18 0 203 KB
ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “R” UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI PMB NI PUTU PUTRINI, A.Md.Keb
Laporan Kasus Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Praktek Klinik Kebidanan I
Disusun Oleh : KETUT RASTRINI NIM. 1806091075
PRODI D3 KEBIDANAN JURUSAN ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2020
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “R” UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI PMB NI PUTU PUTRINI, A.Md.Keb Diajukan Oleh : KETUT RASTRINI NIM. 1806091075 Telah disetujui oleh :
Pembimbing I ,
Pembimbing II,
Ketut Espana Giri, S.ST.,M.Kes NIP. 19820629 200604 2 016
Wayan Sugandini, S.ST.,M.Pd NIP.19630303 198307 2 002
Singaraja, 04 Juni 2020 Ketua Program Studi D3 Kebidanan,
Luh Nik Armini,S.ST.,M.Keb NIP. 19830716 200604 2 009
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “R” UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI PMB NI PUTU PUTRINI, A.Md.Keb
Tim Penguji No.
Nama Penguji
NIP
1.
Ketut Espana Giri, S.ST.,M.Kes
19820629 200604 2 016
2.
Wayan Sugandini, S.ST.,M.Pd
19630303 198307 2 002
Tanda Tangan
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan
Singaraja, 11 Juni 2020 Ketua Program Studi D3 Kebidanan,
Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang
berjudul
“Asuhan
Kebidanan Pada Perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia
Luh Nik Armini,S.ST.,M.Keb NIP. 19830716 200604 2 009
di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb ”. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan I. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan atau tunjangan dari beberapa pembimbing dan berbagai sumber. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Luh Nik Armini, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memberikan ijin praktek kepada kami guna untuk pencapaian target. 2. Ibu Ketut Espana Giri, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Institusi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini. 3. Ibu Wayan Sugandini, S.ST., M.Pd selaku Pembimbing Institusi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengharapkan saran dari pembaca karena penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Singaraja, 11 Juni 2020
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi v Daftar Lampiran Bab I Pendahuluan
i ii iii iv vi 1
1. 1
Latar Belakang
1
1. 2
Rumusan Masalah
3
1. 3
Tujuan
3
1. 4
Manfaat
3
Bab II Kajian Pustaka
4
2. 1
Kajian Teori Kesehatan Reproduksi 4
2. 2
Kajian Teori Asuhan Kebidanan
12
Bab III Asuhan Kebidanan 23 3.1 Subyektif 23 3.2
Obyektif
26
3.3
Analisa Data 28
3.4
Penatalaksanaan
28
Bab IV Pembahasan 30 4. 1
Data Subyektif
4. 2
Data Obyektif 31
4. 3
Analisa Data 32
4. 4
Penatalaksanaan
Bab V Penutup
32
34
5. 1
Simpulan
5. 2
Saran 34
Daftar Pustaka
30
34
36
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I. 37 Lampiran 1.Lembar Konsultasi Lampiran 2. Surat Rujukan
37
39
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi ruang lingkup pelayanan
kesehatan
reproduksi
menurut
Internasional
Conference
Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak Keluarga Berencana pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS Kesehatan Reproduksi Remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas kesehatan reproduksi usia lanjut deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya (Kemenkes RI, 2015) Pelayanan
kesehatan
reproduksi
.
bertujuan
untuk
memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak – hak reproduksi perempuan sehingga dapat meninhgkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. Pemahaman tentang kesehatan reproduksi dewasa ini sangat penting bagi remaja, wanita usia subur, perempuan usia subur, dan lansia. Indonesia menghadapi masalah, lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2 juta orang) adalah perempuan. Namun kualitas hidup perempuan jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Tidak heran jika jumlah perempuan yang menikmati hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan laki-laki (GOI, UNICEF, 2000). Belum lagi jika dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu yang masih mencapai 305 kematian per
1
100.000 kelahiran (SUPAS, Profil kesehatan indonesia, 2015). Di sinilah seharusnya masalah tentang kesehatan perempuan dan perencanaan keluarga menjadi perhatian penting. Perempuan secara keseleuruhan diperhatikan kesehatannya sepanjang siklus kehidupannya, mulai dari fase ia di dalam kandungan dan terus sampai fase ia mempersiapkan kehamilan generasi penerus bangsa selanjutnya (Hidayati, 2017) . Pendekatan yang dilakukan atau diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Berdasarkan Hasil SDKI 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35, 3% remaja perempuan dan 3 1,2% remaja laki-laki usia 15 sampai dengan 19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat dengan satu kali berhubungan seksual. begitu pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS (Pusat Informasi Data dan Informasi Kesehatan RI, 2015). Pemahaman
tentang
kesehatan
reproduksi
merupakan
dasar
kemampuan untuk melakukan sosialisasi atau berbagai penyuluhan pada semua lapisan masyarakat guna mengetahui bahwa pentingnya kesehatan reproduksi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan menyajikan uraian kasus kesehatan reproduksi yang didasari dengan berbaga teori sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan asuhan yang diberikan yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb.
