ASUHAN KEBIDANAN Aspirasi Mekonium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN MEKONIUM ASPIRASI SYNDROM BAB I PENDAHULUAN I.



Latar Belakang Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal dari kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut dikarenakan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intra uterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstra uterus) yang berada diluar dan sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup tumbuh dengan segala kenyamanan karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini berarti, janin tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya. Di Indonesia data yang menunjukkan IMR (Infant Mortality Rate) masih tinggi. Pada tahun 2005, IMR di Indonesia bervariasi di berbagai provinsi. Penting diketahui adalah kenyataan penyumbang terbesar IMR tersebut berasal dari kelompok bayi beresiko tinggi dengan segala komplikasinya. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia kesehatan, supaya kasus-kasus tersebut dapat diatasi atau mengurangi atau memperkecil kemungkinan segala komplikasi. Untuk dapat mencapai target dan tujuan diatas serta mewujudkan Indonesia sehat 2011 dalam dunia kesehatan dan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan yang berkualitas, baik dokter, bidan, perawat, ataupun tenaga kesehatan yang lain, yang berkecimpung didalamnya.



BAB II TINJAUAN TEORI I. Konsep Teori A. Definisi Mekonium Aspirasi Syndrom Mekonium aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang mempengaruhi bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam paru – paru bayi selama atau sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah tinja yang pertama kali keluar pada bayi. Mekonium biasanya disimpan oleh usus bayi sampai setelah kelahiran, tetapi kadang – kadang dikeluarkan kedalam cairan ketuban sebelum kelahiran atau selama persalinan. Jika kemudian bayi menghirup cairan yang terkontaminasi, maka masalah pernafasan pada bayi mungkin terjadi. Pengertian dari mekonium itu sendiri yaitu suatu zat sisa yang ditinggal oleh bayi. Zat – zat tersebuat adalah kombinasi dari rambut janin, garam empedu, enzim pankreas, getah kelenjar usus serta feses janin dan air ketuban berwarna hijau kehitaman. B. Etiologi 1. Cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi / terhirup oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterine) bila terjadi stres atau kegawatan janin intrauterine. 2. Peningkatan aktifitas usus bayi (usia kehamilan lewat 40 minggu). 3. Kesulitan dalam melahirkan, komplikasi tali pusat. 4. Asfiksia fetal. 5. Gawat janin selama persalinan. 6. Persalinan lama 7. Karenaadanya pematangan paru secara fisiologis 8. Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia akut 9. Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia intrauterus kronis C. Patofisiologi Syndroma ini biasanya terjadi pada infant fullterm. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan asfiksia dalam kandungan. Asfiksia menyebabkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal yang menyebabkan mekonium kluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan. Mekonium yang tebal mengakibatkan obstruksi jalan nafas, sehingga terjadi gawat nafas. Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterine dapat meningkatkan peristaltik usus janin disertai relaksasi spicnter ani eksterna, sehingga terjadi pengeluaran mekonium ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksi menarik nafas baik intero maupun selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekonium kedalam saluran nafas. Mekonium tersebut mengakibatkan obstruksi jalan nafas, sehingga terjadi gawat nafas. Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau parsial atau vasopasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti ditergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi peneumothoraks, hipertensi pulmonal peresisten dan peneumonia karena bakteri. Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang transpirasi, drajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.



D. Gejala Klinis 1. Umumnya bayi post terem, kecil maa kehamilannya dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan ketuban. 2. Cairan amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental 3. Tanda syndrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. 4. Kadang – kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau ateliktasis 5. Kesulitan bernafas saat lahir 6. Retraksi 7. Takipnea 8. Sianosis 9. Frekuensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan 10. Hipoksia 11. Hipoventilasi E. Diagnosis Bayi resiko tinggi dapat diidentifikasi dengan takikardia janin, bradikardia atau tidak adanya percepatan janin setelah CTG dalam rahim. Saat lahir bayi mungkin terlihat cachexic dan menunjukkan tanda – tanda pewarnaan mekonium kekuningan pada kulit, kuku dan umbilikal. Bayi ini biasanya mengalami sindrom gangguan pernafasan dalam waktu 4 jam. Investigasi yang dapat mengkonfirmasi diagnosis adalah dada janin x-ray, yang akan menunjukkan hiperinflasi, diafragma merata, kardiomegali dan atelektasis pathy dan sample ABC yang akan menunjukkan kadar oksigen menurun. F. 1. 2. 3. 4.



