Askep NHP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUANG SYARAF A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA



Disusun Oleh Kelompok 8 : 1. 2. 3. 4. 5.



Bangkit Utomo Nova Zahra Sistiani Pertosa Marina Depa Sekar Fitdzatvika Viana



PROGAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017/ 2018 BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999). HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan. Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahanperubahan pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga



antar vertebrae bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit Hernia Nukleus Pulposus 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien Hernia Nukleus Pulposus b. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus c. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus d. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus e. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Defiisi Pengertian penyakit Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003). Dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang. HNP terutama terjadi pada usia 30 – 45 tahun, lebih sering terjadi pada lakilaki daripada perempuan. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001). Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan seranganserangan penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002) HNP terjadi pada seluruh ruas tulang belakang mulai dari tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbal atau sacrum). Daerah sakitnya tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di tulang ekor,



maka akan terasa sakit seperti otot ketarik pada bagian paha atau betis, kesemutan, bahkan sampai pada kelumpuhan. B. Etiologi 1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra 2. Sering membungkuk 3. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. 4. Posisi tubuh saat berjalan. 5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun). 6. Struktur tulang belakang. 7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.



C. Patofisiologi dan Pathway 1. Pathofisiologi Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula pada tingkat L2 dan terus kebawah



sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.



2. Pathway Proses degenerative



Kehilangan protein polisakarida



Kandungan air menurun



Trauma



stress okupasi



HNP



Nukleus pulposus terdorong



Ujung syaraf spinal tertekan



Perubahan sensasi reflek



Nyeri



penurunan kerja



Gangguan Mobilitas Fisik



D. Manifestasi Klinik 1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas 2. Nyeri tulang belakang 3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas 4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi diikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.



E.



Komplikasi 1. Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP 2. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal 3. Paralis / ketidakmampuan pergerakan 4. Perdarahan 5. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal



F. Pemeriksaan Penunjang HNP 1. Laboraturium : a. Daerah rutin b. Cairan cerebrospimal 2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping sendi 3. CT scan lumbosacral 4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi. 5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum pembedahan. 6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal. 7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi 8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Pembedahan Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik. Macam-macam pembedahan : a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari b.



diskus intervertebral Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat



patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra. d. Disektomi dengan peleburan. 2. Immobilisasi Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace. 3. Traksi Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban. 4. Meredakan Nyeri



Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.



H. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas b. Keluhan Utama Nyeri pada punggung bawah P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat) Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena



api, nyeri tumpul atau kemeng yang



terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepattepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri. c. Riwayat Keperawatan 1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis) 2) Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah d. Status mental Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita



menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres) 2. Pemeriksaan fusik a.Pemeriksaan Umum 1) pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. 2) Inspeksi a) inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik b) Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. c) Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. d) Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak e) Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit. 3) palpasi dan perkusi a) paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien b) Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri. c) Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior d) Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll. 4) Pemeriksaan motoric a) Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. b) atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri. c) fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu. 5) Pemeriksan sensorik



Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu. 6) pemeriksaan reflex a) refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif. b) Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. 7) Pemeriksaan range of movement (ROM) 8) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri. 3. Pemeriksaan penunjang a. foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. b. Elektroneuromiografi (ENMG) Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati. c. Sken tomografi Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.



4. Dignosa keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. a) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis b) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi c) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia d) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat e) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi f) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama 5. Intervensi a) Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis 1) Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya 2) Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya. 3) Tindakan penghilangan



rasa



nyeri



noninvasif



dan



nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi. 4) Terapi analgetik b) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,. 1) Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak



untuk



mempertahankan



harapan



klien



dalam



memenuhi kebutuhan sehari-hari 2) Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami



gangguan



seperti



yang



dialami



klien



danmenjalani operasi 3) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien



4) Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual) 5) Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUANG SYARAF A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA



Tanggal Pengkajian Tanggal MRS



: 18 NOVEMBER 2014 / 10.25 WIB : 17 NOVEMBER 2014/ 12.45 WIB



1.PENGKAJIAN A. IDENTITAS 1.



