Askep Meningitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MENINGITIS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas kelompok Keperawatan Medikal Bedah



OLEH: Kelompok V Bayu Wandira



(181211383)



Cintia Febrita Ngadia Wati



(181211386)



Fadhila Annisa Afnel



(181211390)



Kurnia Alisah Rintih



(181211394)



Nadiva Salma Hwe



(181211399)



Wetry Yuvita Sari



(181211417)



Yosa Okjevi



(181211422)



DOSEN PENGAMPU Ns. Fitria Alisah, M. Kep PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERCUBAKTIJAYA PADANG 2020



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, berkat rahmat dan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat beserta salam selalu kita curahkan buat junjungan umat sedunia yakninya nabi Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Kelompok sangat bersyukur karena telah dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Keperawatan yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien dengan MENINGITIS ” Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan pembaca. Terimakasih.



Padang, 19 maret 2020



Kelompok 5



DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................................... Daftar Isi.......................................................................................................... Bab I Pendahuluan......................................................................................... A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................ C. Tujuan .............................................................................................. Bab II ASKEP TEORITIS............................................................................. 1 Pengertian Dislokasi.......................................................................... 2. Etiologi.............................................................................................. 3. Anatomi Fisiologi............................................................................. 4.Patofisiologi....................................................................................... 5.Komplikasi......................................................................................... 6.Klarifiksi............................................................................................ 7.Manifestasi Klinis ............................................................................. 8.Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9. Penatalaksanaan ............................................................................... 10. pengkajian....................................................................................... 11. diagnosa.......................................................................................... 12. Intervensi......................................................................................... 13.implementasi.................................................................................... 14. evaluasi........................................................................................... Bab III Penutup.............................................................................................. 1. Kesimpulan....................................................................................... 2. Saran................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemikmaupun epidemik. Secara klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroupdari strain yang terlibat berbeda. Kasus endemik pada negara-negara berkembangdisebabkan oleh strain serogroup B yang biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun. Kasusepidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang mempunyai kecendrunganuntuk menyerang usia yang lebih tua.Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umurantara 1dan 10 tahun. Penyakit inirelatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. DiAS dan Finland,



hampir



55%



kasus



pada



usia



dibawah



3



tahun



selama



keadaannonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasienusia 5 sampai 9 tahun. Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakanpredisposisi untuk terjadinya penyakit epidemik. Kelembaban yang rendah dapatmerubahbarier mukosa nasofaring, sehingga merupakan predisposisi untukterjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di daerah Sao Paulo dari 1971 sampai1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang merupakan peralihan dari musim hujanke musim panas. African outbreaks terjadi selama musim panas dari bulanDesember hingga juni. Di daerahSub-saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hinggaNiger, Nigeria, Chad, Sudan di timur) di mulai pada musism panas/winter dry season(November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir April-awal Mei, saat angingurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu udara sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene yang rendah danlingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik. InfeksiN. meningitidis semata-mata hanya mengenai



manusia. Telah terbukti bahwa tidakdidapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari hewan ke manusiapada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi meningococcus,transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan (airbonedroplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian besar partikel dari droplet salurannafas mengandung meningococcus. Meningococcus bisa didapatkan pada kultur darinasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut dapatmeningeal tergantung kepada kemampuan



dari kapsel polisakarida



untuk menghambataktivitas



sistim



komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisiphagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal yangsangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis.Pasien dengandefisiensi dari komponen terminalkomponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan resiko



tinggi



untukterinfeksi



Neisseria



(termasuk



N.Meningitidis).



(Sumber : Irfannuddin ;Fisiologi Paramedis) Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1 – 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan individu yang menderita  penyakit invasif, perumahan padat penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang tidak diberikan ASI pada umur 2 – 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan Meningitis Bakterial Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2 tahun. Umumnya terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens meningitis bakterialis  pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000 kelahiran hidup. Insidens meningitis pada bayi  berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Streptococcus group B dan E.coli merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada neonatus.



Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir 40% diantaranya mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit neurologis. Meningitis Tuberkulosis . Di seluruh dunia, tuberkulosis merupakan penyebab utama dari morbiditas dan kematian  pada anak. Di Amerika Serikat, insidens tuberkulosis kurang dari 5% dari seluruh kasus meningitis bakterial pada anak, namun penyakit ini mempunyai frekuensi yang lebih tinggi pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis anak masih tinggi. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak terutama bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian jarang dibawah usia 3  bulan dan mulai meningkat dalam usia 5 tahun pertama, tertinggi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun. Angka kematian berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang normal secara neurologis dan intelektual. Anak dengan meningitis tuberkulosis yang tidak diobati, akan meninggal dalam waktu 3-5 minggu. Angka kejadian meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien tuberkulosis dewasa. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami konsep serta mampu menerapakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Meningitis di rumah sakit 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengerti serta memahami definisi dari Meningitis b. Mahasiswa mengetahui etiologi terjadinya Meningitis c. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi organ terkait d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit Meningitis e. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi penyakit Meningitis f. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Meningitis



g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan pada pasien Meningitis h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus Meningitis i. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan kasus Meningitis secara teoritis



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piameter). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya di timbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (LONG, 1996). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). B. ETIOLOGI 1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, diplococcus pneumonia (pneumokok), haemolyticuss,



neisseria



meningitis



staphylococcus



(meningokok),



aureus,



Streptococus



haemophilis



influenza,



escherichia coli, peudomonas aeruginosa. 2. Penyebab lainnya lues, virus, toxoplasma gondhii, dan ricketsia. 3. Faktor predisposisi : jenis kelqamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita. 4. Faktor maternal : ruptur membran etal, infeksi maternal pada minggu terakhir krhamilan. 5. Faktor



imunologi



:



defisiensi



saraf



pusat,



mekanisme



imun,



defisiensi



imunoglobulin. 6. Kelainan



sistem



pembedahan



berhubungan dengan sistem persarafan.



atau



injury



yang



C. KLASIFIKASI Meningitis di bagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu : 1. Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, virus, toxoplasma gondhii, dan ricketsia. 2. Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae



(pneumokok),



Neisseria



meningitis



(meningokok),



Streptococus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Peudomonas aeruginosa. D. PATOFISIOLOGI Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan di ikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian



atas,



otitis



media,



mastoiditis,



anemia



sel



sabit



dan



hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,



semua



ini



merupakan



penghubung



yang



menyokong



perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan dibawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliaran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding



membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan



fisiologis



intrakrania,



yang



terdiri



dari



peningkatan



permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak, edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi



(pada



sindromWaterhouse-friderichssen)



sebagai



akibat



terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus. E. MANIFESTASI KLINIS Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK : 1. Sakit kepala dan demam (gejala awal) 2. Peruabahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif dan koma. 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut : a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. b. Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna. c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka di hasilkan fleksi lutut, dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ektremitas bawah pada salah satu sisi maka terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan. 4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Adanya



ruam



meningokokal.



meruapakan



ciri



penyolok



pada



meningitis



7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tibatiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler desiminata. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Analisis CSS dari fungsi lumbal : a. Meningitis bakteri : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur posituf terhadap beberapa jenis bakteri. b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. 2. Glukosa serum : meningkat (meningitis) 3. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri) 4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri) 5. Elektrolot darah : Abnormal 6. ESR/LED : meningkat pada meningitis 7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi. 8. MRI/ CT scan : dapat membantu dalam melokasikan lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor. 9. Rontgen dada/ kepala/ sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. G. PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian anti



biotik yang mampu melewati barier darah otak keruang subarachnoid dalam konsetrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Biasanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atai sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis-tuberkulosa) : 1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun. 2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/ 24 jam, oral, 1x sehari selama 1 tahun. 3. Streptomisin sulfa 20-4- mg/kgBB/ 24 jam, IM, 1-2x sehari selama 3 bulan.



