ASKEB BBL DENGAN Labioskizis Dan Labiopalatoskizis-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN LABIOSKIZIS dan LABIOPALATOSKIZIS



Disusun oleh: Oktavia Dwi Karlina NIM. P07224316030



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2O17



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat, Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat laporan



asuhan



kebidanan



bayi



baru



lahir



dengan



menyelesaikan



Labioskizis



dan



Labiopalatoskizis dengan baik sebagai media pembelajaran dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi. Penyusun berterimakasih kepada rekan sejawat yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi



perbaikan



laporan yang telah dibuat dimasa yang akan datang. Penyusun juga berharap laporan ini dapat berguna bagi orang banyak. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.



Samarinda, 16 September 2017



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4 A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis ................................................................................................. 4 B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis ................................................................................................. 9 BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 20 BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 28 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 30 A. Kesimpulan ................................................................................................ 30 B. Saran ........................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Selama persalinan, pelahiran dan beberapa jam pertama bayi baru lahir, banyak perubahan yang terjadi pada janin dan bayi baru lahir yang memungkinkan adaptasi fisiologis pada kehidupan di luar uterus. Karakteristik perkembangan bayi baru, seperti abnormalitas kongenital atau genetic, berat lahir, dan usia gestasi , dapat memberi pengaruh yang bermakna pada proses adaptasi ini. Tim perinatal harus secara terus-menerus waspada terhadap tanda-tanda komplikasi yang mungkin dialami bayi baru lahir, melakukan identifikasi masalah lebih awal, mengoreksi gangguan dengan cepat atau meminimalkan efek selanjutnya, mencegah ketidakmampuan permanen, dan meningkatkan proses hubungan kasih saying orang tua (keperawatan maternitas, vol 2, edisi 18 ) . Asuhan kebidanan Neonatus, bayi dan balita adalah asuhan atau perawatan yang diberikan bidan pada bayi baru lahir.Neonatus, bayi dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonates, bayi dan balita apabila tidak berikan asuhan yang benar dan tepat. Cacat bawaan atau kelainan bawaan ini menjadi factor atau sebab kematian perinatal. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, sebab utama kematian perinatal antara lain ialah ; infeksi, asfiksia neonaturum, trauma kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas, imaturitas, dll ( ilmu kebidanan, sarwono : 787) . Untuk itu pada hal ini kita akan membahas tentang penyakit kelainan bawaan atau cacat bawaan yaitu Labis kisis . Labios kiziz ini merupakan kelainan yang terjadi pada daerah mulut yang terjadi akibat gagalnya jaringan



1



lunak untuk menyatu selama perkembangan embrio (pengantar ilmu keperawatan anak, salemba medika : 22) . Insiden celah bibir dengan atau tanpa adanya celah pada palatum, kira-kira terdapat 1:6000 kelahiran; insidens celah palatum saja sekitar 1:10.000 kelahiran. Bibir sumbing lebih lazim terjadi pada laki-laki. Kemungkinan penyebabnya meliputi ibu yang terpajan obat, kompleks sindrom-malformasi, murni-tak diketahui atau genetic. Factor genetic pada bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum, lebih penting daripada celah palatum saja. Namun, keduanya dapat terjadi secara sporadic; insidens tertinggi kelainan ini terdapat pada orang Asia dan terendah pada orang kulit hitam. (Nelson,2012)



B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.



2.



Tujuan Khusus a.



Menjelaskan konsep dasar teori BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis.



b.



Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis.



c.



Melaksanakan asuhan kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis dengan pendekatan Varney yang terdiri dari : 1) Melakukan pengkajian pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis 2) Menginterpretasikan data dasar 3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis 4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis 5) Merancang intervensi pada BBL dengan Labioskizis dan 2



Labiopalatoskizis 6) Melakukan implementasi pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan d.



Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis 1.



Definisi Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, dan Anak Balita, 2010) Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. (Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, dan Anak Balita, 2010)



2.



Klasifikasi Labioskizis dan Labiopalatoskizis diklasifikasikan sebagai berikut : a. Menurut struktur-struktur yang terkena : Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut. 



Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.







Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.







Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.







Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.



b. Menurut organ yang terlibat : 



Celah di bibir (labioskizis)







Celah di gusi (gnatoskizis)







Celah di langit (palatokizis)







Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis).



c. Menurut lengkap / tidaknya celah terbentuk Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah : 



Universal Incomplete, jika celah sumbing terjadi hanya di salah satui sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.







Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.







Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung



3.



Etiologi Penyebab sebagai



terjadinya



labioskizis



dan



labiopalatoskizis



adalah



berikut.







Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.







Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.







Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.







Faktor keturunan.







Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.







Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.







Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.



4.



Gejala dan Tanda Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu : 



Terjadi pemisahan langit-langit







Terjadi pemisahan bibir







Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit







Infeksi telinga berulang







Berat badan tidak bertambah







Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui keluarnya air susu dari hidung.



5.



Manifestasi Klinis Pada labioskisis yaitu: a. Distorsi pada hidung b. Tampak sebagian atau keduanya c. Adanya celah pada bibir Pada palatoskisis yaitu:



a. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palate lunak, dan keras pada foramen incisive b. Adanya rongga pada hidung c. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari d. Kesukaran dalam menghisap atau makan. 6.



Patofisiologi Proses terjadinya labioskisis ini terjadi ketika kehamilan trimester 1 dimana terjadinya gangguan oleh karena berbagai penyakit seperti virus.



Pada



trimester



pertama



terjadi



proses



perkembangan



pembentukan berbagai organ tubuh dan saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medial dan maksilaris maka dapat mengalami labioskisis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu masa kehamilan (Pengantar ilmu keperawatan anak, Aziz Alimul Hidayat : 23) . Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominem maksilaris dengan prominem nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu (Asuhan Neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah, Marmi, dkk : 313) . Labioskizis terjadi akibat kegaglan fusi atau penyatuan frominem maksiattis dengan frominem medial yang diikuti distursi kedua bibir rahang dan platum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu ke enam pascakonsepsi. Sementera itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.



7.



Komplikasi 



Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum.



Memerlukan penanganan



khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing. 



Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera dilatasi maka akan kehilangan pendengaran.







Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanaya celah.



Hal ini dapat



mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya. 



Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.







Otitis media







Faringitis







Kekurangan gizi.







10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah bicara, misalnya suara sengau.



8.



Penatalaksanaan a. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai retleks mengeluarkan air susu dengan baik mungin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara. b. Bila anak sukar mengisap, sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong hatuh di belakang mulut hingga dapat di isap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok. c. Tindakan bedah, dengan kerjasama yang baik antara akhli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.



d. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan, sedangkan patoskizis biasanya ditutup pada umur 9 – 12 bulan menjelang anak belajar bicara. e. Tahapan tindakan orthodonfic diperlukan pula untuk perbaikan gusi dan gigi. f. Pendekatan kepada orangtua sangat penting agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.



B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis I. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian



:



Waktu Pengkajian



:



Tempat Pengkajian



:



Nama Pengkaji



:



a. Data Subyektif 1.



Identitas a.



Identitas Klien Nama



:



Umur/tanggal lahir : Jenis Kelamin



:



Tanggal masuk RS



:



b. Identitas Orang Tua Nama ayah : Nama ibu



:



Usia ayah/ibu : Umur pasien seharusnya didapatkan dari anamnesa dan dicatat untuk mengetahui



adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental fisiknya belum siap dan termasuk dalam menunda dan usia 20 - 35 tahun adalah masa reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35 adalah termasuk fase mengentikan dan dapat juga terjadi faktor risiko (Sulistyawati, 2010). Pendidikan ayah/ibu : Pekerjaan ayah/ibu



:



Gunanya



untuk



mengetahui



tingkat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).



2.



Agama



:



Suku/bangsa



:



Alamat



:



Riwayat Kesehatan Klien a.



Keluhan utama



b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1) Usia Kehamilan a) 37-42 minggu (DEPKES RI,



2005). KMK dan



BMK untuk masa kehamilan merupakan kondisi yang biasanya berulang (Wheeler, 2004). b) Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu usia gestasi. Minggu gestasi dihitung dari HPHT dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, Lingkar kepala



bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonatus (Myles, 2009). c) Prematuritas Murni. Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan. Sesuai masa kehamilan (NKB-SMK) (Surasmi, 2003). d) Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Surasmi, 2003). e) Prematuritas memiliki risiko yang lebih besar terhadap kematian akibat asfiksia neonatorum. Risiko tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada usia kehamilan 34-37 minggu dan meningkat 14.33 kali lipat pada usia kehamilan < 34 minggu (Lee, dkk, 2008). 2) Riwayat antenatal Penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup obat-obatan yang diberikan atau diminum oleh ibu (Prawirohardjo, 2010). Ketuban pecah dini dapat terjadi oligohidramnion



yang menekan tali pusat hingga



terjadinya asfiksia atau hipoksia. (Prawirohardjo, 2010). 3) Riwayat intranatal 4) Riwayat Kelahiran yang Lalu No.



