Askep Hemoroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN HEMOROID



Di susun oleh : NUR RIZQI AMALIA



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2018



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen. Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 ) Penyakit



hemoroid



ini



disebabkan



beberapa



fakrtor



beberapanya



obtipasi



(konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006). Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.



1.2



RUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah



yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah: a) Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid? b) Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada klien dengan hemoroid? 1.3 TUJUAN a) Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan hemoroid b) Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan perioeratif hemoroid.



pada klien dengan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 DEFINISI Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). 2.1.1 Klasifikasi hemoroid 1) Ambeien Internal Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu : Derajat I a) Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi b) Tanpa disertai rasa nyeri c) Tidak terdapat prolaps d) Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid



yang



menonjol ke dalam lumen Derajat II a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan) Derajat III a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)



Derajat IV a) Terdapat perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi) 2.2.2 Ambeien / Hemoroid Eksternal Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. 2.2 ETIOLOGI Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah : 1) Penuaan 2) Kehamilan 3) Hereditas 4) Konstipasi atau diare kronik 5) Penggunaan toilet yang berlama – lama 6) Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut: 1) Perubahan hormon (kehamilan) 2) Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram 3) Berdiri terlalu lama 4) Banyak duduk 5) Sering mengangkat beban berat 6) Sembelit diare menahun (obstipasi) 7) Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah) 8) Keturuna penderita wasir(genetik) 2.3 PATOFISIOLOGI Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Interna (dilatasi sebelum spinter)



a) Bila membesar baru nyeri b) Bila vena pecah, BAB berdarah anemia



2) Eksterna (dilatasi sesudah spingter) a) Nyeri b) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi. Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011).Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,kongesti renal



Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )







MANIFESTASI KLINIS



Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu : 1. Hemoroid internal 2. Prolaps dan keluarnya 3. Rasa tak nyaman 4. Hemoroideksternal 1. Rasa terbakar. 2. Nyeri (jikamengalami trombosis). 3. Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : 1. Perdarahan Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar. 2



Benjolan



Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid. 3



Nyeri dan rasa tidak nyaman



Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag. 4 Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit. 



PENATALAKSANAAN



Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya. 1. Hemoroid Eksterna Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat,



efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep. 2. Hemoroid Interna Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya. Hemoroid Interna Derajat



Berdarah



Prolaps



Reposisi



I



+











II



+



+



Spontan



III



+



+



Manual



IV



+



Tetap



Irreponibel



Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.



1. Hemoroid derajat I dan II Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. 2. Hemoroid Derajat III dan IV Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).



Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode : 1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis. 2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali. 3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain. 2.6



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Anamnesa atau riwayat penyakit 2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi



Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan. 1. rektaltouche (colok dubur) Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak



,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. 1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi 2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding). 



KOMPLIKASI HEMOROID



Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu : 1. Perdarahan, dapat sampai anemia. 2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) 3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. 4. Luka dan infeksi 



DIAGNOSA BANDING



1. Perdarahan juga dapat terjadi pada : 2. Carcinoma kolorektal 3. Divertikulitis 4. Kolitis ulserosa 5. Polip adenomatosa 6. Benjolan juga dapat terjadi pada : 7. Anorektal 8. Prolaps rekti (procidentia)



BAB 3



Woc (Web of caution)



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID



PENGKAJIAN KEPERAWATAN Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya ri pada servikal merupakan hal yang penting diwaspadai. Pengkajian Anamnesa Tanggal MRS



: 13 november 2017 jam 17.00



Tanggal Pengkajian



: 13 november 2017 jam 18.00



No. Registrasi



: 190522



Diagnose Medis



: hemoroid



Pengumpulan data



2. Identitas Nama Pasien



: Ny. M



Usia



: 42 thn



Jenis Kelamin



: perempuan



Alamat



: sumbermanjing wetan rt.20 rw. 05



Pendidikan



: smp



Agama



: islam



3. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi. 4. Riwayat penyakit a.Riwayat penyakit sekarang Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes. b. Riwayat penyakit dahulu Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD. 5. Pemeriksaan Fisik



Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur. 



Inspeksi







Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.







Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.







Warna benjolan terlihat kemerahan.







Benjolan terletak di dalam ( internal ). o



Palpasi



Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan. 



DIAGNOSA KEPERAWATAN



1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas tubuh primer menurun 3. PK: Perdarahan 4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi 5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri 6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan o



INTERVENSI KEPERAWATAN



Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.