Obat anti-infeksi (meningitis bakterial) : 1. Sefalosporin gerasi ketiga 2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam, IV, 4-6x sehari 3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4x sehari Pengobatan simtomatis : 1. Antikonvulsi, diazepan IV : 0,2-0,5 mg/kgBB/dosiss, atau rectal: 0,40,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3x sehari atau fenobarbital 5-7 mg/kgBB/ 24 jam, 3x sehari. 2. Antipiretik : paracetamol/ asam silisilat 10 mg/kgBB/dosis 3. Antiedema serebri : deuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri. 4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2. 5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemberian tambahan volume cairan intravena. H. KOMPLIKASI 1. Hidrosefalus obstruktif 2. Meningococc septicemia (mengingocemia)



3. Sindrome water-friderichen (septik, syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral) 4. Efusi subdural 5. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone) 6. Kejang 7. Edema dan herniasi serebral 8. Cerebral palsy 9. Gangguan mental 10. Gangguan belajar 11. Anttention deficit disorder



I. ASKEP TEORITIS A. Pengkajian a. Identitas Biasanya meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nama penanggung jawab. b. Keluhan utama Pada pasien meningitis biasanya keluhan utama yang dirasakan adalah muncul demam atau menggigil, kernig (+) dan kejang (Carman, 2014, hal. 138). c. Alasan masuk rumah sakit Keluhan yang dirasakan saat masuk rumah sakit biasanya pasien sakit kepala, muntah, kejang, ruam pada kulit (Carman, 2014, hal.138) d. Riwayat kesehatan sekarang Pengkajian yang didapatkan dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan meliputi sakit kepala, mual muntah, demam, perubahan tingkat kesadaran, dan merasa kaku pada leher (Widagdo, 2010, hal. 125)



e. Riwayat penyakit dahulu Meningitis dapat terjadi setelah seseorang mengalami trauma atau menjalani prosedur infasif meliputi fraktur tengkorak atau kraniu, luka tembus pada kepala, pungsi lumbal, pemasangan shunt ventrikulus (Kowalak, 2011, hal.314) f. Kesadaran Umum Biasanya



pasien



yang



mengalami



penyakit



meningitis



kesadarannya apatis sampai koma (Wijaya, 2013, hal. 29) g. Body Sistem a) Sistem kardiovaskuler Terjadi



kenaikan



tekanan



intrakarnial



yang



dapat



mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri (koma) (Kowalak, 2011,p. 314) b) Sistem persyarafan Disfungsi pada saraf cranial N III, VI, VIII Neuron III & VI : Biasanya pada pasien meningitis pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan, pada tahap lanjut meningitis yang mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan raaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan berlebihan terhadap cahaya. Neuron VIII : Biasanya pada pasien meningitis dengan stadium lanjut ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi (Widagdo, 2010, p. 126) c) Sistem Perkemihan Tidak terjadi gangguan pada sistem perkemihan (Wijaya, 2013, p. 22) d) Sistem Pencernaan Pada pasien meningitis biasanya terjadi mual dan muntah (Kowalak, 2011, p. 314)



e) Sistem Integumen Pada sistem integumen terjadi ruam petekia, vesicular atau ruam mukular juga dapat terjadi pada pasien meningitis (Carma, 2014, p. 139) f) Sistem Muskuloskeletal Biasanya mengeluh nyeri dan kaku pada leher atau kekakuan pada otot (Kyle & Carma, 2015, p. 557) g) Sistem Reproduksi Pada pasien meningitis biasanya tidak terjadi gangguan pada ssitem reproduksi (Wijaya, 2013, p. 23) h) Sistem Endokrin Tidak ada gangguan pada sistem endokrin (Wijaya, 2013, p. 22) i) Sistem Imun Pada sistem imun mengalami penurunan sistem imun pada pasien meningitis (Wijaya, 2013, p. 22) h. Data bio-psiko-sosial a) Aktivitas 



Gejala : Perasaan tidak enak (malaise)







Tanda : Ataksia, Kelumpuhan, gerakan involunter



b) Sirkulasi 



Gejala : adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.







Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.



c) Eliminasi 



Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.



d) Makan 



Gejala : kehilangan nafsu makan, sulit menelan.







Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering



e) Hygiene 



Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri



f) Neurosensori 



Gejala : sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan



yang



terkena,



kehilangan



sensasi,



hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. 



Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis, kejang umum/ lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau jernik posistif, rigiditas nukal, babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.



g) Nyeri/ keamanan 



Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal)







Tanda : gelisah, menangis



h) Pernapasan 



Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru







Tanda : peningkatan kerja pernapasan



B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien meningitis adalah sebagai berikut : a. Risiko defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makan b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d tidak mampu batuk c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d. Risiko cedera d.d terpapar patogen



C. Intervensi



N



Diagnosa



SLKI



O 1



Risiko



defisit Luaran utama:



nutrisi



b.d Status nutrisi



Ketidakmampua n



menelan



SIKI Manajemen makan



Kriteria hasil: -



makan



Aktivitas-aktivitas:



Meningkat



porsi Observasi



makan dihabiskan -



otot



keluarnya



makanan



Meningkat



kebutuhan kalori -



Membaik



berat



Timbang



-



Diskusikan



Membaik frekuensi



perilaku



makan



makan



dan



jumlah



Membaik



nafsu



aktivitas



Status menelan



sesuai



Kriteria hasil:



-



kamar



makanan



pengamatan



dimulut



meningkat



ke untuk



perilaku menelan



memuntahkan



meningkat



kembali makanan



Meningkat



Edukasi



kemampuan



-



menelan



yang



Dampingi



Mempertahankan



Refleks



fisik



(termasuk olahraga)



-



berat



badan secara rutin



Luaran tambahan



-



serta



otot Terapeutik



makan



-



dan



cairan



bada IMT



-



asupan



pengunyah



menelan



-



Monitor dan



kekuatan -



-



Meningkat kekuatan



-



gangguan



Anjurkan membuat catatan



-



Meningkat



usaha



harian



menelan



tentang



perasaan



dan



situasi



pemicu



pengeluaran makanan



(mis.



Pengeluaran yang disengaja ,muntah ,



aktivitas



berlebihan ) Kolaborasi -



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang



target



berat badan,kebutuhan kalori



dan



pemilihan 2



Bersihan



jalan Luaran utama



makanan Latihan batuk efektif



napas



tidak Bersihan jalan nafas



Aktivitas-aktivitas:



efektif



b.d Kriteria hasil:



Sekresi



yang



tertahan



d.d



tidak



mampu



-



Meningkat



Observasi batuk



-



efektif -



batuk



Menurun produksi



Identifikasi kemampuan batuk



-



sputum



Monitir



adanya



retensi spuctum



-



Menurun mengi



Terapeutik



-



Menurun wheezing



-



Menurunnya



Fowler



dispnea



fowler



-



-



Atur posisi semi atau



Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien



-



Buang



sekret



pada spuctum Edukasi -



Jelaskan



tujuan



dan



prosedur



batuk efektif -



Anjurkan



tarik



nafas



dalam



melalui



hidung



selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,



kemudian



keluarkan mulut bibir



dari dengan



mencucu



(dibulatkan) selama 8 detik -



Anjurkan mengulangi tarik nafas



dalam



hingga 3 kali -



Anjurkan dengan



batuk kuat



langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3 Kolaborasi : -



Kolaborasi pemberian mukolitik



atau



ekspektoran, jika 3



Gangguan rasa Luaran utama



perlu Terapi relaksasi



nyaman



b.d Status kenyamanan



gejala penyakit



Aktivitas-aktivitas:



Kriteria hasil: -



-



Observasi :



Meningkatkan



-



Identifikasi



kesejahteraan fisik



penurunan tingkat



Meningkatkan



energi,



kesejahteraan



ketidakmampuan



psikologis



berkonsentrasi



Menurun



keluhan



,



atau gejala lain



tidak nyaman



yang menganggu



-



Menurun gelisah



kemampuan



-



Menurun meringis



kognitif



Luaran tambahan



-



Identifikasi teknik



Tingkat ansietas



relaksasi



Kriteria hasil:



pernah



-



Menurun perilaku gelisah



-



-



efektif



digunakan -



Periksa



Menurun perilaku



ketegangan



otot,



tegang



frekuensi



nadi,



Menurun



tekanan



verbalisasi



dan



kebingungan



sebelumnya



Menurun



sesudah latihan



verbalisasi



-



darah, suhu dan



Monitor



respon terapi



khawatir



akibat



terhadap



kondisi



yang



relaksasi



dihadapi -



yang



Terapeutik: -



Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu



ruang



nyaman,



jika



memungkinkan -



Gunakan relaksasi sebagai



strategi



penunjang dengan analgetik



atau



tindakan



medis



lain, jika sesuai Edukasi -



Jelaskan



tujuan,



manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia -



Jelaskan rinci



secara intervensi



relaksasi



yang



dipilih -



Anjurkan mengambil posisi nyaman



-



Demonstarsikan dan latih teknik



4



Risiko d.d patogen



cedera Luaran utama



relaksasi Manejemen kejang



terpapar Tingkat cedera



Aktivitas-aktivitas :



Kriteria hasil: -



Meningkat



-



Monitor



toleransi aktivitas



terjadinya kejenag



Menurun kejadian



berulang



cedera -



Observasi :



-



Monitor



Menurun



karateristik



ketegangan otot



kejang



Luaran tambahan



(mis.