c d e f g h i j k m



Identitas Klien b Nama pasien



: Ny. R



Umur : 45th Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA Suku : Jabat (Jawa Batak) Alamat : Jebres, Surakarta Golongan Darah : AB l Diagnosa Medis : Post Op Laminectom dengan DM HNP NO RM : 10121245



2. Identitas Penanggung Jawab a b c d e f g h i



Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Agama Suku Hubungan Dengan Pasie Pekerjaan Alamat



B. RIWAYAT KESEHATAN



: Tn. T : Laki-laki : 49th : SMA : Islam : Jabat (Jawa Batak) : Suami : Pegawai Swasta : Jebres, Surakarta



1) Keluhan utama Nyeri otot. Nyeri desebabkan oleh spasme otot-otot disekitar Nukleus Pulposus yang menonjol. Spasme tersebut menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri. 1.



Paliatif, Nyeri otot, geringgingan



2.



Kualitatif dan kuantitatif, nyeri otot



3.



Region, nyeri dirasakan pada paha, dan bertambah nyeri bila digerakkan atau diangkat sampai menjalar ke pinggang kiri.



4.



Severity, kondisi seperti ini menyebabkan lebih banyak terlentang, miring kanan dan kiri, terlentang duduk masi dibantu dan tahan < 10 menit, berdiri belum kuat/mampu dan perlu bantuan bila berjalan hanya kuat 3 meter, dalam memenuhi aktiivitas sehari-hari sebagian masih dibantu atau ketergantungan pada orang lain seperti BAB dan BAK, kebutuhan istirahat tidak terpenuhi.



5.



Time, Nyeri otot dan gringgingan dirasakan apabila digerakkan.



2) Riwayat penyakit sebelumnya Tahun 2000 pernah jatuh karena terpeleset dan tidak bisa bergerak seperti yang dirasakan saat ini teteapi tidak perlu dioperasi karena bisa disembuhkan dengan perawatan dan istirahat, mendapat perawatan di ruang syaraf A RSDS. Tahun 2002 dengan penyebab dan sakit yang sama, sembuh tanpa operasi dan menjalani perawatan di ruang syaraf A RSDS. 3) Riwayat penyakit sekarang



Tanggal 1 -01-2014 jatung dari tangga tidak bisa bergerak dan nyeri sepanjang kaki



kiri samapai pinggang.Tanggal 3 januari



2014, telah dilakukan operasi untuk diperbaiki kelainan sarafnya yang terjepit.Sekarang masih terasa nyeri pada otot paha dan bertambah bila dibuat gerak sampai menjalar ke pinggang kiri. 4) Riwayat keluarga Tidak ada riwayat keluarganya yang menderita penyakit seperti yang diderita klien.



C. PENGKAJIAN POLA GORDON 1..Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan Pola manajemen kesehatan – persepsi kesehatan 1 Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit a Sehat menurut pasien adalah keadaan dimana bisa b 2



melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik Sakit menurut pasien adalah saat dia merasa kepalanya



nyeri,nyut nyutan dan mual muntah. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan Saat sakit kepala biasanya klien mebelikan obat sakit kepala



diapotek . 3 Faktor-faktor risiko sehubungan dengan kesehatan a Saat pasien sakit dia tidak bisa bekerja b Saat nyeri itu kambuh disaat bekerja pasien dapat jatuh 2.Pola aktivitas - latihan a.Sebelum sakit



Aktivitas



0



1 



Makan  Mandi



2



3



4



 Berpakaian  Eliminasi  Mobilisasi di tempat tidur  Berpindah  Ambulasi  Naik Tangga



b.Saat Sakit



Aktivitas



0



1



2



3



Makan







Mandi







Berpakaian







Eliminasi







Mobilisasi di tempat tidur







4



Berpindah







Ambulasi







Naik Tangga







Keterangan: 1 2 3 4



: Mandiri : Dibantu sebagian : Dibantu orang lain : Dibantu orang lain dan peralatan



3. : Ketergantungan / tidak mampu Pola istirahat tidur 1 Sebelum sakit Pasien pola istirahatnya teratur (sekitar jam 21.00 sudah tidur), dan tidurnya nyenyak jika di rumah (lamanya tidur 7-8 jam). 2



Selama sakit Pasien sulit tidur (lamanya tidur sekitar 5-6 jam) karena telinganya nyeri.



