16 0 178 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GERD Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat 2 Dosen Pengampu DHIAN LULUH R, M. Kep., Sp. KMB
KELOMPOK 6 Nama Anggota : 1) Alifia Indriyanti
(015.20.18.433)
2) Dela Wulandari
(015.20.18.452)
3) Fedriek Roudey
(015.20.18.467)
4) Khofifah Febriani
(015.20.18.483)
5) Siti Koima
(015.20.18.516)
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NGAWI 2020/2021
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GERD/GEA”. Penyusunan makalah ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 2. Terselesaikannya makalah ini berkat bantuan berbagai pihak. Sehingga kami mengucapkan terima kasih kepada : 1) Ibu Dhian Luluh R, M. Kep, Sp. KMB selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat 2 2) Kedua Orang Tua Penulis 3) Rekan Kelompok Yang telah membimbing serta memberikan dukungan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu, kami sangat memohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga dapat menyempurnakan makalah selanjutnya. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kamis, 3 September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi refluksnya HCL dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan komplikasi yang menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD merupakan salah satu jenis gangguan pencernaan yang cukup sering dijumpai di masyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas hidup (Ndraha , 2014). Refluks gastroesofageal adalah fenomena biasa yang dapat timbul pada setiap orang sewaktu-waktu, pada orang normal refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan, karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir ke esofagus segera kembali ke lambung, refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan. Prevalensi GERD di Asia relatif rendah dibandingkan negara maju. Di Amerika, hampir 7% populasi mempunyai keluhan heart burn dan 20-40% diperkirakan menderita GERD. Prevalensi esofagitis di negara-negara Barat berkisar 10-20% sedang- kan di Asia hanya 3-5%, terkecuali Jepang dan Taiwan (13-15%). Tidak ada predileksi gender pada GERD, laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama, namun insidens esogafitis
pada
laki-laki lebih tinggi (2:1 sampai 3:1), begitu pula Barrett’s esofagitis lebih banyak dijumpai pada laki-laki (10:1). Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang normal. Faktor- faktor yang dapat menurunkan tonus LES: 1). adanya hiatus hernia, 2). panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya), 3). obat- obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, teofilin, opiat, dan lainlain, 4). faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan tonus LES. Pasien GERD biasanya mengeluhkan bermacam-macam keluhan, seperti heartburn, regurgitation, dan gangguan makan, tetapi terkadang pasien datang dengan keluhan sesak, nyeri dada, dan batuk. (Patti, 2016). Gejala
klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi, dan rasa pahit di lidah. Makan dari itu kita harus selalu menjaga pola makan dengan makan secara teratur dan menghindari makanan yang pedas dan asam. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa definisi penyakit GERD? 2) Apa tanda gejala dari penyakit GERD? 3) Apa etiologi dari penyakit GERD? 4) Bagaimana patofisiologi dari penyakit GERD? 5) Bagaimana pathway dari penyakit GERD? 6) Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit GERD? 7) Apa komplikasi dari penyakit GERD? 8) Bagaimana pengobatan dari penyakit GERD? 9) Bagaimana pencegahan dari penyakit GERD? 10) Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit GERD? 1.3 Tujuan Penulisan 1) Untuk mengetahui apa definisi penyakit GERD. 2) Untuk mengetahui apa tanda gejala dari penyakit GERD. 3) Untuk mengetahui apa etiologi dari penyakit GERD. 4) Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit GERD. 5) Untuk mengetahui bagaimana pathway dari penyakit GERD. 6) Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang penyakit GERD. 7) Untuk mengetahui apa komplikasi dari penyakit GERD. 8) Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari penyakit GERD. 9) Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari penyakit GERD. 10) Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan penyakit GERD. 1.4 Manfaat Penulisan
1) Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit GERD dan bagaimana penanganannya. 2) Untuk meningkatkan pengetahua masyarakat umum mengenai tanda dan gejala dari penyakit GERD serta bagaimana cara pencegahannya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi refluksnya HCL dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan komplikasi yang menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD merupakan salah satu jenis gangguan pencernaan yang cukup sering dijumpai di masyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas hidup (Ndraha , 2014). Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal Reflux Disease/GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks isi lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring, dan saluran napas. Refluks gastroesofageal adalah fenomena biasa yang dapat timbul pada setiap orang sewaktu-waktu, pada orang normal refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan, karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir ke esofagus segera kembali ke lambung, refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan. Keadaan ini dikatakan patologis bila refluks terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang lama