2
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan kebidanan pada Perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb ? 1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan Umum Mampu melakukan Asuhan kebidanan pada Perempuan “R” Umur 19
Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1
Dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Perempuan
“R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. 1.3.2.2
Dapat melakukan pengkajian data objektif pada Perempuan
“R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. 1.3.2.3
Dapat melakukan analisa data pada Perempuan “R” Umur 19
Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. 1.3.2.4
Dapat melakukan penatalaksanaan pada Perempuan “R” Umur
19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. 1.4 Manfaat 1.4.1
Bagi Mahasiswa Sebagai proses pembelajaran dalam penerapan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk laporan kasus, dan memperluas wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada remaja, wanita usia subur, dan lansia. 1.4.2
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan dan dokumentasi pada perpustakaan Universitas
Pendidikan Ganesha dan nantinya dapat dijadkan sebagai pedoman pembelajaran khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada remaja, wanita usia subur, dan lansia.
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Kesehatan Reproduksi 2.1.1
Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut BKKBN (1996) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa,spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan (Hidayati, 2017). Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000). Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 1998). Berdasarkan pengertian dari beberapa teori, dapat diperoleh pengertian kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah 4
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi sehingga dapat menjalani kehamilan dan persalinannya serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun. 2.1.2
Tujuan Kesehatan Reproduksi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 dalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. 2. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya. 2) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan. 3) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anakanaknya.
2.1.3
Sasaran Kesehatan Reproduksi Menurut Hidayati (2017), sasaran kesehatan reproduksi yang akan dijangkau dalam pelayanan yaitu : 1. Remaja
5
1) Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi yang di awali dengan pendidikan seks. 2) Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik, psikis, sosial dan hygiene sanitasinya. 2. Wanita 1)
WUS (Wanita Usia Subur).
(1) Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia15 – 45 tahun) (2) Peningkatan jumlah yang bebas dari kecacatan sebesar 15% 2)
PUS (Perempuan Usia Subur).
(1) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik. (2) Terpenuhnya kebutuhan KB (3) Penurunan angka kematian ibu hingga 50% (4) Penurunan proporsi BBLR menjadi < 10% (5) Pembatasab tetanus neonatorum 3. Lansia 1) Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan
dan
pengobatan
penyakitmenular
seksual
maksimal 70% 2) Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium untuk mencegah osteoporosis. 3) Member persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam menyongsong masa menopause 2.1.4
Gangguan Reproduksi
2.1.4.1 Pengertian Gangguan
reproduksi
adalah
kegagalan
wanita
dalam
manajemen kesehatan reproduksi. Diantaranya yang sering dikeluhkan para wanita saat terdorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan
6
(infeksi), perdarahan (PUD), rasa nyeri (radang), benjolan (tumor) pada alat genetalia(Manuaba, 2010). Keluhan utama wanita yang mendorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan, perdarahan, rasa nyeri, kehamian dan benjolan (tumor) pada alat genetalia (Manuaba, 2010). 2.1.4.2 Macam-macam Gangguan Reproduksi 1. Gangguan menstruasi dan siklusnya Gangguan menstruasi dan siklusnya yang termasuk perdarahan uterus disfungsional dalam masa reproduksi menurut Wiknjosastro (2011) dapat digolongkan dalam : 1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid yaitu menoragia dan hipermenorea 2) Kelainan Siklus, yaitu polimenorea, oligomenorea, dan amenorea 3) Perdarahan di luar haid, yaitu metroragia 4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid, yaitu Premenstrual tension (ketegangan prahaid) dan Disminorea 2. Nyeri Abdomen merupakan manifestasi dari berbagai penyakit yang meliputi keadaan gawat (mendadak) nyeri abdomen (hamil ektopik yang pecah, terjadi torsi kista atau mioma bertangkai, perdarahan pada kista, kista yang pecah, menjelang terjadinya keguguran, dan penyakit lain), penyakit infeksi genetalia (infeksi vulva atau abses kelenjar bartolini, infeksi vagina, infeksi mulut rahim, infeksi sekitar genetalia bagian dalam, peritonitis, infeksi appendiks), tumor kandungan, atau tanpa kelainan (Manuaba, 2010). 3. Perdarahan. Perdarahan berkaitan dengan gangguan sistem hormonal, pemakaian kontrasepsi, kegagalan kehamilan dan keganasan. Gangguan sistem hormonal dapat menimbulkan 7
gangguan patrun menstruasi dalam bentuk klinis hipermenorea, hipomenorea,
polimenorea,
amenorea
dan
perdarahan
disfungsional. Perdarahan berkaitan dengan penggunaan metode kontrasepsi yaitu metode hormonal, metode IUCD dan metode kontap. Perdarahan berkaitan dengan kehamilan meiputi kehamilan muda
(keguguran,
hamil
ektopik,
molahidatidosa/korio
