7 0 728 KB
KEPERAWATAN BEDAH
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA PADA TONSILITIS
Oleh : Kelompok 1/Kelas D Yustika Fera Mahendra
(NIM 172310101176)
Anis Syahadah
(NIM 172310101183)
Diana Newvitasari
(NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P
(NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi
(NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah
(NIM 172310101211)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
i
KEPERAWATAN BEDAH
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA PADA TONSILITIS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah Dosen Pembimbing Ns. Jon Hafan M.Kep, Sp.Kep MB
Oleh : Kelompok 1/Kelas D Yustika Fera Mahendra
(NIM 172310101176)
Anis Syahadah
(NIM 172310101183)
Diana Newvitasari
(NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P
(NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi
(NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah
(NIM 172310101211)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “Diare“ sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh pembelajaran di semester ini. Didalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami sampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep. Sp.Kep.MB selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah. 2. Ns. Jon Hafan M.Kep, Sp.Kep.MB selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah. 3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jember, 13 Maret 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………..….…….Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...……………………………………………………..……………..Error! Bookmark not defined. BAB I LATAR BELAKANG…………………..………………………...……….Error! Bookmark not defined. 1.1
Latar Belakang ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.2
Tujuan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN TEORI………………..……………………………………..4 2.1
Anatomi dan fisiologi Tonsilitis ............................................................. 4
2.2
Definisi Tonsilitis..................................................................................... 5
2.3
Etiologi Tonsilitis .................................. Error! Bookmark not defined.
2.4
Patofisiologi Tonsilitis............................ Error! Bookmark not defined.
2.5
Klasifikasi Tonsilitis ………………………..………………………......8
2.6
Manifestasi Tonsilitis ............................................................................. 9
2.7
Faktor Resiko .......................................................................................10
2.8
Penatalaksanaan ..................................1Error! Bookmark not defined.
BAB III ANALISA KASUS………………………………...……………….…..19 3.1
Pengkajian .............................................. Error! Bookmark not defined.
3.2
Analisa Data ........................................... Error! Bookmark not defined.
3.3
Intervensi ................................................ Error! Bookmark not defined.
3.4
Implementasi ......................................................................................... 31
3.5
Evaluasi ................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PENUTUP……………………………………………...…….……......34 4.1
Kesimpulan ............................................. Error! Bookmark not defined. iv
4.2
Saran ....................................................... Error! Bookmark not defined.
v
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsila faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil) (Belakang 2017). Menurut National Center of Health Statistics pada Januari 1997 di United States seperti dikutip oleh Edayu (2011), prevalensi penyakit tonsilitis kronis pada anak yang berusia di bawah 18 tahun didapatkan 24,9% dari 1000 orang anak. Pada penelitian Khasanov et al di Rusia mengenai prevalensi tonsilitis kronis pada keluarga, didapatkan 335 anak usia 1-15 tahun dari 321 keluarga mengalami penyakit tonsilitis kronis. Menurut penelitian Kishve mengenai penyakit THT pada anak di salah satu rumah sakit di pedesaan India, penyakit Tonsilitis Kronis mayoritas terjadi pada anak perempuan (51,72%), kelompok usia 5-14 tahun (66,3%), berasal dari status sosial ekonomi rendah (61,2%), dan memiliki ibu yang buta huruf (70,8%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016). Di Indonesia, tonsilitis kronis juga menjadi salah satu peyakit THT yang paling banyak dijumpai terutama pada anak. Penelitian Sapitri tentang karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi, dari 30 sampel didapatkan distribusi terbanyak usia 5-14 tahun (50%), jenis kelamin perempuan (56,7%) dan memiliki keluhan nyeri pada tenggorok/sakit menelan (100%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016). Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa, Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016). Menurut Soepardi dan Muhammad tahun 2007, tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki 1
perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman dari golongan gram negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas pada pengobatan ISPA, tanpa bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi berbagai strain mikroba dari Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan lainnya terhadap antibiotik. Sehingga pemilihan antibiotik empiris pada penderita tonsilitis kronis harus memperhatikan pola kuman penyebab yang paling sering ditemukan di masing-masing rumah sakit agar pengobatan yang dijalani bisa adekuat (Nizar, Qamariah, and Muthmainnah 2018). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah definisi Tonsilitis ? 1.2.2. Bagaimanakah anotomi fisiologi dari Tonsilitis ? 1.2.3. Apakah penyebab Tonsilitis ? 1.2.4. Bagaimanakah patofisiologi dari Tonsilitis ? 1.2.5. Bagaimana klasifikasi Tonsilitis ? 1.2.6. Bagimanakah manifestasi klinis dari tonsillitis ? 1.2.7. Bagaimanakah Faktor resiko Tonsilitis ? 1.2.8. Bagaimanakah penatalaksanaan dari Tonsilitis ? 1.2.9. Bagaimanakah pengkajian terfokus yang muncul pada penderita Tonsilitis ? 1.3.0. Apa Saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Tonsilitis ?
