Askep Stroke Hemoragik Kritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KRITIS “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS STROKE HEMORAGIK”



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7  MERI MARIANI



(1609142010009)



 NUR ANNISA



(1609142010013)



 SISI ARIANTI



(1609142010017)



SEMESTER VII PRODI S1 KEPERAWATAN



DOSEN PEMBIMBING : RENI CHAIDIR, S.Kp, M.Kep



STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI TAHUN AKADEMIK 2019/2020 1



KATA PENGANTAR Puji syukur, berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan segala karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dan tak lupa shalawat dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah berjasa besar dengan membukakan jalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, meskipun penulis sudah berusaha sekuat tenaga. Oleh karena itu penulis berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Bukittinggi, 08 Oktober 2019



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................... 2 DAFTAR ISI..................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................... 4 1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................5 1.3 Metode Penulisan.................................................................................... 6 1.4 Ruang



Lingkup.........................................................................................



6 1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................. 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Stroke Hemoragik..................................................................... 7 2.2 Etiologi Stroke Hemoragik..................................................................... 7 2.3 Patofisiologi Stroke Hemoragik ............................................................ 8 2.4 Pathway Stroke Hemoragik.................................................................... 10 2.5 Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik..................................................... 11 2.6 Komplikasi Stroke Hemoragik............................................................... 11 2.7 Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik............................................. 11 2.8 Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik............................................ 12 2.9 Pengkajian Keperawatan Stroke Hemoragik........................................... 13 2.10



Diagnosa Keperawatan Stroke Hemoragik........................................16



2.11



Rencana Keperawatan Stroke Hemoragik......................................... 17



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 3.1 Kasus........................................................................................................30 3.2 Pengkajian Keperawatan..........................................................................31 3.3 Analisa Data.............................................................................................40 3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 42 3.5 Rencana Keerawatan................................................................................42 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 49 4.2 Saran........................................................................................................ 50 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 51 3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008). Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 2005). Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke, dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami



4



gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007). Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (DEPKES,2011). Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Khususnya Ruang ICU pada bulan Januari – Maret 2015, pasien dengan masalah Stroke Haemoragik berjumlah 6 orang dari 429 pasien (1,39%), selama tiga bulan terakhir ini. Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007). 1.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : Memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Hemoragik. 2. Tujuan Khusus : a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Stroke Hemoragik. b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Stroke Hemoragik. c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Stroke Hemoragik. d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Stroke Hemoragik e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Stroke Hemoragik. f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus. g. Mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah



5



h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Stroke Hemoragik. 1.3 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pendekatan studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan, dan menggunakan beberapa tehnik antara lain tehnik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dalam mencari data penunjang masalah kesehatan klien. Wawancara yaitu tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif. Dokumentasi adalah mengumpul data dan catatan yang berhubungan dengan kondisi klien. Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dalam memperoleh status kesehatan klien saat ini. Studi pustaka digunakan untuk mempelajari buku – buku literatur yang berkaitan dengan kasus, untuk memdapatkan konsep dasar sehingga penulis dapat membandingkan antara teori dan kasus. 1.4 Ruang Lingkup Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis hanya membahas dan memfokuskan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan Stroke Hemorogik Di Ruang ICU, RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, dari tanggal 12 April sampai 14 April 2015. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ini terdapat lima BAB yaitu BAB I yang merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, tinjauan penulis, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II tinjauan teori yang meliputi pengertian,



etiologi,



patofisiogi,



penatalaksanaan



medis,



pengkajian



keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksananan keperawatan dan evaluasi keperawatan. BAB III tinjauan kasus meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, BAB IV pembahasan yang meliputi tentang perbandingan antara teori dan kasus, analisa faktor – faktor pendukung dan penghambat serta alternative pemecahan masalah dalam memberikan asuhan kperawatan di tiap tahapan di anataranya yaitu pengkajian 6



keperawatan, diagnosa kperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB V penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Defenisi Stroke Hemoragik Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009). Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. 2.2 Etiologi Stroke Hemoragik Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi : 1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital. 2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan 3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis. 7



4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak. 5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah. Faktor resiko pada stroke adalah : 1. Hipertensi 2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif) 3. Kolesterol tinggi, obesitas 4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral) 5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi) 6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi) 7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alcohol 2.3 Patofisiologi Stroke Hemoragik Ada dua bentuk CVA bleeding : 1. Perdarahan Intra Cerebral Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah



putamen, talamus, sub kortikal, nukleus



kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. 2. Perdarahan Sub Arachnoid Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter 8



dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan



tarjadinya



peningkatan



TIK



yang



mendadak,



meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahanbahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis



dengan



pembuluh



arteri



di



ruang



subarakhnoid.



Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan



kesadaran)



maupun



fokal



(hemiparese,



gangguan



hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.



9



2.4 Pathway Stroke Hemoragik



10



2.5 Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke 1. Daerah serebri media a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi b. Hemianopsi homonim kontralateral c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan 2. Daerah karotis interna Serupa dengan bila mengenai serebri media 3. Daerah serebri anterior a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai b. Incontinentia urinae c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena 4. Daerah posterior a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh serebri media b. Nyeri talamik spontan c. Hemibalisme d. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan 5. Daerah vertebrobasiler a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil) 2.6 Komplikasi Stroke Hemoragik 1. Infark Serebri 2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif 3. Fistula caroticocavernosum 4. Epistaksis 5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal 2.7 Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik 11



1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah. 2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason. 3. Pengobatan a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada fase akut. b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik. c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral 4. Penatalaksanaan Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan. 2.8 Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik 1. Angiografi cerebral Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular. 2. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. 3. CT scan 12



Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. 4. MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. 5. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak. 2.9 Pengkajian Keperawatan Stroke Hemoragik 1. Aktivitas dan istirahat Data Subyektif: a. Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis. b. Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot ) Data obyektif: a. Perubahan tingkat kesadaran b. Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum. c. Gangguan penglihatan 2. Sirkulasi Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (



penyakit katup jantung, disritmia, gagal



jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia. Data obyektif: a. Hipertensi arterial b. Disritmia, perubahan EKG c. Pulsasi : kemungkinan bervariasi d. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal 3. Integritas ego 13



Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan Data obyektif: a. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan b. Kesulitan berekspresi diri 4. Eliminasi Data Subyektif: a. Inkontinensia, anuria b. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus ( ileus paralitik ) 5. Makan/ minum Data Subyektif: a. Nafsu makan hilang b. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK c. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia d. Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah Data obyektif: a. Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ) b. Obesitas ( faktor resiko ) 6. Sensori neural Data Subyektif: a. Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA ) b. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. c. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati d. Penglihatan berkurang e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama ) f. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman Data obyektif:



14



a. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif b. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral ) c. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral ) d. Afasia



( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan



ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. e. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil f. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik g. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral 7. Nyeri / kenyamanan Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya Data Obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial 8. Respirasi Data Subyektif: a. Perokok ( faktor resiko ) b. Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas c. Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur d. Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi 9. Keamanan Data Obyektif: a. Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit



15



c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali d. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh e. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri 10. Interaksi sosial Data Obyektif: Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi 11. Pengajaran / pembelajaran Data Subjektif : a. Riwayat hipertensi keluarga, stroke b. Penggunaan kontrasepsi oral 12. Pertimbangan rencana pulang a. Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi b. Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah 2.10



Diagnosa Keperawatan Stroke Hemoragik 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan diseksi arteri 2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral dibuktikan dengan tidak mampu berbicara/ mendengar 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dibuktikan dengan ketidakmampuan mandi, mengenakan pakaian, makan, toiletting dan berhias secara mandiri 4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan dengan kekuatan otot menurun 5. Resiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan penurunan mobilitas 6. Risiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran 7. Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi kognitif 8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventulasi perfusi dibuktikan dengan pola napas abnormal



16



9. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih 10. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan dengan pola nafas abnormal 2.11



Rencana Keperawatan Stroke Hemoragik



Dx Keperawatan SIKI SLKI Risiko perfusi serebral Manajemen peningkatan Setelah dilakukan tidak efektif dibuktikan tekanan intrakranial dengan diseksi arteri



tindakan keperawatan



Definisi: mengidentifikasi diharapkan & mengelola peningkatan serebral tekanan



dalam



perfusi meningkat



rongga dengan kriteria hasil :  Tingkat kesadaran



kranial Tindakan :



meningkat



Observasi :



 Kognitif



 Identifikasi penyebab peningkatan TIK  Monitor



meningkat  TIK menurun



tanda/gejala  Sakit



peningkatan TIK



kepala



menurun



 Monitor MAP



 Gelisah menurun



 Monitor CPV



 Kecemasan



 Monitor PAWP



menurun



 Monitor PAP



 Agitasi menurun



 Monitor ICP



 Demam menurun



 Monitor CPP



 Kesadaran



 Monitor



gelombang



 Tekanan



ICP  Monitor



status intake



dan



output cairan  Monitor cairan serebro



darah



sistolik membaik  Tekanan



pernafasan  Monitor



membaik



darah



diastolik membaik  Refleks



saraf



membaik



17



spinalis Terapeutik :  Berikan posisi semi fowler  Hindari



manuver



valsava  Cegah



terjadinya



kejang  Atur ventilator  Pertahankan



suhu



tubuh normal Kolaborasi :  Pemberian sedasi dan anti konvulsan  Pemberian Gangguan verbal



diuretik



osmosis komunikasi Promosi komunikasi



: Setelah



berhubungan defisit bicara



dengan



penurunan Definisi:



sirkulasi



serebral teknik



dilakukan



tindakan keperwatan



menggunakan diharapkan komunikasi komunikasi



verbal



dibuktikan dengan tidak tambahan pada individu meningkat mampu mendengar



berbicara/ dengan gangguan bicara



dengan



kriteria hasil :



Tindakan :



 Kemampuan



Observasi :



berbicara



 Identifikasi metode



prioritas



meningkat



komunikasi  Kesesuaian



yang digunakan sesuai



ekspresi



dengan kemampuan



tubuh meningkat



 Identifikasi



sumber  Kontak



pesan secara jelas



wajah/ mata



meningkat



Terapeutik :



 Gagap menurun



 Fasilitasi



 Respon



perilaku 18



mengungkapkan



isi



pesan secara jelas  Fasilitasi penyampaian struktur pesan secara



membaik  Pemahaman komunikasi membaik



logis  Dukung pasien dan keluarga menggunakan komunikasi efektif Edukasi :  Jelaskan



perlunya



komunikasi efektif  Ajarkan memformulasikan pesan dengan tepat Defisit perawatan diri Dukungan perawatan diri berhubungan



dengan Definisi: pemenuhan



neuromuskuler



perawatan diri



kebutuhan diharapkan perawatan diri meningkat dengan



dengan Tindakan :



kriteria hasil :  Kemampuan



ketidakmampuan mandi, Observasi : mengenakan makan,



pakaian,  Identifikasi kebiasaan



toiletting



dan



berhias secara mandiri



dilakukan



memfasilitasi tindakan keperwatan



gangguan dibuktikan



Setelah



mandi meningkat



perawatan  Kemampuan



aktivitas



diri sesuai usia  Monitor



mengenakan tingkat



kemandirian



pakaian meningkat



 Identifikasi kebutuhan  Kemampuan alat bantu kebersihan diri,



berpakaian,  Kemampuan



berhias dan makan Terapeutik  Sediakan



makan meningkat toiletting meningkat



lingkungan  Verbalisasi 19



yang terapeutik  Siapkan



kenginan



keperluan



melakukan perawatan



pribadi  Dampingi



dalam



diri



meningkat



melakukan perawatan  Melakukan diri sampai mandiri  Fasilitasi



untuk



perawatan



diri



meningkat



keadaan  Mempertahankan



menerima



kebersihan



ketergantungan  Fasilitasi kemandirian



diri



meningkat



rutinita  Mempertahankan



 Jadwalkan



kebersihan mulut



perawatan diri



meningkat



Edukasi  Anjurkan



melakukan



perawatan diri secara konsisten



kemampuan mobilitas Dukungan mobilisasi



Gangguan fisik



berhubungan Definisi:



dengan



dilakukan



untuk diharapkan mobilitas



meningkatkan



aktivitas fisik



dengan pergerakan fisik



kekuatan otot menurun



Setelah



memfasilitasi tindakan keperwatan



gangguan pasien



neuromuskular dibuktikan



sesuai



meningkat



dengan kriteria hasil :