karsinoma), hamil pertengahan (persalinan prematur), perdarahan pada kehamilan tua (plasenta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, pecahnya vasa previa). Perdarahan berkaitan dengan keganasan meliputi perdarahan karena keganasan alat genetalia luas (keganasan vulva, keganasan vagina, keganasan pada tuba fallopii) dan perdarahan keganasan genetalia bagian dalam (keganasan korpus uteri, keganasan pada tuba fallopii) (Manuaba, 2010). 4. Benjolan Genetalia. Benjolan (tumor) kandungan merupakan salah satu keluhan penting yang disampaikan kepada bidan untuk mendapatkan nasihat dan pengobatan. Benjolan (tumor) dapat berasal dari genetalia bagian luar (kista kelenjar bartolini, fibroma labium mayus) atau genetalia bagian dalam (kista ovarium, mioma uteri) (Manuaba, 2010). 2.1.5
Metroragia
2.1.5.1 Pengertian Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan yang terjadi di luar menstruasi dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genetalia. Bentuk perdarahan bukan menstruasi dapat berupa kontak berdarah, spotting, dan perdarahan disfungsional (Manuaba, 2010). Metroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan di luar siklus haid. Penyebabnya bisa oleh karena luka yang tidak kunjung sembuh (kanker ganas organ genetalia), peradangan atau
8
bahkan gangguan hormonal (Purwoastuti dan Walyani, dalam Paweningtyas (2017) ). 2.1.5.2 Etiologi Menurut Norwitz (dalam Paweningtyas, 2017), metroragia dapat disebabkan oleh : 1. Penyakit Sistemik 1) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat timbul sebagai perdarahan pervaginam. 2) Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia. 3) Sirosis
yang
pervaginam
menyebabkan akibat
ketidakteraturan
berkurangnya
kapasitas
perdarahan hati
untuk
metabolisme estrogen. 2. Anovulatoris. Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan estrogen melimpah dan tidak seimbang mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya menghasilkan suplai darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak dapat diprediksi. 3. Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis. Itu menandakan ovulasi, namun fase luteal mungkin memanjang akibat dari korpus luteum yang menetap. Perdarahan vagina yang tidak teratur dan terus menerus akan mengakibatkan anemia karena kadar hemoglobin rendah (Norwitz, 2008). 4. Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) : 1) Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi. 2) Infeksi : benda asing dalam uterus. 3) Trauma di area genital sebagai akibat dari aktivitas atau penganiayaan seksual. 4) Penggunaan AKDR.
9
5) Ovulasi. 6) Farmakologis : penggunaan obat-obatan. 2.1.5.3 Patofisiologi Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragia (Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus (Wiknjosastro, 2011). 2.1.5.4 Faktor Prediposisi Perdarahan
intermenstrual
juga
dapat
diperparah
oleh
penebalan endometrium oleh karena hormon estrogen. Estrogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan ovulasi oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal bisa ruptur sehingga terjadilah spotting. Perdarahan terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur (Astarto, dalam Paweningtyas (2017)). 2.1.5.5 Faktor Resiko Menurut Manuaba (2010) metroragia disebabkan oleh berbagai macam hal : 1. Oleh karena kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik. 2. Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip. 3. Penggunaan AKDR dapat mengakibatkan efek samping metroragia 2.1.5.6 Keluhan
10
Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007). 2.1.5.7 Tanda Klinis 1. Siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari. 2. Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi. 3. Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak (Manuaba, 2008). 2.1.5.8 Prognosis Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi
efektif
dapat
mengoreksi
banyak
sekali
kasus
ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan (Norwitz, 2008). Penanganan berdasarkan kondisi hemodinamik. Bila hemodinamik tidak stabil segera rujuk ke rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan umum. Bila hemodinamik stabil medikamentosa yang dipakai adalah kombinasi estrogen dan progestin (Wiknjosastro, 2011).Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap (Varney, 2007) 2.1.5.9 Penatalaksanaan Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia yaitu : 1. Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah. 2. Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti. 3. Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium.
11
4. Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil kombinasi. Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2008). 2.2 Kajian Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1
Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan
teori
ilmiah,
temuan
serta
ketrampilan
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2011). 2.2.2
Proses Manajemen Kebidanan Penerapan manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan metroragia menurut 7 langkah Varney meliputi : Langkah I: Pengkajian Pengkajian
atau
pengumpulan
data
dasar
adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2009). 1. Data Subjektif Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan, baik secara langsung maupun kepada keluarga pasien (Purwoastuti, 2014). 12
1) Biodata yang mencakup identitas pasien (1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan seharihari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2010). (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali terhadap gangguan sistem reproduksi. Usia pasien merupakan faktor paling penting dalam evaluasi (Norwitz, 2008). (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2010). (4) Pendidikan Berpengaruh
dalam
tindakan
kebidanan
dan
untuk
mengetahui sejauh mana tingkatan intelektualnya, sehingga bidan
dapat
memberikan
konseling
sesuai
dengan
pendidikannya (Ambarwati, 2010). (5) Suku / bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaa sehari-hari (Ambarwati, 2010). (6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengarui dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2010). (7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010).
13
2) Alasan datang dan Keluhan Utama Pasien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari kunjungannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pertanyaan- pertanyaan terbuka yang terkait dengan keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi rincian keluhan tersebut (Norwitz, 2008). Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007). 3) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, uraian haid terakhir dan pengalaman haid sebelumnya (Sulistyawati, 2009).
Kalender
menstruasi
akan
bermanfaat
dalam
menentukan jumlah, frekuensi, dan durasi perdarahan secara akurat (Norwitz, 2008). 4) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak (Ambarwati, 2010). 5) Rwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Sulistyawati, 2009). 6) Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati, 2010). Penggunaan AKDR dapat menjadi penyebab metroragia (Varney, 2007). 7) Riwayat Penyakit (1) Riwayat penyakit sekarang
14
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan keadaannya. (2) Riwayat penyakit sistemik Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi keadaannya (Ambarwati,
2010).
Penyakit
defisiensi
protrombin
hipertiroidisme, sirosis dapat menjadi penyebab metroragia (Norwitz, dalam Paweningtyas, 2017). (3) Riwayat Penyakit Keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan reproduksinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2010). (4) Riwayat Keturunan Kembar Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga (Sulistyawati, 2009). (5) Riwayat Operasi Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani pasien (Sulistyawati, 2009). 8) Data Psikologis Dikaji
untuk
mengetahui
bagaimana
perasaan
klien
menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan Metroragia sekarang ini (Ambarwati, 2010). Merasa tidak nyaman akibat dari aliran menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat kesehatan yang tidak baik (Varney, 2007). 2. Data Objektif
15
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat (Nursalam, 2008). Yang termasuk dalam komponenkomponen pengkajian data obyektif ini adalah : 1) Vital sign Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (1) Tekanan darah Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg (Ambarwati, 2010). (2) Nadi Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi (Ambarwati,2010). (3) Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar20–30x/menit (Ambarwati,2010). (4) Temperature/ suhu Batas normal keadaan suhu badan berkisar antara 36,5 – 37,2oC (Ambarwati,2010). 2) Pemeriksaan Fisik Menurut Sulistyawati (2009), pemeriksaan fisik meliputi: (1) Kepala a. Rambut Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya. b. Muka Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema/ tidak dan ada chloasmagravidarum atau tidak. c. Mata
16
Conjungtiva pucat atau tidak, sclera putih atau tidak, mata cekung atau tidak. Perdarahan pervaginam yang tidak teratur dan terus menerus akan mengakibatkan anemia sedang karena kadar hemoglobin rendah (Norwitz, 2008). d. Hidung Kebersihan hidung, ada benjolan atau tidak. e. Telinga Bagaimana kebersihan telinga, ada serumen atau tidak. f. Mulut, gigi, gusi Bersih/kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi atau tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarahatau tidak g. Leher Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe atau tidak. h. Dada dan Axilla Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak. i. Ekstremitas Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak, terdapat varices atau tidak. 3) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis) (1) Abdomen a. Inspeksi Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi atau tidak, ada pembesaran hepar atau tidak (Sulistyawati, 2009). b. Palpasi
17
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera perabatangan dan jari (Rukiyah, 2010). Palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa (Muslihatun, 2009). (2) Anogenital Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan anogenital meliputi : a. Vulva vagina Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada kemerahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada pengeluaran perdarahan atau tidak, ada lesi atau tidak. b. Perineum Ada bekas luka diperineum atau tidak, ada bengkak dan kemerahan atau tidak. c. Anus Terjadi haemorhoid atau tidak, terdapat kelainan pada anus atau tidak. d. Inspekulo Keadaan serviks (cairan/darah, luka/peradangan, tanda keganasan),
keadaan
dinding
vagina
(Muslihatun,2009). Saluran vagina harus diperiksa untk melihat keberadaan erosi dan polip (Manuaba, 2010). 3. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran
konsentrasi
hemoglobin
merupakan
indikator objektif mengenai kuantitas dan durasi hilangnya darah selama menstruasi. USG pelvis juga dapat diindikasikan jika penyebab perdarahan pervaginam tidak dapat dikonfirmasi (Norwitz, 2008). Langkah II: Interpretasi Data
18
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Muslihatun, 2009). 1. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Muslihatun, 2009). Contoh : Ny. X PxAx Umur x tahun dengan Metroragia (Muslihatun, 2009). (1) Data Subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu
tentang
keluhannya
(Ambarwati,
2010).
