Askep Komunitas PTM (Stroke) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit Tidak Menular/Kronis (Stroke)”



Oleh : Dinda Melisri Joesa NIM. 183310804



Dosen Pembimbing : Tasman,SKp.,M.Kep.,Sp.Kom



PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkna rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna satu penunjang nilai mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II serta semua pihak yang turut mendukung pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi pembaca,khususnya bagi saya sendiri sebagai penyusunnya.



Padang,14 Februari 2020



(Dinda Melisri Joesa)



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR …………………………………………………………….…2 DAFTAR ISI ………………………………………………………………………....3 BAB I PENDAHULUAN …………………………………………...…….…………4 A. Latar Belakang ……………………………………………………………4 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...4 C. Tujuan ………………………………………………………….………….4 BAB II TINJAUAN TEORITIS …………………….…………………….………...5 A. Konsep Penyakit Tidak Menular ………………………………...………..5 B. Konsep Teori Penyakit Stroke …………………………………………...10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ………………….………………….……..14 A. Pengkajian Keperawatan ………………………………………………...14 B. Diagnose Keperawatan …………………………………………………..15 C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan ……………………………...16 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...…….19



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit yang sering disebut dengan transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular seperti stroke,jantung,dan diabetes mellitus. Penyakit kematian tertinggi didunia adalah penyakit degenerative. Setiap tahun,15 juta orang didunia menderita stroke. Terdapat 6,5 juta kematian akibat stroke didunia,menjadikan stroke sebagai penyebab kematian nomor dua didunia. Kematian akibat stroke terhitung 11,8% dari kematian didunia. Stroke adalah penyebab nomor dua penyebab kecacatan,setelah dimensia. Kecacatan dapat berupa kehilangan penglihatan dan atau penurunan kemampuan berbicara,paralisis,dan kebingungan. Stroke disebabkan adanya gangguan peredaran darah dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau terhambat oleh sumbatan. Hal ini menyebabkan terputunya persediaan oksigen dan nutrient yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke disebabkan oleh multifactor seperti hipertensi,penyakit jantung,merokok,diabetes,kolesterol,obesitas dan kurang aktivitas fisik dan factor lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep teori penyakit tidak menular? 2. Bagaimana konsep teori penyakit stroke ? 3. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas penyakit tidak menular terutama stroke? C. Tujuan Makalah 1. Memberikan informasi mengenai penyakit tidak menular terutama penyakit stroke 2. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan komunitas pada klien stroke 3. Untuk memenuhi penugasan keperawatan komunitas II



BAB II TINJAUAN TEORITIS



A. Pengertian/Definisi Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak dapat ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain,sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Penyakit Tidak Menular disebabkan oleh banyak factor,termasuk gaya hidup dan lingkungan yang membentuk seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi jangka Panjang dan tidak bisa langsung menyebar dari satu orang ke orang lain. Penyakit Tidak Menular seperti diabetes melitus,asma,stroke,dan penyakit jantung. Umumnya Penyakit Tidak Menular bersifat kumat-kumatan atau kronis. Penyakit Tidak Menular juga merupakan beban Kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara industry. Berdasarkan laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara terdapat lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi,yaitu penyakit kardiovaskuler,DM,kanker,penyakit pernapasan obstruksi kronik dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM merupakan bagian dari penyakit degenerative dan mempunyai prevalensi tinggi pada orang berusia lanjut. Istilah Penyakit Tidak Menular mempunyai kesamaan arti dengan : 1. Penyakit Kronik  hal ini dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut,misalnya keracunan. 2. Penyakit Non-Infeksi  sebutan ini dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya PTM. 3. New Communicable Disease  hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular;yaitu melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. Gaya hidup didalamnya dapat menyangkut pola makan,kehidupan seksual,dan komunikasi global. Contoh : perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan berlebih yang mengandung kolesterol tinggi.



B. Karakteristik Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (factor predisposisi,infeksi,dan lain-lain) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). 1. Agent 



Agent dapat berupa,yakni kimiawi,fisik,mekanik.psikis.