2
1.3.Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Tonsilitis. 1.3.2 Tujuan Khusus a). Mampu memahami definisi Tonsilitis b). Mampu memahami anatomi fisiologi dari Tonsilitis c). Mampu memahami penyebab dan factor resiko dari Tonsilitis d). Mampu memahami klasifikasi dari Tonsilitis e). Mampu memahami manifestasi klinis dari tonsillitis f). Mampu memahami patofisiologi dari tonsillitis g). Mampu memahami penatalaksanaan dari Tonsilitis h). Mampu meahami pengkajian terfokus dari Tonsilitis i). mampu memahami asuhan keperawatan yang mungkin muncul dari tonsillitis
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tonsilitis
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi. Tiap tonsil merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi dan membentuk kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014). Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil terletak didalam fosatonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intra tonsil yang merupakan sisa kantung faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil berbentuk aneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tonsil mendapat darah dari arteri palatine minor, arteri palatine asendens, dan arteri lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
4
lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus (Rusmarjono & Hermani B, 2012) Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang berperan dalam imunitas, bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatine membentuk cincin waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran aerodiestife. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi (Klarissa C & Fardizza F, 2014). 2.2 Definisi Tonsilitis Peradangan pada tonsil yang dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, termasuk strain bakteri Streptokokus, Adenovirus, virus Influenza, virus Epstein-Barr, Enterovirus, dan virus Herpes simplex. Salah satu penyebab paling sering pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus beta hemolitik (GABHS) dan disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Peradangan tonsil akan menyebabkan pembesaran di daerah tonsil sehingga sulit untuk menelan. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut dengan tonsilitis kronis (Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016; Sundariyati, 2017). 2.3 Penyebab 1. Tonsillitis disebabkan oleh virus Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus, virus Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus dll) yang dapat mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, termasuk virus yang menyebabkan mononukleosis infeksius (virus Epstein-Barr). Tonsilitis akut yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang dapat menyebabkan infeksi mononukleosis.
Ini
juga
disebut
5
'penyakit
berciuman'
karena
penyebarannya melalui air liur dan biasanya menyerang remaja dan dewasa muda. Ini ditandai dengan : a. Sakit tenggorokan b. Demam c. Pembesaran kelenjar getah bening serviks d. Amandel membesar dan kelelahan e. Manifestasi klinis lainnya adalah splenomegali (pembesaran limpa), hepatomegali dan hepatitis (pembesaran hati dan peradangan hati) dan jumlah trombosit dan darah putih yang rendah (Otolaringology, 2018). 2. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus). Gejala yang disebabkan antara lain : a. Tiba-tiba timbul rasa sakit dan rasa sakit saat menelan b. Kelenjar getah bening lembut di leher c. Demam tinggi Kurangnya gejala saluran pernapasan atas (seperti hidung tersumbat, sumbatan hidung) (Otolaringology, 2018) 2.4 Patofisiologi Tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet sehingga kuman menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi infeksi yang berulang maka akan menyebabkan tonsil tidak dapat membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga menyebabkan banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana kondisi tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh menurun maka akan semakin berat jika kondisi tubuh sedang menurun karena peradangan sebelumnya pada saat epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal mengambil perannya yaitu mencegah radang dengan menginfiltrasi leukosit polimorfonuklear karena peradangan yang berulang maka selain epitel mukosa dan jariangan limfoid diganti dengan 6
jaringan parut sehingga terjadi pengecilan atau pengerutan dan kripti melebar kemudian proses perjalanan infeksi masih terus berlanjut sampai menembus kapsul tonsil sehingga menyebabkan pelekatan pada jaringan disekitar fossa tonsilaris yang menyebabkan tonsilitis (Sundariyati, 2017) Tonsilitis akut bisa diakibatkan karena bakteri yang menyebabkan peradangan lokal primer diarea tonsil dan itu dapat menyebabkan gangguan seperti rasa nyeri karena pembesaran atau biasa disebut edema pada tonsil sehingga terasa nyeri pada saat menelan karena saat menelan terjadi gerakan yang menyentuh area peradangan di tonsil dan juga mengakibatkan ngorok / mendukur saat tidur karena jalan nafas yang terrganggus terkadang sampai sesak nafas jika pembesaran tonsil semakin besar dan menuntup jalan nafas apabila peradangan tidak dapat disembuhkan dan kembali seperti semula dan terjadi infeksi yang berulang maka akan terjadi peradangan kronis atau disebut tonsilitis kronis (Ivan Maulana, 2016)
7
2.4.1 Pathway Tonsilitis Infeksi bakteri/ virus patogen
Penyebaran limfogen
Menuju faring & tonsil
Inflamasi
Tonsilitis akut
Hipertermi
Edema tonsil
Pembengkakan tonsil
Nyeri/ sulit menelan
Saluran nafas terganggu
Nafsu makan menurun
Mengorok/mendengkur saat tidur
Kekurangan nutrisi
Sesak nafas
2.5 Klasifikasi Tonsilitis 1. Tonsillitis akut : tonsillitis disebabkan oleh beberapa bakteri dan virus. Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβhemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes (Nizar,M dkk, 2016). Tonsilitis akut diagi menjadi 2 yaitu: (Setyo,P dkk, 2015) a. Tonsillitis viral
8
Penyebab tonsillitis viral sering diakibatkan oleh virus Epstein Barr. Selain itu tonsillitis viral lebih mirip dengan common cold yang memiliki rasa nyeri pada tenggorokan penderita. b. Tonsilitis bakterial Tonsilitis
akut
lebih
sering
disebabkan
oleh
kuman
jenis
Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes 2. Tonsilitis membranosa : diartikan sebagai tonsil yang telah bengkak tertutupi oleh tonsilitis menyerupai seperti membran. Membran ini mudah diangkat, seperti lapisan putih kekuning-kuningan. Tonsilitis membranosa dibagi menjadi 2 yaitu : (Setyo,P dkk, 2015) a. Tonsilitis Difteri Merupakan tonsillitis yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium diphteriae. Kuman ini merupakan jenis gram positif. Difteri biasanya memiliki ciri-ciri tertutupnya tonsil yang bengkak dengan membran berwarna putih kekuning-kuningan. b. Tonsilitis Septik Tonsillitis septik ini disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang dapat menyebabkan epidemi. Bakteri ini terdapat pada susu sapi mentah yang langsung dikonsumsi, jadi sangat sianjurkan untuk memasak susu sapi terlebih dahulu sbelum dikonsumsi. 3. Tonsillitis kronik : merupakan kondisi pembesaran tonsil disertai serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis kronik juga disebabkan oleh kuman yang menyerang tonsillitis akut
seperti Astreptococusβ-hemolyticus,
pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, tetapi terkadang kuman pada tonsillitis kronik berubah menjadi kuman gram negatif ( Nizar,M dkk, 2016). 2.6 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di hidung, nyeri pada tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada tonsil. Tonsilitis
9
umumnya disebabkan oleh virus. Tonsilitis streptokokus lebih jarang ditemukan dan biasanya ditandai dengan demam (Hull dan Johnston, 2008) Adapun gejala klinis Tonsilitis (Soepardi, 2007) : 1. Gejala lokal, ditandai dengan rasa yang tidak enak ditenggorokan, sakit pada tenggorokan, sulit dan sakit untuk menelan 2. Gejala sistemis, ditandai dengan tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian 3. Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis folikularis kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis), tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris anterior hiperemis
dan
pembengkakan
kelenjar
limfe
regional.
Pada
pemeriksaantonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Ada rasa yang mengganjal ditenggorokan, merasa kering di tenggorokan dan nafas berbau. 2.7 Faktor Resiko 1. Umur Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 5 tahun sampai 15 tahun. 2. Sering terpapar kuman Anak-anak usia sekolah berada dalam kontak dekat dengan teman sebaya mereka dan sering terpapar virus atau bakteri yang dapat menyebabkan tonsilitis. Tonsillitis dapat disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. 3. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk Terdapat hubungan antara kebersihan gigi dan mulut dengan infeksi toraks. Ketika seseorag mengalami deman atau dehidrasi sering terjadi infeksi di sepanjang ductus kelenjar liur yang menyebabkan menurunnya kebersihan mulut dan bisa terjadi tonsillitis. 4. Kebiasaan merokok
10
Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi, sekresi kelenjar liur dan penurunan antibodi pada tonsil. Apabila terdapat patogen menembus lapisan epitel maka sel fagositik mononuclear akan mengenali dan mengeliminasi antigen sehingga terjadi gangguan fungsi selsel pertahanan tubuh. Asap dari rokok merangsang tonsil untuk memproduksi antibody, apabila terjadi terus menerus maka tonsil kan mengalami peradangan. 5. Kebiasaan makan Tonsillitis dapat timbul akibat tidak menjaga kebiasaan makan makanan yang sehat. Seperti makan di tempat yang berdekatan dengan pembuangan sampah, yang banyak dihinggapi lalat, dan terkontaminasi oleh tangan yang tidak bersih. Juga dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa, makanan berminyak, dan kebiasaan minum minuman dingin (Mita, 2017; Otolaringology, 2018). 2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan tonsilitis secara umum yaitu: a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut), selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi), dilakukan apabila: 1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun 2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun 3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun 4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik 2.9 Pemeriksaan Penunjang a. Rapid Antigen Display Test (RATD)
11
Dikembangkan untuk identifikasi streptococus grup A dengan melakukan apusan tenggorokan. RATD memiliki akurasi 93% dan spesifitas > 95% dibandingkan kultur darah. b. Gold Standart Pemeriksaan Gold Standart adalah kultur dari dalam tonsil. Kultur yang dilakukan dengan swab permukaan tonsil berguna untuk menentukan diagnosisyang akurat terhadap flora bakteri tonsilitis kronis. c. Histopatologi Pemeriksaan Histopatologi dapat menunjukan diagnosa tonsilitis kronis. Pemeriksaan Histopatologi memiliki 3 kriteria yaitu ditemukan ringan- sedang infiltrasi limfosit, adanya ugra's abses dan infiltrasi limfosit yang difus. Kombinasi ke tiga ini dapat dengan jelas menegakkan diagnosis tonsilitis. 3.0 Konsep Asuhan Keparawatan Tonsilitis Secara Teoritis A. Identitas pasien Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir atau umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, serta diagnosa medis. B. Clinical history 1. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan pengembangan dari keluhan utama pasien dengan menggunakan metode PQRST. P (paliatif / profokatif) : sesuatu yang membuat keluhan menjadi berat atau ringan Q (quality) : bagaimana keluhan dirasakan R (regio) : tempat keluhan dirasakan S (scale ) : seberapa besar keluhan dirasakan T (timing) : kapan keluhan dirasakan 2. Riwayat penyakit dahulu
12
Riwayat penyakit terdahulu merupakan pengkajian mengenai penyakit yang pernah diderita klien, yang berhubungan dengan tonsilitis maupun tidak. 3. Riwayat keluarga Pada riwayat keluarga yang dikaji adalah riwayat dari anggota yang memiliki penyakit sama seperti klien, penyakit menular seperti TBC, penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, jantung dan asma. Jika ada riwayat penyakit keturunan selanjutnya dibuat genogram. C. Pola fungsional 1. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat dan bagaimana memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu tentang status dan riwayat kesehatan, hubungannya dengan aktivitas dan rencana
yang
akan
dating
serta
usaha-usaha
preventif
yang
dilakukan pasien untuk menjaga kesehatannya. 2. Pola nutrisi metabolik a. Makan Dikaji tentang frekuensi makan, jenis diet, porsi makan, riwayat alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu, pada klien tonsilitis biasanya terjadi penurunan napsu makan akibat sulit dan sakit untuk menelan (Soepardi, 2007). Tonsilitis dapat menimbulkan gejala nyeri pada tenggorokan dan kemerahan yang menyeluruh pada tonsil. Hal ini mungkin disebabkan karena virus (Hull dan Johnston, 2008). b. Minum Dikaji tentang jumlah dan jenis minuman setiap hari. Minuman yang harus dihindari pada klien tonsilitis yaitu minuman yang dingin karena akan membuat bagian tenggorokan yang disebut rambut getar, yang berfungsi sebagai pengusir kuman dan bateru tidak akan berfungsi lagi.