4. Pola Eliminasi dan BAK



BAB



Sebelum



Sesudah



Frekuensi



3x sehari



1 x sehari



Konsistensi



Padat



Padat



Jumlah



400 cc



200 cc



Bau



Khas feses



Khas feses



Warna



Kuning



Kuning



Keluhan



Tidak ada keluhan



Tidak ada keluhan



BAK



Sebelum sakit



Selama sakit



Frekuensi



4 x sehari



1 x sehari



Bau



Khas urin



Berbau obat



Pancaran



Kuat



Kuat



Warna



Kuning



Jernih



Keluhan



Tidak ada keluhan



Tidak ada keluhan



Analisa Keseimbangan Cairan dan Elektrolit



INTAKE



OUTPUT



Minuman = 1000cc Urine = 600 cc



ANALISA



Intake = 2500 cc



Makanan = 500 cc Feses = 400 cc



Iv



=1000 cc



Total = 2500 cc



Output = 1720 cc



IWL = 720cc



Total = 1720cc



Total = 780 cc



IWL = 15 x BB = 15 x 48 = 720cc 5. Pola nutrisi dan metabolic



Sebelum Sakit



Selama sakit



Frekuensi



3x sehari



3x sehari



Jenis



Nasi, daging, sayur, buah



Bubur, sayur-sayuran, dan buah



1



Porsi



1 Porsi habis



½ porsi habis



Keluhan



Normal



Napsu makan menurun



Antropologi: TB BB Sebelum sakit BB Saat sakit IMT Sebelum Sakit



: 160cm = 1,6m :50KG : 48Kg : BB



(TB/ meter)2 = 50 (1,6)2 = 50 2,56 = 19, 53(normal) IMT Saat Sakit



2



3



4



:BB (TB/meter)2 = 48 (1.6)2 = 48 2,56 = 18.75(Normal)



Biochemical tes rinne : (-), tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah Clinical Sign a Rambut : hitam, lebat, tidak ada jejas b Mata : pupil dilatasi, diplopia (+), konjungtiva anemis c Telinga :berisih, simetris, warna coklat, tidak ada nyeri tekan d Mulut dan Gigi Diets a Frekuensi b Jenis Makanan c Porsi d Keluhan



: bersih, tidak ada stomatis, tidak ada nyeri tekan : 3 x sehari : Bubur, sayur-sayuran, buah-buahan : ½ porsi habis : perut dan mual, keadaan pinggirnya hiperemi,



bibir pecah-pecah, muka merah, banyak keringat). 5. Pola kognitif dan perceptual 1 Sebelum sakit Pasien sadar dapat berbicara dengan normal, 2 Selama sakit Pasien sadar dapat berbicara, dan pendengaran normal. Konsep Nyeri PQRST:  P:Pasien mengatakan Nyeri bertambah saat bergerak  Q: Pasien mengatakan nyeri dirasakan seprti diremas-remas  R: Pasien mengatakan nyeri pada telinga kanan  S: Pasien mengatakan nyerinya berskala 7  T: Pasien mengatakan nyeri terus menerus



6. Pola konsep diri 1 Gambaran diri Pasien menyukai semua bagian tubuhnya dan tidak ada salah satu yang tidak disukai. 2



Identitas diri Pasien mengatakan sebagai pegawai swasta identitas dirinya sedikit terganggun akibat penyakit yang dideritannya. Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya



3



seperti nama pasien pasien tinggal,



alamat, usia, tanggal lahir, siapa saja nama keluarganya. Peran diri Pasien mengatakan ia adalah seorang ayah dengan 3 anak yang memiliki tanggung jawab untuk mereka, didalam bermasyarakat