Tindakan :



 Pergerakan



Observasi :



ekstremitas



 Identifikasi



adanya



meningkat



nyeri / keluhan fisik  Kekuatan lainnya  Identifikasi fisik



meningkat toleransi  Rentang melakukan



pergerakan  Monitor



otot gerak



meningkat  Nyeri menurun



frekuensi  Kecemasan



jantung dan tekanan



menurun 20



sebelum  Kaku



darah



memulai mobilisasi



menurun



Terapeutik



 Gerakan



 Fasilitasi



aktivitas



mobilisasi dengan alat bantu  Fasilitasi



sendi tidak



terkoordinasi menurun  Gerakan



melakukan



pergerakan



terbatas



menurun  Kelemahan



 Libatkan



keluarga



untuk



membantu



pasien



dalam



fisik



menurun



meningkatkan pergerakan Edukasi :  Jelaskan



tujuan



&



prosedur mobilisasi  Anjurkan



melakukan



mobilisasi dini  Anjurkan Resiko



sederhana gangguan Perawatan integritas kulit



integritas dibuktikan



mobilisasi Setelah



dilakukan



kulit Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan dengan & merawat kulit untuk diharapkan integritas



penurunan mobilitas



menjaga



keutuhan, kulit



dan



jaringan



kelembaban & mencegah meningkat perkembangan



kriteria hasil :



mikroorganisme



 Elastisitas



Tindakan :



meningkat



Observasi :



 Hidrasi meningkat



 Identifikasi penyebab  Perfusi gangguan kulit



dengan



integritas



jaringan



meningkat  Kerusakan 21



Terapeutik



jaringan



dan



 Ubah posisi tiap 2 jam



lapisan



kulit



menurun



jika tirah baring  Lakukan



pemijatan  Nyeri menurun



pada area penonjolan  Perdarahan tulang  Bersihkan



menurun perineal  Kemerahan



dengan air hangat  Gunakan



menurun



produk  Hematoma



berbahan petrolium  Gunakan



menurun



produk  Pigmentasi



berbahan hipoalergik



abnormal



pada kulit sensitif



menurun



 Hindari



produk  Jaringan



berbahan alkohol pada



parut



menurun  Nekrosis menurun



kulit kering Edukasi



 Abrasi



 Anjurkan



kornea



menurun



menggunakan



 Suhu



pelembab



tubuh



membaik



 Anjurkan minum air  Sensasi membaik yang cukup



 Tekstur membaik



 Anjurkan



 Pertumbuhan



meningkatkan asupan



rambut membaik



nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim  Anjurkan menggunakan



tabir 22



surya SPF 30 saat di Risiko



luar rumah aspirasi Pencegahan aspirasi



dibuktikan



dengan Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan



penurunan



tingkat &



kesadaran



mengurangi



Setelah



dilakukan



risiko diharapkan



masuknya



partikel aspirasi



tingkat menurun



makanan/ cairan ke dalam dengan kriteria hasil :  Tingkat kesadaran



paru-paru Tindakan :



meningkat



Observasi :



 Kemampuan



 Monitor



tingkat



kesadaran,



batuk,



menelan meningkat



muntah & kemampuan  Kebersihan mulut menelan



meningkat



 Monitor



status  Dispnea menurun



pernafasan



 Kelemahan



 Monitor bunyi napas, terutama



otot



menurun



setelah  Akumulasi sekret



makan / minum



menurun



 Periksa residu gaster  Wheezing sebelum memberi menurun asupan oral  Sianosis menurun  Periksa selang sebelum



kepatenan  Gelisah menurun nasogastrik  Frekuensi napas memberi membaik



asupan oral  Terapeutik  Posisikan semi fowler 30



menit



sebelum



memberi asupan oral  Pertahankan semi



fowler



posisi pada 23



pasien tidak sadar  Pertahankan kepatenan jalan napas  Pertahankan pengembangan balon ETT  Lakukan penghisapan jalan napas  Sediakan



suction



diruangan  Berikan



obat



oral



dalam bentuk cair  Edukasi  Anjurkan



makan



secara perlahan  Ajarkan



strategi



mencegah aspirasi  Ajarkan



teknik



mengunyah/ menelan Risiko cedera dibuktikan Pencegahan cedera



Setelah



dilakukan



dengan perubahan fungsi Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan kognitif



&



menurunkan



mengalami



risiko diharapkan



bahaya



/ cedera



tingkat menurun



kerusakan fisik



dengan kriteria hasil :



Tindakan :



 Toleransi aktivitas



Observasi :  Identifikasi lingkungan



meningkat area  Nafsu yang



berpotensi menyebabkan cedera  Identifikasi obat yang berpotensi



makan



meningkat  Toleransi makanan meningkat  Kejadian



cedera 24



menyebabkan cedera



menurun



 Identifikasi kesesuaian  Luka menurun alas



untuk  Ketegangan



kaki



ekstremitas bawah Terapeutik



otot



menurun  Fraktur menurun



 Sediakan pencahayaan  Perdarahan yang memadai



menurun



 Gunakan lampu tidur  Iritabilitas selama jam tidur



menurun



 Sediakan alas kaki anti  Gangguan slip



mobilitas menurun



 Sediakan pispot untuk  Gangguan kognitif eliminasi



di



tempat



tidur



menurun  Tekanan



 Pastikan bel panggilan



membaik



atau telepon mudah  Frekuensi dijangkau membaik  Pastikan barang-  Frekuensi barang pribadi mudah dijangkau pengaman



temat tidur latihan dan terapi fisik  Diskusikan mengenai



nafas jantung



apikal membaik  Denyut



 Diskusikan mengenai



nadi



membaik  Denyut



 Gunakan



darah



jantung



radialis membaik  Pola



istirahat/



tidur membaik



alat bantu mobilitas yang sesuai  Tingkatkan pengawasan pasien Edukasi :  Jelaskan



alasan



itervensi



pencegahan 25



jatuh ke pasien dan keluarga  Anjurkan Gangguan



berganti



posisi secara perlahan pertukaran Pemantauan respirasi



Setelah



dilakukan



gas berhubungan dengan Definisi: mengumpulkan tindakan keperawatan ketidakseimbangan ventulasi



