Askep Intoksikasi Obat Dan Alkohol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN INTOKSIKASI OBAT DAN ALKOHOL



Di susun Oleh : Kelompok 8



Emiliana Hesti P



201943016



Lina Widiyastuti



201943025



Maria Rina Widiastuti



201943029



Monica Puji Lestari



201943032



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA 2020



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Intoksikasi akut merupakan salah satu kondisi gawat darurat yang berisiko tinggi dan memerlukan penanganan tepat dan adekuat. Menurut WHO pada tahun 2017 mengatakan bahwa keracunan ataupun intoksikasi adalah suatu kondisi dimana masuknya zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kognisi, kesadaran, persepsi, perilaku dan respon psikofisiologis. Dapat juga diartikan bahwa sebagai tanda masuknya suatu zat ke dalam tubuh seseorang yang dapat menyebakan ketidaknormalan mekanisme yang ada didalam tubuh hingga dapat menyebakan suatu kematian. Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif. Zat adiktif adalah suatu zat atau bahan yang sangat berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan psikotropika, dapat menimbulkan kecanduan dan ketergantungan



jika



digunakan



terus



menerus,



bukan



hanya



ketergantungan fisik, tetapi ketergantungan psikologis dan intensitas penggunan zat adiktif merupakan frekuensi atau beberapa kali penggunaan itu berlangsung. Kejadian gawat darurat dapat dapat di artikan sebagai keadaan dimana seorang



membutuhkan



pertolongan



segera



karena



apabila



tidak



mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen.



Pembahasan keracunan tidak terlepas dari identifikasi, tanda gejala, zat yang menyebabkan keracunan. Sedangkan penanganan keracunan merupakan salah satu esensi dari keperawatan gawat darurat karena apabila tidak segera ditindaklanjuti akan menimbulkan angka kesakitan maupun kematian. Pasien intoksikasi akut, mengalami kerusakan lebih dari satu organ dan dapat memburuk dengan cepat bila tidak dilakukan penanganan cepat, penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi akut di mulai dengan resusitasi dan stabilisasi awal, penilaian risiko konsumsi toksin, dan tatalaksana awal ( mengurangi absorpsi dan membuang toksin), tatalaksana definitif (memberikan penawar) dan tatalaksana suportif. B. Tujuan Memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan : intaksidasi obat dan alkohol



BAB 2 GAMBARAN KASUS DAN PENANGAN YANG DILAKUKAN DI IGD IDENTITAS PASIEN: Nama



: Ny H



Jenis kelamin



: Perempuan



Tanggal Lahir



: 31/5/1971



Warga Negara



: Indonesia



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Wiraswasta



Cara masuk



: Di antar oleh ambbulance YES



Tanggal kunjungan



: 5/3/2020



Alasan datang ke RS : Tidak sadar 1.



PENGKAJIAN KEPERAWATAN A. Data Subyektif: 1. Cara masuk IGD: di antar ambulan YES 118 2. Tiba di IGD Tgl / jam : 5/3/2020 jam 01.37.28 3. Riwayat sakit sekarang : Keluarga mengatakan , Jam 19 minum racun tikus Banyak nya tidak tahu, pasien tidak sadarkan diri, muntah – muntah, di bawa ke IGD. Sore ini diare terus 4. Kakak pasien mengatakan pasien ada masalah dengan suaminya, tetapi belum jelas , karena belum di katakan/ belum bercerita. 5. Riwayat sakit terdahulu : Pasien riwayat depresi. 6. Riwayat pengobatan: tidak ada pengobatan rutin 7. Alergi obat : Tidak ada alergi obat B. Data Obeyktif 1. Keadaan umum : sedang 2. Kesadaran Somnolen 3. GCS/ pupil : E2V3M3 +/+ 4. Psikososial : Depresi 5. Tanda vital : TD: 131/82 Nadi: 82X/mnt RR : 20X/mnt Suhu : 37 SpO2 96% GDS 108mg/dl BB 71kg 6. Airway: bebas, Suara Napas Bersih. Penggunaan otot bantu napas: tidak menggunakan alat bantu napas 7. Breathing : Oksigen 4 lpm



