Askep Gangguan Thyroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II Askep Gangguan Tiroid (hipotiroid dan hipertiroid)



Oleh: 1. Anissa Febrian



(18301004)



2. Meliza Rismayana



(18301018)



3. Nita Anggriani



(17301024)



Program Studi S1 Keperawatan Stikes Payung Negeri Pekanbaru 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II. Dalam penyusunan makalah ini penulis uapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman program studi S1 keperawatan. Makalah ini belum sempurna, penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca



Pekanbaru, 09 Maret 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3 1. Hipotiroid................................................................................................. 3 A. Definisi Hipotiroid..................................................................................... 3 B. Etiologi Hipotiroid..................................................................................... 3 C. Klasifikasi Hipotiroid................................................................................ 4 D. Manifestasi Klinik Hipotiroid.................................................................... 5 E. Patofisiologi dan WOC Hipotiroid............................................................ 6 F. Komplikasi Hipotiroid...............................................................................11 G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Hipotiroid...............................12 H. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Hipotiroid.........................................14 I. Asuhan Kepeawatan (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi) Hipotiroid........15 2. Hipertiroid................................................................................................28 A. Definisi Hipertiroid....................................................................................28 B. Etiologi Hipertiroid....................................................................................39 C. Manifestasi Klinik Hipertiroid...................................................................30 D. Patofisiologi dan WOC Hipertiroid...........................................................32 E. Komplikasi Hipertiroid..............................................................................34 F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Hipertiroid..............................35 G. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Hipertiroid........................................37 H. Asuhan Kepeawatan (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi) Hipertiroid.......37 BAB III MCP KONSEP......................................................................................56 BAB IV PENUTUP..............................................................................................58 A. Kesimpulan ...............................................................................................58 B. Saran .........................................................................................................58 DAFTAR PUSTAKA iii



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menepati urutan kedua setelah diabetes mellitus , yang merupakan kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit graves menjadi penyebab utamanya (Brunner & Suddarth,2002). Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic horon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum pada masalah ini adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisi yang menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kanker tiroid yang berlebihan (Arief mansjoer,1999) B. Tujuan a. Tujuan umum. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) b. Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus makalah ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi hipotiroid dan hipertiroid 2. Untuk mengetahui etiologi hipotiroid dan hipertiroid 3. Untuk mengetahui klasifikasi hipotiroid dan hipertiroid 4. Untuk mengetahui manifestasi klinik hipotiroid dan hipertiroid 5. Untuk mengetahui patofisiologi dan hipotiroid dan hipertiroid 6. Untuk mengetahui komplikasi hipotiroid dan hipertiroid 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan hipotiroid dan hipertiroid 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penunjang/diagnostik hipotiroid dan hipertiroid 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipotiroid dan hipertirod.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. HIPOTIROID A. DEFINISI Menurut kamus kedokteran Dorlan, hipotiroidisme adalah definisi aktivitas tiroid. Pada orang dewasa. Paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolic basal, klelehan dan latergi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme. Pada remaja, manifestasinya merupakan peralihan dengan refardasi perkembangan dan mental yang relative kurang hebat dan hanya gejala ringan bentuk dewasa. Hypotiroid adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormone tiroid yang kemungkinan mengakibatkan perlambatan proses metabolic. Sedangkan hipotiroidisme disebabkan oleh faal tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi. Kini dianut keadaan dimana efek hormone tiroid di jaringan kurang, misalnya pada defisiensi yodium tiroid justru bekerja secara keras. B. ETIOLOGI Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi tiroid, hipofisi, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid. Maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisi anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisi. Maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari hipotalamus tinggi karna tidak adanya umpan balik nefgatif baik dari TSH maupun HT. hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penyakit hipertiroidisme adalah: a. Penyakit hashimoto, disebut juga tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak kelenjar jaringan tiroid. Hal ini dapat menyebabkan penurunan HT disertai oleh peningkatan kadar 2



TSH dan TRH akibat umpan balik negative yang minimal. Penyebab tiroiditi otoimun tidak diketahhui, tetapi terdapat keenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis hashimoto. Pada tiroiditis hashimoto, kelenjar tiroid sering kali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. b. Penyebab



kedua



tersering



adalah



pengobatan



terhadap



hipotiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. c. Gondok endemic adalah hipotiroidisme akibat defiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karna sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karna minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan , menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di Negara terbelakang. e. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antar lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme, pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hyperplasia sel tiroid.



