Askep Hemoroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Kurang lebih 70% manusia dewasa mempunyai wasir ( hemoroid ), baik wasir dalam, wasir luar, maupun keduanya. Pada usia ini terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis (Brunner & Suddarth, 1996). Menurut data dari badan kesehatan dunia ( WHO ) angka kejadian hemoroid terjadi di seluruh Negara, dengan presentasi 54% mengalami gangguan hemoroid. Di Indonesia berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan yang diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi terdapat 355 rata-rata kasus hemoroid,baik hemoroid ekternal maupun internal ( kemenkes 2009). Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Hampir sebagian wanita hamil di Indonesia mengeluh nyeri di daerah anus akibat hemoroid dan konstipasi (kemenkes 2009). Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid bukanlah suatu penyakit yang berbahaya. Akan tetapi hemoroid dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi karena gejala-gejala klinis pada penderita hemoroid yang sangat khas yaitu perdarahan pada waktu defekasi yang



merupakan gejala utama prolapsus suatu masa pada suatu defekasi mengeluarkan lendir, hygiene yang sulit dijaga dan rasa sakit. (sarosy, 2012). 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami konsep dan proses keperawatan gangguan system pencernaan: hemoroid.



1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi system pencernaan. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses keperawatan: pengkajian, diagnose dan intervensi gangguan system pencernaan: hemoroid.



BAB II KONSEP DASAR



2.1 Sistim Pencernaan 2.1.1 Anatomi sistim pencernaan Anatomi sistim pencernaan terdiri dari : •



Mulut



: Di dalam rongga mulut terdapat gigi , lidah dan juga



kelenjar lidah •



Faring



: teletak diantara rongga mulut dan esofagus







Esofagus



: terletak didepan trakea dan di depan tulang punggung,



panjangnya ±25cm •



Lambung



: terletetak sebelah kiri sisi abdomen bagian atas, yang



terdiri dari Fundus, Korpus, Antrum •



Usus halus : 3 segmen : duodenum, jejenum, ileum







Usus besar



: terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon



melintang (transverse), kolon menurun (descending), •



Rektum



: terletak dibawah kolon sigmoid yang mehubungkan



usus besar dan anus •



Anus organ pencernaan.



: terletak di dasar pelvis dan merupakan akhir dari



Gambar sistim pencernaan



2.1.2 Fisiologi sistim pencernaan •



Mulut Dimulut terjadi pencernaan mekanik dengan bantuan gigi dan pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim (enzim ptialin) yang berasal dari kelenjar ludah







Faring Motilitas segmen ini berkaitan dengan proses menelan, karena perangsangan reseptor dinding faring oleh bolus.







Esophagus berfungsi menghantarkan bahan makanan yang dimakan dari faring ke lambung dengan gerakan peristaltik esofagus.







Lambung  Lambung berfungsi mencerna makanan dengan gerakan otot lambung hingga menjadi bubur kim



 Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna Memecah makanan menjadi halus dan mencampurnya dengan getah lambung, •



Usus kecil Usus halus berfungsi menyerap sari makanan yang telah di cerna oleh lambung yang menjadi bubur kim.







Usus besar Fungsi usus besar: Mengatur kadar air pada sisa makanan serta Melepaskan garam yang berlebihan dalam darah







Rectum Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.







Anus Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimaan bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.



2.2 Hemoroid 2.2.1 Pengertian Hemoroid Hemoroid adalah bagian vena verikosa pada kanalis ani, hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia diatas 25 tahun (Price dan Wilson, 2006).



Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal (Suzanne C. Smeltzer, 2006). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari fleksus hemoroidalis yang merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidayat, R. – Wim de Jong, 2010).



2.2.2 Klasifikasi Hemoroid Menurut



world



gastroenteriology



organitation



(WGO)



Hemoroid



diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu: 1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop; 2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. 3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. 4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk mengalami trombosis atau infark.



2.2.3 Etiologi Hemoroid 1. Kelainan organis o Serosis hepatic Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis . o Trombosis vena porta Bendungan vena porta, sehingga thrombosis pada dinding anus o Tumor intra-abdominal, terutama pelvis terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain. 2.



Idiopatik, predisposisi: o



Herediter: kelemahan pembuluh darah



o



Anatomi: tak ada katup pada vena porta sehingga darah mudah kembali, tekanan di plexus hemorrhoid akan meningkat.



o



Gravitasi: banyak berdiri



o



Tekanan intra abdominal yang meningkat: batuk kronis, mengejan.



o



Tonus spinter ani lemah



o



Obstipasi atau konstipasi kronis



o



Obisitas



o



Diit rendah serat



Pada wanita hamil faktor yang mempengaruhi timbulnya hemorrhoid adalah: o Tumor intra abdomen menyebabkan gangguan aliran vena daerah pelvis. o Kelemahan pembuluh darah waktu hamil kerena pengaruh hormon



o Mengedan selama partus.



