20 0 161 KB
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG KEPUTUS ASAAN
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 1. ANJELA NOVEREN 2. ATIKA SURI 3. DWIRA JANUAR 4. KARMILA 5. LAMRIANI TOBING 6. INTAN PERMATA SARI
PRODI S1 KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya
karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia. Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus menngunakan resiko bunuh diri. Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan. Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku. Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segala kemampuannya, dan kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa. Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.
1.2 Tujuan Tujuan umum :
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep keputusasaan. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan. 2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan. 3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan keputusasaan 4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan konsep keputusasaan.
BAB II TINJAUAN TEORI 1.1 Definisi
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005). Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 ) Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi. Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan . (carpenito, 563). 1.2 Faktor penyebab Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : a. Faktor kehilangan b. Kegagalan yang terus menerus c. Faktor Lingkungan d. Orang terdekat ( keluarga ) e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) f. Adanya tekanan hidup g. Kurangnya iman
1.3 Tanda dan gejala a. Mayor ( harus ada) Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan. 1) Fisiologis : respon terhadap stimulus melambat tidak ada energi tidur bertambah 2) emosional : individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan
tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup hampa dan letih perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap. 3) Individu memperlihatkan : Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan Penurunan verbalisasi Penurunan afek Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat. Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan interpersonal yang terganggu Proses pikir yang lambat Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan
dan
kehidupannya sendiri. 4) Kognitif : Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang
bukan masalah yang dihadapi saat ini Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan
yang ditetapkan Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan Tidak dapat mengenali sumber harapan Adanya pikiran untuk membunuh diri. b. Minor ( mungkin ada ) 1. Fisiologis Anoreksia BB menurun 2. Emosional Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain Merasa berada diujung tanduk Tegang Muak ( merasa ia tidak bisa) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani Rapuh 3. Individu memperlihatkan
Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari
pembicara Penurunan motivasi Keluh kesah Kemunduran Sikap pasrah Depresi
4. Kognitif Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang ,
masa datang Bingung Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif Distorsi proses pikir dan asosiasi Penilaian yang tidak logis
1.4 Rentang Respon Respon Adaptif
Harapan : Yakin Percaya Isnpiratif Tetap hati
1.5 Penatalaksaan medis a. Psikofarmaka
Respon Maladaptif
Putus Harapan : Tidak berdaya Putus asa Apatis Gagal dan kehilangan Ragu-ragu Sedih Depresi Bunuh diri
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan. b. Psikoterapi
Adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya. c. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka. d. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb. e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat. 1.6 Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri Keptus asaan Harga Diri Rendah Diagnosa Keperawatan : 1. Isolasi Sosial 2. Resiko Bunuh Diri 3. Defisit Keperawatan Diri
INTERVENSI KEPERAWATAN Tanggal/
Diagnosa
Tindakan
Rasionalisasi
Sp 1 pasien
Sp 1 pasien
jam 28/11/2010 Isolasi sosial
1. mengidentifikasi penyebab isolasi
1. Mengetahui penyebab
sosial dengan pasien
terjadinya isos 2. Agar pasien mau
2. diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
membuka diri dengan lingkungan dan orang-
lain 3.diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
orang disekitar pasien 3. Agar pasien tidak merasa sendiri 4. Mempermudah pasien
4.mengajarkan pasien cara berkenalan
untuk komunikasi
dengan satu orang
dengan lingkungan
5.menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian Sp 2 pasien
sekitar 5. Membantu pasien memesukkan jadwal ke dalam kegiatan harian Sp 2 pasien 1. mengetahui apakah
1. megevaluasi jadwal kegiatan harian
apsien sudah melakukan
pasien 2. memberikan kesempatan pada
apa yang diajarkan oleh
pasien untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian Sp 3 pasien
perawat 2. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam berinteraksi dengan sekitar 3. agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan dalm jadwal kegiatan
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. memberikan kesempatan pada
harian. Sp 3 pasien 1. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien
pasien mempraktekkan cara
berkomunikasi dengan
berkenalan dengan 2 orang atau
sekitarnya 2. mempermudah pasien
lebih 3. menganjurkan pasien memasukkan
berinteraksi dengan
dalam kegiatan harian
orang lain 3. Agar pasien memasukkan
Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang
kegitan yang diajarkan
dirasakan keluarga dalam merawat
dalm kegiatan harian Sp 1 keluarga 1. untuk mengetahui masalah
pasien 2. menjelaskan pengertian, tanda dan
yang dirasakan keluarga
gejala
saat merawat pasien 2. membantu keluarga dalam
3. menjelaskan cara merawat pasien isos.
memahami tanda dan gejala 3. untuk mengetahui cara
Sp 2 keluarga
merawat pasien dengan 1. melatih keluarga mempraktekkan
isos sp 2 keluarga 1. agar keluarga dapat
cara merawat pasien dengan isos 2. melatih keluarga cara merawat
melakukan dengan benar
langsung pasien isos
perawatan pada psien dengan
Sp 3 keluarga
isos
1. membantu keluarga membuat jadwal
2.agar keluarga pasien
aktivitas dirumah termasuk minum
terbiasa dan terlatih dalam
obat 2. menjelaskan follow up pasien
merawat keluarganya.
setelah pulang
Sp 3 keluarga 1.