3



C. KLASIFIKASI Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid di sebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya maka di sebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya di sebabkan oleh hipofisis di sebut hipotiroidisme tersier. (Brunner & suddarth ) Jenis 1. Hipotiroidisme Primer



Organ Kelenjar



keterangan Paling sering terjadi di mana



Tiroid



meliputi penyakit hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit autoimun) dan terapi radioiodine (RAI) uintuk merawat penyakit



2. Hipotiroiditisme Sekunde



Kelenjar



hipotirodisme. Terjadi jika kelenjar hipofisis



Hipofisis



tidak menghasilkan cukup hormon perangsang tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi/ pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak dapat lagi menghasilkan hormon yang



3. Hipotiroidisme Tersier Hipotala mus



cukup. Terjadi jika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup, biasanya di sebut juga hypothalamicpituitary axis hypothyroidism



D. MANIFESTASI KLINIS



4



a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat. b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran curah jantung, (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung. c. Pembengkakan edema kulit, terutama dibawah mata dan dipergelangan kaki. d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna e. Konstipasi f. Perubahan perubahan dalam fungsi reproduksi g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.



E. PATOFISIOLOGI / WOC a. Hipotiroidisme Sentral (HS) Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hifofisis, makan disebut hipotiroidisme sekunder, Sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotirodisme tertier. 50% HS terjadi karena tumorhipofisi, Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan virus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormone yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromrgali, prolactin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisi lain, dan TSH b. Hipotiroidisme Primer (HP) Hipogenesis



atau



agenesis



kelenjar



tiroid,



Hormon



berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital dinegara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena : Operasi, Radiasi, Tiroditis, Autoimun, Karsinoma, Tiroiditis, Subakut, Dishormogenesis, dan Atrofi.



5



Woc Gangguan fungsi kelenjar tiroids



Gangguan fungsi kelenjar hipofisis/hipotalamus



Produksi Hormon TSH Hormon tiroid



Proses glikogenesis



proses pembakaran lemak



metabolisme tubuh



Penurunan curah jantung



Keletihan fisik



Suplay nutrisi



Berat badan



Kurang pengetahuan



ansietas



Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan



F. KOMPLIKASI Koma misekdema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk



6



hipotermi tanpa menggigill, hipotensi, ,hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma G. PENATA LAKSANAAN MEDIS Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi pada gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem). Hormone tiroid dapat diberikan seara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan



dengan



kekurngan



hormone



tiroid,



yaitu



dengan



memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormone tiroid buatan t4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada usia lanjut dimulai dengan hormone tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencangkup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemotrapi, radiasi, atau pembedahan. Pada pengobatan hipotiroidisme yang perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikan dosis tiroksin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme adalah: a. Meringankan keluhan dan gejala b. Menormalkan metabolisme c. Menormalkan TSH (bukan mensupresi) d. Membuat t3 dan t4 normal e. Menghindarkan komplikasi dan resiko H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah ditinngkat susunan saraf pusat atau kelenjat titoid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasannya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundannya pengenduran otot



7



selama pemeriksaan refleks.



Penderita tampak pucat, kulitnnya kuning,



pinggiran alis matannya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekpresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainnya membengkak serta fungsi mentalnnya berkurang,. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkkan adannya pembesaran jantung



I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian Keperawatan Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain 1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti a. Pola makan b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur). c. Pola aktivitas. 3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita. 4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh; a. Sistem pulmonary b. Sistem pencernaan c. Sistem kardiovaslkuler d. Sistem musculoskeletal e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis f. Sistem reproduksi g. Metabolik 5. Pemeriksaart fisik mencakup



8



a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun: c. Perbesaran jantung d. Disritmia dan hipotensi e. Parastesia dan reflek tendon menurun 6. Pengkajian psikososial Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri 7. Pemeriksaan penunjang mencakup; Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal c. perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif. e. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan



Dx 1:  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi Tujuan : Perbaikan statu respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang norma Intervensi