& menganalisis data untuk diharapkan pertukaran



perfusi memastikan



dibuktikan dengan pola jalan napas abnormal



kepatenan gas



napas



meningkat



dan dengan kriteria hasil :



keefektifan pertukaran gas Tindakan :



 Tingkat kesadaran meningkat



Observasi :



 Dispnea menurun



 Monitor frekuensi ,  Bunyi irama, kedalaman dan



tambahan



upaya napas



menurun



 Monitor pola napas  Monitor  Monitor



menurun adanya  Diaforesis



produksi sputum  Monitor



menurun



adanya  Gelisah menurun



sumbatan jalan napas kesimetrisan



ekspansi paru  Auskultasi



 Napas



cuping



hidung menurun  PCO2 membaik



bunyi  PO2 membaik



napas  Monitor



 Pusing menurun



kemampuan  Penglihatan kabur



batuk efektif



 Palpasi



napas



 Takikardia saturasi



oksigen  Monitor nilai AGD



membaik  pH



arteri



membaik



 Monitor hasil X-Ray  Sianosis membaik toraks  Pola napas Terapeutik : membaik 26



 Atur



interval  Warna



pemantauan



respirasi



kulit



membaik



sesuai kondisi pasien  Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi :  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan  Informasikan Bersihan



jalan



hasil



pemantauan napas Manajemen jalan napas



Setelah



dilakukan



tidak



efektif Definisi: mengidentifikasi tindakan keperawatan



berhubungan



dengan & mengelola kepatenan diharapkan



spasme



jalan



dibuktikan sputum berlebih



napas jalan napas



bersihan



jalan



dengan Tindakan :



meningkat



Observasi :



kriteria hasil :



 Monitor pola napas



 Batuk



 Monitor bunyi napas  Monitor sputum



dengan efektif



meningkat  Produksi



tambahan



napas



sputum



menurun  Mengi menurun



Terapeutik



 Pertahankan kepatena  Wheezing menurun



jalan napas



 Posisikan semi fowler  Dispnea menurun  Ortopnea menurun



atau fowler



 Berikan minum hangat  Sulit  Lakukan dada



fisioterapi



bicara



menurun  Sianosis menurun



 Lakukan penghisapan  Gelisah menurun lendir kurang dari 15  Frekuensi detik membaik  Lakukan



 Pola



napas napas 27



hiperoksigenasi



membaik



sebelum penghisapan endotrakeal  Keluarkan



sumbatan



benda padat  Berikan oksigen Edukasi :  Anjurkan



asupan



cairan 2000 ml/ hari  Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi : Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Pola napas tidak efektif Manajemen jalan napas berhubungan



Setelah



dilakukan



dengan Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan



gangguan



& mengelola kepatenan diharapkan pola napas



neuromuskular



jalan napas



membaik



dengan



dibuktikan dengan pola Tindakan :



kriteria hasil :



nafas abnormal



 Ventilasi semenit



Observasi :  Monitor pola napas



meningkat



 Monitor bunyi napas  Kapasitas



vital



meningkat



tambahan  Monitor sputum



 Tekanan ekspirasi



Terapeutik



&



 Pertahankan kepatena



meningkat 



jalan napas



inspirasi



Dispnea menurun



 Posisikan semi fowler  Penggunaan bantu



atau fowler  Berikan minum hangat  Lakukan dada



otot napas



menurun



fisioterapi  Pemanjangan fase ekspirasi menurun 28



 Lakukan penghisapan  Ortopnea menurun lendir kurang dari 15  Pernapasan cuping detik



hidung menurun



 Lakukan



 Frekuensi



hiperoksigenasi



napas



membaik



sebelum penghisapan  Kedalaman napas endotrakeal  Keluarkan



membaik sumbatan  Ekskursi



benda padat



dada



membaik



 Berikan oksigen Edukasi :  Anjurkan



asupan



cairan 2000 ml/ hari  Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi :  Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik



BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Kasus Tn. M, usia 54 tahun ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tanggal 11 April 2015 pada pukul 09.30 WIB ke IGD, klien 2 hari sebelumnya demam, kemudian dibawa berobat dan dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Kemudian klien pindah keruang ICU untuk mendapatkan 29



perawatan intensive dengan ventilator dengan mode SIM V, FI02 70 %, PEEP + 5, VI 478, RR 38 x/menit, TTV, TD: 140/90 mmHg, heart rate 160 x/menit, S: 38,5°C, Sa02 100%, kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- , ada akumulasi sankret dimulut dan diselang ET, tidak ada terpasang mayo dan lidah tidak turun, terdapat retaksi otot intecosta, dengan RR 38 x/menit, dan terdengar ronchi basah dan basal paru kanan, CRT < 3 detik di ICU klien mendapatkan Brainact /12 jam, Aliminamin F /12 jam, Ranitidin /12 jam, dan infus RL 20 t/m, Pada tanggal 12 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 13,8 gr/dl, Ht: 44%, Eritrosit: 5,04 juta/ul, leukosit: 8,4 rb/mmk, trombosit: 84 rb/mmk, Kreatinin 1,5 mg/dl, Albumin 3,6 mg/dl, ureum: 15 mg/dl, natrium: 140 mEq/L, kalium: 3,6 mEq/L, klorida: 107 mEq/L, AGD: pH: 7,3, PCO2: 27,6, PO2: 236,9, HCO3: 16,3, saturasi O2: 100%. Hasil pemeriksaan EKG kesan ada gambaran ST depresi inferior, hasil rongsen kesan Cor dan pulmo dalam batas normal, tidak ada menunjukan infellrate.



