Askep Dan Resume [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERWATAN STASE KEPERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA



Oleh : FAJAR ALAMI M19.04.0003



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2020



PENDAHULUAN SKIZOFRENIA A. Pengertian Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar (Ibrahim, 2011). Menurut Melinda Hermann (2008) dalam buku Yosep (2011), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a person’s perception, thinking, language, emotional, and social behavior). Menurut Faisal (2008) dalam buku Prabowo (2014), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan, den perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik Skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku. B. Etiologi Menurut (Ibrahim, 2011) etiologi skizofrenia adalah sebagai berikut : 1. Model diatesis-stress Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan yang merupakan model diatesis. Model ini mengendalikan bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis). Faktor biologis Dasar untuk timbulnya abnormalitas mungkin terletak pada perkembangan abnormal (sebagai contohnya, migrasi abnormal neuron di sepanjang sel glia radial selama perkembangan) atau dalam generasi neuron setelah perkembangan. 2. Prinsip riset umum Suatu rancangan dasar dalam riset biologis pada skizofrenia yaitu mengukur beberapa variabel biologis dalam suatu kelompok pasien skizofrenik dan dalam kelompok pasien psikiatrik non skizofrenik. 3. Integrasi teori biologis Daerah otak utama terlibat dalam struktur skizofrenia adalah sturktur imbik, lobus frontalis dannganglia basalis, talamus, dan batang otak. Peranan talamus sebagai



mekanisme pengintregasian antara batang otak dan otak tengah, merupakan operasi utama bagi neuron aminergik asenden. Sistem limbik merupakan perhatian untuk membangun teori (theory-bulding exercise). 4. Hipotesis dopamin Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan karen aterlalu banyaknya aktivitas dopaminergik 5. Norepineprin Pemberian jangka panjang anti psikotik menunjukkan aktivitas neuron noradrebergik di lobus sereleus dan efek teraupetik yang terdapat pada anti psikotik mungkin akan melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik 1 dan 2. 6. Asam amino Neurotransmitter asam amino GABA inhibitor juga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia menunjukkan konsisten dengan hipotesis bahwa beberapa pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA energik di dalam hipokampus. Hilangynya inhibitor GABA energik secara teoritas dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik. 7. Aliran darah sereblar CBF (cerebral blood flow) Aliran frontal turun, aliran darah pariental naik, dan aliran darah otak keseluruhan turun. Bila pengujian PET dan CBF digabungkan dengan CT scan, dapat dilihat adanya disfungsi lobus frontal. 8. Elektrofisiologi Penelitian elektroensefalografi (EEG) pada pasien skizofrenia menunjukkan sejumlah besar pasien mempunyai rekaman yang abnormal, yang disertai dengan peningkatan kepekaan terhadap prosedur aktivasi akan terlihat penurunan aktivitas alfa, peningkatan aktivitas delta dan teta, dengan kemungkinan aktivitas epileptiformis yang lebih dari biasanya. Kelainan sisi kiri lebih banyak dari biasanya. 9. Genetika Penelitian tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an. Ditemukan bahwa kemungkinan seseorang akan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia.



10. Teori psikoanalitik Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal dari fase yang menyebabkan terjadinya neurosis. Freud juga mendalilkan bahwa adanya defek ego yang berperan dalam gejala skizofrenia. 11. Teori belajar Hubungan interpersonal yang buruk, menurut teori belajar, berkembang karena telah dipelajarinya model yang buruk selama masa kanak-kanak. 12. Teori tentang keluarga Beberapa pasien skizofrenia memang berasal dari keluarga yang disfungsional, demikian juga banyak orang sakit yang nonpsikiarik bersal dari keluarga disfungsional. Penting bagi para klinis untuk mengenali perilaku keluarga patologis, karena perilaku tersebut dapat secara bermakna meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi pleh pasien skizofrenik yang rentan. 13. Teori sosial Beberapa ahli menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi terlibat dalam penyebab skizofrenia. Walaupun beberapa data mendukung teori tersebut, namun stress sebenarnya dianggap dapat menimbulkan efek utama dalam menentukan waktu onset dan keparahan penyakit. C. Tanda dan gejala Secara general gejala skizofrenia menurut Yosep (2010) dibagi menjadi 2, yaitu gejala positif dan negatif. 1. Gejala positif Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu mengintrepretasikan dan meresponspesan atau rangsangan yang datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat seusatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanyatimbul, yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapai kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.



Penyesatan



pikiran



(delusi)



adalah



kepercayaan



yang



kuat



dalam



mengintepretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah-kuninghijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamatiamati, diintai, atau hendak orang. Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu meproses dan mengatur pikirannya. Kebanayakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak bisa ditangkap dengan logika. Ketidakmampuan dala berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri denga keras tanpa memedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga juga tidak bisa menegrti kapan dialahir, dimana ia berasda, dan sebagainya. 2. Gejala negatif Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang menyakitkan. Disamping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Deperesi yang



berkelanjtan akan membuat klien skizofrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu meras aman bila sendirian. Dalam beberaa kasus, skizofrenia menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan pada usia 40 tahun keatas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Siperkirakan penderita skizofrenia sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di bumi. D. Macam-Macam Skizofrenia Pembagian Skizofrenia yang dikutip dari Maramis (2005) dalam buku Prabowo (2014), antara lain : 1. Skizofrenia Simplex Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. 2. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada heberfenia.Waham dan halusinasi banyak sekali. 3. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. 4. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. 20 Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. 5. Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-



akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. 6. Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. E. Diagnosa Banding Menurut Ibrahim (2011), diagnosis banding skizofrenia adalah : 1. Gangguan mental organik Sering kali menunjukkan gejala yang menyerupai skizofrenia, misalnya didapatkan waham, halusinasi, inkohorensi, dan afek yang tumpul atau tidak serasi. 2. Gangguan skizofreniform Gejala mungkin identik dengan skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari enam bulan. Deteriorasi lebih ringan dan prognosis lebih baik. 3. Psikosis reaksi singkat Gejala berlangsung kurang dari 1 bulan sebagai akibat stress psikosial. 4. Gangguan afektif berat Pada gangguan afektif berat, perkembangan waham atau halusinasi timbul sesudah suatu periode pada gangguan afektif. 5. Gangguan skizoafektif Gangguan mood (alam perasaan) muncul serempak dengan gejala skizofrenia, tapi delusi dan halusinasi harus terdapat selama 2 minggu tanda gejala mood (alam perasaan) mencolok selama fase tertentu penyakit itu. 6. Gangguan delusional Delusi yang sistemis, kepribadiannya utuh dan relatif berfungsi baik, tanpa halusinasi mencolok ataupun gejala skizofrenia lain. 7. Gangguan kepribadian Umumnya tanpa gejala psikotik dan jika ada, cenderung brelangsung transien (sementara) dan tidak mencolok. 8. Gangguan perkembangan pervasif



Diagnosis ini dibuat jika muncul diantar usia 30 bulan dan 12 tahun. Meski perilaku mungkin sangat aneh dan deteriorasi, tak dijumpai waham, halusinasi atau gangguan bentuk pikiran yang jelas, misalnya longgarnya asosiasi. 9. Retardasi mental Menunjukkan gangguan intelek, perilaku dan suasana perasaan yang mirip skizofrenia. 10. Gangguan obsesif kompulsif hipokondriasis-fobia Hipokondriasis lebih jarang lagi gangguan fobik sering menyerupai ide berlebihan sehingga gejalanya sukar dibedakan dengan waham. 11. Kepercayaan atau penghayatan dari kelomok agama atau tradisi atau kebudayaan tertentu Sulit dibedakan dari halusinasi atau waham. Bila hal ini berlaku atau diterima dikalangan tersebut, hendaknya keadaan itu tidak dinyatakan sebagai bukti terdapatnya gangguan psikosis F. Penatalaksanaan 1. Medis Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak sebutan yaitu anti psikotik, neuroleptik, dan mayor trangquiles. Anti psikotik digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk skiozofrenia. Efek terapi dari obat-obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut. Efeknya mengurangi gejala positif, antar lain halusinasi, tidak mau makan, tidak kooperatif, dan ganguan pikiran. Gejala positif pada skizofrenia bereaksi bahwa secara responsif terhadap obat anti psioktik, sedang gejal negatif seperti misalnya: pendataran afek, apatis, anhedonia dan blokade diri sangat kurang (Ibrahim, 2011). 2. Keperawatan Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Masalah keperawatan yang muncul salah satunya adalah Waham Curiga. Waham adalah suatu keyakinan yang salah satu yang dipertahankan secara kuat/terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2011). Waham curiga Menyakini bahwa ada seseorang tau atau kelompok yang berusaah merugikan



atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya”. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatic, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini perlu adanya pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan masalah keperawatan waham curiga melalui proses terapeutik yang membutuhkan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Selain itu tim medis atau perawat dituntut mampu menjalankan peran dan fungsinya secara optimal dalam mengatasi masalah ini. Penatalaksanaannya berupa : a. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kemampuan yang dimiliki klien b. Obat c. Memfasilitasi kemampuan yang dimiliki klieb d. Memfasilitasi kemampuan berikutnya G. Pengkajian Menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama bagi tahap berikutnya dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien berdasarkan seperangkat data yang ada. 1.



Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.



2.



Keluhan utama / alasan masuk



3.



Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang di capai.



4.



Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan: a.



Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.



b.



Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.



c.



Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk



5.



Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.



6.



Aspek psikososial a.



Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.



b.



Konsep diri 1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan disukai. 2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan. 3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.



4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas, lingkungan dan penyakitnya. 5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. c.



Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan. Kelompok yang diikuti dalam masyarakat.



d. 7.



Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.



Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.



8.



Kebutuhan persiapan pulang a.



Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.



b.



Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.



c.



Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.



d.



Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.



e.



Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.



9.



Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.



10. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. 11. Aspek medis Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.



Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. H. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) adalah: 1.



Gangguan proses pikir: waham.



2.



Kerusakan komunikasi verbal.



3.



Harga diri rendah kronik.



I. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Nanda, 2012). 1.



Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham curiga



2.



Perubahan isi pikir: waham curiga b.d harga diri rendah



J. Pohon Masalah Kerusakan komunikasi verbal



Perubahan isi pikir: waham curiga



Gangguan konsep diri: harga diri rendah Gambar Pohon Masalah, Damaiyanti dan Iskandar (2012) K. Rencana Tindakan Keperawatan Waham Curiga 1. Tindakan keperawatan pada klien a. Tujuan 1) klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap 2) klien dapat memenuhi kebutuhan dasar 3) klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan 4) klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.



b. Tindakan keperawatan 1) Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya, yaitu: a) Mengucapkan salam terapeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien 2) Membantu orientasi realitas a) Tidak mendukung dan membantah waham klien b) Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman c) Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari – hari 28 d) Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya. 3) Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas. a) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. b) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien. c) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki. d) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki e) Mendiskusikan tentang obat yang diminum f) Melatih minum obat yang benar.



DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2000.IONI.Jakarta:Sagung Seto. Rasmun.2001.Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.Jakarta:Sagung Seto Stuart W Gail.2006.Buku saku keperawatan Jiwa edisi 5.Jakarta:EGC Yosep Iyus.2009.Keperawatan jiwa.Bandung:PT Refika Aditama Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CHMN (Basic Course). Jakarta: EGC. Kusumawati, F. dan Yudi Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:



LAPORAN RESUME STASE KEPERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA



Oleh : FAJAR ALAMI M19.04.0003



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2020