1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat pada pasien 2. agar keluarga pasien mengingat apa yang perlu dilakukan kepada pasien
29/11/2010
RBD
Sp 1 pasien 1. mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri 4. melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri Sp 2 pasien 1. mengendalikan aspek positif pasien 2. mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri 3. mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga Sp 3 pasien 1. mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien 2. menilai pola koping yang biasa dilakukan 3. mengidentifikasi pola koping yang konstruktif 4. mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif 5. menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian pasien Sp 4 pasien 1. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien 2. mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis 3. memberi dorongan pasien melakukan kegitan dalam rangka meraih masa depan yang realistis Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. menjelaskan pengartian, tanda dan
Sp 1 pasien 1. mengetahui benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. menjauhkan benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. membantu pasien dalam mengendalikan dorongan untuk bunuh diri 4. membantu pasien dalam mengendalikan keinginan untuk bunuh diri sp 2 pasien 1. membantu pasien mengasah kemampuan positif yang dimilikinya 2. untuk membantu pasien agar menghilangkan pikiran untuk bunuh diri 3. membantu pasien cara menghargai diri sendiri sp 3 pasien 1. mengetahui pola koping yang bisa diterapkan pada pasien 2. menilai sejauh mana pola koping yang dimiliki pasien 3. mengetahui pola kiping ya ng konstruktif 4. membantu pasien dalam memilih pola koping yang konstruktif 5. agar pasien mamasukkan kegiatanyang diajarkan dalam kegiatan harian sp 4 pasien 1. membantu pasien
gejala resiko bunuh diri dan jenis perilaku bunuh diri serta proses terjadinya pada pasien 3. menjalaskan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri sp 2 keluarga 1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri 2. melatih keluarga melakukan cara
membuat rencana masa depan yang realistis 2. mengetahui cara mencapai masa depan yang realistis 3. mendukung pasien untuk meraih masa depan yang realistis sp 1 keluarga 1. agar perawat mengetahui masalah yang dirasakan
merawat langsung pada pasien
keluarga dalam merawat
dengan resiko bunuh diri pasien Sp 3 keluarga 2. membantu keluarga dalm 1. membantu keluarga membuat jadwal mengenali tanda dan aktivitas dirumah termasuk minum gejala serta proses obat terjadinya RBD 2. mendiskusikan sumber rujukan yang 3. memantu keluarga pasien bisa dijangkau oleh keluarga cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri sp 2 keluarga 1. agar keluarga pasien dapat melakukan perawatan pada pasien secara benar 2. agar keluarga pasien terbiasa dan terlatih merawat keluarganya dengan RBD sp 3 keluarga 1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat dan benar pada pasien 2. mempermudah keluarga dalam mencari rujukan 30/112010
Defisit perawatan
yang tepat pada pasien Sp 1 pasien
Sp 1 pasien 1. menjelaskan pentingnya kebersihan
1.
mengetahui
diri
diri 2. menjelaskan cara menjaga
pentingnya kebersihan diri 2. Mengetahui cara
kebersihan diri 3. membantu pasien mempraktekkan
menjaga kebersihan diri 3. Agar pasien
cara menjaga kebersihan diri 4. menganjurkan pasien memasukkan dalam dalam jadwal kegiatan harian Sp 2 pasien 1. mengavaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara makan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan
mengetahui cara menjaga 4.
memasukkan dalam jadwal harian Sp 2 pasien 1. untuk mengetahui apakah pasien sudah
dalam jadwal kegiatan harian Sp 3 pasien 1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara eliminasi yang baik 3. membantu pasien mempraktikkan cara eliminasi yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan jadwal dalam kegitan harian Sp 4 pasien 1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara berdandan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan cara berdandan yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,dan jenis defisit parawatan diri 3. menjelaskan cara merawat pasien dengan DPD sp 2 keluarga 1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan DPD
kebersihan diri Membantu pasien
melakukan apa yang sudah diajarkan oleh perawat 2. 3.
mengetahui cara makan yang baik membantu pasien mempraktekkan cara
4.
makan yang baik agar pasien memasukkan kegitan yang diajarkan oleh perawat
dalam kegiatan harian sp 3 pasien 1. mengetahui sejauh mana pasien memahami apa yang diajarkan perawat 2. mengetahui cara 3.
eliminasi yang baik agar pasien tahu
cara eliminasi yang baik 4. agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan perawat dalam kegiatan harian sp 4 pasien 1. mengetahui sejauh
2. melatih keluarga melakukan cara
mana pemahaman pasien
merawat langsung pasien dengan
tentang apa yang
DPD
diajarkan oleh perawat mengetahui cara
Sp 3 keluarga 2. 1. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat 2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang
berdandan yang baik 3. agar pasien tahu 4.
cara berdandan yang baik agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan perawat
dalam kegiatan harian sp 1 keluarga 1. mengetahui masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. membantu keluarga dalam mengenali tanda dan gejala DPD 3. membantu keluarga pasien cara merawat pasien sp 2 keluarga 1. agar keluarga dapt melakukan dengan benar cara merawat pasien 2. agar keluarga terbiasa dan terlatih merawat keluarganya. Sp 3 keluarga 1. agar keluarga dapat memberi obat dengan tepat dan benar 2. agar keluarga dapat mengingat apa yang perlu dilakukan pada pasien.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2017). Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya
karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia. 3.2 Saran 1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan keputusasaan. 3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan keputusasaan.
DAFTAR PUSTAKA Lynda Juall Carpenito, DIAGNOSIS KEPERAWATAN Aplikasi Pada Praktik klinis ed. 9, buku kedokteran EGC, Jakarta Modul Praktek Keperawatan Jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta : FK UI WHOStuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi : 6. Jakarta : EGC NANDA