4



pasien menjabat sebagai sekretaris desa. Ideal diri Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan berkumpul dengan



keluarga dan temannya. Harga diri Pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang 7. Pola toleransi stress – koping 1 Sebelum sakit Pasien melihat penyakitnya sebagai hukuman atas dosa yang telah 5



ia perbuat, biasanya pasien mengatasinya dengan berbicara dengan 2



keluarganya, dan beribadah ( sholat dan membaca al’quran ) Saat sakit Pasien selalu menanyakan bagaimana kondisi nanti apabila sakitnya



tidak sembuh - sembuh. Ketika pasien gelisah, pasien selalu berbincang tentang penyakitnya dengan keluarga . 8. Pola reproduksi – seksualitas a. Masalah menstruasi Siklus menstruasi normal b. Papsmear terakhir Pasien belumpernah melakukan papsmear c.Alat kontrasepsi Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi d.Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual Penyakit pasien tidak mengganggu dalam berhubungan seksual e.Perawatan payudara setiap bulan Pasien tidak melakukan perawatan payudara secara khusus f.Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual? Penyakit pasien tidak mengganggu fungsi seksual



9. Pola Peran hubungan 1 Sebelum sakit Pasien mengatakan sebagai seorang kakak dan mahasiswa yang 2



bertanggung jawab dan aktif dalam keluarga dan kampus Saat Sakit Pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan keluarga , tetangganya serta teman-temannya karena sedang dirawat di Rumah



Sakit. 10. Pola nilai – keyakinan 1 Sebelum sakit Pasien mengatakan selalu mengerjakan sholat wajib 5 waktu 2 Saat Sakit Pasien mengatakan masih melakukan sholat 5 waktu tapi dengan tidur.



D. Pemeriksaan Fisik 1.Keadaan Umum Keadaan umum Kesadaran GCS BB TB Skala Nyeri TTV =TD Nadi RR Suhu Keterangan :



:Lemah :Composmetis :Eyes=4 Verbal=5 Motorik=6 :48Kg :160 cm :7 :120/80 mmHG :110x/menit :20x/menit :390C



a. GCS : Pasien sadar penuh ( respon mata terbuka, orientasi pada waktu, tempat baik, dapat menggerakkan dengan apa yang telah di instruksikan) b. Skala Nyeri : Sedang2.TTV : hipertermi



3.Pemeriksan head to toe a. Kepala 1) Rambut a) Inspeksi



Pertumbuhan rambut : Normal Kulit kepala : Bersih tidak ada ketombe Rambut : Tidak ada kutu dan beruban Distribusi rambut : Lebat b) Palpasi Ada Nyeri tekan dibagian kanan belakang Kekuatan rambut :kuat, tidak mudah rontok 2) Mata a) Inspeksi Palpebra : Tidak ada oedema, Konjungtiva : anemis Sklera : Ikterik Pupil : isokor Kornea : jernih Diameter Ka/Ki :Sejajar Reflek terhadap cahaya : Normal Penggunaan alat bantu penglihatan: Tidak b) Palpasi Tidak ada nyeri tekan , tidak ada massa, terdapat kantung mata 3) Hidung a) Inspeksi Bentuk Kebersihan Cuping Hidung b) Palpasi



: Simetris : Tidak ada secret : Tidak ada nyeri tekan



Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 4) Mulut a) Inspeksi Bentuk



: Simetris



Mukosa



: Terlihat lembab, tidak ada stomatitis



Kebersihan



: kotor



Warna lidah Keadaan gigi



: putih : Baik



Bau mulut



: bau,



b) Palpasi Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan pada daerah mukosa dan palatum b. Leher 1)



Inspeksi Warna



: Sawo matang



Kebersihan



: bersih



Bentuk



: Simetris



2) Palpasi Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , tidak ada



1)