3.2 Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian Pre Arrival Identitas Klien Nama



: Tn. M



Umur



: 54 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki - laki



Status Perkawinan



: Menikah



Agama



: Islam



Suku



: Betawi



Pendidikan Terakhir



: SMA 30



Pekerjaan



: TNI



Alamat



: Jln. Pulau Gadung Jakarta Timur



Tanggal / Waktu Masuk IGD



: 11 April 2015 / 09.30 WIB



Tanggal / Waktu Masuk ICU



: 12 April 2015 / 19.00 WIB



No MR



: 40-38-30



Diagnosa Medis



: Stroke Hemoragik



2. Pengkajian Segera (Quick Assessment) a. Airway Pada jalan nafas terpasang ET, ada akumulasi senkret dimulut dan selang ET, lidah tidak jatuh kedalam dan tidak terpasang OPA. b. Breating RR 38 x/menit, tidak terdapat napas coping hidung, terdapat retaksi otot paru kanan, dan terdapat wheezing, terpasang ventilator dengan mode SIM V, FI02 70 %, PEEP + 5, VI 478, RR 38 x/menit, suara dasar vesikuler. c. Circulation Td 140/90 mmHg, Map 112, Hr 124x/menit, Sa02 100%, capillang refill < 3 detik, kulit tidak pucat, kunjung tipa tidak anemis. d. Drugs Brainact /12 jam, Aliminamin F /12 jam, Ranitidin /12 jam, dan infus RL 20 t/m e. Equipment Terpasang infus RL 20 t/m 3. Pengkajian Lengkap (Comprehensive Assessment) a. Keluhan Utama Klien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1 b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2015 pukul 14.30WIB. klien 2 hari sebelumnya demam, kemudian dibawa 31



berobat dan dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Upaya untuk mengatasinya di bawa ke RSPAD Gatot Soebroto. 2) Riwayat Pemyakit Dahulu Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi ± 1 tahun 3) Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang menderita seperti klien c. Pengkajian Fisik 1) Kepala Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem 2) Mata Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua pupil miosis, reflek pupil +/-. 3) Telinga Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada serumen



4) Hidung Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas cuping hidung 5) Mulut Bibir pucat dan kotor, terpasang ET 6) Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk. 7) Thoraks a) Jantung 32



Inspeksi



: Ictus Cordis tak tampak



Palpasi



: Ictus Cordis tak teraba



Perkusi



: Pekak



Auskultasi



: Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi



jantung tambahan b) Paru-paru Inspkesi



: Paru kanan dan kiri simetris, terdapat



retraksi interkosta, tidak ada penggunaan otot bantu napas, RR 38x/menit Palpasi



: Tidak dikaji



Perkusi



: Sonor seluruh lapang paru



Auskultasi



: Suara dasar vesikuler, terdapat suara



tambahan ronkhi basah di basal paru kanan c) Abdomen Inspeksi



: Datar



Auskultasi



: Bising Usus 13x/menit



Perkusi



: Timpani



Palpasi



: Tidak terjadi distensi abdomen



d) Ekstremitas Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1



e) Genitalia Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas d. Pola Eliminasi 1) Urin / Sift a) Pada tanggal 12 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia tidak ada, jumlah 200 cc b) Pada tanggal 13 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia tidak ada, jumlah 500 cc



33



c) Pada tanggal 14 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia tidak ada, jumlah 100 cc Pemeriksaan urin lab: tidak ada 2) Feses/shift a) Pada tanggal 12 April 2015 frekuensi BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak. b) Pada tanggal 13 April 2015 frekuensi tidak ada, warna tidak ada, konsistensi tidak ada. c) Pada tanggal 14 April 2015 frekuensi BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak. Pemeriksaan lab Feses : tidak ada e. Tingkat Kesadaran 1) Gasgow Coma Scale a) Pada tanggal 12 April 2015, E 1, M 2, V ET. b) Pada tanggal 13 April 2015, E 1, M 1, V ET. c) Pada tanggal 14 April 2015, E 1, M 1, V ET. 2) Status kesadaran a) Pada tanggal 12 April 2015, kesadaran soporokoma. b) Pada tanggal 13 April 2015, kesadaran soporokoma. c) Pada tanggal 14 April 2015, kesadaran koma.



f. Status Nutrisi dan Cairan 1) Nutrisi Status nutrisi/hari



:FxA ( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas ( 60 x 30 kkal ) x 0,9 1620 kkal/hari



Aminovel hepar



: 200 kkal/botol



Total nutrisi



: Sonde + 1 botol aminovel hepar



1620 kkal/hari



: sonde + 200 kkal 34



Jadi sonde/hari



: 1420 kkal @ shift : 473.3 kkal



2) Cairan 24 jam a) Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral 1500 cc, enteral 500 cc, output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 1000 cc. b) Pada tangal 13 April 2015, Intake, parenteral 1800 cc, enteral 600 cc, output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 1800 cc. c) Pada tangal 14 April 2015, Intake, parenteral 500 cc, enteral 200 cc, output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 100 cc. g. Pemeriksaan Penunjang 1) Pada tanggal 12 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 13,8 gr/dl, Ht: 44%, Eritrosit: 5,04 juta/ul, leukosit: 8,4 rb/mmk, trombosit: 84 rb/mmk, Kreatinin 1,5 mg/dl, Albumin 3,6 mg/dl, ureum: 15 mg/dl, natrium: 140 mEq/L, kalium: 3,6 mEq/L, klorida: 107 mEq/L, AGD: pH: 7,3, PCO2: 27,6, PO2: 236,9, HCO3: 16,3, saturasi O2: 100%. 2) Pada tanggal 13 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; AGD: pH: 7,32, PCO2: 27, PO2: 199,7, HCO3: 16,9, saturasi O2: 100%. 3) Pada tanggal 14 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 12,3 gr/dl, Ht: 38%, Eritrosit: 4,48 juta/ul, leukosit: 7,4 rb/mmk, trombosit: 90 rb/mmk, Kreatinin 1,4 mg/dl, Albumin 3,1 mg/dl, ureum: 17 mg/dl, natrium: 132 mEq/L, kalium: 3,4 mEq/L, klorida: 106 mEq/L, AGD: pH: 7,33, PCO2: 30, PO2: 189,8, HCO3: 17,9, saturasi O2: 97%. h. Penatalaksanaan 1) Pada tangal 12 April 2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu : Ceftriaxone 2 mg/24 jam, ranitidine 1 amp/12 jam, Nexium 40 mg/12 jam, Alinamin F 1 amp/12 jam, Brainact 1 amp/12 jam, Dexamethason 1 amp/8 jam, RL/ 24 jam 20 tpm, NaCl 0.9%/24