Pasien
mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007). (2) Data Objektif Hasil pemeriksaan keadaan umum ,anogenital dan pemeriksaan penunjang(Ambarwati, 2010). 2. Masalah Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap keadaannya. Masalah ini terjadi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut
membutuhkan
dirumuskan
setelah
penanganan
bidan,
maka
masalah
diagnosa.Permasalahan
yang
muncul
merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun objekif (Purwoastuti, 2010). Merasa tidak
19
nyaman akibat dari aliran menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat kesehatan yang tidak baik (Varney, 2007). 3. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Pada kasus gangguan reproduksi pasien membutuhkan konseling tentang keadaannya dan nutrisi yang adekuat (Muslihatun, 2009). Langkah III: Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada masalah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial, berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhan antisipansi,
pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benarbenar terjadi.Melakukan asuhan aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2010). Perdarahan vagina yang tidak teratur dan terus menerus akan mengakibatkan anemia karena kadar hemoglobin rendah (Norwitz, 2008). Langkah IV: Tindakan Segera Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien (Purwoastuti, 2014). Jika etiologi metroragia diperkirakan bersifat hormonal, hormon estrogen biasanya menjadi pilihan terapi. Kombinasi kontrasepsi hormonal
merupakan
pengobatan
yang
sangat
efektif
dalam
mengontrol perdarahan metroragia (Varney, 2007) Langkah V: Perencanaan
20
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010). Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia yaitu : 1. Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah. 2. Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti. 3. Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. 4. Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil kombinasi. Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2008). Langkah VI: Pelaksanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
21
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun dkk, 2009). Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Ambarwati, 2010).Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien, memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak (Varney, 2007). Adapun hasil yang diharapkan yaitu : 1. Keadaan umum pasien baik 2. Perdarahan uterus berhenti 3. Tidak terjadi anemia i.
22
BAB III ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “R” UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA DI PMB NI PUTU PUTRINI, A.Md.Keb TANGGAL 26 MEI 2020 I.
Data Subyektif (Selasa, 26 Mei 2020, Pukul 09.00 WITA) 1. Identitas Nama
: Nn. R
Umur
: 19 tahun
Agama
: Hindu
Suku Bangsa
: Bali/Indonesia
Alamat
: Jl. Setia Budi, Banyuning Timur, Singaraja
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Mahasiswa
No. Hp
: 089686004155
2. Alasan Datang Nn. R datang ke PMB Putu Putrini, A.Md.Keb untuk memeriksakan kondisinya 3. Keluhan Utama Nn. R mengatakan mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari (tanggal 19 Mei 2020) yang lalu dan tidak disertai nyeri 4. Riwayat Menstruasi Nn.R mengatakan pertama kali menstruasi pada umur 14 tahun, dengan siklus haidnya yaitu selama 28 hari, Nn. R mengatakan haidnya tidak teratur, lama menstruasi biasanya selama 5 hari, warna dan konsistesi darah yang keluar encer. Dalam 1 hari Nn. R mengganti pembalut sebanyak 3 kali, dan tidak ada
23
keluhan. Nn. R mengatakan nyeri saat haid tapi tidak sampai mengganggu aktivitas. HPHT : 18-05-2020 5. Riwayat Perkawinan Nn. R mengatakan belum menikah 6. Riwayat Obstetrik yang lalu -
Gravida
:-
-
Partus
:-
-
Abortus
:-
-
Lahir hidup : -
-
Lahir mati : -
7. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Nn. R mengatakan belum pernah hamil 8. Riwayat gynecology Nn. R mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit seperti tumor ginekologi dan tidak pernah melakukan operasi ginekologi, serta penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksinya seperti gonorrhea, sipilis, herpes, keputihan yang banyak, berwarna kehijauan, berbau, dan gatal, pendarahan yang banyak di luar waktu haid, tidak terdapat benjolan, Nn. R mengatakan tidak pernah merasakan nyeri panggul dan tidak pernah mengalami atau terdiagnosa penyakita yang mengganggu organ reproduksi. 9. Riwayat penyakit 1) Riwayat Penyakit Nn.R mengatakan tidak pernah menderita gejala/penyakit menular, menahun, maupun menurun seperti HIV, hepatitis, TBC, jantung, ginjal, paru-paru, DM, asma, dan hipertensi 2) Riwayat penyakit keluarga Nn.R mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita gejala/ penyakit menular, menahun, maupun menurun seperti HIV, hepatitis, TBC, jantung, ginjal, paru-paru, DM, asma, dan hipertensi 24
10. Riwayat keluarga berencana Nn. R mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi 11. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual 1. Biologis 1) Bernafas Nn.R mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas 2) Nutrisi Nn.R mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, variasi menu nasi, sayur, telur, tahu, minum ±7-8 gelas air putih sehari, tidak ada keluhan saat makan dan minum 3) Eliminasi Nn.R mengatakan BAK 3 kali dalam sehari,warna kuning, jernih, bau khas urine, tidak ada keluhan saat BAK. Ibu biasanya BAB 1-2 kali dalam sehari, dan tidak ada keluhan saat BAB 4) Istirahat Tidur : Nn.R mengatakan tidak pernah tidur siang, dan pada malam hari tidur ±5 jam dari jam 12 malam sampai jam 6 pagi, tidak ada keluhan saat tidur 5) Aktivitas
:
Nn.R mengatakan bekerja paruh waktu sebagai pelayan di rumah makan dengan waktu kerja 4 jam selama ± 1 bulan dan melakukan aktivitas kampus selama ±8 jam seperti perkuliahan dan kegiatan organisasi 6) Perilaku Seksual Nn.R mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual 7) Personal Hygiene Nn.R mengatakan keramas 3 kali dalam seminggu, menggosok gigi 2 kali sehari, mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian dan pakaian dalam setiap sehabis mandi 2. Psikologis
25
Nn.R mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan perdarahan bercak yang dialaminya dan juga cemas dengan pekerjaannya jika sudah mulai kuliah nanti berkaitan dengan biaya kuliahnya dan jam kerja serta tuntutan prestasi dari keluarganya 3. Sosial Nn.R mengatakan pengambilan keputusan dilakukan oleh kedua orang tuanya 4. Spiritual Nn.R mengatakan tidak ada budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi kondisinya saat ini 12. Pengetahuan Nn.R belum mengetahui mengenai penyebab dari perdarahan bercak (metroragia) dan cara mengatasinya II.