Tahun Kelahiran



JK



BB



Keadaan



Lahir



Bayi



Komplikasi



Jenis Persalinan



Ket.



1.



a) Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran preterm cenderung berulang (Wheeler, 2004). b) Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun. (Surasmi, 2003) 5) Riwayat Persalinan Sekarang a) Jenis persalinan Spontan pervaginam & sectio caesarea (Protap RSUD AWS Samarinda). b) Komplikasi persalinan (1) Distosia bahu dapat menyebabkan fraktur pada humerus atau klavikula, cedera pada pleksus brakialis, asfiksia pada bayi (Sinclair, 2010). (2) Ibu dengan diabetes mellitus dapat beresiko untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan beresiko untuk mengalami distosia bahu pada saat persalinan. Hal ini dapat berdampak asfiksia pada bayi (Manuaba, 2005). (3) Partus lama dan ketuban pecah dini juga meningkatkan risiko asfiksia



neonatorum



secara bermakna (Lee, dkk, 2008). (4) Tanda-tanda jantung



gawat



janin



janin



seperti



abnormal,



mekoneum, perdarahan



denyut



pewarnaan



antepartum dan



partus lama juga memiliki hubungan yang kuat



dengan



timbulnya



asfiksia



neonatorum



(Oswyn G., dkk, 2000). c) Lama persalinan Lama



persalinan



pada



primigravida



dan



multigravida (dr.Ida Ayu Chandranita, 2010).



Kala



Primigravida



Multigravida



I



10-12 jam



6-8 jam



II



1-1,5jam



0,5-1 jam



III



10 menit



10 menit



IV



2 jam



2 jam



Jumlah (tanpa



10-12 jam



8-10 jam



Persalinan



memasukan kala IV yang bersifat observasi)



3.



Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita sebelumnya apakah pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, serta untuk mengetahui pernah dirawat di rumah sakit atau tidak (Varney, 2006).



4.



Riwayat Kesehatan Keluarga a.



Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung, diabetes melitus). Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.



b.



Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan penyakit gula dapat menimbulkan dismaturitas janin (Surasmi, 2003).



c.



Gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia neonatorum. Gejala- gejala tersebut adalah demam selama kehamilan, perdarahan, pembengkakan tangan, wajah atau kaki, kejang, kehamilan



ganda juga berhubungan kuat



dengan mortalitas asfiksia neonatorum (Lee, dkk, 2008). d.



Usia terlalu muda (40 tahun), anemia (Hb< 8 g/dL), perdarahan antepartum dan demam selama



kehamilan berhubungan kuat dengan asfiksia



neonatorum (Oswyn dkk, 2000).



5.



Pola Fungsional Kesehatan Pola Nutrisi



Keterangan Jenis Makanan : ASI World



Health



Organization



(WHO)



merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama, didukung



dan oleh



rekomendasi



serupa



American



Academy



juga of



Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Eliminasi



BAB: Dalam 24 jam pertama, warna hitam kecoklatan (Saifuddin, 2006;137-138). BAK: Dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006;137-138).



6.



Riwayat Psikososiokultural Spiritual a.



Merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan faktor predisposisi bayi berat lahir rendah (BBLR: berat badan kurang dari 2500 gram) (Departemen Kesehatan, 2005).



b.



Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan narkotika) merupakan faktor etiologi prematuritas (Surasmi, 2003).



b. Data Obyektif 1.



Pemeriksaan Umum



Keadaan Umum



: Bayi terlihat lemas (flaccid). Reflek / respon bayi melemah (Rustam, 2008).



TTV



:



Tekanan darah



:



Nadi



:



Suhu



:



Pernafasan



:



Antropometri



:



Tinggi badan : Berat badan LiLA



:



46cm (Surasmi, 2009). : 2500 gram (Surasmi, 2009).