2.2.4 Patofisiologi Hemoroid Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri, kekurangan volume cairan, dan kelemahan.



2.2.5 Pathway hemoroid



Peningkatantekanan vena



Peningkatan tekanan abdomen



hemoroidalis



Pelebaran vena hemoroidalis



trombosis



Pecahnya vena hemoroidalis



Prolabs hemoroid



peradangan



Resiko injuri



Takut BAB



nyeri



Trauma defekasi



konstipasi



perdarahan



2.2.6 Manifestasi Klinis Hemoroid



Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemorroid eksterna dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemorroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.



Hemorroid



internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemorroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. Tanda dan gejala: 1.



Bab berdarah, biasanya berupa darah segar yang menetes pada akhir



defekasi 2.



Prolaps: o Grade I



: prolaps (-), perdarahan (+)



o Grade II



: prolaps (+), masuk spontan



o Grade III



: prolaps (+), masuk dengan manipul



o Grade IV



: prolaps (+), inkarserata



3.



BAB berlendir, timbul karena iritasi mukosa rectum.



4.



pruritus ani sampai dermatitis, proctitis



5.



Nyeri akibat injuri fisik di anus saat defekasi



2.2.7 Pemeriksaan diagnostic 1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.



2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy. Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi



litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.



4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.untuk mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding anus. 5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. •



Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia hiperkronik,Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.







urin : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. • Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan penyakit) : terutama yang mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme usus, khususnya entamoba histolitika.



2.2.8 Penatalaksanaan Medis 1.



Farmakologi Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:



a. Obat yang memperbaiki defekasi Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain Klienylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain flatus dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll). b. Obat simptomatik Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. c. Obat penghenti perdarahan Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Klienyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah. d. Obat penyembuh dan pencegah serangan Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps Klien.



2. Penatalaksanaan Surgikal a. Terapi bedah Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan



hemoroidektomi.



Prinsip



yang



harus



diperhatikan



dalam



hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.



2.3



Asuhan Keperawatan



2.3.1 Pengkajian



1. Identitas pasien. Nama



:



Jenis kelamin : > pada Laki-laki Agama



:



Umur



: 40 – 55 thn



Status



:



Tanggal lahir : Suku Bangsa : 2. Identitas penanggung jawab.



Nama



:



Jenis kelamin : Agama



:



Umur



:



Status



:



Tanggal lahir : Suku Bangsa :



3. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB/ada benjolan pada anus/ nyeri pada saat defikasi.



4. Riwayat Penyakit 



Riwayat Penyakit sekarang beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.







Riwayat penyakit masa lalu Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya?, sembuh atau terulang kembali?. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD?.



5. Pola Kebiasaan dan Pemeliharaan kesehatan. a. Pola Nutrisi Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status



nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS. b.



Pola Istirahat dan Tidur Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.



c.



Pola Aktivitas Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.



d.



Pola Eleminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.



5. Pemeriksaan Fisik Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur. 1. Inspeksi -



Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.



-



Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.



-



Warna benjolan terlihat kemerahan.



-



Benjolan terletak di dalam ( internal ).



2. Palpasi



Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan. •



Pemeriksaan system/head to toe data klinis



: BB 20 kg



kesadaran



: Composmentis



TTV



: S : 36,5 ˚C N : 97 x/menit



a.



kesan umum tampak sakit: sedang



b.



kulit warna: normal



c.



kepala bentuk: simetris rambut



: hitam



mata



: jernih



pupil



: isokor



e.



telinga



: simetris



f.



hidung



: simetris



g.



mulut



d.



bibir



: dalam batas normal



gigi



: normal



h.



leher



: simetris



i.



tenggorokan



: normal



j.



dada



: simetris



paru-paru inspeksi



: stidor, RR 30 x/menit



irama pernapasan



: normal



palpasi



: normal



auskultasi



: teratur



perkusi



: vokal resonanse : normal



jantung inspeksi



: normal (ictus cordis)



palpasi



: ictus cordis normal



auskultasi



: s1-s2 Normal



abdomen bentuk



: simetris



genitalia dan anus penis



: normal



anus



: prolap recti



6. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin



: 10,2



L: 13,2- 17,3 g/dl



Leukosit Trombosit 



: 8.100 : 368.000



P: 11,7-15,5 g/dl 4000-11000 < 15 menit



Diagnostik -



Kolonoscopy Pemeriksaaan ini dilakukan untuk mengetahui Adanya keluhan BAB dengn disertai darah ( Hematokzia ) serta Perdarahan per anus/rektum



-



Anoskopy Anoskopi dilakukan untuk mengetahui lokasi terjadinya hemoroid.