Data Obyektif (Selasa, 26 Mei 2020, Pukul 09.10 WITA) 1. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum
: Baik
2) Kesadaran
: CM (Composmentis)
3) Keadaan emosi
: Stabil
4) BB sekarang
: 49 kg
5) TB
: 165 cm
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital 1) TD
: 110/70 mmHg
2) Nadi
: 80 x/menit
3) Pernapasan
: 20 x/menit
4) Suhu
: 37ºC
3. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala a. Wajah
: Tidak ada benjolan : Tidak pucat, ada cloasma, tidak odema
26
b. Rambut
: bersih, hitam, tidak ada ketombe dan tidak
rontok c. Telinga
: Simetris, bersih tidak ada serumen
d. Mata
: simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah
muda, sklera putih, tidak ada odema e. Hidung
: Simetris, bersih,tidak ada sekret
f. Bibir
: Mukosa bibir lembab, bibir merah
g. Mulut dan gigi
: Bersih, tidak ada caries gigi, gusi tidak
berdarah 2) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan
tidak ada pelebaran vena jugularis 3) Dada
:Bentuk simetris, tidak ada retraksi otot dada
a. Bra
:Tidak dilakukan
b. Payudara
:Tidak dilakukan
c. Aksila
:Tidak dilakukan
4) Abdomen
: tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, tidak
ada pembesaran hati, dan tidak ada luka bekas operasi 5) Anogenital a. Vulva dan Vagina
: ada bercak darah berwarna coklat kemerahan
pada pantyliner b. Anus
: Tidak dilakukan dan tidak ada keluhan
6) Ekstremitas a. Atas
: Simetris , kuku bersih, tidak ada odema, tidak
ada sianosis, tidak ada varises b. Bawah
: Simetris kanan dan kiri, tidak ada odema, tidak
ada sianosis, tidak ada varises, reflek patella (+/+) 4. Pemeriksaan Obstetri 1) Vaginal touch (VT)
: Tidak dilakukan
5. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboratorium
27
Tanggal 26 Mei 2020 Hb : 10 gr% (normal : 12 gr%) III.
Analisa 1. Diagnosa : Perempuan umur 19 tahun dengan metroragia dan anemia ringan 2. Masalah
:
1) Nn. “R” merasa cemas dan tidak nyaman dengan keadaanya saat ini. 2) Perdarahan bercak di antara siklus menstruasi 3) Penurunan kadar hemoglobin (Hb : 10 gr%) 3. Kebutuhan
:
1) KIE tanda dan gejala metroragia 2) KIE kebutuhan nutrisi IV. Penatalaksanaan (Selasa, 26 Mei 2020, Pukul 09.35 WITA) 1. Memberitahu Nn.R bahwa keadaan umum Nn.R baik. TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37ºC
Nn. R mengerti penjelasan bidan 2. Melakukan informed consent lisan tindakan selanjutnya, Nn.R bersedia dilakukan tindakan selanjurnya oleh bidan 3. Memberitahu Nn.R bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan yang terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang disebut metroragia. Nn.R mengerti dengan penjelasan bidan 4. Menganjurkan Nn.R untuk menjaga kebersihan alat genetalianya dengan mengganti pantyliner minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat genetalia tetap kering dan tidak lembab. Nn.R bersedia membersihkan alat genetalianya 5. Menjelaskan kepada Nn.R bahwa kadar Hb nya rendah yaitu 10 gr%, klien mengalami anemia ringan. Nn.R mengerti penjelasan bidan 28
6. Menganjurkan Nn.R mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat besi (bayam, daun singkong, hati, daging ) selama mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah akibat anemia. Nn.R bersedia mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat besi 7. Menjelaskan kepada Nn.R bahwa keadaannya membutuhkan penanganan oleh dokter, klien akan dirujuk untuk mengetahui apa penyebab perdarahan yang dirinya alami dan penanganan segera. Nn.R mengerti dan bersedia di rujuk 8. Memberikan motivasi kepada Nn.R agar tidak khawatir dan takut dengan keadaannya sekarang karena dengan rasa khawatir dan takut akan mempengaruhi psikologis klien dan sangat berpengaruh pada siklus menstruasinya. Nn.R mengerti dengan penjelasan bidan dan akan tidak khawatir dan takut dengan kondisinya sekarang
29
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam
bab
ini
penulis
mencoba
menyajikan
pembahasan
dengan
membandingkan antara teori dengan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb. Berdasarkan asuhan yang sudah penulis lakukan kepada perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb pada tanggal 26 Mei 2020, didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1
Data Subjektif Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan, baik secara langsung maupun kepada keluarga pasien (Purwoastuti, 2014). Data yang diambil dari Nn. “R” selama klien melakukan kunjungan meliputi Nn. “R” mengatakan mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari (tanggal 19 Mei 2020) yang lalu dan tidak disertai nyeri. Nn. “R” mengatakan haid terakhir tanggal 18 Mei 2020, belum menikah. Nn.R mengatakan ia dan keluarga tidak pernah menderita gejala/penyakit menular, menahun, maupun menurun seperti HIV, hepatitis, TBC, jantung, ginjal, paru-paru, DM, asma, dan hipertensi. Pada riwayat bio-psiko-spiritual, Nn.R mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, variasi menu nasi, sayur, telur, tahu, minum ±7-8 gelas air putih sehari, Nn.R mengatakan tidak pernah tidur siang, dan pada malam hari tidur ±5 jam dari jam 12 malam sampai jam 6 pagi. Aktivitas Nn.R