 







Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi,mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks (mulai molekul sampai zat-zat yang kompleks ikatannya). Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui spesifikasi dari agent tersebut. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbdabeda (dinyatakan dalam skala patogenitas). Patogenitas agent yaitu kemampuan/kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada host. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain: kemampuan menginvasi/memasuki jaringan,kemampuan merusak jaringa ; reversible dan irreversible,kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif.



2. Reservoir 



 



Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup,benda mati (tanah,udara,air,batu,dll) dimana agent dapat hidup,berkembang dan tumbuh dengan baik. Pada umumnya untuk PTM,reservoir dari agent adalah benda mati. Pada PTM orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.



3. Patogenitas  







Fase Akumulasi pada jaringan  apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus. Fase Subklinis  pada fase ini tanda dan gejala belum muncul. Telah terjadi kerusakan pada jaringan tergantung pada : jaringan yang terkena,kerusakan yang diakibatkannya,sifat kerusakan. Fase Klinis  agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).



4. Karakteristik Penyakit Tidak Menular :     



Tidak ditularkan Etiologi sering tidak jelas Agent penyebab : non living agent Durasi penyakit Panjang (kronis) Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.



5. Rute dari keterpaparan  melalui system pernafasan,system digestive,system integument/kulit dan system vaskuler.



C. Pendekatan Epidemiologis Penyakit Tidak Menular Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendekatan metodologik,yaitu dengan melakukan berbagai penelitian. Sebagaimana umumnya penelitian



epidemiologi,penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya penelitian Observasional dan Ekperimental. Hanya saja,karena waktu berlangsungnya yang lama,maka umumnya penelitian PTM merupakan penelitian observasional. Jenis-jenis penelitian terhadap PTM yang merupakan Penelitian Observasional berupa : 1. Penelitian Cross-Sectional 2. Penelitian Kasus Kontrol 3. Penelitian Kohort



D. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Faktor penyebab dalam Penyakit Tidak Menular dipakai istilah factor risiko (risk factor) untuk membedakan dengan istilah etiologic pada penyakit menular atau diagnosis klinis. Macam-macam factor risiko : 1. Menurut Dapat – Tidaknya Risiko itu diubah :  



Unchangeable Risk Factors  Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : umur,genetic Changeable Risk Factors  Faktor risiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan merokok,olah raga.



2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko 







Suspected Risk Factors (factor risiko yang dicurigai) Yaitu factor risiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/penelitian,dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : merokok menyebabkan terjadinya kanker leher rahim. Estabilished Risk Factors (factor risiko yang telah ditegakkan) Yaitu factor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah/penelitian,dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : rokok sebagai factor risiko terjadinya kanker paru. Perlunya dikembangkan konsep factor risiko ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan beberapa alasan,antara lain : tidak jelasnya kasus PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikroorganisme dalam PTM,menonjolnya penerapan konsep multicausal pada PTM,kemungkinan adanya penambahan atau interaksi antar risiko,perkembangan metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya factor risiko.



Faktor risiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum ditemukan secara keseluruhan,karena : 



Untuk setiap penyakit,factor risiko (merokok,hipertensi,hiperkolesterolemia)



dapat



berbeda-beda











Satu factor risiko dapat menyebabkan penyakit yang berbedabeda,misalnya merokok,dapat menimbulkan kanker paru,penyakit jantung coroner,kanker larynx. Untuk kebanyakan penyakit,factor-faktor risiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.



Factor-faktor risiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis antara lain :           



Tembakau Alcohol Kolesterol Hipertensi Diet Obesitas Aktivitas Stress Pekerjaan Lingkungan masyarakat sekitar Life style



E. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko Dengan mengetahui factor risiko dalam terjadinya penyakit maka dapat digunakan untuk : 







 



Prediksi  untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya : perokok berat mempunyai risiko 10 kali lebih besar untuk terserang Ca Paru daripada bukan perokok. Penyebab  kejelasan dan berartnya suatu factor risiko dapat ditetapkan sebagai penyebab suatu penyakit dengan syarat telah menghapuskan factorfaktor pengganggu (Confounding Factors). Diagnosis  dapat membantu dalam mengakkan diagnose. Prevalensi  jika suatu factor risiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu,maka dapat diambil tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.



F. Kriteria Faktor Risiko Untuk memastikan bahwa status sebab layak disebut sebagai factor risiko,maka harus memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill),yaitu :  



Kekuatan hubungan  adanya risiko relative yang tinggi. Temporal  sebab mendahului akibat.