2)



pembesaran kelenjar limfe. c. Telinga Inspeksi Bentuk



: Simetris



Kebersihan



: Tidak ada serumen



Warna



: Sawo matang



Palpasi Tidak ada nyeri tekan bagian mastoid dan tragus, tidak ada gangguan pendengaran. d. Paru-paru a) Inspeksi b) Palpasi c) Perkusi



: Simetris, tidak ada jejas : Tidak ada nyeri tekan : Sonor, batas paru terlihat jelas



d) Auskultasi : Vesikular a)



e. Jantung Inspeksi Ictus Cordis



: denyutan tidak terlihat



Ictus Cordis



: tidak teraba



b) Palpasi c)



Perkusi (1) SIC



II



Mediaclavic ula : redup (2) Linea parasternalis kanan, III







SIC IV



: tricuspid (3) SIC V mid clavicula kiri : redup (4) Batas jantung midclavicula kiri :



SIC



V, redup (5) Batas jantung kanan : redup d) Auskultasi (1) Irama : teratur, reguler (2) Frekuensi : teratur (3) Bunyi : S1 S2 normal tidak ada murmur



f. Abdomen a) Inspeksi Bentuk



: Simetris



Warna



: Sawo matang



Umbilicus



: Bersih



Gerakan dinding perut



: TidakNormal



b)Auskultasi Bissing usus



: < 15x/menit c) Perkusi d)Palpasi



: thympani : nyeri



g. Genatalia a) Inspeksi Kebersihan :Tidak ada kotoran, bersih tidak berbau, tidak ada sekret b)Palpasi :



Tidak ada nyeri tekan



dan



tanda-danda hemoroid h. Ekstrimitas a) Inspeksi Warna Intregitas kulit Lesi Bentuk



:Sawo matang :Tidak kering, Tidakkeriput : tidak ada : Simetris antara ekstrimitas atas kanan dan



kiri, ekstrimitas bawah kanan dan kiri b)Palpasi Tidak ada pembengkakan/ nyeri tekan Kekuatanotot 4



4



3



3



Keterangan : Skala 0: artinya otot tak mampu bergerak, misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti



tapak tangan dan jari tetap saja di tempat walau sudah diperintahkan untuk bergerak. Skaa1: jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot masih belum atrofi atau belum layu. Skala 2 :dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak Skala 3 : dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari Skala 4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan. Skala 5 : bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal untuk mengerahkan tenaga memence tjarijari kita. Kalau lemah akan terasa tangan pasien tak mampu meremas kuat tangan kita. Kesulitannya adalah kalau pasien cewek yang tak pernah menggunakan tenaga otot jarit angan, remasannya terasa kurang kuat walaupun sudah dipaksakan untuk itu dapat diperiksa lebih jauh dengan hati-hati. B. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.Pemeriksaan laboratorium. Yang Diperiksa



18-2-2002



Normal



Hb



15 gr/dl



12-15,4 gr/dl



LED



40 mm/jam



Leukosit



17.200 x 10 9/L



Diff count



-/-/-/90/10/-



Ht



48 %



4rb-10rb u/mm3



F: 38-46%



Tromb.



215 x 109/L



150rb-400rb u/mm3



GDP



114 mg/dl



70-110 mg/dL



GDPP



-



Cholesterol



147 mg/dl



120-220 mg/dL



Kreatinin



1,03 mg/dl



0.6-1.2 mg/dL



BUN



15,7 mg/dl



7-18 mg/dL



Bil total



0,83 mg/dl



0.2-1.0 mg/dL



Bil indireck



0,12 mg/dl



0,2-0,7 mg/dL



SGOT



23,2,



5-35 u/ml



SGPT



13,5



10-40 U/L



Protein



2,91



6-8 g/dL



Alb



3,33



3.8-5.0 g/dL



As. Urat



3,34 mg/dL



M:3.5-7.2, F:2.6-6.0



Na



39



101-111 mEq/L



K



3,7



3.5-5 mEq/L



PTT



11,2



APTT



38,8



FH



N



2. ANALISIS DATA NAMA UMUR



: Tn. R :45 Tahun



NO CM :10121245 DIAGNOSA MEDIS : Post Op Laminectom dengan DM HNP



TGL/JAM 18-03-2014



DATA Ds :