35



jam 20 tpm, Asering/ 24 jam 20 tpm, Aminovel/24 jam 20 tpm, Methylprednison 40 mg/12 jam, Nebulizer/8 jam. 2) Pada tangal 13 April 2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu : Nexium 40 mg/12 jam, Dexamethason 1 amp/8 jam, Ecotrixon 2 gr/24 jam, SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc NaCl), Asering/ 24 jam 20 tpm, Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam, Lasik 20 mg/jam, Koreksi bicnat, Nebulizer/8 jam. 3) Pada tangal 14 April 2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu : Nexium 40 mg/12 jam, Dexamethason 1 amp/8 jam, Ecotrixon 2 gr/24 jam, SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc NaCl), Asering/ 24 jam 20 tpm, Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam, Lasik 20 mg/jam, Koreksi bicnat, Nebulizer/8 jam.



4. Pengkajian Berkelanjutan (On Going Assessment) Algoritma : Pasien dengan stroke hemoragik  Tiba-tiba timbul sakit kepala berat yang belum pernah dirasaka baik dengan ataupun tanpa LOC  CT kepala non kontras menunjukkan sinyal hyperdense di sekitar batang otak, tangki basal, visura sylvian dan suplai darah otak yang terdapat di ventrikel  Fungsi lumbal menunjukkan xanthochromia pada pasien dengan CT kepala negatif 36







   



Istirahat di tempat tidur, perlindungan jalan napas, pertahankan MAP  110 untuk mencegah perdarahan tulang, monitor TTV, pemeriksaan neurologis yang sering Berikan antikonvulsan pencahar, kontrol rasa sakit & kecemasan Segera lakukan angiografi serebral langsung (CTA/MRA) Pindahkan pasien ke unit perawatan intensif, sebaiknya unit khusus perawatan neurointensif Tempatkan EVD jika muncul tanda-tanda hidrosefalus



Ditemukan aneurisma / malformasi vaskular lainnya Iya



Tidak







 



Pertimbangkan pengurangan angiografi serebral digital jika menggunakan CTA/MRA Pertimbangkan penyebab lain (trauma idiopatik) Ulangi angiografi dalam 7-12 hari



Mengobati malformasi vaskular untuk mencegah perdarahan ulang  Konsultasikan dengan bedah syaraf dan neurointerventionalis untuk menentukan rencana perawatan yang optimal (clipping / coiling aneurisma, embolisasi dan reseksi AVM  Dianjurkan segera melakukan terapi aneurisma  Evakuasi hematoma jika defisit fokal konsisten dengan peningkatan ICP



Aneurisma “terlindungi” (clipping dan coiling sukses) Langkah-langkah pencegahan awal untuk vasospasme  Mempertahankan euvolemia  Hipertensi permisif  Nimodipine 60 mg per oral/ enteral setiap 4 jam  Monitor secara cermat untuk komplikasi umum  Pemeriksaan neurologis yang sesuai  Monitoring ICP jika perlu  Pemantauan TTV secara sering, CVP, irama jantung, elektrolit  Tempatkan kateter foley untuk memantau output dengan cermat



37



Status mental yang berubah/ defisit neurologis baru 0-3 hari setelah inisial event 







Intubasi untuk perlindungan jalan napas jika diperlukan Lakukan manajemen ICp langsung termasuk mengangkat kepala, mannitol, dll



Tidak



4-2 hari setelah inisial event



Kecurigaan tinggi untuk vasospasme  Defisit neurologis fokal baru  Fluktuasi status mental  Fisher grade  2 pada CT kepala awal  Peningkatan kecepatan aliran 38 pada TCD



Iya Tidak CT kepala



Hidrosefalus







Iya



SAH baru/ rebleeding Iya Manajemen bedah syaraf langsung  Angiografi serebral  Pertimbangka n untuk melakukan reclipping/ recoiling  Pengobatan aneurisma lainnya











Tempatkan drainase ventrikel eksternall Hindari sedasi







Bolus NS untuk menjaga normo-to hipervolemik pasien dengan CVP  10 mmHg cairan isotonik untuk pemeliharaan Menjaga MAP 15% di atas garis dasar pasien, gunakan vasopresor







Pertimbangkan



kateter



arteri pulmonalis pada pasien



dengan



gagal



jantung / edema 



Atur angiografi dengan kemungkinan demam







Kontrol angioplasti paru secara agresif



Manajemen endovaskular  Angioplasti balon, stenting  Pertimbangkan milrinon intra arterial, nimodipine, verapamil/ papaverine 3.3 Analisa Data Data Fokus : 1. Data Subjektif : 2. Data Objektif : Kesadaran umum soporokoma, terdapat secret di ET dan mulut, RR 38x/menit, terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan, RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, terpasang ventilator dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan SaO2 39



100%, RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, Hasil BGA : PH 7,334; pCO2 27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2 dengan interprestasi Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian, Kesadaran soporokoma, GCS E1M2VET, pupil miosis (2mm), reaksi pupil +/-, Keadaan umum soporokoma, panas dengan suhu 38,5⁰C, terpasang ET dan infus line, bedrest total, reflek motorik -/-. NO TGL/JAM 1