     



Respon terhadap dosis  makin besar paparan,makin tinggi kejadian penyakit. Reversibilitas  penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit. Konsistensi  kejadian yang sama akan berulang pada waktu,tempat,dan penelitian yang lain. Kelayakan biologis  sesuai dengan konsep biologi. Specifitas  satu penyebab menimbulkan satu akibat. Analogi  ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.



G. Upaya-Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4 tingkatan pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular,yaitu : 1. Pencegahan Primordial Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan,gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan factor risiko untuk munculnya suatu penyakit. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok. 2. Pencegahan Tingkat Pertama  



Promosi Kesehatan masyarakat : kampanye kesadaran masyarakat,promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan masyarakat. Pencegahan khusus : pencegahan keterpaparan,pemberian kompreventif.



3. Pencegahan Tingkat Kedua  



Diagnosis dini,misalnya dengan screening. Pengobatan,misalnya dengan kemotherapi atau pembedahan.



4. Pencegahan Tingkat Ketiga adalah dengan cara rehabilitasi.



H. Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular Diantara penyakit tidak menular adalah penyakit jantung,stroke,diabetes dan penyakit lainnya. Penyakit tidak menular sering dialami oleh seseorang yang tidak menjaga kesehatan secara baik maupun juga kurang teratur dalam menjaga pola kesehatan tersebut. Saat ini di Indonesia terdapat kurang lebih 30 jenis penyakit tidak menular. Dari 30 jenis penyakit tidak menular tersebut terdapat beberapa jenik penyakit tidak menular yang memiliki tingkar prevalensi yang tinggi dan pada umumnya sering dialami oleh masyarakat,penyakit tersebut adalah penyakit gagal jantung,ashma bronchiale,penyakit hipertensi,stroke,kanker serviks,diabetes melitus,gagal ginjal kronik,penyakit mata atau katarak,penyakit



rematik,penyakit obesitas dan penyakit jiwa. Berikut saya akan membahas mengenai penyakit tidak menular yaitu stroke.



I. Pengertian Stroke Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan dan kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996),stroke adalah deficit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD). WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,gangguan bicara,proses berpikir,daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Menurut Smeltezer & Bare 2008,stroke atau cedera Serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan aliran darah serebral. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah terjadi perubahan pada beberapa fungsi neurologis yang ringan sampai berat yang diakibatkan oleh gangguan pembuluh darah otak. Gangguan diluar penyebab ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai stroke.



J. Etiologi Stroke 1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak 2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak 3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.



K. Patofisiologi Stroke Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan deficit sementara dan bukan deficit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak. Setiap deficit fokal permanen akan bergantung pada darah otak mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Deficit fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.



Jika aliran darah ketiap bagian otak terhambat karena thrombus atau emboli,maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark. Ganguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel neuron,dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak. Perdarahan intracranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenerative pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak. Rupture ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu,menimbulkan iskemik fokal,dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS),dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yangmerusak jaringan otak Perubahan sirkulasi CSS,obstruksi vena,adanya edema dapat meningkatkan TIK yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan TIK yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu,terjadi bradikardia,hipertensi sistemik,dan gangguan pernapasan. Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa,darah dapat mengiritasi pembuluh darah,meningen,dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibatkan menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,iskemik otak,dan infark.



L. Faktor Risiko Stroke 1. Hipertensi 2. Hipotensi 3. Obesitas 4. Kolesterol darah tinggi 5. Riwayat penyakit jantung 6. Riwayat penyakit DM 7. Merokok 8. Stress 9. Keturuan



10. Umur 11. Keturunan,dll



M. Klasifikasi Sroke I.



Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari. a. Thrombosis pada pembuluh darah otak (thrombosis of cerebral vessels) b. Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of cerebral vessels)



II.



Stroke hemarogik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental). a. Perdarahan intraserebral (paranchymatous haemorrhage) Gejalanya :  Tidak jelas,kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi  Serangan terjadi pada siang hari,saat beraktivitas,dan emosi atau marah  Mual atau muntah pada permulaan serangan  Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan  Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang dari ½ jam – 2jam ;