2.2 Tanda Gejala Tanda gejala yang khas dari GERD adalah regurgitasi dan hearburn. Regurgitasi adalah keadaan reflex yang terjadi setelah makan ditandai dengan rasa asam dan pahit dilidah. Sedangkan hearburn adalah suatu rasa terbakar sering dikenal dengan rasa panas di ulu hati yang terasa hingga ke daerah dada. Kedua gejala ini umunya dirasakan saat setelah makan atau saat berbaring. Gejala lain GERD adalah kembung, mual, cepat kenyang, bersendawa, hipersaliva, disfagia hingga odinofagia. Disfagia umumnya akibat dari keganasan Barret esophagus. Sedangkan odinofagia atau rasa sakit saat menelan umumnya akibat ulserasi berat atau pada kasus infeksi. 2.3 Etiologi Refluks dari asam perut dan isi kedalam kerongkongan. Ini biasanya menyebabkan gejala karena lapisan kerongkongan tidak terlindungi dari asam yang secara normal ditemukan hanya didalam perut. Sakit yang diproduksi sering berupa rasa panas dalam perut atau mungkin salah mengira sebagai sakit jantung. Sakit bisa juga terjadi dipunggung. Sakit terjadi lebih sering pada laki-laki, orang-orang yang gemuk sekali, perokok dan mereka yang menggunakan pengobatan atau alcohol yang menurunkan tonus otot dari esophageal sphincter yang lebih rendah. Sakit karena asam yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan lebih buruk setelah makan atau ketika berbaring telungkup. Pasien dengan hiatal hernia bisa juga mengalami refluks karena naiknya tekanan yang terjadi karena adanya bagian perut yang menonjol naik sampai diafragma. 2.4 Patofisiologi Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD disebabkan oleh aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus. Refluks esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk kedalam lambung. Isi lambung dan keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus karena adanya kontraksi sfingter esophagus. Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika gelombang peristaltic menyalurkan bolus makanan ke bawah esophagus. Apabila hal ini terjadi otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esophagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup pada saat ini, karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian ada kecenderungan isi lambung terdorong kedalam esophagus. Akan tetapi jika sfingter melemah, sfingter tidak dapat menutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esophagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esophagus. Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dalam keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradient tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Sebagai contoh, jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat meningkat secara bermakna. Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang besar, kehamilan atau obesitas. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esophagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar gradient tekanan antara esophagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esophagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esophagus memiliki sel penghasil mucus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung.
2.5 Pathway Inkompetensi mekanisme refluks gastroesofageal
Isi lambung menuju esofagus
Refluks Gastroesofagus
Bertambahnya waktu dan frekuensi kontak mukosa dengan asam Metaplasia epitel Ulkus esofagus keganasan esofagus
Intevensi pembedahan esofagus
Kerusakan mukosa esofagus
Mual, muntah dan anoreksia Intake nutrisi tidak adekuat, kehilangan cairan dan elektrolit
Respons peradangan lokal
Refluks esofagus ke jalan nafas
Nyeri epigastrium
Risiko Aspirasi
Nyeri
Respon psikologis
Risiko Ketidakseimba ngan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Kecemasan Pemenuhan Informasi
2.6 Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan ini sangat berguna untuk melihat adanya kelainan struktural dan kelainan anatomis dari esophagus, adanya inflamasi dan esophagus dengan erosi yang hebat (inflamasi berat). 2) Pemantauan pH Esophagus Pemantauan pH esophagus dilakukan selama 24 jam. Uji ini merupakan cara yang paling akurat untuk menentukan waktu kejadian
Part de entree luka pasca prosedur bedah Resiko Infeksi Prosedur prabedah
asidifikasi esophagus, serta frekuensi dan lamanya refluks. Prinsip pemeriksaan adalah untuk mendeteksi perubahan pH di bagian distal esophagus akibat refluks dari lambung. Bila pH