9



Manajemn Jalan Nafas Observasi: 



monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas







monitor bunyi nafas tambahan (mis: gungling, Mengi, weezing, ronkhi, kering)







Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)



Teraupetik : 



Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-tilt (law-thrust jika curiga trauma serlvikal)







Posisikan semi-fowler atau fowler







Berikan minum hangat







Lakukan fisioterapi dada (jika perlu)







Lakukan penghisapan lendiri kurang dari 15 detik







lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal







Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill







Berikan oksigen bila perlu



Edukasi 



Anjurkan asupan asupan cairan 2000 mi/hari, jika tidak kontra indikasi







Ajarkan teknik batuk efektif



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu



Pemantauan Respirasi Observasi: 



Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas







Monitor pola nafas (seperti bradepnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, Biot ataksis







Monitor kemampuan batuk efektif







Monitor adanaya produksi sputum







Palpasi kesimetrisan ekspansi paru







Auskultasi bunyi nafas







Monitor saturasi oksigen



10







Monitor nilai AGD







Monitor hasil x-ray toraks



Teraupetik 



Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien







Dokumentasikan hasilpemantauan



Edukasi 



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Informasikan hasil pemantauan jika perlu



Dukung ventilasi Observasi 



Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas







identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan







monitor status respirasi dan oksigenisasi (mis: frekuensi dan kedalaman nafas, penggunaan otot bantu nafas, bunyinafas tambahan, status oksigen)



Teraupetik: 



Pertahankan kepatenan jalannafas







Berikan posisi semi fowler atau fowler







Fasilitasi mengubah posisisenyaman mungkin







Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis: nasal kanula, masker wajah, masker rebreathing atau non rebreathing)







Gunakan bag-valve mask, jika perlu



Edukasi 



Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam







Ajarkan mengubah posisi secara mandiri







Ajarkan teknik batuk efektif



Kolaborasi Kolaborasi pemberian blonkodilator, jika perlu Dx 2: Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointes- tinal Tujuan: pemulihan fungsi usus yang normal



11



Intervensi Manajemen Eliminasi Fekal Observasi 



Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar







Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal







Monitor buang air besar (mis: warana, frekuensi, konsistensi, volume)







monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi



Teraupetik 



Berikan air hangat setalah makan







Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien







Sediakan makanan tinggi serat



Edukasi 



Jelaskan makanan yang mampu meningkatkan keteraturan pristaltik usus







Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik sesuai toleransi







Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas







Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat







Anjurkan meningkatkan asupan cairan,jika tidak ada kontra indikasi



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian obat suposituri anal , jika perlu



Manajemen Konstipasi Observasi 



Periksa tanda dan gejala konstipasi







Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume, dan warna)







Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis, obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah serat)







Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/ atau peritonitis



Teraupetik 



Anjurkan diet tinggi serat







Lakukan masase abdomen, jika perlu



12







Lakukan evaluasi feses secara manual, jika perlu







Berikan enema atau irrigai, jika perlu



Edukasi 



Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan







Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi







Latih buang air besar secara teratur







Anjurkan cara mengatsi konstipasi/impaksi



Kolaborasi 



Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus







Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu



Dukung Perawatan Diri: BAB/BAK Obsevasi 



Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia







Monitor integritas pasien



Teraupetik 



Buka pakaian yang diperluakan untuk memudahkan eliminasi







Dukung penggunaan toilet/commode/ pispot/ urinal secara konsisten







Jaga privasi selama eliminasi







Ganti pakaian pasien setelah eliminasi







Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah di gunakan







latih BAK/BAB sesuai jadwal jika perlu







sediakan alat bantu (mis, kateter eksternal, urinal)



Edukasi 



Anjurkan BAK/BAB secara rutin







Anjurkan kekamr mandi/ toilet, jika perlu



Dx 3 : perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder Tujuan: pemeliharaan suhu tubuh yang normal



13



Intervensi Manajemen hipotermi Observasi 



Monitor sushu tubuh







Identifiksi penyebab hipotermi (mis: terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subkutan)







Monitor tanda dan gejala penyebab hipotermi (hipotermi ringan: takipnea, disartia, menggiggil, hipertensi, diuresis; hipotermi sedang: aritmia, hipotensi, apatis, kogulopati,refleks menurun; Hipotermi berat: oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam basa abnormal)