Diagnosa keperawatan



RENCANA



INTERVENSI



Nyeri akut berhubungan



NOC :



NIC :



dengan:



 Pain Level,



Agen injuri (biologi,



 pain control,



secara komprehensif termasuk



kimia, fisik, psikologis),



 comfort level



lokasi, karakteristik, durasi,



kerusakan jaringan



Setelah dilakukan



frekuensi, kualitas dan faktor



tinfakan keperawatan



presipitasi



 Lakukan pengkajian nyeri



selama …. Pasien



DS: 



Laporan secara



tidak mengalami nyeri,



verbal



dengan kriteria hasil:  Mampu



DO: 















untuk mencari dan



menahan nyeri



(tahu penyebab



Tingkah laku



nyeri, mampu



dapat mempengaruhi nyeri



berhati-hati



menggunakan



seperti suhu ruangan,



Gangguan tidur



tehnik



pencahayaan dan kebisingan



(mata sayu, tampak



nonfarmakologi



capek, sulit atau



untuk mengurangi



gerakan kacau,



nyeri, mencari



menyeringai)



bantuan)



Terfokus pada diri



Fokus menyempit



menemukan dukungan  Kontrol lingkungan yang



 Kurangi faktor presipitasi nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi



 Melaporkan bahwa  Ajarkan tentang teknik non nyeri berkurang farmakologi: napas dala, dengan relaksasi, distraksi, kompres



(penurunan persepsi



menggunakan



waktu, kerusakan



manajemen nyeri  Mampu mengenali



hangat/ dingin  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ………



penurunan interaksi



nyeri (skala,



 Tingkatkan istirahat



dengan orang dan



intensitas,



 Berikan informasi tentang



lingkungan)



frekuensi dan tanda



nyeri seperti penyebab nyeri,



Tingkah laku



nyeri)



berapa lama nyeri akan



distraksi, contoh :







 Bantu pasien dan keluarga



mengontrol nyeri



proses berpikir,







dari ketidaknyamanan



Posisi untuk



sendiri 



 Observasi reaksi nonverbal



 Menyatakan rasa



berkurang dan antisipasi



jalan-jalan, menemui



nyaman setelah



ketidaknyamanan dari



orang lain dan/atau



nyeri berkurang



prosedur



aktivitas, aktivitas



 Tanda vital dalam



 Monitor vital sign sebelum



berulang-ulang)



rentang normal



dan sesudah pemberian



Respon autonom



 Tidak mengalami



analgesik pertama kali



(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan



gangguan tidur



dilatasi pupil) 



Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)







·Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)







Perubahan dalam nafsu makan dan minum



Risiko infeksi



NOC :



NIC :



Faktor-faktor risiko :



o Immune Status



o



Pertahankan teknik aseptif



o Knowledge :



o



Batasi pengunjung bila perlu



o



Cuci tangan setiap sebelum



o Prosedur Infasif o Kerusakan jaringan



Infection control



dan peningkatan



o Risk control



dan sesudah tindakan



paparan lingkungan



Setelah dilakukan



keperawatan



tindakan keperawatan o



Gunakan baju, sarung tangan



o Malnutrisi



o Peningkatan paparan selama…… pasien lingkungan patogen o Imonusupresi



tidak mengalami infeksi dengan



o Tidak adekuat kriteria hasil:



(penurunan Hb,



 Klien bebas dari



Leukopenia,



tanda dan gejala



penekanan respon



infeksi



o Penyakit kronik



o Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum



pertahanan sekunder



inflamasi)



sebagai alat pelindung



 Menunjukkan kemampuan untuk



o Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing o Tingkatkan intake nutrisi o Berikan terapi antibiotic o Monitor tanda dan gejala



o Imunosupresi



mencegah



o Malnutrisi



timbulnya infeksi



infeksi sistemik dan lokal o Pertahankan teknik isolasi



o Pertahan primer tidak  Jumlah leukosit adekuat (kerusakan



dalam batas norm



k/p o Inspeksi kulit dan membran



kulit, trauma jaringan,  Menunjukkan



mukosa terhadap kemerahan,



gangguan peristaltik)



panas, drainase



perilaku hidup sehat  Status imun,



o Monitor adanya luka o Dorong masukan cairan



gastrointestinal,



o Dorong istirahat



genitourinaria



o Ajarkan pasien dan keluarga



dalam batas norma



tanda dan gejala infeksi o Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam



Konstipasi berhubungan dengan o Fungsi:kelemahan otot abdominal,



NOC:



NIC :



 Bowl Elimination



Manajemen konstipasi a.



