Dokumen tidak ditemukan! Silakan coba lagi

Asuhan Keperawatan Anak BBLR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BBLR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan ANAK Dosen Pengajar : Arfah May Syara, S.Kep, Ns, M.Kep



Disusun Oleh : Kelompok 1 Nama



Nim



Anita Resitri Sitorus



1711010



Christy Natalia Zai



1711025



Daniel Abetnego



1711030



Egya Ellisa Ginting



1711044



Elvia Yulanda Saragih



1711051



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM T.A. 2018/2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yana Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul



“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BBLR”.



Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas kuliah serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini kami menyadari bahwa penulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar harapan kami semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Kami selaku penulis makalah ini dapat terselesaikan atas usaha keras kami dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya.Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik dalam penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah kami berikutnya.



Lubuk pakam, 23 April 2019



Penulis,



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................. 2 BAB II KONSEP TEORI............................................................................ 3 A. Defenisi ........................................................................................... 3 B. Etiologi ............................................................................................ 3 C. Patofisiologi .................................................................................... 4 D. Pathway ........................................................................................... 5 E. Manifestasi Klinis ........................................................................... 6 F. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 6 G. Komplikasi ...................................................................................... 6 H. Penatalaksanaan .............................................................................. 7 BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 9 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 24 A. Kesimpulan ..................................................................................... 24 B. Saran ................................................................................................ 24 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25



ii



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Bayi berat lahir rendah (BBLR) saat ini merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan sekitar 15% dari semua kelahiran yang ada di dunia dengan batasan 3,3% serta lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonominya rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90% kejadian BBLR di dapatkan pada negaranegara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 2011 adalah 11,5% dan di Jawa Tengah pada tahun 2011 persentase BBLR adalah 3,73% dan meningkat 2,69% dari tahun 2010 (Dinkes Jateng, 2011). Masalah nutrisi merupakan salah satu dari beberapa masalah serius pada bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini sangat erat berkaitan dengan berbagai kondisi ataupun komplikasi pada berbagai sistem atau organ tubuh seperti saluran nafas, susunan saraf pusat, saluran cerna, hati, ginjal, dan lainnya. Disatu pihak nutrisi merupakan kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup serta tumbuh kembang yang optimal ataupun pencegahan komplikasi, namun di pihak lain nutrisi dapat mengakibatkan timbulnya komplikasi. Selain itu, terdapat yang bervariasi kondisi pada BBLR berdasarkan masa gestasi maupun berat lahir; sehingga tata laksana medis maupun nutrisi BBLR lebih bersifat individual. Permasalahan nutrisi khusus pada BBLR adalah rendahnya cadangan nutrisi, imaturitas fungsi organ, potensial untuk pertumbuhan cepat, serta berisiko tinggi untuk terjadinya morbiditas. Saluran cerna merupakan organ pertama yang berhubungan dengan proses digesti dan absorpsi makanan. Ketersediaan enzim pencernaan baik untuk karbohidrat, protein, maupun lemak sangat berkaitan dengan masa gestasi.



1



2



B. Rumusan Masalah 1. Apakah defenisi BBLR? 2. Bagaimana Patofisiologi BBLR? 3. Apakah terdapat hubungan antara IMT, umur ibu hamil dan paritas ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah?



C. Tujuan



1. Mengetahui defenisi BBLR 2. Mengetahui Patofisiologi BBLR 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara IMT, umur ibu hamil dan paritas ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah



BAB II KONSEP TEORI



A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan : 1. Prematur murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. 2. Dismaturitas Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Indrasanto, 2008)



B. Etiologi 1. Faktor Ibu a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.



3



4



2. Faktor Janin Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu. (Suryadi dan Yuliani, 2006 )



C. Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan



seorang ibu hamil agar



pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paruparu pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. (Ngastiyah, 2005).



5



6



D. Pathways Faktor Pencetus



Faktor Ibu 1. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, dll) 2. Faktor usia



Faktor Janin 1. Hydroamnion 2. Kehamilan multiple/ganda 3. Kelainan kromosom



Faktor Lingkungan 1. Tempat tinggal di dataran tinggi 2. Radiasi 3. Zat-zat beracun



BBLR



Kulit tipis dan lemak subcutan kurang



Tidak dapat menyimpan panas



Mudah kehilangan panas



Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm sempurna



Intake nutrisi tidak adekuat



Pernafasan belum sempurna



Asupan gizi kurang O2 dalam darah



CO2



Sel-sel kekurangan nutrisi kedinginan



hipotermi



O2 dalam sel darah rendah Co2 tinggi Kerusakan sel Asidosis respiratoris Penurunan BB/kematian Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



7



E. Manifestasi Klinis Gambaran klinis BBLR secara umum adalah : 1.



Berat kurang dari 2500 gram



2.