30
yaitu bekerja paruh waktu sebagai pelayan di rumah makan dengan waktu kerja 4 jam selama ± 1 bulan dan melakukan aktivitas kampus selama ±8 jam seperti perkuliahan dan kegiatan organisasi. Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan yang terjadi di luar menstruasi dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genetalia. Bentuk perdarahan bukan menstruasi dapat berupa kontak berdarah, spotting, dan perdarahan disfungsional (Manuaba, 2010). Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007). Berdasarkan uraian diatas terdapat bahwa Nn. “R” mengatakan mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari (tanggal 19 Mei 2020) yang lalu dan tidak disertai nyeri. Dari teori yang ada diperoleh simpulan bahwa pengumpulan data dasar sudah sesuai dengan teori manajemen Varney dan berdasarkan data yang diperoleh keluhan Nn. “R” sesuai dengan keluhan pada gangguan reproduksi metroragia. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan asuhan yang diberikan. 4.2
Data Objektif Data subjektif diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan. Pemeriksaan Ny. “YP” yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan sekarang 49 kg, tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan tanda-tanda vital Nn. “R” yaitu tekanan darah 110/70, suhu 37C, nadi 80 x/menit, dan pernapasan 20 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik yaitu pada genetalia terdapat bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu Hb 10 gram % (normal : 12 gr %). Menurut Manuaba (2008), tanda klinis dari metroragia adalah siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari, perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi, dan perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak (Manuaba, 2008).Saluran vagina harus diperiksa untk melihat keberadaan erosi dan polip 31
(Manuaba, 2010). Pemeriksaan penunjang pengukuran konsentrasi hemoglobin merupakan indikator objektif mengenai kuantitas dan durasi hilangnya darah selama menstruasi. USG pelvis juga dapat diindikasikan jika penyebab perdarahan tidak dapat dikonfirmasi (Norwitz, 2008). Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan tanda-tanda klinis dari metroragia dengan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan dan pemeriksaan penunjang. Oleh karena itu, tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang diberikan. 4.3
Analisa Data Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif yang dilakukan, maka ditegakkan diagnosa Perempuan umur 19 tahun dengan metroragia dan anemia ringan. Masalah yang timbul pada Nn. P adalah Nn. P merasa cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan Nn. P adalah mendapatkan informasi tentang keadaannya saat ini, konsumsi gizi seimbang dan dukungan moril. Pada analisa data yang dilakukan penulis, penulis menggunakan teori Manajemen Asuhan 7 Langkah Varney yang disebutkan pada langkah kedua identifikasi diagnosa/masalah aktual yaitu diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Muslihatun, 2009).
4.4
Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan untuk alasan datang Nn. “R” yaitu Memberitahu Nn.R bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan yang terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang disebut metroragia, menganjurkan Nn.R mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat besi (bayam, daun singkong, hati, daging ) selama mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah akibat anemia. Menganjurkan Nn.R untuk menjaga kebersihan alat genetalianya dengan mengganti pantyliner minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat 32
genetalia tetap kering dan tidak lembab.Menjelaskan kepada Nn.R bahwa keadaannya membutuhkan penanganan oleh dokter, klien akan dirujuk untuk mengetahui apa penyebab perdarahan yang dirinya alami dan penanganan segera. Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun dkk, 2009). Berdasarkan studi kasus Ny “R” asuhan yang dberikan oleh bidan yaitu KIE berdasarkan keluhan Nn. “R” yaitu KIE tanda gejala metroragia dan kebutuhan nutrisi. Langkah selanjutnya bidan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan USG pelvis melalui surat rujukan. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan kajian teori dan asuhan kebidanan Nn. “R” secara garis besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.