2.3.2 Analisa Data No 1



Data Penunjang DS: 1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB. 2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi. 3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering



Etiologi Pembesaran Vena Hemoroidalis



Thrombosis



Prolaps hemoroid



Takut BAB



Masalah Konstipasi



2



makan sayur dan buah-buahan. 4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya. DO: 1. Distensi abdomen (+) 2. Teraba massa pada regio bawah abdomen. 3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus. Data tambahan : 1. Pola BAB tidak teratur. 2. Karakteristik feses (warna: kuning kecoklatan, konsistensi: lembek berampas) DS: 1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. 2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari. 3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB. DO: 1.TTV : TD = 120/80 mmHg



Adanya hemoroid pada daerah anal Tromboisis



peradangan



Nyeri



3



2. Distensi abdomen (+) 3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus. Data tambahan : 1. skala nyeri 6 2. klien tampak meringis 3. klien tampak memegangi daerah nyeri. 4. klien tidak dapat tidur. DS : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB DO : 1. TTV : TD = 120/80 mmHg 2. Klien tampak lemah 3. Konjungtiva pucat 4. hasil lab : Hb= 8,9 gr/dl Data Tambahan : 1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri. 2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas. 3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain



Pecahnya Vena Hemoroidalis



Resiko injuri



Trauma defekasi



Perdarahan vena hemoroidalis



Perdarahan V.Hemoroidalis



2.3.3 Diagnosa keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis. 2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus. 3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.



2.3.4 Intervensi



No



Diagnose keperawatan Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.



Tujuan dan KH Tujuan : tidak  terjadi konstipasi T.jangka panjang : 2 x 24 jam konstipasi teratasi T.jangka pendek : 1 x 8 jam konstitensi tinja lunak Kriteria hasil :  Pasien menyatakan tidak takut melakukan defekasi  Pola BAB normal



1



intervensi







Rasional 



Agar feses tidak terlalu padat dan pola BAB tetap normal







Agar feses dapat lebih lunak







Pelicin dapat memuda hkan pengelua ran fese



Anjurkan untuk 



Mengura ngi rasa nyeri.



Berikan diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam



Tingkatkan pemasukan cairan







Berikan pelicin pada defekasi yang terlalu keras



2







Nyeri berhubungan



Tujuan : Nyeri



dengan adanya



berkurang setelah



menarik nafas



hemoroid pada



perawatan



dalam setiap



daerah anus.



T.jangka panjang



kali timbul



: 3 x 24 jam paien



nyeri



tidak merasa











Memberi kan rasa nyaman







Mengura ngi rasa nyeri dan prolap varices.







Mengura ngi rasa nyeri.



Periksa daerah 



dini perdarah an untuk pertolon gan segera



Berikan posisi



nyeri



yang nyaman



tujan jangka



sesuai dengan



pendek : 1x 8 jam



keinginan



pasien dapat



pasien.



mengontrol nyeri 



Anjurkan untuk



KH :



tidak mengejan



 



Skala nyeri 0-1 Wajah pasien tampak



yang berlebihan saat defekasi. 



Kolaborasi untuk



rileks.



pemberian terapi analgetik.



3



Perdarahan



Tujuan : Tidak



berhubungan



terjadi perdarahan



dengan pecahnya



T.jangka panjang



vena hemoroidalis



: 3 x 24 jam tidak



yang ditandai



terjadi perdarahan



dengan perdarahan



T.jangka pendek :



waktu BAB



1 x 8 jam perdarahan berkurang KH : Tidak timbul perdarahan







rectal



pada faeses



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dari apa yang telah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. 2.



3.



Hemoroid adalah adalah pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari fleksus hemoroidalis Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Diagnosa keperawatan yang di dapat :  Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis. 



Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.







Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.



4. 5.



Prioritas masalah adalah nyeri Prioritas Intervensi yaitu mengatasi nyeri.



3.2 Saran Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahanpencegahan terjadinya hemoroid dengan cara : 1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12. 2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.



3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid. 4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid. 5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.



DAFTAR PUSTAKA



1.



Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.



2.



Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.



3.



Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.



4.



Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC



5.



Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.



6.



Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC



7.



Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.



8.



Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.



9.



Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC



10.



Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.



11.



Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.