Teraupetik 



Sediakan lingkunganyang hangat(mis: atur suhu ruangan, inkubator)







ganti pakaian dan/atau linen yang basah







Lakukan penghangatan pasif (Mis: selimut, menutup kepala, pakaian tebal)







Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis: kompres hangat, botol hangat,selimut hangat, perawatan metode kangguru)







Lakukn penghangatan aktif internal (mis: infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal, dengan cairan hangat)



Edukasi 



Anjurkan makan/minum hangat



Terapi paparan panas Observasi 



Identifikasi kontraindikasi pengguna an terapi (mis: penurunan atau tidak adanya sensasi, penurunan sirkulasi)







Monitor suhu alat terapi







Monitor kondisi umum, kenyamanan dan keamanan selama terapi







Monitor respon pasien terhadap terapi



Teraupetik 



Pilih metode stimulasi yang nyaman dan mudah didapatkan (mis: botol air panas, bantal panas listrik, lilin parafin, lampu)







pilih lokasi stimulasi yang sesuai



14







Bungkus alat terapi dengan menggunakan kain







Gunakan kain lembab disekitar area terapi







Tentukan durasi terapi sesuai dengan respon pasien







Hindari melakukan terapi pada daerah yang mendapatkan terapi radiasi



Edukasi 



Ajarkan cara mencegah kerusakan jaringan







Ajarkan cara menyesuaikan suhu secara mandiri



Kompres Panas Observasi 



Identifikasi kontraindikasi kompres panas (mis: penurunan sensasi, penurunan sirkulasi)







Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres panas







Periksa suhu alat kompres







Monitor iritasi kulit atau kerusakan jaringan selama 5 menit pe pertama



Teraupetik 



Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat (mis: kantong lastik tahan air, botol air panas, bantal pemanas listrik)







Pilih lokasi kompres







Balut alat kompres panas dengan kain pelindung, jika perlu







lakukan kopres panas pada daerah yang cedera







Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terapi radiasi



Edukasi 



Jelaskan prosedur penggunaan kompres panas







Anjurkan tidak tidak menyesuaikan pengaturan suhu secara mandiri tanpa pemberitahuan sebelumnya







Ajarkan menghindari kerusakan jaringan akibat panas



15



2. HIPERTIROID A. DEFINISI adalah suatu keadaan klinik yang di timbulkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid. Di dapatkan pula peningkatan produksi triodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konfersi tiroktin (T4) di jaringan perifer (Hermawan,1990). Diagnosis hipertioridisme didapatkan melalui berbagai pemeriksaan meliputi pengukuran langsung konsentrsi tiroksin “bebas” (dan sering triodotironin) plasma dengan pemeriksaan radioimunologi yang tepat.uji lain yang sering digunakan adalah pengukuran kecepatan metabolisme basal. Pengukuran konsentrasi TSH plasma. Dan kosentrasi TSI (Guyton & Hall,2007). Hipertiriodisme dapat didefinisikan sebagain respon jaringa-jaringan terhadap pengaruh metabolic terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson,2006). gambaran klinisnya timbul akibat kelebihan hormon tiroid (T4 dan atau T3).sedangkan hipotiroidisme adalah kadar hormon tiroid sirkulasi rendah,baik dalam bentuk T4 maupun T3. Menurut Martin A.Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkataitan dengan menngkatnya morbiditas dan mortalitas. Khususnya yang disebabkan oleh komplikasi kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya walaupun dengan frekuesi yang sedikit B. ETIOLOGI 1. Etiologi hipertiroidisme a. Goiter Toksik Difusa (Graves disease) Penyakit ini lebih umum terjadi padsa usia 20-50 tahun. Kelainan ini merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertiroidisme. Goiter yang bersifat difus, dan adanya antibody igG yang mengikat dan mengaktifkan reseptor TSH. Penyakit graves akan disertai gejala mata exopthalmus, akibat reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periobital dan otot-otot ekstraokular (wanita : pria =