13
Hal ini membuat kuman dan bakteri menjadi semakin banyak hingga peradangan menjadi semakin parah dan tonsilitis makin membengkak. c. Pola eliminasi Meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya, konsistensi, frekuensi dan bau baik sebelum masuk kerumah sakit atau masuk rumah sakit d. Pola aktivitas Dikaji tentang kegitan dalam pekerjaan, mobilisasi, olah raga, kegiatan diwaktu luang dan apakah keluhan yang dirasakan klien mengganggu aktivitas klien tersebut. e. Pola istirahat tidur Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan dalam tidur. Pada klien tonsilitis. f. Pola kognitif – perseptual Penghilatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan, Kemampuan bahasa, Kemampuan membuat keputusan, Ingatan, Ketidaknyamanan dan kenyamanan. g. Pola persepsi dan konsep diri Menggambarkan: Body image, Identitas diri, Harga diri, Peran diri, Ideal diri h. Pola peran hubungan sosial Menggambarkan: Pola hubungan keluarga dan masyarakat, Masalah keluarga dan masyarakat, Peran tanggung jawab. i. Pola koping toleransi stress Menggambarkan: Penyebab stress, Kemampuan mengendalikan stress, Pengetahuan tentang toleransi stress, Tingkat toleransi stress, Strategi menghadapi stress. j. Pola seksual dan reproduksi Meliputi hubungan klien dengan keluarga (orang tua), mempunya beberapa saudara dan termasuk anak keberapa.
14
k. Pola nilai dan kepercayaan Menggambarkan: Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan, Realisasi dalam kesehariannya. D. Pemeriksaan fisik dan penunjang 1. Pemeriksaan Fisik a. Pengkajian umum 1) Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda vital dll b. Pernafasan 1) Kesulitan bernafas, batuk c. Nutrisi 1) Sakit tenggorokan, nyeri tekan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang. d. Aktivitas/Istirahat 1) Klien tampak lemah, letargi, iritabel, malaise e. Keamanan/kenyamanan 1) Kecemasan klien terhadap hospitalisasi 2. Pemeriksaan Penunjang meliputi: a. Tes laboratorium Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteru yang ada dalam tubuh pasien dengan tonsilitis merupakan bakteri grup A. Kemuadaan pemeriksaan jumalh leukosit dan hitung jenisnya. Serta laju endap darah. Perisapan pemeriksaan yang perlu sebeluk tonsilektomi adalah: 1. Rutin : Hemoglobine, leukosit, urine 2. Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan 3. Pemeriksaan lain atas indikasi (Rontgen foto, EKG, gula darah, elektrolit, dan sebagainya. b. Kultur Kultur dan uji resistensi bila diperlukan c. Terapi
15
d. Dengan
menggunakan
antibiotik
spectrum
lebar
dan
sulfonamide, antpiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. (Soetomo, 2004) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkua diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : a. Leukosit
: terjadi peningkatan
b. Hemoglobin
: terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat. E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan tonsilitis secara umum yaitu: a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut), selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi), dilakukan apabila: 1. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun 2. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun 3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun 4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik F. Prioritas diagnosa keperawatan Diagnosa yang Mungkin Muncul 1. Nyeri akut berhubungan denganpembengkakan pada tonsil 2. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil 3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan menelan G. Nursing care plan
16
NOC : 1.
Tingkat Nyeri
2.
Ketidaknyamanan
Kriteria hasil : 1.
Nyeri dipertahankan pada skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada).
2.
Ketidaknyamanan dipertahankan pada skala sedang) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada).
NIC 1.
Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien R/ Lingkungan yang nyaman dapat membantu mengurangi efek kurang nyaman yang disebabkan akibat nyeri yang muncul.
2.
Sediakan tempat tidur dengan ketinggian sesuai kebutuhan R/ Posisi yang sesuai dapat membuat klien merasakan nyaman sehingga dapat membantu mengurangi rasa nyeri
3.