12/04/15



DATA FOKUS DS :  -



MASALAH Bersihan



10.20 WIB DO :



ETIOLOGI



jalanAkumulasi



napas tidak efektif secret di jalan



KU



soporokoma,



napas



terdapat secret di ET dan mulut, RR 38x/menit, 2



12/04/15



terdengar bunyi senkret DS : Pola



10.25 WIB DO:



napas



efektif



tidakDepresi pusat pernapasan



RR 38x/menit, terdapat



(infark serebri



retraksi intercosta, napas



pada



batang



cepat



otak



etcause



dan



terdengar



dangkal, bunyi



intracerebral



rochibasah di basal paru



haemoragie)



kananterpasang ventilator dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan 3



21/06/10



SaO2 100% DS : -



10.30 WIB DO:



Gangguan



Kegagalan



pertukaran gas



proses



RR 38x/menit, terdapat



difusi



pada alveoli



retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, Hasil BGA : PH 7,334; pCO2 27;pO2



236,9;HCO3 40



16,3; BE -10,2 dengan interprestasi



Asidosis



Metabolik 4



12/04/15



terkompensasi DS : -



Risiko



10.35 WIB DO:



perfusiPerdarahan



serebral



tidakintraserebal



Kesadaran soporokoma,efektif GCS E1M2VET, pupil miosis ( 2 mm ), reaksi 5



12/04/15



pupil +/DS : -



Resiko



10.40 WIB DO:



integritas kulit



Keadaan



umum



soporokoma,



panas



dengan



gangguanProsedur



suhu



invasif



dan



bedrest total



38,5⁰C,



terpasang ET dan infus line, bedrest total, reflek motorik -/3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan dengan pola nafas abnormal 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventulasi perfusi dibuktikan dengan pola napas abnormal 4. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan diseksi arteri 5. Resiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan penurunan mobilitas 3.5 Rencana Keperawatan Dx Keperawatan SIKI Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas



SLKI Setelah dilakukan



tidak



efektif Definisi: mengidentifikasi tindakan keperawatan



berhubungan



dengan & mengelola kepatenan diharapkan



bersihan 41



spasme



jalan



dibuktikan sputum berlebih



napas jalan napas



jalan



dengan Tindakan :



meningkat



Observasi :



kriteria hasil :



 Monitor pola napas



 Batuk



 Monitor bunyi napas  Monitor sputum



dengan efektif



meningkat  Produksi



tambahan



napas



sputum



menurun  Mengi menurun



Terapeutik



 Pertahankan kepatena  Wheezing menurun



jalan napas



 Posisikan semi fowler  Dispnea menurun  Ortopnea menurun



atau fowler



 Berikan minum hangat  Sulit  Lakukan



fisioterapi



bicara



menurun  Sianosis menurun



dada



 Lakukan penghisapan  Gelisah menurun lendir kurang dari 15  Frekuensi detik membaik  Lakukan



 Pola



hiperoksigenasi



napas napas



membaik



sebelum penghisapan endotrakeal  Keluarkan



sumbatan



benda padat  Berikan oksigen Edukasi :  Anjurkan



asupan



cairan 2000 ml/ hari  Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi : Pemberian bronkodilator, 42



ekspektoran, mukolitik Pola napas tidak efektif Manajemen jalan napas berhubungan



Setelah



dilakukan



dengan Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan



gangguan



& mengelola kepatenan diharapkan pola napas



neuromuskular



jalan napas



membaik



dengan



dibuktikan dengan pola Tindakan :



kriteria hasil :



nafas abnormal



 Ventilasi semenit



Observasi :  Monitor pola napas



meningkat



 Monitor bunyi napas  Kapasitas



vital



meningkat



tambahan  Monitor sputum



 Tekanan ekspirasi



Terapeutik



&



 Pertahankan kepatena



meningkat 



jalan napas



inspirasi



Dispnea menurun



 Posisikan semi fowler  Penggunaan bantu



atau fowler  Berikan minum hangat  Lakukan



otot napas



menurun



fisioterapi  Pemanjangan fase ekspirasi menurun



dada



 Lakukan penghisapan  Ortopnea menurun lendir kurang dari 15  Pernapasan cuping hidung menurun



detik



 Frekuensi



 Lakukan



napas



membaik



hiperoksigenasi



sebelum penghisapan  Kedalaman napas endotrakeal  Keluarkan



membaik sumbatan  Ekskursi



benda padat



dada



membaik



 Berikan oksigen Edukasi :  Anjurkan



asupan



cairan 2000 ml/ hari 43



 Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi : Pemberian bronkodilator, Gangguan



ekspektoran, mukolitik pertukaran Pemantauan respirasi



Setelah



dilakukan



gas berhubungan dengan Definisi: mengumpulkan tindakan keperawatan ketidakseimbangan ventulasi



& menganalisis data untuk diharapkan pertukaran



perfusi memastikan



dibuktikan dengan pola jalan napas abnormal



kepatenan gas



napas



meningkat



dan dengan kriteria hasil :



keefektifan pertukaran gas Tindakan :



 Tingkat kesadaran meningkat



Observasi :



 Dispnea menurun



 Monitor frekuensi ,  Bunyi irama, kedalaman dan



tambahan



upaya napas



menurun



 Monitor pola napas  Monitor  Monitor



menurun adanya  Diaforesis



produksi sputum  Monitor



menurun



adanya  Gelisah menurun



sumbatan jalan napas kesimetrisan



ekspansi paru  Auskultasi



 Napas



cuping



hidung menurun  PCO2 membaik



bunyi  PO2 membaik



napas  Monitor



 Pusing menurun



kemampuan  Penglihatan kabur



batuk efektif



 Palpasi



napas



 Takikardia saturasi



oksigen  Monitor nilai AGD



membaik  pH



arteri



membaik



 Monitor hasil X-Ray  Sianosis membaik toraks  Pola napas 44



Terapeutik :



membaik



 Atur



interval  Warna



pemantauan



respirasi



kulit



membaik



sesuai kondisi pasien  Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi :  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan  Informasikan



hasil



pemantauan Risiko perfusi serebral Manajemen peningkatan Setelah tidak efektif dibuktikan tekanan intrakranial dengan diseksi arteri



dilakukan



tindakan keperawatan



Definisi: mengidentifikasi diharapkan & mengelola peningkatan serebral tekanan



dalam



meningkat



rongga dengan kriteria hasil :  Tingkat kesadaran



kranial Tindakan :



meningkat



Observasi :



