Askep Chancroid 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN CHANCROID



DI SUSUN OLEH : 1. MARIA NANARYAIN, NIM. P0120120130 2. NOVITA P. KALUNDU, NIM P0120120146



KELAS : B (TIMIKA) DOSEN : ROHMANI, S.Kep.,M,Kep.,Sp.Kep.MB



POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA PAPUA TAHUN AJARAN 2020-2021



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin sering dilakukan dan lebih paranya lagi para pelaku berganti-ganti pasangan. Bahkan daerah untuk bermukimnya WTS (wanita tuna susila) semakin banyak di bangun. Hal ini menjadi pemicu kuat dalam meningkatnya penyakit menular seksual (PMS) . Selain itu, kurangnya higienitas dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu dalam meningkatnya PMS. Penyakit-penyakit kelamin tersebut salah satunya adalah chancroid (ulkus mole). Chancroid adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif dan biasanya terlokalisasi di genetalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal. Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Penyebaran infeksi choncroid (ulkus mole) dari kontak seksual dengan wanita pekerja seks yang memiliki ulkus genital, kemungkinan chancroid setelah seseorang berhubungan seksual adalah 0,35 %. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Laporan-laporan hanya datang dari beberapa Negara yang sudah berkembang karena kesukaran menemukan penyebabnya. Kemudian penyakit ini juga banyak ditemukan di Negara berkembang, khususnya di Negara tropis dan subtropis. B. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit chancroid 2. Untuk mengetahui etiologi penyakit chancroid 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit chancroid 4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis penyakit chancroid 5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit chancroid C. MANFAAT PENULISAN Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit chancroid beserta bagian-bagian penting dan asuhan keperawatan dari penyakit Chancroid . Dan menjadi acuan untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini.



BAB II TINJAUAN TEORI



A. DEFENISI PENYAKIT Chancroid adalah infeksi bakteri yang menyebabkan luka terbuka pada alat genetalia (kelamin) dan sekitarnya. Penyakit ini dialami pria dan wanita, dan dapat menyebar melalui hubungan seksual. Selain melalui hubungan seksual, penyakit ini juga dapat menular jika melakukan kontak kulit dengan luka yang terinfeksi chancroid (Alodokter,2018). Ulkus mole atau sering disebut chancroid, ialah penyakit genetalia akut, disebabkan oleh bakteri Gram-negatif streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di Negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial. Penularannya melalui hubungan seksual, dengan gejala klinis khas berupa ulkus pada tempat masuk dan sering kali disertai supurasi kelenjar getah bening regional (Makes, 2011 dalam Aris dkk,2016) Chancroid atau ulkus mole atau soft chancre atau soft sore adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat, disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional (Wikipedia,2019) B. ETIOLOGI Chancroid disebabkan oleh basil Haemophilus Ducreyi (Streptobacillus ducreyi). Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif, anerobik, berbentuk basillus dan sangat infektif. Morfologinya seperti batang kecil atau pendek dengan ujung bulat, tidak motil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini hanya menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri H.ducreyi dapat masuk kulit manusia melalui membran mukosa yang terganggu dan menyebabkan reaksi peradangan lokal. Bakteri ini akan menghasilkan racun, yaitu cytocidal distending toxin yang menyebabkan berhentinya siklus sel dan kematian sel tubuh manusia. Akibatnya akan timbul ulserasi, umumnya pada bagian kelamin. Bakteri H.ducreyi menular melalui hubungan seksual dengan kontak langsung dengan lesi purulent atau autoinokulasi pada bagian tubuh non seksual, seperti mata atau kulit. Setelah tertular, gejala akan muncul dalam jangka waktu 1-2 minggu.



C. MANIFESTASI KLINIS Penyakit ini memiliki masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi kebanyakan multiple, jarang soliter, biasanya pada daerah genetalia, jarang pada daerah ekstragenital. Umumnya gejala pada Chancroid diawali dengan munculnya lesi peradangan berupa papul (benjolan kecil) kemerahan dan nyeri. Dalam waktu beberapa hari, papul ini dapat terkikis dan membentuk ulkus (kawah) yang dalam dan terasa sangat nyeri. Pada pria umumnya mengenai preputium, meatus uretra eksternus, sulkus koronarius, frenulum penis dan glans penis. Dapat juga timbul lesi di dalam uretra, skrotum, perineum, atau anus.Pria yang tidak di sunat beresiko tinggi terinfeksi Haemophilus Ducreyi. Sedangkan, pada wanita biasanya di labia, klitoris, fourchette, vestibule, anus dan serviks. Chancroid (ulkus mole) tidak memberikan gejala prodromal sebelum timbul ulkus maupun gejala sistemik. Pada penderita pria keluhan utamanya berhubungan dengan ulkus dan adenopati inguinal yang menyertainya.Sedangkan pada wanita sering tidak memberikan gejala (asimtomatik) karena tidak disadari sehingga baru datang berobat setelah penyakit dalam keadaan lanjut. Gejala berbeda antara pria dan wanita, namun biasanya gejala mulai timbul 4-7 hari setelah berhubungan seksual.  Gejala pada pria Dimulai dengan benjolan kecil berwarna merah pada kemaluan yang berubah menjadi luka terbuka (ulkus) dalam waktu 1-2 hari. Ulkus tersebut biasanya nyeri.  Gejala pada wanita Gejala utamanya adalah terbentuknya empat buah benjolan merah atau lebih dengan lokasi beragam, mulai dari labia (bibir vagina), anus, dan paha. Jika sudah terbentuk ulkus, bisa terasa terbakar dan nyeri terutama saat berhubungan seksual dan buang air kecil atau besar. Selain gejala utama di atas, ada beberapa gejala lain yang dapat dialami baik oleh pria maupun wanita, antara lain :  Ukuran ulkus bervariasi dengan diameter berkisar 0,5-5 cm  Bagian tengah ulkus lunak dan berwarna abu-abu kekuningan, berbatas tegas, kadang berbau tidak enak  Ulkus mudah berdarah terutama jika disentuh  Ulkus dapat terbentuk pada daerah anus jika berhubungan seksual melalui anus  Pada daerah yang berdekatan, jika bersentuhan maka akan terbentuk ulkus juga pada area yang tersentuh oleh ulkus tersebut (disebut kissing ulcer)



 Nyeri saat berhubungan seksual atau buang air kecil  Bengkak pada daerah lipat paha (biasanya hanya salah satu sisi paha). Terkadang jika kelenjar getah bening di area tersebut membesar dapat pecah dan membuat saluran keluar melalui kulit, sehingga keluar nanah pada kulit.



D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan langsung (Swab Ulkus) Bahan pemeriksaan di ambil dari dasar ulkus yang bergaung, kemudian diwarnai dengan Gram. Dapat pula diwarnai dengan Wright, Unna-papenheim, Giemsa. Sebelum pemeriksaan lesi dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi larutan NaCl fisiologis, kemudian serum di ambil dengan lidi kapas steril dan diapuskan pada object glass dalam satu arah. Pada pewarnaan Gram didapatkan basil kecil Gram negatif yang berderet seperti rantai/rel kereta api/kawanan ikan. Sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 50%. 2. Kultur Haemophilus ducreyi Bahan pemeriksaan di dapat dari dasar ulkus yang purulent atau pus bobo setelah eksudat nekrotik di angkat dengan NaCl steril. Bahan pemeriksaan harus segera di inokulasi karena belum ada media transport yang memuaskan. Pemakaian dua jenis media perlu agar hasil yang diperoleh optimal. Media kultur yang digunakan adalah agar gonococcal dan agar Mueller Hinton. Keduanya mengandung hemoglobin, serum embrio sapi 5%, koenzim, asam amino. Dapat ditambahkan Iso-Vitalex 1% yang mengandung 3mcg/ml voncomycin untuk mengurangi kontaminasi. Biakan di inkubasi pada lingkungan mengandung CO₂ 5%, suhu 33-35°C, kelembaban tinggi. Koloni tumbuh dalam 2-7 hari. Koloni yang khas tampak kecil, nonmukoid, kuning keabuan, tetap utuh bila di angkat ke permukaan agar. Pemeriksaan dengan cara ini lebih akurat. 3. Tes Serologis Tes fiksasi komplemen, presipitin dan agglutinin menunjukkan hasil positif. Tes ELISA memakai whole lysed H.ducreyi sebagai antigen memiliki spesifisitas dan sensitivitas tinggi. 4. Biopsi Pada gambaran histopatologis ditemukan : pada daerah superfisial di dapat neutrophil, fibrin, eritrosit, jaringan nekrotik. Pada daerah tengah di dapat proliferasi endotel yang



menyebabkan thrombosis. Pada daerah dalam ditemukan infiltrate yang terdiri dari selsel plasma dan sel-sel limfoid.