Panjang kurang dari 45 cm



3.



Lingkar dada kurang dari 30 cm



4.



Lingkar kepala kurang dari 33 cm



5.



Umur kehamilan kurang dari 37 minggu



6.



Kepala lebih besar



7.



Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang



8.



Otot hipotonik lemah



9.



Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea



10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus 11. Kepala tidak mampu tegak 12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit 13. Nadi 100 – 140 kali / menit F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia 2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan 3. Titer Torch sesuai indikasi 4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi 5. Pemantauan elektrolit 6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ) (Ngastiyah, 2005) G. Komplikasi Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu : 1.



Hipotermia.



2.



Hipoglikemia.



3.



Gangguan cairan dan elektrolit.



4.



Hiperbilirubinemia.



5.



Sindroma gawat nafas (asfiksia).



8



6.



Paten suktus arteriosus.



7.



Infeksi.



8.



Perdarahan intraventrikuler.



9.



Apnea of prematuruty.



10. Anemia Komplikasi pada masa berikutnya yaitu : 1.



Gangguan perkembangan.



2.



Gangguan pertumbuhan.



3.



Gangguan penglihatan (retionopati).



4.



Gangguan pendengaran.



5.



Penyakit paru kronis.



6.



Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.



7.



Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.



H. Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : 1. Penanganan bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator 2. Pelestarian suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.



9



3. Inkubator Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. 4. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan 5. Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. 6. Pemberian makanan Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.



BAB III TINJAUAN KASUS Kasus: Pada tanggal 16 Maret 2019 Ny.U Melahirkan bayi di RSU Deli Serdang dengan berat 1060 gram,pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan mengalami (asfiksia sedang) sehingga bayi harus mendapatkan perawatan lanjut



Askep: A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Maret 2019 jam 08.00 WIB 1. Identitas Data a. Nama



: By. Ny. U



b. Alamat



: Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati



c. Tanggal Lahir/ Umur



: 16 Maret 2019/ 1 Hari



d. Jenis Kelamin



: Perempuan



e. Agama



: Islam



f. No. Register



: 302468



g. Tanggal Masuk/ Jam



: 16 Maret 2019 jam 15.00



h. Diagnosa Medis



: Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat, Neonatus Infeksius



Nama Penanggung Jawab a. Nama Ayah



: Tn. W



b. Pendidikan



: SMA



c. Pekerjaan



: Wiraswasta



d. Nama Ibu



: Ny. U



e. Pendidikan



: SMA



f. Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



2. Keluhan Utama Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram.



9



10



3. Riwayat Kesehatan Sekarang Bayi lahir pada tanggal 16 Maret 2019 di RSU Deli Serdang secara spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih lanjut. 4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran a. Pre Natal Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2. b. Intra Natal Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram. c. Post Natal Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.



5. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Genogram



11



Keterangan: = Laki-laki



= Pasien



= Perempuan



= Tinggal serumah



6. Pola Sehari-hari a. Nutrisi dan Metabolisme Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT b. Eliminasi Urine dan Feses Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc c. Istirahat dan Tidur Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam d. Peran dan Hubungan Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi e. Toleransi Stress dan Koping Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor 7. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum



: Lemas, kurang aktif, menangis lemah, perawatan dalam inkubator



b. Tanda-tanda Vital -



Nadi



: 132 x per menit



-



Pernafasan



: 40 x per menit



-



Suhu



: 36,2°C



c. Antropometri -



Panjang Badan



: 34 cm



-



Berat Lahir



: 1060 gram



-



Lingkar Dada



: 26 cm



-



Lingkar Kepala



: 23 cm



12



d. Kepala



: Fontanel anterior lunak, wajah simetris, rambut



hitam e. Mata



: Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik



f. Hidung



: Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit



g. Mulut



: Reflek hisap belum ada, terpasang selang OGT, mukosa kering



h. Telinga



: Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka



i. Dada



: Tidak ada luka, warna kecoklatan



j. Jantung -



Inspeksi



: Tampak ictus cordis



-



Palpasi



: Ictus cordis teraba dengan getaran



-



Perkusi



: Tak terkaji



-



Auskultasi



: BJ I & II regular, tidak terdengar gallop



k. Paru -



Inspeksi



: Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris, RR : 40 x per menit



-



Palpasi



: Rabaan gerak pernafasan simetris



-



Perkusi



: Redup/ Dullness



-



Auskultasi



: Ronchi



l. Abdomen -



Inspeksi



: Pusar insersi ditengah, terpasang infus umbilical



-



Auskultasi



: Peristaltik usus 18 x per memit



-



Palpasi



: Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa



-



Perkusi



: Tympani



m. Punggung



: Bentuk tulang belakang semi fleksi



n. Genetalia



: Jenis kelamin perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora, anus paten



o. Ekstremitas -



Atas



: Lengkap, tidak ada kelainan



-



Bawah



: Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan terpasang SPO2, akral sedikit dingin



p. Kulit



: Warna coklat gelap, tidak ikterik, turgor kulit cukup



13



8. Therapi -



PO Ferlin drop 1x0.3cc



-



O2 nasal kanul 0.5 liter/menit



-



Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT



-



Termoregulasi incubator suhu 34°C



-



Infuse umbilical 5%



9. Data Penunjang Laboratorium tanggal 16 Maret 2019 Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Normal



Hemoglobin



15.9



g/Dl



12.0-16.0



Hematokrit



49.50



%



37-47



Jumlah Eritrosit



4.14



/Ul



4.2-5.4



Jumlah Lekosit



24.7



/Ul



4.8-10.8



Jumlah Trombosit



249



10^3/ul



150-400



Natrium



137.0



mmol/L



134.0-147.0



Kalium



5.30



mmol/L



3.50-5.20



Calsium



1.20



mmol/L



1.12-1.32



Hematologi



Kimia Klinik



B. ANALISA DATA NO



DATA



PROBLEM



ETIOLOGI



1



DS : -



Resiko hipotermi



Jaringan



DO :



lemak



subkotis tipis



- Akral sedikit dingin - Lahir



premature



30



minggu - BBLRS 1060 gram - Suhu tubuh 36,2°C - Perawatan dalam incubator 2



DS : DO :



Resiko Infeksi



Prematuritas dan system



imun



14



- Keadaan umum lemah - Lahir



premature



yang 30



tidak



adekuat



minggu - BB 1060 gram - Suhu tubuh 36,2°C - Lekosit 24.7/uL 3



DS : -



Ketidakseimbang



Prematuritas,



DO :



an nutrisi : kurang ketidakmampuan



- Terpasang selang OGT



dari



kebutuhan mengabsorbsi



- Reflek hisap lemah



tubuh



nutrisi



DS : -



Ketidakefektifan



Penumpukan



DO :



jalan nafas



cairan di rongga



- BB 1060 gram - Terpasang infus umbilical D5% 4



- Terpasang



ventilator



paru



2lt/menit - RR 40x/menit - Perkusi paru dullness - Auskultsi paru ronkhi



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan ekspansi paru 2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis tipis 3. Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi 4. Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat



15



D. INTERVENSI KEPERAWATAN N O 1



DIAGNOSA



INTERVENSI KEPERAWATAN



KEPERAWAT



TUJUAN



TINDAKAN



RASIONAL



- Observasi



- Sebagai



AN Ketidakefektifan Setelah pola



nafas dilakukan



TTV, cuping



acuan



berhubungan



tindakan



hidung,



penatalaksan



dengan



keperawatan



retraksi dada



aan tindakan



penumpukan



selama 3x24 jam - Berikan terapi - Mensuplai



cairan dirongga jalan



nafas



O2 2lt/menit



paru, penurunan adekuat, dengan - Posisikan ekspansi paru



kriteria hasil :



klien



- Pernafasan



semi - Memberikan rasa nyaman



adekuat 16- - Jaga



klien



kepatenan



- Perkusi paru sonor



dalam



tubuh



fowler



30 x/menit



O2



- Jalan



nafas



jalan nafas :



tidak



ada



suction



sumbatan



- Auskultasi vesikuler - Tidak



ada



penumpukan cairan



di



paru 2



Resiko



Setelah



-Pantau



hipotermi



dilakukan



setiap



berhubungan



tindakan



sekali



dengan jaringan keperawatan subkotis tipis



suhu - Sebagai 3



-Atur



jam



acuan penatalaksan



suhu



selama 3x24 jam incubator



aan tindakan - Mengikuti



hipotermi tubuh sesuai indikasi



program



stabil , dengan -Hindarkan bayi



yang



kriteria hasil :