16



5:1) dengan antibody dan kadang-kadang miksedema pretibial (Rubenstein,Wayne & Bradley 2007: Gunawan et.al.,2007) b. Nodular Thyroid Disease Pada kondisi ini biasanya ditandai oleh kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui, tetapi umumnya timbul sering dengan bertambahnya usia. c. Subacute Thyroiditis Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan meningkatkan produksi hormone tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang. d. Postpartum Thyroiditis Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akankembali normal secara perlahan-lahan. Penyebab lainnya: - Tiroiditis - Penyakit troboblastis - Ambilan hormone tiroid secara berlebihan - Pemakaian yodium yang berlebihan - kanker pituitary (gangguan fungsi hipofisis) - Obat-obatan seperti amiodarone - Gangguan organi kelenjar tiroid



C. MANIFESTASI KLINIS Dibawah ini dalah data gambaran klinis hipertiroidisme pada beberapa system: a. Umum: berat bdan menurun, keletihan, apatis, berkeringat, tidak tahan panas. b. Kardiovaskuler: palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinus takikardi, fibrilasi atrium, nadi koloaps. c. Neuromuscular: gugup, agitasi, tremor. d. Gastrointestinal: berat badan turun meski nafsu makan meningkat, diare, muntah. e. Eksoftalmos. D. PATOFISIOLOGI/ WOC Penyebab tersering hipertriodisme adalah penyakit grave, suatu penykait autoimun, yakni



tubuh secara serampangan membentuk



thyroid stimulating immunoglobulin (TSI). Suatu antibody yang sasarannya adalah reseptor TSH disel tiroid. TSI merangsang sekresi 17



dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak di[engaruhi oleh inhibisi umpan balik negatife oleh hormone tiroid. sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung (Sherwood,2001). Seperti



diperkirakan,



pasien



hipertiroidisme



mengalami



peningkatan laju metablik basal. Terjadi peningkatan pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringan berlebihan dan penurunan toleransi terhadapa panas. Walaupun napsu makan dan asupan makanan menigkat terjadi sebagai akibat menigkatnya kebutuhan metabolic, berat badan ropin, Abiasannya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatran abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan massa protein otot rangka menyebabkan kelemahan.(Sherwood,2001)



WOC produksi TSH yang Tiroiditis



abnormal



toxci nodular goiter



penyakit grave (hiper fungsi kelenjar tiroid)



gangguan fungsi kelenjar tiroid



konsumsi iodium berlebihan



Hipertiroid



perubahan sistem



Metabolisme meningkat



kalsium dalam darah menurun



Menstimulus syistem



otot kekurangann Ca



kardiovaskular



kerja jntung untuk memompa darah



pemakaian glukosa sel



peningkatan 18



kebutuhan nutrisi



kerja otot menurun



konsumsi 02 oleh miokardium



takikardi,



nafsu makan BB



tekanan darah



penurunan curah jantung



Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan



kelemahan otot, fatigue, gangguan koordinasi, tremor



intiloransi aktivitas



hipertiroid



metabolisme meningkat



menstimulus sistem



geraka kelopak mata relatif lambat terhadap bola mata



infiltrasi limfosit, sel masuk ke jaringan orbit dan otot mata bola mata terdesak keluar



gangguan sistem reproduksi



pubertas dan perkembangan seksual lambat, menstruasi terganggu, amenore



peningkatan BMR



peningkatan produksi panas



hipertermi ansietas



19



gangguan citra tubuh



resiko kerusakan integritas jaringan



E. KOMPLIKASI a. Komplikasi terjadi secara tiba-tiba: demam, kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingugan, perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma). b. Komplikasi yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera : Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bissa berakibat fatal (Aritmia) dan syok. c. Komplikasi yang terjadi karena hipertiroidisme tidak diobati atau karena pengobatan tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh : infeksi, trauma, pembedahan, diabetes yang kurang terkendali, ketakutan, tidak melanjutkan pengobatan tiroid, stress lainnya. F. PENATALAKSANAAN MEDIS Ada 4 golongan penghambat sintesis hormone tiroid : a. Antitiroid- menghambat sintesis hormone secara langsung b. Penghambat ion- yang memblok mekanisme transport iodide c. Yodium dengan konsentrasi tinggi- yang dapat mengurangi sintesis dan pengeluaran hormondari kelenjarnya. d. Yodisium radioaktif- yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi. Tetapi, digunakan sebagai terapi ajuvan. Bermanfaat untuk mengatasi gejala tirotoksikosis. Misalnya antagonis reseptor dan penghambat kanal Ca. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :



20



a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah ditingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone) c. Bebas T4 (tiroksin) d. Bebas T3 (triiodotirononin) e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid f. Hipertitodisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum g.



Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat likemia. menyebabkan hiperglikemia



H. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita. Kebiasaan kehidupan sehari-hari seperti : pola makan, pola tidur,(klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur), pola aktivitas. klien tempat tinggal sekarang dan saat balita. Pemeriksaan fisik mencakup: a. Aktifitas dan istirahat Imsomnia, sesnsitiv meningkat, ototo lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot. b. Sirkulasi Palpitasi, nyeri dada, distritmia, irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah yang dengan tekanan nada yang berat, takikardi saat istirahat, sirkulasi klaps, syok. c. Eliminasi



21



Perubahan pola berkemih, rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemoh berulang, nyeri tekan abdomen, urine encer, pucat, kuning, poliuria berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemiaberat, urine berkabut, bau busuk , bising usus lemah dan menurun, hiperaktif. d. Intergritas/ ego Stress, bergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi , ansietas peka rangsang. e. Makanan/ cairan Hilang nafsu makan, mlual dan muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa/ minguu., haus, penggunaan diuterik, kulit kering dan bersisik. Muntah, pembesaran tiroid, bau halitosis atau manis buah (napas aseton).



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Penurunan



curah



jantung



b.d



hipotiroid



tidak



terkontrol,



keadaan



hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. b. Kelelahan  b.d  hipermetabolik  dengan  peningkatan  kebutuhan energi. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/ pemasukan dengan penurunan berat badan) d.  Risiko  tinggi  terhadap  kerusakan  integritas  jaringan  b.d perubahan  mekanisme  perlindungan  dari  mata  ;  kerusakan  penutupan  kel opak mata/eksoftalmus. e. Ansietas b.d faktor fisiologis; status hipermetabolik. f.



 



INTERVENSI



Dx 1: Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipotiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. Tujuan: Klien  akan  mempertahankan  curah  jantung  yang  adekuat  sesuai dengan kebutuhan tubuh



22



Krieria hasil : Nadi perifer dapat teraba normal, vital sign dalam batas normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia Intervensi Perawatan jantung Observasi 



Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnnea, kelemahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)







Identifikasi tanda dan gejala skunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena juguralis, palpitasi, rinkhi basah, oligura, batuk, kulit pucat)







Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik)







Monitor intake dan output cairan







Monitor berat badan setiap hari diwaktu yang sama







Monitor saturasi oksigen







Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi, yang mengurangi nyeri)







Monitor EKG 12 sadapan







Monitor arit mia (kelainan irama dan frekuensi)







Monitor nilai laboratorium jantung (mis:elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)







Monitor fungsi alat pacu jantung







periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas







periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis: beta blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker digoksin



Teraupetik 



Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman







Berikan diet jantung yang sesuai, (mis: batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak)







Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi



23







Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat







Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres







Berikan dukungan emosional dan spiritual







Berikan oksigen untuk memper-tahankan saturasi oksigen >94%



Edukasi 



Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi







Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap







Anjurkan berhenti merokok







Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian







Ajarkan pasien dan keluarga pasien dan keluarga mengukur intake dan out put cairan harian



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian antiaritmia







Rujuk ke program rehabilitasi jantung



Perawatan jantung akut Observasi 



Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)







Monitor EKG 12 sedapan untuk perubahan ST dan T







Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)







Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia (mis: kalium dan magnesium serum)







Monitor enzim jantung (mis, CT, CT-MB, Troponin T, Troponin I)







Monitor saturasi oksigen







Identifikasi stratilikasi pada sindrom koroner akut (mis, skor TIMI, kilip, crusade)



Teraupetik 



Perthankan tirah baring minimal 12 jam







Pasang akses intavena







Puasakan hingga bebas nyeri







Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stres



24







Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan







Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu







Berikan dukungan emosional dan spiritual



Edukasi 



Anjurkan segera melaporkan nyeri dada







Anjurkan menghindari manuver valsava (mis, mengedan saat BAB atau batuk







Jelaskan tindakan yang dijalani pasien







Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian antiplatelet , jika perlu