 Kognitif



 Identifikasi penyebab peningkatan TIK  Monitor



perfusi



meningkat  TIK menurun



tanda/gejala  Sakit



peningkatan TIK



kepala



menurun



 Monitor MAP



 Gelisah menurun



 Monitor CPV



 Kecemasan



 Monitor PAWP



menurun



 Monitor PAP



 Agitasi menurun



 Monitor ICP



 Demam menurun



 Monitor CPP



 Kesadaran



 Monitor



gelombang



 Tekanan



ICP  Monitor



membaik



status



darah



sistolik membaik 45



 Tekanan



pernafasan  Monitor



intake



dan



darah



diastolik membaik  Refleks



output cairan  Monitor cairan serebro



saraf



membaik



spinalis Terapeutik :  Berikan posisi semi fowler  Hindari



manuver



valsava  Cegah



terjadinya



kejang  Atur ventilator  Pertahankan



suhu



tubuh normal Kolaborasi :  Pemberian sedasi dan anti konvulsan  Pemberian Resiko



osmosis gangguan Perawatan integritas kulit



integritas dibuktikan



diuretik Setelah



dilakukan



kulit Definisi: mengidentifikasi tindakan keperwatan dengan & merawat kulit untuk diharapkan integritas



penurunan mobilitas



menjaga



keutuhan, kulit



dan



jaringan



kelembaban & mencegah meningkat perkembangan



kriteria hasil :



mikroorganisme



 Elastisitas



Tindakan :



meningkat



Observasi :



 Hidrasi meningkat



 Identifikasi penyebab  Perfusi gangguan kulit



dengan



integritas



jaringan



meningkat  Kerusakan 46



Terapeutik



jaringan



dan



 Ubah posisi tiap 2 jam



lapisan



kulit



menurun



jika tirah baring  Lakukan



pemijatan  Nyeri menurun



pada area penonjolan  Perdarahan tulang  Bersihkan



menurun perineal  Kemerahan



dengan air hangat  Gunakan



menurun



produk  Hematoma



berbahan petrolium  Gunakan



menurun



produk  Pigmentasi



berbahan hipoalergik



abnormal



pada kulit sensitif



menurun



 Hindari



produk  Jaringan



berbahan alkohol pada



parut



menurun  Nekrosis menurun



kulit kering Edukasi



 Abrasi



 Anjurkan



kornea



menurun



menggunakan



 Suhu



pelembab



tubuh



membaik



 Anjurkan minum air  Sensasi membaik yang cukup



 Tekstur membaik



 Anjurkan



 Pertumbuhan



meningkatkan asupan



rambut membaik



nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim  Anjurkan menggunakan



tabir 47



surya SPF 30 saat di luar rumah



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Dalam kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik head to toe dengan hasil dapat diketahui klien mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa medis stroke hemoragik. 2. Hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien stroke ditemukan beberapa diagnosa. Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas, Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral haemoragie), Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada alveoli, Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest total 3. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan intervensi kaji keadaan jalan nafas, evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru, lakukan suction. Intervensi yang dilakukan



pada



diagnosa



depresi



pusat



pernapasan



dengan



intervensinapasnya cepat dan dangkal, RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta,Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pertukaran gas, dengan intervensi menunjukkan peningkatan frekuensi napas yaitu RR 38 x/menit.Intervensi yang dilakukan pada diagnosa, gangguan 48



perfusi



jaringan



serebral



dengan



intervensi



adanya



perdarahan



intraserebral sehingga mempengaruhi proses perfusi jaringan ke serebral. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa, resiko tinggi infeksi intervensi yang dilakukan prosedur invasif dapat memungkinkan terjadinya infeksi karena merupakan port de entri mikroorganisme, di ET, NGT dan Kateter.



4.2 Saran 1. Instansi Rumah Sakit a. Pada ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya terdapat protab perawatan DC, dressing infuse, perawatan NGT sesuai dengan waktu yang ditentukan. b. Untuk perawat di ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya perawat yang benar-benar terlatih dalam keperawatan kritis, sehingga lebih peka terhadap perawatan pasien di intensive care unit (ICU). 2. Perawat a. Pasien stroke dengan bedrest dimungkinkan terjadinya decubitus, sehingga perawat perlu lebih memperhatikan pasien dengan tandatanda decubitus dan penatalaksanaan decubitus. b. Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan infeksi nosokomial pada pasien di intensive care unit (ICU). c. Perawat diharapkan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab



dan



kesadaran



masing-masing



yang



bertujuan



untuk



kesembuhan dan keselamatan pasien. Keluarga Pada keluarga sebaiknya senantiasa mendampingi dan memberikan support kepada pasien meskipun dalam kondisi koma sekalipun. 3. Untuk diri sendiri Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa / i 49



juga diharapkan secara aktif



untuk membaca dan meningkatkan



keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif. 4. Institusi Pendidikan Makalah ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi yang menunjang pembelajaran dan referensi untuk penulisan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Adib, Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi Jantung Dan Stroke : Yogyakarta. Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC. Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Stroke Facts and Statistics. : Division



for



Heart



Disease



and



Stroke



Prevention.



Available



from:http://www.cdc.gov/stroke/statistical_reports.htm di askses pada tangal 23 April 2015. Gemari, 2008. Esensial Stroke. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Muttaqin,arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Salemba Medika. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta: PERDOSSI. World Health Organization, 2005. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEP wise Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization. Yayasan Stroke Indonesia. Tahun 2020, Penderita Stroke Meningkat 2 Kali. Jakarta:



Yayasan



Stroke



Indonesia.



Available



from:



http://www.yastroki.or.id/berita.php?id=4 di askses pada tangal 23 April 2015.



50



Yastroki,



2009.



Yastroki



Tangani



Masalah



Stroke



di



Indonesia.



www.yastroki.or.id di askses pada tangal 23 April 2015.



51