Aktivitas motorik,



Kontrol kejang



dan



Kriteria hasil:



kejang)



-



Meningkat



-



kemampuan -



faktor kejang



Monitor



tanda-



Terapeutik -



Meningkat



Baringkan pasien agar tidak terjatuh



kemampuan



-



status



tanda vital



risiko/pemicu



mencegah



Monitor neurolgis



mengidentifikasi



-



progresi



faktor



Berikan



atas



empuk di bawah



risiko/pemicu



kepala,



kejang



memungkin



Menurun



-



Pertahankan



melaporkan



kepatenan



frekuensi kejang



nafas -



jika



jalan



Longgarkan pakaian , terutama dibagian leher



-



Dampingi selama selama



periode



kejang -



Catat



durasi



kejang Edukasi : -



Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun ke dalam mulut pasien saat periode kejang



-



Anjurkan keluarga



tidak



menggunakan kekerasaaan untuk



menahan



gerakan pasien Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika perlu



D. Implementasi Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan yang dialaminya sehingga dapat meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik dan dapat menggambarkan kriteria hasil yang diharspkan. Perawat diharuskan memilki kemampuan kognitif (intelektual,



kemampuan



dalam



hubungan



interpersonal,



dan



keterampilan dalam melakukan tindakan) untuk mencapai rencana keperawatan (Hidayat,2009) E. Evaluasi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004), evaluasi perkembangan klien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai danmemberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada penderita Meningitis biasanya di jumpai Keluhan pertama yaitu nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, Kesadaran menurun, tanda kernig dan brudzinsky positif . Untuk penanganan penderita menginitis dapat diberikan terapi medis yaitu pemberian obat antibiotik dan kortekosteroid. Selain itu dapat juga dilakukan terapi operatif yaitu tindakan operatif mastoidektomi, trombektomi, jugular vein ligation, perisinual dan cerebellar abcess drainage. B. Saran 1. Bagi pasien Pada pasien yang sudah merasakan adanya tanda dan gejala yang timbul pada pasien, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan secepatnya di rumah sakit agar secepatnya mendapatkan penanganan



secara dini untuk



mencegah terjadinya kompllikasi yang lebih lanjut. 2. Bagi perawat Pada perawat yang menangani pasien



meningitis di harapkan dapat



memberikan penkes terhadap pasien, tanda



dan gejala meningitis,



tujuannya agar pasien bisa secepatnya dapat melakukan tindakan pencegahan terkait penyakit meningitis. 3. Bagi rumah sakit Disarankan untuk rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya dapat meningkatkan sarana dan fasilitas tenaga kesehatan yang memadai, serta menampung dan memberikan pelayanan kesehatan yang kooperatif dan profesional, tujuannya adalah untuk mengurangi penderita meningitis



di Indonesia, serta dapat bersaing dengan tenaga kesehatan yang ada dimanca negara.



DAFTAR PUSTAKA



Dochterman,Joanne McCloskey.,dkk.2004.Nursing Interventions Classification (NIC).United States of America:Mosby Harsono.(2007).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta:Gajah Mada University Press. Herdman,T.Teather.2012.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC Lippincott Williams & Wilkins.2012. Pediatric Infection Disease Journal.USA Moorhead,Sue.dkk.2004.Nurshing Outcomes Classificatioon (NOC).United States of America:Mosby Majalah Kedokteran Nusantara vol.3.2006.Diagnosis dan penatalaksanaan Meningitis Otogenik. News Medical Life Sciences & Medicine.diakses dari :http://www.newsmedical.net/health/Meningitis-Causes-%28Indonesian%29.aspx. tanggal 25 November 2015