dianjurkan



- Suhu tubuh



kontak langsung dengan sumber



16



normal



36-



37,5°C



dingin/panas -Ganti



- Akral hangat - Bayi



popok



bila basah



-Menjaga kenyamanan



tidak



klien



menggigil 3



Ketidakefektifan Setelah



- Monitor



nutrisi : kurang dilakukan dari



BB - mengetahui



klien



kebutuhan tindakan



perkembang



- Pasang selang OGT



an



nutrisi



tubuh



keperawatan



bayi



berhubungan



selama



dengan



kebutuhan



kemampuan



suplai nutrisi



prematuritas,



nutrisi terpenuhi



reflek hisap



untuk tubuh



ketidakmampua



, dengan kriteria - Monitor



3x24 - Kaji



- membantu



- indikasi bayi



n mengabsorbsi hasil :



asupan intake



mampu



nutrisi



dan



menyerap



- BB seimbang 2500-3500 gram



output



cairan



nutrisi



- Kolaborasi dengan



- Reflek hisap kuat



gizi



- mengatur ahli



untuk



pemberian



- Intake



ASI



nutrisi



keseimbanga n



cairan



pada klien - asupan



adekuat



nutrisi



bayi



bisa tercukupi 4



Resiko



infeksi Setelah



- Pantau



tanda - Sebagai



berhubungan



dilakukan



gejala infeksi :



acuan



dengan



tindakan



suhu, lekosit,



penatalaksan



penurunan BB



aan tindakan



Prematuritas dan keperawatan system



imun selama



yang



tidak tidak



adekuat



3x24 - Batasi jumlah - Memberi terjadi



infeksi, dengan kriteria hasil :



pengunjung



kenyamanan pada klien - Agar



tidak



17



- Tidak



ada - Gunakan



terjadinya



tanda tanda



teknik aseptic



infeksi pada



infeksi



selama



klien



- Jumlah



berinteraksi



lekosit



dengan klien



- Menjaga incubator



dalam batas - Bersihkan



tetap terjaga



normal



incubator



kebersihann



5000-10000



secara berkala



ya



- Berikan biotik



anti - Mencegah sesuai



advis dokter



penyebaran infeksi



E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO



TANGGAL



DX



JAM



1,2,



17 Maret 2019



-



3,4



08.00



ttv,cuping



TINDAKAN



RESPON KLIEN



Mengobservasi S : hidung O : Nadi : 132x/mnt , RR :



retraksi dada 1



09.00



40x/mnt , S : 36,2



-Memberikan terapi O2 S : 2ltr/menit



O : klien tampak terpasang ventilator



O2



2ltr/mnt



dengan SPO2 98% 1



10.00



-Memposisikan



semi S : -



fowler



O: klien tampak nyaman dengan posisi semi fowler



2



10.30



-Memantau suhu klien



S:O : Suhu klien 36,2



3



11.00



-Memonitor BB klien



S:O : BB : 1060 gram , LD : 26 cm , PB : 34cm , LK : 23cm



18



4



12.00



-Membersihkan incubator



S:secara O : Incubator tampak bersih



berkala 3



14.00



-mengkaji reflek hisap



S:O : Reflek hisap klien tampak lemah



3



15.00



-memasang



selang S : -



OGT



O : Terpasang selang OGT pada klien



3



18.00



-mengkolaborasi



S:-



dengan ahli gizi untuk O : klien mendapat diit susu pemberian nutrisi 1



18 Maret 2019 - memberikan 03.00



30cc/OGT terapi



O2 2lt/menit



S:O : klien tampak terpasang ventilator



O2



2ltr/mnt



dengan SPO2 88% 1



05.00



- menjaga



kepatenan



jalan nafas : suction



S:O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih



1,2,



10.00



3,4



-



mengobservasi S : -



ttv,cuping



hidung O : Suhu : 36°C Nadi :



retraksi dada 4



10.15



-



memberikan



biotik



3



12.00



sesuai



100x/menit, RR : 48/menit anti S : advis O : klien mendapat terapi



dokter



PO Ferlin drop 1x0,3cc



- mengkaji



S:-



kemampuan



reflek



hisap



2



13.00



tampak lemah



- mengatur



suhu



incubator



sesuai



indikasi



O : reflek hisapklien masih



S:O : Terlihat suhu incubator klien 34oC



19



4



17.00



- membatasi



jumlah



pengunjung



S :O : tampak hanya ada satu pengunjung di ruangan



3



17.30



- Memonitor intake



dan



asupan



S:-



output



O



cairan



:



