ASKEP D ATAS CA. ENDOMETRIUM - Majesty [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S. M DENGAN CA ENDOMETRIUM DI IRINA D ATAS RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO



MAJESTY ABIGAIL KOWURENG 20014104032



UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS MANADO 2021



LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium atau miometrium. Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kanker endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009). Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang terdapat pada karsinoma endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat membantu dalam menjelaskan sifat-sifat klinisnya. a. Tipe I Estrogen dependen Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang umumnya menyerang wanita pre dan pasca menopause. Pada anamnesis didapatkan riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal endometrial hiperplasia. Tipe ini berdiferensiasi baik minimal invasif, sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi, obesitas, infertilitas dan gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I berpotensi dapat dicegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi prekursor (hiperplasia endometrium atipikal) dan pengobatan yang sesuai. (Anderton,2012)  b. Tipe II Estrogen Independen Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita post menopause, kurus dan fertil atau wanita dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering didapat pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker endometrium tipe II adalah : 1) high-grade endometrioid cancer 2) uterine papillary serous carcinoma 3) uterine clear cell carcinoma



Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus, tuba danisthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine di lokasi tersebut. (Anderton,2012) B. ETIOLOGI Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium : a. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi. Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium didukung penelitian-penelitian yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah. (Schorge JO, et al. 2008) Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpapar estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenedion serum yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estron), tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah pada nulipara. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. (Schorge JO, et al. 2008)  b. Usia menarche dini (2 detik - Akral dingin



-



Monitor pola dan jam tidur Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (Cahaya, suara, kunjungan) - Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelehan tidak berkurang - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan 14.00 WITA S: O: - Hb 9.0 g/Dl - TD: 120/70 mmhg - Respirasi: 20 x/menit - Nadi: 90 x/menit - CRT >2 detik - Wajah pucat



Edukasi: A: luaran belu tercapai: Menganjurkan memperbanyak cairan oral - Akral dingin belum menurun Hasil: - Pucat belum menurun - Pasien mengatakan setiap hari minum 2500 ml - Tekanan darah diastolik belum air membaik P: lanjutkan intervensi: - Monitor status



kardiopulmonal



1.



Sabtu, 29 Mei 2021 15.00



15.05



15.08



15.10



(frekuensi nadi, frekuensi napas, TD, MAP) - Monitor status cairan (CRT) - Anjurkan memeperbanyak cairan oral - Kolaborasi pemberian IV 19.00 WITA S: Observasi - Pasien mengatakan nyeri panggul Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan perut bagian bawah, terasa kualitas, intensitas nyeri kram atau seperti diiris, nyeri Hasil: dirasakan terus-menerus, skala - Pasien mengeluh nyeri panggul dan perut bagian nyeri 3 bawah, tersasa kram atau seperti diiris, nyeri dirasakan terus-menerus O: - Pasien tidak tampak meringis - TD: 110/70 mmhg - Respirasi: 20 x/menit Mengidentifikasi skala nyeri: - Nadi: 80 x/menit Hasil: - SB: 36,6°C - Skala nyeri 4 A: Luaran tercapai: - Keluhan nyeri menurun - Meringis menurun



Mengidentifikasi respon nyeri non verbal Hasil: - Wajah tampak pasien sedikit meringis Mengidentifikasi faktor yang memperberat memperingan nyeri Hasil: - Nyeri yang dirasakan terus-menerus



P: lanjutkan intervensi dan tetap pantau kondisi pasien dan



15.10



15.15



15.20



Mengukur tanda-tanda vital pasien Hasil: - TD: 110/70 mmhg - Respirasi: 20 x/menit - Nadi: 86 x/menit - SB: 36,6°C Terapeutik Memberikan teknik nonfarmakologis: teknik distraksi, relaksasi napas dalam Hasil: - Pasien tampak mengikuti instruksi yang duberikan: tarik napas dalam lewat hidung dan buang lewat mulut - Pasien berespon dengan baik Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Hasil: - mengatur suhu lingkungan, mengurangi kebisingan dengan membatasi jumlah pengunjung dan penjaga di dalam ruangan - tampak yang menjaga pasien hanya 1 orang - menutup sampiran - pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3 bersama beberapa pasien lainnya



Kolaborasi



18.00



2. 15.05



15.10



15.15



Berkolaborasi pemberian analgetik: paracetamol 500 mg Hasil: - pasien kooperatif - analgetik diberikan per oral - setelah di evaluasi pada jam 18.30 WITA pasien mengatakan nyeri berkurang setelah minum obat paracetamol, skala nyeri 3 Observasi Mengidentifikasi gangguan fungsi mengakibatkan kelelahan Hasil: - kadar Hb pasien 9.0 g/Dl - pasien on kemoterapi siklus 3



tubuh



14.00 WITA yang S: - pasien mengeluh sedikit lemas O: - pasien tampak pucat tapi masih bisa beraktivitas seperti berjalan ke toilet - tampak lesu



Mengidentifikasi pola tidur pasien: Hasil: - paaien baru saja bangun dari istirahatnya A: luaran belum tercapai: - pasien mengatakan tidur tidak terganggu - tenaga belum meningkat Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - verbalisasi lelah belum menurun stimulus dengan membatasi kunjungan - lesu belum menurun Hasil: - tidak ada kunjungan P: lanjutkan intervensi : - Identifikasi gangguan fungsi Menganjurkan pasien beraktivitas secara bertahap: tubuh yang mengakibatkan Hasil: kelelahan - pasien kooperatif, tampak pasien melakukan - Monitor fisik dan emosional aktivitas secara perlahan - Monitor pola dan jam tidur - pasien beraktivitas secara mandiri - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (Cahaya, suara, kolaborasi kunjungan)



19.00



3 15.05



15.00



18.00



Berkolaborasi transfusi darah Hasil: - transfusi PRC 230 cc



Observasi: Memonitor status kardiopulmonal Hasil: - TD: 110/70 mmhg - Respirasi: 20 x/menit - Nadi: 80 x/menit - CRT >2 detik - Akral dingin



-



Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelehan tidak berkurang - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan 14.00 WITA S: O: - Hb 9.0 g/Dl - TD: 120/70 mmhg - Respirasi: 20 x/menit - Nadi: 90 x/menit - CRT >2 detik - Wajah pucat



Edukasi: A: luaran belum tercapai: Menganjurkan memperbanyak cairan oral - Akral dingin belum menurun Hasil: - Pucat belum menurun - Pasien mengatakan setiap hari minum 2500 ml - Tekanan darah diastolik belum air membaik Kolaborasi P: lanjutkan intervensi: Memasang jalur IV - Monitor status kardiopulmonal Hasil: (frekuensi nadi, frekuensi napas, - pasien kooperatif TD, MAP) - dipasang jalur IV dengan cairan NaCL 0,9%, - Monitor status cairan (CRT) untuk persiapan transfusi darah - Anjurkan memeperbanyak cairan



-



oral Kolaborasi pemberian IV