 Hidration



Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan



Aktivitas fisik tidak



Setelah dilakukan



konstipasi



mencukupi



tindakan keperawatan b.



Monitor tanda-tanda ruptur



selama …. konstipasi



bowel/peritonitis



pasien teratasi dengan c.



Jelaskan penyebab dan



o Perilaku defekasi tidak teratur



o Perubahan lingkungan kriteria hasil: o Toileting tidak



 Pola BAB



adekuat: posisi



dalam batas



defekasi, privasi



normal



o Psikologis: depresi,



 Feses lunak



stress emosi, gangguan mental o Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, antidepresan, kalsium



rasionalisasi tindakan pada



 Cairan dan



pasien d.



tentang peningkatan dan penurunan bising usus e.



serat adekuat



 Hidrasi adekuat



Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang



 Aktivitas adekuat



Konsultasikan dengan dokter



menetap f.



Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi



karbonat,diuretik,



g.



Jelaskan pada klien



besi, overdosis



konsekuensi menggunakan



laksatif, NSAID,



laxative dalam waktu yang



opiat, sedatif.



lama



o Mekanis:



h.



ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid,



diet tinggi serat dan cairan i.



gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk DS: o Nyeri perut o Ketegangan perut o Anoreksia o Perasaan tekanan pada rektum o Nyeri kepala o Peningkatan tekanan abdominal o Mual o Defekasi dengan nyeri DO:



Kolaburasi dengan ahli gizi



Dorong peningkatan aktivitas yang optimal



j.



Sediakan privacy dan keamanan selama BAB



o Feses dengan darah segar o Perubahan pola BAB o Feses berwarna gelap o Penurunan frekuensi BAB o Penurunan volume feses o Distensi abdomen o Feses keras o Bising usus hipo/hiperaktif o Teraba massa abdomen atau rektal o Perkusi tumpul o Sering flatus  Muntah



CONTOH KASUS PADA PASIEN POST OP HEMOROID : 10 November 2017 Ruang : Bedah : 13 November 2017 : Hemoroid



Tanggal masuk Tanggal pengkajian Diagnosa medis 1. A. BIODATA 1. Identitas Klien Nama : Ny. M Jenis kelamin : Perempuan Usia : 22 Tahun Status : Menikah Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Pendidikan : SMA Alamat : Ketanggungan 1. Identitas penanggung jawab Nama : Tn. T Usia : 27 Tahun Alamat : Ketanggungan Pekerjaan : Wiraswasta Hub. Dengan klien : Suami 1. B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan utama Klien mengatakan nyeri pada daerah anus 2 Riwayat kesehatan sekarang Klien masuk RSUD Brebes tanggal 10 November 2017, saat di IGD klien mengeluh berak darah, mual, lemes, nyeri anus saat BAB, nyerinya seperti ditususk-tusuk dengan skala 6. Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien mengatakan sudah tidak mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien belum BAB selama 2 hari. 1. Riwayat kesehatan masa lalu Klien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya, Klien tidak memiliki alergi dan keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan klien 2. C. PEMERIKSAAN FISIK  PRE OPERASI 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda-tanda vital 1. TD : 130/80 3. S : 36°C 2. N : 88x/ menit 4. RR : 24x/menit 4. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala Wajah dan kulit kepala Kulit kepala bersih, rambut beruban, wajah tampak pucat 2. Mata Fungsi dan bentuk normal, tanpa menggunakan alat bantu penglihatan, sclera anikterik, konjungtiva anemis 3. Hidung Bentuk dan fungsi normal, tidak ada polip dan secret 4. Telinga Fungsi dan bentuk normal, tidak ada serumen



5.



Mulut Gigi, gusi, dan lidah bersih 6. Leher Tidak ada pembesaran tyroid maupun vena jugularis 7. Thorax dan Paru Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, irama an regular, frekuensi 18x/menit 8. Jantung Normal, tidak ada keluhan 9. Abdomen Bentuk simetris, tidak ada keluhan 10. Ginjal Normal, tidak ada keluhan 11. Genetalia Klien mengatakan tidak ada keluhan 12. Musculoskeletal Ekstermitas atas normal, pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 TPM, ekstermitas bawah normal, tidak ada nyeri tekan. 13. Integument Turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang. 14. Anus Anus kemerahan 3. D. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI a) Pola Persepsi Klien mengatakan sehat itu penting, untuk menjaga agar tetap sehat klien makan 3x sehari. Bila sakit biasanya klien hanya membeli obat warung. b) Pola Nutrisi Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum 5-6 gelas sehari, tanpa ada pantangan makanan Selama dirawat makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk. Minum 5-6 gelas sehari c) Pola eliminasi Sebelum sakit klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warn adan bau khas, ada darahnya. BAK 5 – 8x/ hari Selama sakit klien mengatakan selama di RS BAB 2 hari 1x dengan konsistensi keras,campur darah, baunya khas, BAK 5-8x sehari . d) Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit klien tidur malam 7-8 sehari dari jam 21.00 – 08.00 WIB tanpa ada gangguan. Selama sakit klien tidur malam tidak ada gangguan, siang juga sama. e) Pola aktivitas Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit aktivitas klien mandiri.  Pola kognitif Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola pokir serta orientasi.  Konsep diri Klien dengan keluarganya menyatakan setelah klien dilakukan tindakan keperawatan dan pengobatan, berharap akan segera sembuh dan segera pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya kembali.  Peran hubungan



Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan kesehariannya membantu suami di sawah, selama sakit klien merasa diperhatikan oleh anak-anaknya karena selama sakit mereka bergantian untuk menunggu dan menjaganya.  Nilai dan keyakinan Klien beragama islam yang taat beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk kesembuhannya. 4. E.



THERAPI Therapi Infus RL Ketorolax Ceftriaxone



Dosis 20 TPM 2×1 Ampul 2×1 Ampul



Cara Pemberian IV IV IV



5. F.



PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hematologi Hasil tes Nilai normal Hb 13 g % L : 13-16g % dan W : 11-14 g% Leukosit 9000 4000-10000/mm2drh Trombosit 350.000 200.000-500.000 mmHg Hematocrit 46 vol % L : 40-48 vol % dan W : 37-42 vol % Eritrosit 3.4 2.40 – 5.90 Eosinofil 0.70 0–1 Basofil 0.20 50 – 70 Natrofil 78.00 25 – 40 Limfosit 13.10 2–8 6. G. ANALISA DATA No Tanggal Data Etiologi 1 13-11-13 DS : Klien mengatakan nyeri Agen cedera fisik saat BAB DO : Wajah pucat – Kesakitan – Skala 6 2 13-11-13 DS : Klien mengatakan Mengabaikan mengalami kesulitan dalam BAB dorongan untuk dan BAB nya campur darah. defekasi akibat DO : Mual muntah dan tidak nyeri selama dapat makan eliminasi – Nyeri tekan abdomen – Nyeri pada saat defekasi 7. H. DAFTAR MASALAH No Diagnose Keperawatan 1 Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (iritasi, tekanan dan sensitifitas pada area rectal) 2 konstipasi berhubungan dengan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi



Tgl Timbul 13-11-13



13-11-13



Problem Nyeri



Konstipasi



Tgl Teratasi



Paraf



8.



I. Tgl 13-1117



RENCANA KEPERAWATAN DX Tujuan dan Kriteria Hasil I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil : – Nyeri hilang – Klien tampak segar



1.



2.



3. 4. 13-1117



II



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan nyeri klien tidak terjadi konstipasi dengan kriteria hasil : – Feses normal – BAB tidak sakit – Tidak berdarah lagi



1. 2.



3.



Intervensi Observasi dan catat lokasi, berat dan karakteristik Tingkatkan tirah baring dan berikan posisi nyaman pada klien Latih teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat Kolaborasi pemberian obat pencahar.



9. J. TINDAKAN KEPERAWATAN Tanggal Jam Dx Implementasi Respon 13-11-17 08:00 I 1. Mengobservasi, catat o Klien mengatakan lokasi, berat dan nyeri berkurang karakteristik nyeri (skala 3) 2. Memposisikan posisi o Klien mengatakan nyaman pada klien nyaman dengan 3. Memberikan injeksi posisi yang IV anti nyeri diberikan perawat o Obat masuk tidak ada alergi 13-11-17



10:00



II



1. Memberikan makanan yang 2. tinggi serat 3. Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih 1. Memberikan obat suppositorial



o Klien makan makanan yang tinggi serat o Pasien mau mengikuti anjuran klien o Klien mau diberi obat.