terlihat



diit



yang



diberikan habis, tidak ada residu



3



20.00



-



mengkolaborasi



dengan ahli gizi untuk



O : klien mendapat diit susu



pemberian nutrisi



BBLR 30cc/OGT



1,2,



19 Maret 2019



-



3,4



10.00



ttv,cuping



mengobservasi S : hidung O : suhu : 36,4oC , nadi :



retraksi dada 1



10.20



S:-



100x/menit RR : 45x/menit



- Memberikan terapi S : O2 2ltr/menit



O : klien masih tampak terpasang



ventilator



O2



2ltr/mnt dengan SPO2 90% 2



12.00



- Mengganti popok bila S : ( klien menangis) basah



O : klien tampak menangis saat popoknya diganti



3



14.00



- mengkolaborasi



S:-



dengan



ahli



untuk



pemberian



nutrisi



gizi



O : klien masih terpasang OGT dengan diit 30cc



20



F. EVALUASI NO DX 1



JAM



EVALUASI



17



S:-



Maret



O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan



2019



SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi



14.00



A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi



2



14.00



-



Berikan terapi O2 2lt/m



-



Jaga kepatenan jalan napas (suction)



-



Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada



-



Posisikan klien semi fowler



S:O : Suhu : 36,2 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



Atur suhu incubator sesuai indikasi



-



Pantau suhu setiap 3 jam sekali



-



Ganti popok bila basah



-



Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas



3



14.00



S:O : BB : 1060gram A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



Monitor BB klien



-



Monitor asupan intake dan output cairan



-



Kaji kemampuan reflek hisap



-



Pasang selang OGT



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi



21



4



14.00



S:O : Hasil leukosit klien 24.7 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB



-



berikan antibiotic sesuai advis dokter



-



batasi jumlah pengunjung



-



gunakan tekhnik aseptic selama berinteraksi dengan klien



1



2



18



S:-



Maret



O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih



2019



A : Masalah teratasi sebagian



14.00



P : Lanjutkan intervensi



14.00



-



Berikan terapi O2 2lt/m



-



Jaga kepatenan jalan napas (suction)



-



Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada



-



Posisikan klien semi fowler



S:O : Suhu : 36oC A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



Atur suhu incubator sesuai indikasi



-



Pantau suhu setiap 3 jam sekali



-



Ganti popok bila basah



-



Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas



3



14.00



S:O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



Monitor BB klien



22



-



Monitor asupan intake dan output cairan



-



Kaji kemampuan reflek hisap



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi



4



14.00



S:O : Leukosit 24.7 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB



-



berikan antibiotic sesuai advis dokter



-



gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien



1



bersihkan incubator secara berkala



19



S:-



Maret



O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan



2019



SPO2 90% , auskultasi : ronchi



14.00



A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi



2



14.00



-



Berikan terapi O2 2lt/



-



Jaga kepatenan jalan napas (suction)



-



Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada



-



Posisikan klien semi fowler



S :O : Suhu 36,4oC A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi -



Atur suhu incubator sesuai indikasi



-



Pantau suhu setiap 3 jam sekali



-



Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas



-



Ganti popok bila basah



23



3



14.00



S :O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5% A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



Monitor BB klien



-



Monitor asupan intake dan output cairan



-



Kaji kemampuan reflek hisap



-



Pasang selang OGT



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi



4



14.00



S :O : Hasil leukosit 24,7 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi -



pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB



-



berikan antibiotic sesuai advis dokter



-



batasi jumlah pengunjung



-



gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien



-



bersihkan incubator secara berkala



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25



0



C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.



B. Saran BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang prematur atau belum cukup bulan. Kita dapat mengatasi BBLR sejak dini jika melakukan perawatan sejak masa kehamilan. Perawatan adalah salah satu cara mencegah BBLR dini sehingga bisa mengetahui kondisi medis yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Selanjutnya, kita dapat mengatur pola makan yang sehat dan bernutrisi dengan meningkatkan asupan makanan kaya akan asam folat seperti buah dan sayur.



24



25



DAFTAR PUSTAKA



Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP. Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI. Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC. Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto. Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,



Proses,



dan



Praktik.



Ed.4



Vol.2.



Jakarta



:



EGG