Berikan informasi mengenai nyeri. R/ Informasi mengenai nyeri dapat membantu klien untuk mengetahui penyebab dari nyeri yang muncul.
4.
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri. R/ Prinsip manajemen nyeri yang benar dapat membantu menurunkan rasa nyeri.
5.
Kolaborasikan pemberian analgesik dengan tim medis. R/ Pemberian analgesic untuk menurunkan rasa nyeri.
NOC 1. Suhu 2. Membran mukosa Kriteria Hasil a. Suhu tubuh dipertahankan pada skala 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran normal).
17
b. Membrane mukosa lembab dipertahankan pada skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu). NIC 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan. R/ Monitor suhu setiap 2 jam dapat mengetahui perubaha suhu yang terjadi pada pasien. 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan R/ Mengetahui keadaan umum dari pasien. 3. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban R/ Perubahan pada warna dan suhu serta kelembaban kulit merupakan indikasi demam. 4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat R/ Agar cairan dan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan. 5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, jika suhu berubah. R/ Dapat membantu penyesuaian suhu tuhu pasien. NOC a. Status nutrisi b. Perasaan tidak nyaman Kriteria Hasil a. Status nutrisi dipertahankan pada skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal) ditingkatkan ke skala 5 (tidak menyimpang dari rentang normal). b. Perasaan tidak nyaman dengan menelan dipertahankan pada skala 3 (cukup terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada). NIC Status Eliminasi Urine :
18
1.
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan. R/ Monitor TTV dapat mengetahui keadaan umum dari pasien
2.
Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien R/Preferensi makanan bagi pasien agar pasien tidak merasa kesakitan saat menelan makanan
3.
Menganjurkan pasien untuk memfokuskan perhatian dalam melakukan tugas menelan. R/Pasien dianjurkan untuk memfokuskan perhatian agar dalam belajar menelan dapat fokus sehingga kebutuhan nutrisi selalu terpenuhi
4.
Hilangkan distraksi dari lingkungan sekitar sebelum belajar menelan. R/ Adanya distraksi dapat mengganggu jalannya belajar menelan sehingga tidak memecah konsentrasi dari pasien.
19
BAB III ANALISA KASUS
3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Klien 1. Nama
: Nn. Amira
2. Umur
: 20 tahun
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Status Perkawinan
: Belum Menikah
5. Pekerjaan
: mahasiswa
6. Penidikan
: SMA
7. Agama
: Islam
8. Suku
: Jawa
9. Alamat
: Sumbersari
10. No RM
: 246633
11. Tanggal pengkajian : 06 Mei 2019 12. Waktu pengkajian
: pukul 08.22 WIB
3.1.2 Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Tenggorokan terasa sakit dan susah menelan b. Riwayat penyakit sekarang Nn. Amira mengatakan bahwa dia mengeluhkan tidak nafsu makan dan juga susah untuk minum. Sejak merasakan sakit tenggorokan, Nn. Amira mengalami demam tinggi dan kesulitan untuk bernafas karena batuk. c. Riwayat penyakit dahulu 2 tahun yang lalu, Nn. amira mempunyai riwayat penyakit faringitis dan ISPA. d. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat Tonsilitis e. Pola Fungsi Kesehatan (Sehat dan saat sakit) 20
a.
Pola nutrisi dan metabolisme Sehat : Nafsu makan klien baik (klien makan 3 kali sehari) tanpa adanya rasa sakit saat menenlan dan rasa sulit menelan Sakit : Klien nafsu makannya tidak normal (2 kali sehari dengan porsi seperampat
piring),karena
susah
untuk
menelan
akibat
tenggorokannya yang sakit b.
Pola aktivitas Sehat : Klien beraktivitas seperti biasanya tanpa ada masalah, seperti pergi ke kampus dll Sakit : Klien kurang beraktifitas karena rasa sakit akibat bengkaknya tonsilnya
c.
Pola istirahat dan tidur Sehat : klien tidur 6-7 jam per hari Sakit : Pola tidur klien tidak bertauran klien tidak bisa tidur dengan nyenyak karena rasa sakit sering muncul (tidur 3 jam per hari)
d.
Pola eliminasi Sehat : Pola eliminasi pada klien normal Sakit : Pola eliminasi pada klien terganggu,jarang BAB dan BAK akibat tidak tercukupnya kebutuhan cairan dalam tubuh pasien
e.
Pola hubungan peran Sehat : Klien mampu menjalin hubungan dengan orang-orang yang di kenal atau teman dekatnya Sakit : Klien hanya mau bercerita ke orang tuanya saja
f.
Pola penanggulangan steress Klien selalu bercerita kepada suaminya jika memiliki masalah
g.
Pola tata nilai dan kepercayaan Sehat : Klien taat beribadah Sakit : Klien merasa terganggu saat beribadah karena rasa sakit dan nyeri yang muncul
h.