Kolaborasi pemberian antiangina (mis: nitrogliserin, beta bocker, calcium channel blocker)







Kolaborasi pemberian morfin







Kolaborasi pemberian inotropik







Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava (mis, pelunak tinja, antiametik)







Kolaborasi pencegahan trombus dengan anti kogulan







Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada



Edukasi rehabilitas jantung Observasi 



Identifikasi kesiapan dan kemam-puan menerima informasi



Teraupetik 



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan







Jadwalkan pendidikan kesehtan sesuai kesepakatan







Berikan kesempatan untuk brtanya



Edukasi  Informasikn pasien dan keluarga mengenal akses layanan darurat yang tersedia dikomunitas  Ajarkan pasien mempertahankan ambulasi, sesuai toleransi  Ajarkan pasien dan keluarga memodifikasi faktor resiko jantung (mis:



25



penghentian merokok, diet, dan olahraga)  Ajarkan cara mengatasi nyeri dada (mis: minum nitrogliserin sublingual setiap 5 menit 3 kali dan panggi pertolongan darurat jika nyeri dada tidak berkurang) Ajarkan teknik latihan (mis: pemansan, daya tahan tubuh, dan pendinginan)



Dx 2: kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi Tujuan: kelelahan tidak terjadi kriteria hasil : klien mengung-kapkan secara verbal tentang speningkatan tingkat energi Intervensi Edukasi aktivitas/ istirahat Observasi 



Identifikasi kemampun menerima informasi



Teraupetik 



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan







Jadwalkan pendidikan kesehtan sesuai kesepakatan







Berikan kesempatan untuk brtanya



Edukasi 



Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin







Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermainatau aktivitas lainnya







Anjurka menyusun jadwal aktivitas dan istirahat







Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis, kelelahan, sesak nafas saat aktifits )







Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan



Manajemen Energi Observasi 26







Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan







Monitor kelelahan fisik dan emosional







Monitor pola dan jam tidur







Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas



Teraupetik 



Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis: cahaya, suara, kunjungan)







lakukan latihan rentang gerak pasif dan /atau aktif







Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan







Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan



Edukasi 



Ajarkn tirah baring







Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap







Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang







Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan



Kolaborasi 



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



Manajemen Nutrisi Observasi 



Identifikasi status nutrisi







Identifikasi alergi dan intoleransi makanan







Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrein







Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik







Monitor asupan makanan







Monitor berat badan







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium



Teraupetik 



Lakukan oral hygin sebelum makan







Fasilitasi menetukan pedoman diet (mis: piramida makanan)



27







Sajikan makanan secara menarik dan susu yang sesuai







Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi







Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein







Berikan suplemen makanan



Edukasi 



Anjurkan posisi duduk, jika mampu







Ajarkan diet yang di perogramkan



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyaeri antemetik), jika perlu







Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan



Dx 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/ pemasukan dengan penurunan berat badan) Tujuan : nutrisi tidak mengalami penurunan kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi. Intervensi Manajemen Nutrisi Observasi 



Identifikasi status nutrisi







Identifikasi alergi dan intoleransi makanan







Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrein







Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik







Monitor asupan makanan







Monitor berat badan







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium



Teraupetik 



Lakukan oral hygin sebelum makan



28







Fasilitasi menetukan pedoman diet (mis: piramida makanan)







Sajikan makanan secara menarik dan susu yang sesuai







Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi







Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein







Berikan suplemen makanan



Edukasi 



Anjurkan posisi duduk, jika mampu







Ajarkan diet yang di perogramkan



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyaeri antemetik), jika perlu







Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan



Promosi berat badan Observasi 



Identifikasi kemungkinan penye-bab BB kurang







Monitor adanya mual dan muntah







Monitor jumlah kalori yang di konsumsi sehari-hari







Monitor berat badan







Monitor albumin, limfosit, dan elaktrolit, serum



Teraupetik 



Berikan perawatan mulut sebelum makan, jika perlu







Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis: makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang di berikan melalui NGT atau glastrostomi, total perenteral nutrition sesuai indikasi)







Hidangkan makanan secara menarik







Berikan suplemen, jikaperlu







Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk peningkatan yang dicapai



Edukasi 



Jelaskan makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau







Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan



29



Pemantauan nutrisi Observasi 



Identifikasi faktor yang mem-pengaruhi asupan gizi (mis: penge-tahuan, ketersediaan makanan, agama/ kepercayaan, budaya, mengunyah tidak adekuat, gangguan menelan, penggunaan obat- obatan atau pasca oprasi)







Identifikasi perubahan berat badan







Identifikasi kelaiana pada kulit (mis: memar yang berlebihan luka yang sulit sembuh, dan pendarahan)







Identifikasi kelaianan pada rambut (mis, kering tipis, kasar, dan mudah patah)







Identifikasi pola mkan (mis: kesukaan/ketidak sukaan makanan konsumsi makanan cepa saji, makan trburu-buru)







Identifikasi kelainan pada kuku (mis, berbentuk sendok, retak, mudah patah, dan bergerigi)







Identifikasi kemampuan menelan (mis: fungsi motorik wajah, refleksi menelan, dan refleks gag)







Identifikasi kelainan rongga mulut (mis: peradangan, gusi berdarah, bibir kering dan retak, luka)







Identifikasi kelainan eliminasi (mis:diare, darah, lendir, eliminasi yag tidak teratur)







Monitor mual muntah







Monitor asupan oral







Monitor warna konjungtiva







Monitor hasil laboratorium (mis: kadar kolestrol, albumin serum, transferrin, kreatinin, hemoglonin, hematokrit, dan elektrolit darah)



Terauperik 



Timbng berat badan







Ukur antropometrik komposisi tubuh (mis: indeks masa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran lipatan kulit)







Hitung perubahan berat badan







Atur intrval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien



30







Dokumentasi hasil pemantauan



Edukasi 



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Informasikan hasil pemantauan



31



BAB III MCP KONSEP 1. HIPOTIROID Dx 1:  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi



Dx 2: Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal



Ds:



Ds:



 Dispnea  Ortopnea



 Defekasi kurang dari 2kali seminggu  pengeluaran feses lama dan sulit  mengejan saat defekasi



Do:  penggunaan otot bantu nafas  Fase ekspirasi memanjang  pola nafas abnormal (takibnea, hiperventilasi)  pernafasan cuping hidung  Diameter toraks anterior-postarior meningkat



Do:    



Tekanan ekspirasi dan ispirasi menurun



Dx 3 : perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder Ds: 



1. HIPOTIROID Key Assesment:  



Kadar T3 menurun Kadar T4 menurun



Merasa kedinginan



Do:        



Kulit terasa dingin Mengigil suhu tbuh di bawah nilai normal Ventilasi menurn Bradikardi Dasar kuku sianotik Takikardi pengisian kapiler >3 detik



32



Feses keras pristaltik menurun Distensi abdomen teraba massa pada rektal



2. MCP hipertiroid Dx 1: Penurunan curah jantung b.d keadaan hipermetabolisme, peningkatan kerja jantung Ds:  Merasa sulit bernafas  Sakit dada sebelah kiri menjalar kepunggung kebelakang Do:  Bradikardi/ takikardi  Gambaran EKG aritmia atau gangguan kondusi  Distentensi vena juguralis  Tekanan darah menurun/ meningkat  Nadi perifer teraba lemah  CRT >3 detik  Terdengar suara jantung S3/S4J



Dx 2: kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhaan energi Ds:  Merasa kurang tenaga  Mengeluh lelah Do:  Tampak lesu  .Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin  Kebutuhan istirahat meningkat



HIPERTIROID Key Assesment: Dx 3: resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b,d peningkatan metabolisme



 



Kadar T3 meningkat Kadar T4 meningkat



Ds:  Mengeluh susah menelan  Merasa lelah lesu Do:  Ketidak mampuan menelan makanan  Ketidak mamapuan mencerna makanan  Peningkatan kebutuhan nutrien 33



BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan di ikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di dibawah nilai optimal (brunner & suddarth). Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. (Sylvia A. Price, 2006) B. SARAN Dari penyakit ini,dapat dihindarkan dengan cara tidak stress,tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus



34



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sherwood.2001. Fisiologi Manusia;dari sel ke system. Jakarta: EGC. Guyton & Hall.2007. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi II. Jakarta: EGC. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diadnostik. Jakarta aselatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia



35