8. Circulation : Pengisian kapiler Kurang dari 3 detik,Ektremitas hangat. 9. Tik : Tidak ada peningkatan TIK Normal 10. Neurosensoric : Tidak ada gangguan 11. Musculoskeletal : Tidak ada gangguan 12. Integument : baik 13. Turgor kulit Baik 14. Edema : tidak ada 15. Mukosa mulut : lembab 16. Perdarahan: tidak ada C. Penilaian Resiko Jatuh : Skoring M D. Penilaian tingkat nyeri : VAS: 2, Lokasi abdomen, Durasi Lebih dari1 jam Kualitas : intermiten, 2. MASALAH KEPERAWATAN No Masalah keperawatan 1 Aktual/risiko gangguan keseimbangan cairan 2 Aktual/Resiko gangguan keseimbangan elektrolit 3 Ansietas/ ketakutan



tujuan



Rencana keperawatan



Pasien setelah di lakukan tindakan keperawatan selama .... jam mampu:



Kolaborasi dan berikan therapy oksigenasi Lakukan pemantauan tanda vital (TD,RR,N,S,Nyeri) Lakukan penatalaksanaan k ebutuhan cairan Lakukan pemantauan kesei mbangan elektrolit



Keseimbangan cairan Keseimbangan elektrolit Ansietas berkurang Ketakutan berkurang Dengan Kriteria: Kesadaran : CM GCS 4/5/6 TD : 120/80 RR : 20X/mnt Suhu : 36.6 Nadi : 80X/mnt Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, turgor kulit elastis,membran mukosa lembab, Urine out put cukup



Kolaborasi dan berikan terapi



3. TINDAKAN KEPERAWATAN: Tgl/jam



Observasi



Tindakan keperawatan



5/3/202 0 01.40



Somnilent/GC S 9, pupil 2/2+/ + 127/72, 97%, 90X/mnt, RR20X/mnt



Melakukan identifikasi dan keluhan pasien Memasang NGT no 16 dan Cateter no 16 Melakukan pemasangan infus RL 30tpm Mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium Melakukan loding RL Memberikan bilas lambung Memberikan sulcralvat 15 cc Memberikan Vitamin K 1 amp



Ttd /nama



evaluasi 5/3/2020 Jam 03.00 S: tidak bisa di kaji O : somnolent, akral hangat A: Resiko gangguan keseimbangan cairan P: Lanjutkan perawatan di Ruangan



4. PEMERIKSAAN DOKTER A. Data Obyektif: kepala: Normal, Leher : Dbn, Thorak: Cor: Dbn, Pulmo: Dbn, Abdomen: supel, Punggung: Dbn, Pelvis Dbn, Urogenital : dbn, Rectal : Dbn, Ektremitas atas dan bawah : 5/5/5/5 B. Pengkajian: dbn C. Diagnosis awal: Intoksikasi bahan kimia, D. Rencana pemeriksaan penunjang: Laboratorium: DR, Elektrolit, Radiologi: Thoarak photo, EKG E. Diagnose akhir : F. Tindak lanjut: Rawat Inap G. Pemeriksaan akhir: S: Belum sadar, Somnolent, TD: 125/81 Nadi: 90 RR: 20X/mnt SpO2: 97% 5. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium HB: 8.8 g% Lekosit : 15,2 Trombosit: 393 Natrium : 141



Kalium: 3.4 Ureum: 17 Kreatinin: 0.80 B. Radiologi Thorax dalam batas normal



BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI OBAT DAN ALKOHOL 1. Pengkajian a. Data subyektif yang ditanyakan, meliputi: 1) Identitas pasien Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat. Anda bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien sadar atau pada keluarga apabila pasien bayi atau tidak sadar. 2) Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini 3) Riwayat



penyakit/keluhan



yang



sekarang



dirasakan



atau



berhubungan dengan sakit yang diderita sekarang. 4) Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.