Paraf



Paraf



10. K. CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Jam Dx Catatan Perkembangan 10:00 I S : – Klien mengatakan nyeri berkurang dengan 14-11-17 skala 3 O : Klien tampak tenang A : Masalah teratasi sebagian Kriteria SB SS Nyeri hilang 4 3 Klien tampak segar 3 1 Ket : SB : Sebelum, SS : Sesudah, 5 : SB, 4 : B, 3 : R, 2 : S, 1 : TK P : Pertahankan intervensi 10:00 II S : – Klien mengatakan BAB lembek 14-11-17 O : Wajah klien tampak segar A : Masalah teratasi Kriteria SB SS Feses normal 3 1 BAB tidak sakit 4 1 Tidak berdarah lagi 3 1 Ket : SB : Sebelum, SS : Sesudah, 5 : SB, 4 : B, 3 : R, 2 : S, 1 : TK P : Hentikan intervensi



Paraf







IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,



implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. 



EVALUASI Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,



Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut : 1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang. 2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang terdiri atas: 1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia. 2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tandatanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan. 3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan. 4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan. 5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.



6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai. 7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.



BAB V FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN



I. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS PASIEN a. Nama Pasien : b. Tgl lahir/ Umur : c. Agama : d. Pendidikan : e. Alamat : f. No RM : g. Diagnosa Medis: 2. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB a. Nama : b. Umur : c. Agama : d. Pendidikan : e. Pekerjaan : f. Hubungan dengan pasien : A. PRE OPERASI 1. Keluhan Utama : 2. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ Tidak ada 3. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada □ Tidak ada 4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. □ Tidak ada 5. Jenis Operasi : 6. TTV :Suhu :______ C,Nadi :______x/mnt,Respirasi :______x/mnt,TD : mmHg 7. TB/BB : 8. Golongan Darah : Rhesus : RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL 9. Status Emosional □ Tenang □ Bingung □ Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri 10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas □Cemas 11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas



□1 = Mengungkapkan kerisauan □ 2 = Tingkat perhatian tinggi □ 3 = Kerisauan tidak berfokus □ 4 = Respon simpate-adrenal □ 5 = Panik 12. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale ) Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan □ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10 13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas: Normal Jika Tidak normal, jelaskan



YA TIDAK Kepala Leher Dada Abdomen Genitalia Integumen Ekstremitas 14. Hasil Data Penunjang 15. Laboratorium : 16. EKG 17. Rontgen : 18. USG : 19. Lain-lain : B. INTRA OPERASI 1. Anastesi dimulai jam : 2. Pembedahan dimulai jam : 3. Jenis anastesi : □Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □…………… 4. Posisi operasi : □terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lainnya...... 5. Catatan Anestesi : 6. Pemasangan alat-alat : Airway : □ Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2 Nasal 7. TTV : Suhu C , Nadi x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak teratur, RR x/mnt, TD mmHg, Saturasi O2____% 8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas Normal Keterangan YA TIDAK Kepala Leher Dada Abdomen Genitalia Integumen Ekstremitas Total cairan masuk □ Infus : cc □ Tranfusi :_______cc Total cairan keluar □ Urine :_______cc □ Perdarahan :_______cc



Balance cairan :____cc C. POST OPERASI 1. Pasien pindah ke : Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam___________Wib RR , jam___________Wib 2. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah pusing □ Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □ Menggigil lainnya….. 3. Keadaan Umum : Baik □ Sedang □ Sakit berat 4. TTV : Suhu______oC, Nadi______x/mnt, Rr_______x/mnt, TD______mmHg, Sat O2______% 5. Kesadaran : CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma 6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas: Normal Jika Tidak normal, jelaskan YA TIDAK Kepala Leher Dada Abdomen Genitalia Integumen Ekstremitas Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale ) Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahankan □ 0-1 □ 2-3 4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10 II. ANALISA DATA (meliputi pre, intra dan post op) III. DIAGNOSA KEPERAWATAN (meliputi pre,inta, dan post op) IV. RENCANA KEPERAWATAN(meliputi pre, intra dan post operasi) V. IMPLEMENTASI (meliputi pre, intra dan post operasi) VI. EVALUASI: (meliputi pre, intra dan post operasi) Kelebihan : menurut saya format asuhan keperawatan diatas lengkap, karena meliputi asuhan keperawatan pada pre operasi, intra operasi, post operasi, sehingga kita bisa memantau kondisi pasien dan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul. Kekurangan : format asuhan keperawatan diatas hanya bisa digunakan diruangan khusus bedah saja Menurut saya format tersebut bisa digunakan di Rumah Sakit Islam Gondanglegi, khusus untuk pasien dengan kasus bedah.



BAB V PENUTUP 



KESIMPULAN



Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan trombosis akut pada prolaps hemorroid. 



SARAN



Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.



BAB VI DAFTAR PUSTAKA



Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006. Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006. Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010. Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah, Ed.2.jakarta. EGC, 2004. Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010