Askeb Persalinan Normal [PDF]

  • Author / Uploaded
  • riska
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS GRUJUGAN Disusun untuk memenuhi tugas praktik profesi bidan Stase Persalinan



Oleh: NINIK SRI LESTARI NIM 15901.02.20023



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES HAFSYAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO 2020



LEMBAR PENGESAHAN



Asuhan Kebidanan Pada Ny ‘’N’’ GIIIP20002 39-40 Minggu Dengan Persalinan Normal di Puskesmas Grujugan



Mahasiswa



NINIK SRI LESTARI NIM 15901.02.20023



Pembimbing Akademik



Pembimbing Wahana



RENY EFAYANTI



LEMBAR KONSULTASI Nama : NINIK SRI LESTARI



Ruangan



: Ruang Bersalin Puskesmas



NIM



Kasus



: Asuhan persalinan normal



No



: 15901.02.20023 Hari / Tanggal



Paraf Saran



TINJAUAN TEORI



Pembimbing



Pembimbing



Wahana



Akademik



2.1 Konsep Teori Persalinan 2.1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi (Sondakh, 2013). 2.1.2 Etiologi Teori penyebab kemungkinan terjadinya persalinan: 1. Teori penurunan progesteron Kadar hormon progesteron akan mulai menurun kira-kira pada 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai (Prawirohardjo, 2014). Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu: a. Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi b. Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-otot yang saling bertautan c. Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas d. Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami peregangan. 2. Teori keregangan Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. 3. Teori oksitosin interna Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut



Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat (Sondakh, 2013). 2.1.3 Tanda-tanda Persalinan Tanda tanda persalinan menurut Sondakh (2013) yaitu: 1. Terjadinya his persalinan Sifat his persalinan adalah: a. Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar c. Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah. 2. Pengeluaran lendir dengan darah Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan : a. Pendataran dan pembukaan b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. 3. Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. 4. Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam a. Perlunakan serviks b. Pendataran serviks c. Pembukaan serviks 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan 1. Penumpang (Passenger) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya. 2. Jalan lahir (Passage) Jalan lahir terbagi menjadi dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah



segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina. 3. Kekuatan (Power) Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua, yaitu: a. Kekuatan primer (kontraksi involunter) Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun. b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter) Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina. 4. Penolong (Pysician) Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi (Nurasiah, 2014). 5. Respons psikologi (Psychology Respons) Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh : a. Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan b. Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan c. Saudara kandung bayi selama persalinan (Sondakh, 2013). 2.1.5 Tahapan persalinan 1. Kala I (Kala pembukaan) Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu: a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:



1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm 2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 5 cm menjadi 9 cm 3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi lengkap (10 cm). Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkan pada multigravida kurang lebih 8 jam. 2. Kala II (Kala pengeluaran janin) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut: a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50-100 detik b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: 1) Kepala membuka pintu 2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara: 1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang 2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi 3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. g. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam.



3. Kala III (Kala pelepasan plasenta) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini: a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus yaitu uterus menjadi bundar terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim b. Tali pusat bertambah panjang c. Terjadi semburan darah tiba-tiba Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara: a. Menarik pelan-pelan b. Memutar atau memilinnya seperti tali c. Memutar pada klem d. Manual atau digital. Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 16-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda plasenta suksenturia. 4. Kala IV (Kala pengawasan/observasi/pemulihan) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut : a. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan uterotanika, seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin



b. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa c. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter d. Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak e. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain g. Bayi dalam keadaan baik (Sondakh, 2013). 2.1.6 Asuhan Persalinan Normal Prosedur Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal I. MENGENALI TANDA DAN GEJALA KALA II 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua: Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum Perineum tampak menonjol Vulva dan spingter ani membuka II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia siapkan tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Letakkan kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set 3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan 4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang diapakai, cuci tangan dengan sabun dan ir bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam 6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam



sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% seperti langkah ke 9. Pakai sarung tangan DTT/Steril untuk melaksanakan langkah lanjutan 8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi 9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu tutup kembali partus set. 10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda . (relaksasi) untuk memastikan JJ masih dalam batas normal (120160x/menit) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang memberikan ke dalam partograf IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBUAT PROSES MENERAN 11 Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan . janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keiinginannya. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan Ibu dan Janin (Ikuti pedoman penatalaksaan fase aktif) dan pendokumentasian semua temuan yang ada. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar 12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada . rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman 13 Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran . atau timbul kontraksi yang kuat: Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif Dukung dan beri semangat pada ibu pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihan (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida 14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi . yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit



V. 15 .



PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diamneter 5-6 cm Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan



16 . 17 . 18 . VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI Lahirnya Kepala 19 Setelah tampak kepala bayi degan diameter 5-6 cm membuka . vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal 20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan . yang sesuai jika ini terjadi), segera lanjutkan proses kelahirang bayi Perhatikan! Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atau kepala bayi Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut 21 Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung . secara spontan Lahirnya Bahu 22 Setelah putaran paksi luar selesai, panjang kepala bayi secara . biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu dengan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkanbahu belakang Lahirnya Badan dan Tungkai 23 Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu . belakang, tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik 24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut . ke punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telinjuk) VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR 25 Lakukan penilaian (selintas) . Apakah bayi cukup bulan? Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernaas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah



resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat Penuntun Resusitasi Pada Bayi) Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26 26 Keringkan tubuh bayi . Kringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu 27 Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang . lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli) 28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin agar uterus . berkontraksi dengan baik 29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 . unit (intamuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 30 Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat . dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama 31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat: . Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut Ikat tali pusat dengan benang DTT/Streril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan 32 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. . Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola mamae ibu Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi kepala bayi Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam Sebagian besar bayi akan berhasil menyusu dini dalam waktu 3060 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III) 33 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva . 34 Letakkan satu tangfan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas . simfisis) untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang tali pusat 35 Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah . sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas



(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah infersio uteri). Jika plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya kemudian ulangi kembali prosedur di atas Jika plasenta tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami untuk melakukan stimulasi puting susu Mengeluarkan plasenta 36 Bila pada pemeriksaan bagian bawah dindin depan uterus ke arah . dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: Ulangi pemberian oksitosin 10 unit Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya Jika plasenta tah lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual 37 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan . kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal Rangsangan Taktil (Masase) Uterus 38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahit, lakukan masase . uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Interna, Kompreasi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase. (lihat penatalaksanaan atonia uteri IX. MENILAI PERDARAHAN 39 Evaluasi kemngkinan perdarahan dan plaserasi pada vagina dan . perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan 40 Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah . dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus



X. ASUHAN PASCA PERSALINAN 41 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi . perdarahan pervaginam 42 Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi . 43 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam . larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 44 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai . kontraksi 45 Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik . 46 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah . 47 Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan . baik (40-60x/menit) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, atau diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit Jika bayi bernafas sangat cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS Rujukan Jika kaki terba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dalam satu selimut Kebersihan dan Keamanan 48 Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan . menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering 49 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. . Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya 50 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0.5% . untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi 51 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang . sesuai 52 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% . 53 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam . larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 54 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian . keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 55 Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K1 (1 . mg) intramuskular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran 56 Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).



.



Pastikan kondisi bayi tetap baik. (pernafasan normal 40-60x/menit dan tempratur tubuh normal 36,5-37,5oC) setiap 15 menit 57 Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi . Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan 58 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di . dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian . keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering Dekontaminasi 60 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) . Sumber: JNPK-KR (2017) 2.1.7 Pendokumentasian 1. Lembar penapisan persalinan Menurut JNPK-KR (2017), pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Selama anamnese dan pemeriksaan fisik, tetap waspada pada indikasi yang terasa pada lembar penapisan. Lembar Penapisan Persalinan Rujuk ibu : Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut : No Keterangan 1 Riwayat seksio sesaria 2 Perdarahan pervaginam 3 Persalinan per vaginam 4 Ketuban pecah dengan mekonium kental 5 Ketuban pecah lama (>24 jam) 6 Ketuban pecah pada persalinan prematur (usia gestasi