yang



b. Data obyektif Lakukan pemeriksaan fisik maupun diagnostik untuk mengumpulkan data Obyektif, meliputi: 1) Anda perhatikan/amati keadaan umum pasien : Kaji kesadaran pasien, apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis), apatus, delirium, somnolen, stupor, koma. 2) Kaji jalan nafas (Airway) : Anda lakukan observasi pada gerakan dada,, apakah ada gerakan dada atau tidak. Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar atau paten, sedang apabila tidak ada gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas artinya terjadi sumbatan jalan nafas. 3) Kaji fungsi paru (breathing): Anda kaji/observasi kemapuan mengembang paru, adakah pengembangan paru spontan atau tidak. Apabila tidak bisa mengembang spontan maka dimungkinkan terjadi gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan nafas. 4) Kaji sirkulasi (Circulation) : Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan melakukan palpasi pada nadi radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba gunakan nadi carotis. Apabila tidak teraba adanya denyutan menunjukkan gangguan fungsi jantung. 4) Kaji Disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS 5) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, jumlah pernafasan 6) Lakukan pemeriksaan fisik (data focus) sesuai dengan keluhan pasien. 7) Lakukan kolaborasi untuk pemeriksaan penunjang seperti : EKG, foto rontgen dan pemeriksaan analisa gas darah. 2. Diagnosis Keperawatan a. Gangguan Sirkulasi Spontan 1) Tujuan: a) Keadekuatan cadangan energi untuk mendukung individu mampu bernapas secara adekuat tercapai setelah tindakan keperawatan selama 30 menit Kriteria: Dispnea menurun, Penggunaan otot bantu napas menurun, Takikardia menurun, Gelisah menurun, Volume tidal meningkat b) Keseimbangan asam basa meningkat setelah tindakan keperawatan selama 30 menit Kriteria: kesadran meningkat, kadar CO 2 membaik, kadar bicnat membaik, frekuensi nafas membaik 2) Intervensi:



a)



Dukungan Ventilasi I.01002 (1) Observasi: (a) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas (b) Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan (c) Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis. frekuensi dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen) (2) Terapeutik: (a) Pertahankan kepatenan jalan napas (b) Berikan posisi semi Fowler atau Fowler (c) Ajarkan teknik batuk efektif (3) Kolaborasi (a) Kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu b) Pemantauan Respirasi a) Observasi (1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas (2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik) (3) Monitor kemampuan batuk efektif (4) Monitor adanya produksi sputum (5) Monitor adanya sumbatan jalan napas (6) Auskultasi bunyi napas (7) Monitor saturasi oksigen (8) Monitor nilai AGD b) Terapeutik (a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien (b) Dokumentasikan hasil pemantauan c) Edukasi (a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan (b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu b. Risiko syok 1) Tujuan: a) Tingkat Syok menurunsetelah tindakan keperawatan selama 1 jam Kriteria: Kekuatan nadi meningkat, output urine meningkat, tingkat kesadaran meningkat, saturasi oksigen meningkat, akral dinginmenurun 2) Intervensi a) Pencegahan Syok I.02068



(1) Observasi (a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) (b) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) (c) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil (2) Terapeutik (a) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu (b) Pasang jalur IV, jika perlu (c) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu (3) Edukasi (a) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok (b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok (c) Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok (d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral (4) Kolaborasi (a) Kolaborasi pemberian antiinfalamasi, jika perlu c. Konfusi Akut 1) Tujuan: Tingkat Konfusi menurun setelah tindakan keperawatan 1 jam Kriteria: Tingkat kesadaranmeningkat,, aktivitas psikomotorik meningkat, respon terhadap stimulus meningkat 2) Intervensi a) Manajemen Penyalahgunaan Zat I. 09291 (1) Observasi (a) Identifikasi penyebab ketergantungan atau penyalahgunaan zat (b) Identifikasi perilaku denial tidak efektif (c) Periksa tanda dan gejala intoksikasi (2) Terapeutik (a) Penuhi kebutuhan dasar seperti keamanan, kebersihan diri, kenyamanan, lingkungan tenang (b) Pertahankan disiplin diri dengan pengawasan ketat (c) Berikan batasan pada perilaku manipulatif (d) Batasi akses penggunaan zat (3) Edukasi (a) Anjurkan berfokus pada saat ini dan masa depan, bukan masa lalu