Pola fungsi dan seksualitas Pasien belum menikah
21
f.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Lemas dan meringis kesakitan b. Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit RR : 25 x/menit Suhu : 38,30C c. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala
: Inspeksi→ Rambut tidak beruban, keadaan rambut dan kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata, tidakadalesi. Palpasi→ Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
: Inspeksi→ tampak lesu, pucat, simestris kiri kanan,
bentuk
reflex/gerakan
wajah
oral,
abnormal,
tidak
tampak
ekspresi
wajah
meringis bilan yeri Palpasi→ Tidak ada nyeri tekan, tidak tidak ada oedama/massa Mata
: Inspeksi→, Terdapat lingkaran hitam di sekitar mata. Palpasi→ tidak ada nyeri tekan pada kedua bola mata, kedua bola mata teraba lunak
Hidung
: Inspeksi→ simetris kiri dan kanan, tidak Nampak adanya septum deviasi, pola nafas Takiepneu (RR : 25 kali per menit) Palpasi→ Tidak ada nyeri tekan pada hidung, sinus maksillaris, frontalis dan etmoidalis, tidak ada massa/benjolan
22
Mulut
: Inspeksi→ gigi depan utuh dan rahang utuh, gusi tidak
terdapat
peradangan,
lidah
tampak
berwarna putih, bibir tampak kering dan tonsil bengkak dibagian kanan dan kiri serta berwarna kemerahan
Leher
: Inspeksi→ tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis, terdapat pembesaran tomsilitis dengan stadium T2 (3 cm) Reflek menelan pada pasien juga terganggu akibat pembesaran tonsil. Palpasi→ Ada nyeri tekan, teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
d. Pemeriksaan thorax Inspeksi→ bentuk dada normal chest, frekuensi nafas 25x/menit. Palpasi→ ekspansi dada kanan dan kiri seimbang. Getaran vocal fremitus teraba diseluruh dada, tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan. Perkusi→ sonor pada semua lapang paru, tidak terdengar adannya penimbunan cairan. Auskultasi→ bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas tambahan. e. Pemeriksaan ekstremitas a.
Ekstremitas atas
23
Motorik→ klien dapat menggerakan ekstremitas kanan dan kiri, tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot nilai 5/5 Refleks→ Biceps kiri dan kanan normal, triceps kiri dan kanan normal. Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap rangansan suhu/raba b.
Ekstremitas bawah Motorik→ tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot nilai 5/5 Refleks→ patella kanan dan kiri normal, Achilles kanan dan kiri normal, babinsky kanan dan kiri normal Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap rangsangan suhu/raba
f. Pemeriksaan abdomen Inspeksi→ warna kulit sama dengan daerah sekitarnya, perut nampak datar Auskultasi→ pristaltik 10 x/menit Perkusi→ terdengar bunyi timpani kecuali pada daerah kuadran kanan atas, pekak pada daerah hepar g. Pemeriksaan integumen Inspeksi→tidak ditemukan jaundice, kulit nampak lembab. Palpasi→tidak terdapat lesi, kulit lembut dan elastis. h. Pemeriksaan genetalia Tidak ada benjolan di daerah kelamin g.
Pemeriksaan Dignostik Hemoglobin
: 14,8 g/dl
Eritrosit
: 4,71 10 6/ul
Hematokrit
: 43%
Leukosit
: 13 10 3/ul
Trombosit
: 258 10 3/ul
24
3.1.3 Terapi Farmakologi Pasien
: Nn. Amira
Pengobatan
: Paracetamol 3x500 mg (oral) sesudah makan Amoxicilin 3x500 mg (oral) sesudah makan
Dokumentasi
: Nn Amira diberikan paracetamol 3x500 mg dan amoxicillin 3x500 mg diminum memalui oral sesudah makan.
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Hemoglobin
: 14,8 g/dl
2. Eritrosit
: 4,71 10 6/ul
3. Hematokrit
: 43%
4. Leukosit
: 13 10 3/ul
5. Trombosit
: 258 10 3/ul
3.2 Analisa Data N o
Data
1
DS:
Etiologi
Klien mengeluh susah bernafas sehingga mengganggu tidurnya
Pola Napas Tidak Efektif
Terjadinya gangguan masuknya oksigen
DO: -
Terdapat pembengkakan tonsil
Masalah
RR : 25x/menit Nafas cuping hidung Dada mengembang dan mengempis dengan cepat
Rendahnya kadar oksigen yang masuk
Pola Nafas Tidak Efektif 2
DS:
Penyebaran limfogen di faring / tonsil
25
Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri saat menelan di daerah leher tepatnya di tenggorokam
Proses Inflamasi
P : Edema tonsil Tonsilitis akut
Q : Seperti diremas – remas R : Leher tepatnya di tenggorokan
Edema Tonsil
S : Skala 5 T : Saat Menelan terasa sakit secara terus menerus
Nyeri akut
DO: -
-
3
Klien tampak memegang leher saat menelam Ekspresi nyeri sedang skala 5 Invasi kuman / patogen
DS: Klien mengeluh badanya panas atau demam dan klien sudah mengalami demam selama 3 hari
Penyebaran limfogen di faring / tonsil
DO: -
Proses Inflamasi Suhu : 38.3 C Mukosa Kering Pasien tampak lemas Bibir tampak sianosis
Impuls disampaikan ke hypotalamus termuregulator
Hipertermi
26
Hipertemi
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (mis: nyeri saat bernafas ) ditandai dengan peningkatan RR 2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil ditandai dengan pasien tampak meringis kesakitan saat menelan 3. Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil ditandai dengan suhu tubuh meningkat
27
3.3 Intervensi N
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
TTD
o. 1.