Komplikasi Penemonia aspirasi Penemonia thorax Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari



G. Penatalaksanaan Sesegera setelah kepala bayi lahir, dilakukan penghisapan lendir dari mulut bayi. Jika mekoniumnya kentaldan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang kedalam mulut bayi hingga ke trachea bayi dan dilakukan penghisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai didalam lendir bayi tidak terdapat mekonium. Jika tidak ada tanda – tanda gawat janin dan bayinya aktif seta kulitnya berwarna kebiruan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan penghisapan trachea yang teralalu dalam karena mengakibatkan penemonia aspirasi Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutkan garam untuk mencuci saluran udara dan jika keadaan belum membaik, maka bayi harus mendapatkan penanganan yang lebih observatif di NICU. Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainya yang dilakukan adalah: § Fisioterapi dada § Antibiotik § Menempatkan bayi pada ruangan yang hangat § Ventilasi mekanik Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam 2 – 4 hari. Meskipun trakipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksiaintrauterine bisa menyebabkan kerusakan pada otak.



H. Prognosa Angka kematian akibat mekonium bayi (MAS) jauh lebih tinggi. MAS digunakan untuk menjelaskan porposi yang signifikan dari kematian neonatal. Sisa masalah paru yang langka tetapi termasuk gejala seperti batuk, hiperinflasi hingga tahun ke 5 – 10. Prognosa akhir tergantung pada sejauh mana cedera spp dari asfiksia dan adanya masalah terkait seperti hipertensi paru. I. 1. 2. 3. 4.



Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Laringoskopi Foto thoraks Ventilasi mekanik



II. Konsep Management Kebidanan A. Pengkajian 1. Data Subyektif a. Biodata Biodata penting untuk mengetahui latar belakang, identitas, intelektual, berkaitan dalam rencana pemberian konseling dan KIE. b. Alasan Datang Apa menjadi tujuan datang ke pelayanan kesehatan c. Riwayat Persalinan Anggal bulan tahun persalinan, UK saat persalinan, tempat bersalin, penolong persalinan, jenis persalinan, penyulit, BBL, PBL, Jenis kelamin, nifas dan usia anak. d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan § Pertumbuhan meliputi berat badan dan panjang badan § Perkembangan meliputi motorik adaptif dan bahasa e. Riwayat Imunisasi Imunisasi yang telah didapat dan reaksi atau efek samping yang didapat setelah imunisasi f. Pola Kebiasaan Sehari – hari § Nutrisi : Makan dan minum berapa kali § Eliminasi : Frekuensi, ada gangguan atau tidak § Aktifitas : apakah yang dilakukan bayi sehari – hari 2. Data Obyektif a. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik / cukup / lemah Kesadaran : Comosmentis / koma / apatis HR : 120 – 140x / menit RR : 40 – 60x / menit Suhu : 36o – 37oC Tinggi Badan : Berat Badan : b. Pemeriksaan Fisik § Kepala Inspeksi : Simetris, tidak ada kelainan Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, sutura; uuk; uub belum menutup § Wajah Inspeksi : Simetris, ikterus (-), oedema (-), warna kulit



Kemerahan § Mata Inspeksi : Simetris, konjungtiva merah muda, seklera putih, kelainan (-) § Hidung Inspeksi : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak tampak sekret § Telinga Inspeksi : Simetris, serumen (-), kelainan (-) § Mulut Inspeksi : Bibir lembab, kelainan (-) gigi belum keluar § Leher Inspeksi : Simetris, kelainan (-) Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal § Dada Inspeksi : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal Auskultasi: Tidak terdengar ronchi / whezzing § Abdomen Inspeksi : Simetris Palpasi : Benjolan abnormal (-) § Genetalia Inspeksi : Kelainan (-), labia mayor menutupi labia minor § Ekstremitas Inspeksi : Simetris, kelainan (-), jari tangan dan kaki lengkap B. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Dx : By”...” Usia ... dengan ... DS : § Ibu mengatakan ... DO : § K/U : ... § Kesadaran : ... § TTV : § Antopometri : ... C. Identifikasi Masalah Potensial Masalah yang mungkin terjadi D. Identifikasi Kebutuhan Segera Kebutuhan yang harus segera ditangani E. Intervensi Dx : By”...” Usia ... dengan ... Tujuan : Bayi dengan sesak akibat mekonial dapat teratasi. KH : § Pernafasan spontan § Bayi dapat bernafas normal Intervensi :



1.



Lakukan pendekatan pada keluarga pasien (BHSP). / : Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi. R / : Untuk mencegah terjadinya infeksi. Pasang O2 CPAP sesuai advis dokter R / : Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen dalam darah. Observasi pemasangan CPAP. R / : Mencegah gangguan suplai oksigen. Bersihkan jalan nafas bayi dengan suction. R / : Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan. Observasi TTV bayi yang meliputi Suhu, HR, RR dan SpO2. R / : Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi R / : Untuk mendapatkan terapi yang tepat R



2. 3. 4. 5. 6. 7.



F.



Implementasi Mengacu pada intervensi.



G. Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil.