian dibuku register. Dokumentasi telah dilakukan