(b) Anjurkan pasien dan keluarga mengikuti peraturan ketat rumah sakit secara efektif (mis. tidak menyelundupkan zat) (c) Ajarkan keterampilan pencegahan kekambuhan. keterampilan suportif dan tugas perkembangan d. Risiko Cedera 1) Tujuan: Tingkat Cedera menurun Kriteria: Toleransi aktifitas meingkat, kejadian cedera menurun, luka/lecet menurun, gangguan mobilitas menurun 2) Intervensi a) Pencegahan Cedera (1) Observasi (a) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera (2) Terapeutik (a) Sediakan pencahayaan yang memadai (b) Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis. penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi) (c) Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu (d) Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau (e) Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci (f) Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan (g) Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alam sensor pada tempat tidur atau kursi (h) Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau alat bantu jalan) (i) Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien (j) Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan (3) Edukasi (a) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga e. Risiko Hipovolemia 1) Tujuan:



.Status Cairan membaik Kriteria: Kekuatan nadi menignkat, output urine meningkat, membran mukosa lembap menurun,pengisian vena meningkat, tanda-tanda vital membaik 2) Intervensi a) Manajemen Cairan I.03098 (1) Observasi (a) Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah) (b) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit, Na, K, CI, berat jenis urine, BUN) (c) Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia) (2) Terapeutik (a) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam (b) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan (c) Berikan cairan intravena, jika perlu f. Hypervolemia 1) Tujuan: Keseimbangan Cairan Kriteria: Keluaran urin, Asupan cairan,Kelembaban membran mukosa, edema menurun 2) Intervensi a) Manajemen Hipervolemia I.03114 (1) Observasi (a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan) (b) Identifikasi penyebab hipervolemia Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia (c) Monitor intake dan output cairan (d) Monitor kecepatan infus secara ketat (e) Monitor efek samping diuretik ( mis . hipotensi ortortostatik , hipovolemia , hipokaler hiponatremia) (2) Terapeutik  Batasi asupan cairan dan garam  Tinggikan kepala tempat tidur 30-40° (3) Edukasi











Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 ml / kg / jam dalam 6 jam  Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan  Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian diuretik  Kolaborasi penggantian kehilangan kalium



akibat diuretik



BAB 4 PEMBAHASAN Pengkajian airway, breathing, sirkulasi, disability sudah sesuai. Pada pengkajian nyeri menggunakan VAS tetapi pasien dalam kesadaran somnolen. Pada diagnosis keperawatan yang diambil tidak jelas antara diagnosa aktual atau risiko karena tidak dicoret salah satu. Prioritas diagnosis keperawatan yaitu keseimbangan cairan. Hal ini sesuai dengan data mual muntah dan diare yang dialami pasien.diagnosis keperawatan lain yang diambil yaitu ketidakseimbangan elektrolit dan ansietas. Pasien dalam kondisi penurunan kesadaran belum dapat



dikaji dan diberikan intervensi untuk mengatasi ansietas. Data penurunan kesadaran pasien somnolen, tidak diangkat diagnosis keperawatan.



Pada tujuan



belum dituliskan target waktunya. dan rencana tindakan menjadi satu pada seluruh diagnosis



keperawatan



yang



diambil



untuk



memudahkan



dokumentasi



keperawatan karena pelayanan IGD membutuhkan tindakan cepat dan tepat. Tindakan keperawatan untuk mengatasi keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan ansietas belum lengkap. Evaluasi dari tindakan keperawatan dan tujuan belum lengkap, misal: output urine, produk NGT. Kemungkinan dokumentasi belum lengkap karena situasi layanan yang krodit di IGD. Pengkajian di IGD sudah sesuai dengan airway, breathing, circulation untuk menentukan tindakan segera yang akan dilakukan. Data penurunan kesadaran dapat diambil diagnosis keperawatan risiko penurunan perfusi jaringan serebral. Pada tujuan ditentukan target waktu untuk pencapaian tujuan.