Pola nafas tidak
Setelah dilakukan tindakan
efektif berhubungan
keperawatan selama 2x24
jam
dengan hambatan
jam diharapkan :
kedalaman
upaya nafas
a. Pola nafas tekanan ekspirasi
dan
inspirasi ditingkatkan
dari
skala 2 ke 4 skala (deviasi
cukup
menurun ke kisaran cukup meningkat) b. Pernafasan cuping
1. Monitor pola nafas setiap 2 sekali
(frekuensi,
setiap 2 jam sekali
pernafasan,
untuk
usaha klien bernafas) 2. Pertahankan
1. Monitor pola nafas
mengetahui
keadaan pernafasan
kepatenan
klien supaya dapat
jalan nafas dengan head-tilt
segera memberikan
dan chin-lift
tindakan.
3. Posisikan pasien senyaman
2. Mempertahankan
mungkin (semi fowler dan
kepatenan jalan nafas
fowler)
untuk
4. Anjurkan
minum
hangat kepada klien
hidung
28
air
terjadinya
mencegah gagal
nafas pada pasien.
FM
ditingkatkan skala
2
dari
3. Posisi semi fowler
(cukup
dan fowler pada klien
memburuk) ditingkatkan skala
4
untuk memudahkan ke
klien dalam bernafas.
(cukup
4. Agar meredakan rasa
membaik).
sakit
pada
tenggorokan klien
2.
Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan
1. Ciptakan lingkungan yang
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
aman
pembengkakan pada
meminimalkan kunjungan
tonsil
jam diharapkan : a. Nyeri
2. Sediakan
dengan
tempat
tidur
1. Lingkungan
yang
nyaman
dapat
membantu mengurangi
efek
dipertahankan pada
dengan ketinggian sesuai
kurang nyaman yang
skala 3 (sedang)
kenyamanan pasien.
disebabkan
ditingkatkan
ke
skala 5 (tidak ada). b. Ketidaknyamanan
3. Berikan mengenai timbulnya nyeri.
dipertahankan pada
informasi penyebab
akibat
nyeri yang muncul. 2. Posisi yang sesuai dapat membuat klien merasakan nyaman
29
FM
skala
sedang)
ditingkatkan
ke
skala 5 (tidak ada).
4. Ajarkan
prinsip-prinsip
sehingga
dapat
manajemen nyeri seperti
membantu
relaksasi,
mengurangi
Guide
imaginary.
nyeri
5. Kolaborasikan pemberian analgesik pemberian
rasa
seperti paracetamol
dengan tim medis.
3. Informasi mengenai nyeri
dapat
membantu
klien
untuk
mengetahui
penyebab dari nyeri yang muncul. 4. Prinsip manajemen nyeri
yang
dapat
benar
membantu
menurunkan
rasa
nyeri. 5. Pemberian analgesic seperti paracetamol untuk
menurunkan
rasa nyeri.
30
3.
Hipertemia
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 proses pada tonsil
inflamasi jam diharapkan : tubuh
dipertahankan pada 3
Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sekali.
2. Monitor tekanan darah,
a. Suhu
skala
1.
1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali dapat mengetahui
nadi dan respirasi setiap 6
perubaha suhu yang
jam sekali.
terjadi pada pasien.
(deviasi
3. Monitor warna kulit, suhu
sedang dari kisaran
dan kelembaban setiap 2
umum
normal)
jam sekali.
darah,
ditingkatkan
pada
4. Tingkatkan intake cairan
skala 5 (tidak ada
dengan pemberian NaCl
deviasi dari kisaran
intravena
normal).
lembab
tekanan nadi
dan
respirasi dari pasien. 3. Perubahan
pada
warna dan suhu serta
5. Anjurkan minum air satu
b. Membrane mukosa
2. Mengetahui keadaan
gelas setiap jam. 6. Lakukan kompres hangat
kelembaban
kulit
merupakan indikasi demam.
dipertahankan pada
untuk menurunkan suhu
skala
tubuh kurang lebih 7 menit
nutrisi
dengan
sesuai kebutuhan.
1
(sangat
terganggu) ditingkatkan
ke
suhu tubuh
31
menyesuaikan
4. Agar
cairan
dan
terpenuhi
FM
skala
5
(tidak
terganggu).
3.4 Implementasi Hari
Diagnosa
Implementasi
Kamis
Pola nafas tidak efektif
1. Memonitor pola nafas setiap 2 jam sekali (frekuensi, kedalaman pernafasan, usaha FM
11
berhubungan
maret
hambatan upaya nafas
dengan
2019
Paraf
klien bernafas) 2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift 3. Memposisikan klien senyaman mungkin (semi fowler dan fowler) 4. Menganjurkan minum air hangat kepada klien
Kamis
Nyeri
11
berhubungan
maret
pembengkakan
2019
tonsil.