E. PATHWAY



Infeksi genital akut setempat



Streptobasillus /Haemophilus ducreyi



Toksin



Penetrasi ke epidermis



Inkubasi 1-14 hari



MK. Hipertermi



Papul Eritema Pustul MK. Gangguan integritas kulit



Ruptur, mudah berdarah



Ulkus



Pria -



Wanita



Nyeri pada lesi Nyeri inguinal



-



MK. Nyeri



asimtomatik adanya nyeri



F. PENATALAKSANAAN MEDIS Adapun penatalaksanaan menurut Alomedika, 2020 yaitu : 1. Terapi Farmakologi  Ceftriaxone injeksi IM 250 mg dosis tunggal  Azithromycin oral 1000 mg dosis tunggal  Ciprofloxacin oral 2x500 mg selama 3 hari, tidak dianjukan pada ibu hamil , ibu menyusui, dan anak di bawah 12 tahun.  Eritromisin oral 4x500mg selama 7 hari  Amoxicillin + asam klavunat 3x125 mg selama 7 hari 2. Terapi Non Farmakologi  Terapi dengan kompres, irigasi atau rendam dalam larutan NaCl fisiologis untuk menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus.  Higienitas dengan mencuci alat kelamin menggunakan air hangat dan sabun beberapa jam setelah koitus  Abstain dari aktivitas seksual hingga ulkus sembuh dan eksudat dari bubo inguinal sudah tidak ada  Konseling untuk kemungkinan penyakit menular seksual lainnya dan lakukan pengecekan, terutama untuk HIV dan sifilis  Informasikan kepada pasangan seksual pasien. Berikan tatalaksana meskipun gejala tidak ada. 3. Terapi Pembedahan Terapi pembedahan pada chancroid dilakukan apabila terdapat bubo inguinalis. Insisi dan drainase pada kelenjar limfa yang membesar dapat dilakukan. Arah insisi dapat dari samping atau bagian atas lesi.



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN  Identitas Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, dll.  Keluhan Utama Biasanya nyeri pada ulkus  Riwayat Penyakit Sekarang Apakah ada gejala : keputihan tidak biasa, jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk , amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)  Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasian ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam satu bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode PMS dalam satu tahun terakhir.  Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama  Pemeriksaan Fisik 1. Sistem Integument Kulit : biasanya terdapat lesi berupa papula, makula, pustule 2. Sistem Pencernaan Biasanya terjadi anorexia 3. Sistem Neurologis Biasanya terjadi parathesia 4. Sistem Perkemihan Penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar nanah, Tanda : kencing bercampur darah, nyeri pada saat kencing. 5. Sistem Reproduksi Biasanya terjadi impotensi B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL



1. 2. 3. 4.



Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetalia Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus



C. INTERVENSI 1. DX1 : Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder Tujuan perawatan : nyeri terkontrol, peningkatan kenyamanan Kriteria Hasil :  Nyeri berkurang, skala nyeri 2-3  Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur. Intervensi keperawatan :  Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien sebelumnya.  Berikan lingkungan yang nyaman  Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri  Kalaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri Monitor tanda-tanda vital 2. DX2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetalia Tujuan perawatan : integritas kulit pasien normal. Kriteria Hasil :  Suhu kulit normal  Kulit tampak lembab  Integritas kulit membaik  Tidak terdapat pengelupasan kulit  Sensasi kulit normal  Tekstur kulit normal  Tidak terdapat lesi pada kulit Intervensi keperawatan :  Catat karekteristik luka tekan setiap hari, meliputi ukuran (panjang x lebar x dalam) tingkatan luka, lokasi, eksudat, atau granulasi, dan epitelisasi  Berikan pelembab yang hangat disekitar area luka untuk meningkatkan perfusi darah dan suplai darah  Catat karakteristik cairan luka  Monitor status nutrisi 3. DX3 : Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik



Tujuan perawatan : suhu tubuh pasien normal Kriteria Hasil :  Melaporkan kenyamanan suhu  Tidak ada perubahan kulit, warna kulit, dan tidak sakit kepala  Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi keperawatan :  Pantau suhu dan tanda-tanda vital  Monitor warna kulit dan suhu  Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan  Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam (yaitu : memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam fase bergejolak/flush)  Anjurkan banyak minum air  Fasilatasi istirahat, terapkan pembatas aktivitas : jika diperlukan 4. DX4 : Resiko tinggi berhubungan dengan ulkus Tujuan perawatan : resiko infeksi tidak terjadi pada pasien Kriteria Hasil :  Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Intervensi keperawatan :  Bersihkan lingkungan setelah di pakai pasien lain  Batasi pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan pasien  Gunakan sabun antimikrobia untuk mencuci tangan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan  Gunakan baju, sarungtangan sebagai alat pelindung Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection (proteksi terhadap infeksi)  Batasi pengunjung