Diagnosis



keperawatan ansietas dapat diangkat setelah pasien sadar dan ditambahkan diagnosis keperawatan risiko bunuh diri. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan dapat dilengkapi agar lebih sesuai dengan rencana keperawatan.



BAB V KESIMPULAN Intoksikasi adalah suatu kondisi dimana masuknya zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kognisi, kesadaran, persepsi, perilaku dan respon psikofisiologis. Dapat juga diartikan bahwa sebagai tanda masuknya suatu zat ke dalam tubuh seseorang yang dapat menyebakan ketidaknormalan mekanisme yang ada didalam tubuh hingga dapat menyebakan suatu kematian.



Penyebab intoksikasi obat antara lain: Napza: amfetamine, heroin, kokain, opiat, morfin, ekstasi, sabu, dsb.



Alkohol: methanol, ethanol .Bahan



kimia: organofosfat. Tanda dan gejala intoksikasi alcohol (methanol) : Seseorang mengalami keracunan methanol awalnya akan mengalami akan mabok ringan dan mengantuk. Kemudian 40 menit



sampai 72 jam



mengalami fase laten yang merupakan fase tanpa gejala. Fase ini diikuti pula asidosis metabolic dan gangguan penglihatan. Prosedur diagnostik: Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan toksikologi pada intoksikasi akut. Manifestasi klinis : Keracunan metanol dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Mehanol yang masuk ke dalam tubuh mudah terabsorbi dan terdistribusi ke dalam cairan tubuh. Methanol dimetabolisme di dalam hati oleh enzim alkohol dehidrogenase membentuk formaldehide, oleh aldehid dehidrogenase dimetabolisme menjadi asam format. Kedua senyawa ini dapat



menyebabkan



asidosis



metabolik.



Methanol



juga



dapat



menyebabkan kebutaan dan kematian Intervensi terapeutik ( tindakan life saving ) : Pasien intoksikasi akut, mengalami kerusakan lebih dari satu organ dan dapat memburuk dengan cepat bila tidak dilakukan penanganan cepat, penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi akut di mulai dengan resusitasi dan stabilisasi awal, penilaian risiko konsumsi toksin, dan tatalaksana awal ( mengurangi absorpsi dan membuang toksin), tatalaksana definitif (memberikan penawar) dan tatalaksana suportif. DAFTAR PUSTAKA Hidayati, D. B.I. (2019). Intoksikasi Organofosfat dengan Krisis Kolinergik Akut, Gejala Peralihan dan Polineuropati Tertunda. Jurnal Kesehatan dan Agromedicine. Vol. 6 No. 2 Indrayanthi,PA, Widiana,IG R.(2016). Modul pelatihan manajeman penatalaksanaan korban keracunan minuman beralkohol oplosan,



unyuk tenaga kesehatan medis ( dokter dan perawat di Ruman sakit), Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedoteran, Universitas Udayana Bekerjasama dengan LIAM Charltable Fund Australia dan Methanol Institute Rahmi.E, Sutarni.S, (2019). Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana pada Pasien Intoksikasi Akut di Unit Gawat Darurat. Berkala ilmiah Kedokteran Duta wacana, Vol:04, No.2 Rinenggo,AG. (2017). Pengalaman pasien ketika terjadi Intoksikasi Obat pada Penggunaan Zat Adiktif Stumulant yang di rawat Di Rumah Sakit. Berkala ilmiah Kedokteran Duta wacana, Vol:04, No.2 Suprapto., Setyaningsih., Sutarni. S. ( 2017). Penyalahgunaan NAPZA sebagai faktor risiko neuropati perifer pada remaja jalanan. Vol. 15. No. 2 Sinaga,M.V. Suriani (2020). Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pecandu dan Korban penyalahgunaan Narkotika ( Studi BNN Kab Asahan), Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.6 No.1 Tritama, T.K. (2015). Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Medical Journal of Lampung University. Vol. 4. No. 8