akut dengan pada
1. Menciptakan lingkungan yang aman dengan meminimalkan kunjungan Respon: Pasien tidak terganggu pengunjung dan lebih merasa aman dan nyaman 2. Menyediakan tempat tidur dengan ketinggian sesuai dengan keinginan pasien. Respon: Pasien menjadi lebih nyaman dengan posisi yang sesuai keinginannya 3. Memberikan informasi mengenai penyebab timbulnya nyeri. Respon: Pasien menjadi faham mengenai informasi tentang penyebab nyeri
32
FM
4. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri seperti relaksasi dan guide imaginary Respon: Pasien menjadi berkurang nyerinya setelah diajarkan manajemen nyeri 5. Mengkolaborasi pemberian analgesik seperti pemberian paracetamol dengan tim medis. Respon: Nyeri pasien menjadi berkurang Kamis
Resiko
perubahan
11
status nutrisi kurang
maret
dari
2019
berhubungan
kebutuhan dengan
gangguan menelan
1. Memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi setiap 6 jam sekali. Respon: Tekanan darah normal 120/80 mmHg dan respirasi 24x/menit 2. Menentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien seperti makanan yang disukai oleh pasien sesuai kebutuhan. Respon: Pasien bisa menentukan preferensi makanan yang disukainya 3. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit namun sering dengan memperhatikan Respon: Pasien menjadi terbiasa makan sedikit namun sering 4. Menghilangkan segala sesuatu yang menghambat klien untuk makan dengan membuat jadwal makan dan membatasi kunjungan. Respon: Pasien menjadi merasa lebih tenang buat makan
33
FM
3.5 Evaluasi 3.5 Evaluasi No. Hari/Tanggal/Jam Diagnosa
Evaluasi (SOAP)
Paraf
1.
FM
Kamis 11 maret
Pola nafas tidak efektif
S: Klien mengatakan bahwa nafas telah membaik setelah dilakukan
2019
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
hambatan upaya nafas
O: - pernafasan ekspirasi dan inspirasi membaik -
RR kembali normal
-
Cuping hidung berkurang
-
Frekuensi nafas klien membaik
A: RR Menurun menjadi 20x/menit P: lanjutkan intervensi 1 dan 3 -
Monitoring pola nafas klien
-
Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler dan fowler)
34
2.
Kamis 11 maret
Nyeri akut berhubungan
2019
dengan pembengkakan pada tonsil
S: Klien mengatakan bahwa nyerinya sudah mulai berkurang
FM
O: Klien tampak rileks, skala nyeri turun ke skala 3 A: skala nyeri turun ke skala 3 P: Lanjut intervensi 1 dan 2 -
Ciptakan lingkungan yang aman
-
Menyediakan tempat tidur dengan ketinggian sesuai kenyamanan pasien
3.
Kamis 11 maret
Resiko perubahan status
2019
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan menelan
S: Klien mengeluhkan nafsu makan karena sulit untuk menelan O: Turgor elastis A: Kebutuhan nutrisi terpenuhi P: Lanjutkan intervensi 1 -
Memonitor TTV
35
FM
36
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan 4.1.1 Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian belakang faring. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi. 4.1.2 Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di hidung, nyeri pada tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada tonsil.
Tonsilitis
umumnya
disebabkan
oleh
virus.
Tonsilitis
streptokokus lebih jarang ditemukan dan biasanya ditandai dengan demam. 4.1.3 Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus, virus Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus dll) yang dapat mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, termasuk virus yang menyebabkan mononukleosis infeksius (virus Epstein-Barr). Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus). 4.1.4 Patofisiologi tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet sehingga kuman menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi infeksi yang berulang maka akan menyebabkan tonsil tidak dapat membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga menyebabkan banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana kondisi tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh menurun. 1.2 Saran 1.2.1
Bagi Mahasiswa Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada seluruh pembaca dapat memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan pada tonsilitis.
37
1.2.2
Bagi Pembaca Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada seluruh pembaca dapat mengetahui konsep dasar penyakit tonsilitis.
1.2.3
Bagi Institusi Perguruan Tinggi Kami mengharapkan kepada seluruh akademika perguruan tinggi agar selalu memantau dan menekan para peserta didik agar selalu mengetahui beberapa hal khususnya dalam konsep dasar dan asuhan keperawatan.
38
DAFTAR PUSTAKA Fakh, I. M., Novialdi, & Elmatris. (2016). Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 436-442. Hull D., Johnston I.D., 2008. Jalan Nafas dan Paru-paru. Dasar-dasar Pediatri (Essential Paediatrics), Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 117 – 118 Klarisa C & Fardizza F.2014.Kapita Selekta Ed. 4 : Tonsilitis. Jakarta: Media Aesculapius Maulana Fakh, Ivan, Novialdi, and Elmatris. 2016. “Artikel Penelitian Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis Pada Anak Di Bagian THT-KL RSUP Dr.M.Djamil Padang.” Kesehatan Andalas 5(2): 436–42. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Mita, D. N. (2017). ANALISIS FAKTOR RISIKO TONSILITIS KRONIK. Semarang: Repository UNIMUS. Nizar, Muhammad, Nur Qamariah, and Noor Muthmainnah. 2018. “Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak Di Bagian Tht Rsud Ulin Banjarmasin.” Berkala Kedokteran 12(2): 197. Nizar, M dkk. 2016. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak di Bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Otolaringology. (2018, Maret 27). Retrieved Maret 13, 2019, from National Heart Center
Singapore:
https://www.nhcs.com.sg/patient-care/conditions-
treatments/acute-pharyngitis-tonsillitis/causes-risk-factors Rusmarjono, Hermani B.2012.Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
39
Setyo,P dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Asepsi Sensori : Tonsilitis. Cilacap. Stikes AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH Cilacap. Sundariyati, I. G. (2017). TONSILITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT. Bali: Universitas Udayana. Soepardi EA. Nurbaiti Iskandar, Jonny Bashiruddin, Restuti, RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher. 6th Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007 : 221
40