33
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara sesuai dengan standar pada Nn. “R” dapat kesimpulan sebagai berikut : Telah dilakukan asuhan pada Nn. “R” dengan keluhan utama yaitu Nn. R mengatakan mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari yang lalu dan tidak disertai nyeri. Nn. “R” mengatakan haid terakhir tanggal 18 Mei 2020, belum menikah. Pemeriksaan Nn. “R” yaitu keadaan umum baik. Pemeriksaan tandatanda vital ibu dalam batas normal. Hasil pemeriksaan fisik yaitu pada genetalia terdapat bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu Hb 10 gram % (normal : 12 gr%), sehingga dapat dibuat analisa yaitu Perempuan umur 19 tahun dengan metroragia dan anemia ringan. Masalah yang timbul pada Nn. P adalah Nn. P merasa cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan Nn. P adalah mendapatkan informasi tentang keadaannya saat ini, konsumsi gizi seimbang dan dukungan moril.. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan melakukan KIE tanda gejala metroragia dan kebutuhan nutrisi, dan dukungan moril kepada Nn. “R”. Maka dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. 5.2 Saran 5.2.1
Bagi Mahasiswa Diharapkan
dapat
meningkatkan
memperluas
wawasan
dan
pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada perempuan dengan metroragia, sehingga untuk selanjutnya selalu memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai standar serta dalam memberikan pelayanan
34
kebidanan agar tercapainya pembangunan dan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat. 5.2.2
Institusi Pendidikan Diharapkan kepada pimpinan Universitas Pendidikan Ganesha
khususnya Prodi D3 Kebdanan untuk menyediakan sumber referensi buku yang lebih banyak lagi di perpustakaan Kebidanan untuk menunjang penyusunan laporan kasus, sehingga penyusunan laporan kasus di tahun depan berjalan lebih baik.
35
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. “Asuhan Kebidanan Nifas”. Yogyakarta: Nuha Medika. Hidayati, Elli. 2017. “Buku Ajar Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan Keluarga”. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Kemenkes RI. 2015. “Pusat Data dan Informasi Kementran Kesehatan RI : Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja”. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Manuaba I.B.G. 2008 . “Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan”. Jakarta : EGC Manuaba I.B.G. 2010. “Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB”. Jakarta : EGC. Muslihatun, W. N. Mufdlilah. Setiyawati, N. 2009. “Dokumentasi Kebidanan”. Yogyakarta : Fitramaya. Norwitz, E.R. J.O. Schorge. 2008. “At A Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi 2”. Jakarta : Penerbit Erlangga Prijatni, dkk. 2016. “Modul Bahan Ajar Cetak Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana”. Kemenkes RI Purwoastuti. 2014. “Ilmu obstetri dan Ginekologi Sosial untuk kebidanan”. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru. Sulistyawati, A. 2009. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas”. Yogyakarta : C.V ANDI. Varney, H. J. 2007. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1”. Jakarta : EGC. Wiknjosastro, H. 2011. “Ilmu Kandungan. Edisi 3”. Jakarta :PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
36
LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Konsultasi UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN JURUSAN ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN Jalan Bisma Barat No.25 A Tlp. (0362) 70001042, Fax (0362) 21340, Kode Pos 81117 LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI Nama Mahasiswa
: Ketut Rastrini
NIM
: 1806091075
Angkatan
: 2018
Judul Kasus
: Asuhan Kebidanan Pada Perempuan “R” Umur 19 Tahun Dengan Metroragia di PMB Ni Putu Putrini, A.Md.Keb.
Hari/ Tanggal
Materi Konsultasi
Hasil Konsultasi
Paraf Pembimbing
37
Mengetahui Pembimbing Institusi,
Wayan Sugandini, S.ST.,M.Pd NIP.19630303 198307 2 002
38
Lampiran 2. Surat Rujukan PRAKTEK MANDIRI BIDAN NI PUTU PUTRINI, A.Md.Keb Jalan Gempol No.25, Singaraja-Bali Telp.(0362)24814 SURAT RUJUKAN No: 25 / RJK / 2020 Yth. dr.Oka, Sp.OG RSUD Kab. Buleleng Di tempat Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut atas penderita : Nama
: Ratya
Umur
: 19 Tahun
Alamat
: Jl. Setia Budi, Banyuning Timur, Singaraja
Dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut : 1. Hasil anamnesa
: Terjadi perdarahan bercak diantara siklus menstruasi
2. Pemeriksaan fisik
: Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, pada pemeriksaan genetalia terdapat bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb : 10 gr% 3. Diagnosa Sementara
: Metroragia dan anemia ringan
4. Pengobatan sementara
: Tidak dilakukan
Demikian atas kerjasamanya yang baik kami ucapkan terimakasih. Singaraja, 26 Mei 2020
39
Yang Menerima Rujukan
Yang Merujuk
(dr. Oka, Sp.OG) RSUD Kab. Buleleng
Ni Putu Putrini, A.Md.
Keb
40