ETIOLOGI



(08.00 )



a. Klien mengatakan



diskontinuitas jaringan sekunder terhadap operasi



setalah operasi dirasakan



laminectomy, sindroma sisa.



lebih nyaman dan tidak sakit seperti sebelum operasi. b.Klien mengatakan rasa nyeri masih dirasakan pada otot paha, dan terasa lebih sakit bila dilakukan gerakan (miring kanan, kaki diangkat) bahkan menjalasr ke pinggang kirinya. c.Klien mengatakan dengan duduk masih bisa dengan bantuan atapi tidak tahan samapai 10 menit Do : a.Klien tampak menyeringai bila dilakukan pemeriksaan kaki kirnya dengan diangkat dengan ketinggian 45 o b.Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot ekstremitas atas (5/5) extremitas bawah 5/5, kulit



MASALAH Nyeri



(turgor baik), akral (hangat) , terasa nyeri pada otot paha, bertambah bil adegerakan dan nyerinya menjalar pada pinggang kirinya. Pemeriksaan fisik : Refleks fisiologis : Ekstremitas atas +2/+2 Ekstremitas bawah +2/+2 18-03-2014



Refleks patologis (-) Ds :



Gangguan



(10.00 )



a.



mobilitas fisik



Selama ini setelah



dioperasi , tidur terlentang, miring kanan dan kiri,



Kerusakan neuron



jarang duduk karena masih



motorik bawah akibat



terasa sakit/nyeri pada



Mencederai corda



bekas operasi otot paha dan spinalis pinggang apalagi untuk bergerak. b.



Untuk berdiri masih



dibantu dan jalan hanya bisa dengan jarak 3 meter itu masih perlu dituntun. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu. Do : a.



Klien sedang dalam



posisi berbaring dengan kepala ditinggikan 45 o, b.



Pada waktu sendiri



dengan posisi tidur dengan



nasi ditempatkan pada kursi sambil makan. (Paska operasi laminectomy hari ke 6)



18-03-2014



DS : Pasien mengatakan



(12.30)



susah tidur karena



Nyeri



Gangguan pola tidur



menahan nyeri dan benarbenar mengganggu DO : Pasien tampak lemas, pucat



3. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder terhadap operasi laminectomy, sindroma sisa.



b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuron motorik bawah akibat cedera korda spinalis. c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman



4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN/ INTERVENSI NAMA UMUR



: Tn. R :45 Tahun



NO CM :10121245 DIAGNOSA MEDIS : Post Op Laminectom dengan DM HNP



NO. TGL/JAM



DIAGNOSA



TUJUAN & KRITERIA



DX



KEPERAWATAN



HASIL



INTERVENSI



Setelah dilakukan 1.



18-03-



Perubahan rasa



2014 (08.00 )



nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder



tindakan keperawatan selama 3x24 jam Nyeri berkurang atau rasa



1.Mengkaji (PQRST) 2.Memberikan posisi yang aman



nyaman terpenuhi setelah paska operasi



terhadap operasi



3 Melakukan perkenalan dan



laminectomy,



Kriteria :



sindroma sisa.



1. Klien mengatakan



dan keluarga dalam



tidak terasa nyeri. 2. lokasi nyeri minimal 3. keparahan nyeri



membantu perawatan



kontrak dengan klien



dan permasalah yang



dapat dipecahkan berskala 0 4. Indikator nyeri verbal bersama. dan noverbal (tidak 4.Mengobservasi menyeringai) TTV



Setelah dilakukan 2.



19-02-



Gangguan mobilitas



tindakan keperawatan



Mandiri :



TTD



diharapkan : 2014 ( 10.00)



fisik berhubungan dengan kerusakan neuron motorik bawah akibat cedera korda spinalis.



1. Pasien dapat melakukan aktivitas kembali 2. Dapat mempertahankan gerakan sendi secara



1. Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. 2. Ajarkan dan bantu



maksimal 3. Kekuatan otot pasien



pasien dalam



maksimal 4. Integritas kulit utuh



perpindahan atau



proses posisi setiap 2 jam sekali. 3. Berikan perawatan kulit dengan cermat seperti massage dan memberi pelembab ganti linen atau pakaian yang basah. 4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM secaraaktif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.



3.



20-022014



Gangguan pola tidur



Setelah dilakukan



1. Observasi



tindakan keperawatan di



keadaan tidur pasien



( 12.30 )



behungan dengan nyeri



harapkan pola istirahat



2. Beri posisi yang



dan tidur teratasi dengan



nyaman



kriteria hasil :



3. Berikan



1. Pasien tidur dengan nyenyak (6-8



pengertian tentang pentinnya tidur



jam/hari) 2. Pasien tidak lagi tampak pucat 3. Mata pasien tidak merah Pasien terasa segar



I. TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI) NAMA



: Tn. R



NO CM



UMUR



:45 Tahun



DIAGNOSA MEDIS: Post Op Laminectom dengan DM HNP



NO.DX



HARI/TANG IMPLEMENTASI



: 10121245



RESPON



GAL/JAM 1.



18-3-2014 ( 08.00 )



1.Mengkaji (PQRST)



1.DS: Pasien mengatakan nyeri pada ototnya P: Nyeri bertambah saat bergerak Q: Nyerri dirasakan seperti diremas-remas R: Nyeri pada otot S: Skala nyeri 7 T: Nyeri terus menerus Pada waktu di gerakkan DO:pasien tampak menahan



TTD



rasa kesakitan pada nyeri 2. DS:Pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi yang diberikan perawat DO: pasien terlihat lebih 2.Memberikan posisi yang aman



nyaman Pasien tampak tenang 3. DS:pasien dan keluarga setuju untuk melakukan kontrak dalam perawatan DO : keluarga tampak



3 Melakukan perkenalan



mendukung kesembuhan



dan kontrak dengan klien



klien



dan keluarga dalam membantu perawatan dan permasalah yang dapat dipecahkan bersama.



Mengobservasi TTV



4. DS: pasien mengatakan ya DO: TD: 120/80 mmHG, N:88/menit, RR:20x/menit ,S:390C



1.Kaji kembali 2.



Selasa,18 Nov 2014 (09.40 WIB)



kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.



1. S:Pasien mengatakan sudah biasa mengendalikan pergerakan ototnya O:klien terlihat tampak mampu megikuti apa yang di ajarkan perawat



2.Ajarkan dan bantu



2. S:pasien mengatakan



pasien dalam proses



mau di ajarkan



perpindahan atau posisi setiap 2 jam sekali



bagaimana proses perpindahan O:klien tampak mengikuti apa yang di ajarkan perawat 3. S :pasien mengatskan



3.Berikan perawatan



merasa nyaman



kulit dengan cermat



dengan pemijatan



seperti massage dan



yang di lakukan



memberi pelembab ganti



perawat



linen atau pakaian yang basah.



O:pasien terlihat nyaman pemijatan yang di lakukan perawat



4.S:pasien mengatakan sudah 4.Ajarkan dan dukung



sedikit bisa melakukan



pasien dalam latihan



aktivitas perpindahan dari



ROM secaraaktif



tempat tidur ke dorsi roda



atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot



O:pasien terlihat sudah bisa melakukan perpindahan dengan baik



1.Mengkaji dan 3.



Selasa,18 Nov 2014 (09.30 WIB)



mengobservasi pola tidur klien



1. S: Klien mengatakan sudah bisa mengatur pola tidur dengan tidur selama 6-8 jam O: Klien tampak sudah bisa mengatur pola tidur sendiri



2. Beri posisi yang nyaman S:Pasien mengatakan nyaman dengan posisi yang di arahkan perawat O: Pasien tampak nyaman dengan posisinya sekarang



3.Berikan pengertian tentang pentinnya tidur



S: Pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya pola tidur dengan baik O: Pasien tampak mengerti apa yang di jelaskan oleh perawat



C. Evaluasi N



Hari/tgl



Evaluasi



O D X 1.



S : Klien mengatakan terasa nyeri, lokasi nyeri 18-3-



pada otot paha dan menjalar ke pinggang kiri bila



Ttd



digerakkkan 2014 (08.00)



O: keparahan nyeri berskala 7 Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)Ketika klien dilakukna manipulasi pad akaki kirinya nampak nyeri dan menyeringai P: Nyeri bertambah saat bergerak Q: Nyeri dirasakan seperti diremas-remas R: Nyeri pada otot S: Skala nyeri 7 T: Nyeri terus menerus Pada waktu di gerakkan TD: 120/80 mmHG, N:88/menit, RR:20x/menit S:390C A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi i.Pantau dengan PQRST ii.Memberikan posisi yang nyaman pada pasien



S:Pasien mengatakan sudah biasa mengendalikan 2.



10.00



pergerakan ototnya O:klien terlihat tampak mampu megikuti apa yang di ajarkan perawat A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi iii.Memperikan pijatan iv.Menganti linen S: Klien mengatakan tidak nyaman dengan



keadaan sekarang sehingga mengalami gangguan tidur O: Klien tidak nyaman da nada lingkar hitam pada mata klien 3.



A: masalah belum teratasi 12.30



1.



P: lanjutkan intervensi



19-3-



v.Pantau pola tidur pasien vi.Memberikan posisi pentingnya tidur S: Klien mengatakan dapat berpindah tempat dan



2014



mulai berjalan-jalan walaupun hnya ke kamar



(08.30)



mandi. O: tonus otot ekstremitas 5 P: Nyeri bertambah saat bergerak Q: Nyerri dirasakan seperti diremas-remas R: Nyeri pada otot S: Skala nyeri 5 T: Nyeri sedikit waktu di gerakkan TD: 120/80 mmHG, N:85/menit, RR:22x/menit S:378C A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi vii.Pantau pola nyeri



2.



(11.00)



S :pasien mengatakan merasa nyaman dengan pemijatan yang di lakukan perawat O:pasien terlihat nyaman pemijatan yang di lakukan perawat A: Masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi viii.



Mengajarkan pasien dalam latihan ROM secara aktif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan



otot 3.



(20.00)



S: Pasien bersedia mendengarkan perawat O: Pasien mengerti dan paham dengan kualitas dan manfaat tidur bagi tubuh kita A: Masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi ix. x.



2.



Pantau bola tidur klien Beri posisi tentang pentingnya tidur pasien



20-3-



S: Klien mengatakan dapat melakukan aktifitas



2014



seperti biasanya dan lebih nyaman dari beberapa



(09.30)



hari yang lalu O: klien mampu melakukan aktifitas secara mandiri tnapa ada bantuan dari keluarga. A: Masalah teratasi P: hentikan intervensi



1.



(13.00)



S: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang P: Nyeri saat bergerak Q: Nyeri dirasakan seperti diremas-remas R: Nyeri pada otot S: Skala nyeri 5 menjadi 3 T: Nyeri tampak berkurang TD: 120/80 mmHG, N:88/menit, RR:20x/menit



S:390C O:pasien tampak menahan rasa kesakitan pada nyeri A: Masalah teratasi P: hentikan intervensi S: Klien mengatakan sudah bisa mengatur pola 3.



(19.00)



tidur dengan tidur selama 6-8 jam O: Klien tampak sudah bisa mengatur pola tidur sendiri A: Masalah teratasi P: hentikan intervensi



BAB 4



PENUTUP



A. Kesimpulan Hernia nukleus pulposus merupakan penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh. Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena. Nyeri tersebut terasa sepanjang lintasan syaraf yang tertekan oleh piringan yang turun berok.



B. Saran Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.



DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall, 2013, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2010 Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2014. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 2013. Price, Sylvia Anderson . 2003 . Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 2012. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002 Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 2011. Wilkinson, Judith M . 2013 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta ; EGC