12 0 555 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA SCROLATIS DEXSTRA DENGAN TINDAKAN HERNIOTOMY DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Peminatan Kamar Bedah
Disusun Oleh : KHOERUR ROSID AL ISLAM A11501038
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Di Indonesia hernia menempati urutan kedelapan dengan jumlah 292.145 kasus. Berdasarkan data dari rumah sakit daerah Batang jumlah kasus hernia inguinalis pada bulan Januari-Desember tahun 2009-2010 terdapat 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia inguinalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari-Desember 2012 diperkirakan 425 penderita. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta jumlah kasus Hernia Inguinalis sampai tahun 2012 sebanyak 12 kasus dan jumlah pada bulan April 2013 sebanyak 1 kasus. Peningkatan angka kejadian Hernia Inguinalis di Indonesia khususnya provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin berkembang dengan pesat sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks salah satunya kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha mencukupi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mengangkat beban berat, biasa mengkonsumsi makanan kurang serat, yang menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia disebabkan karena adanya tekanan intra abdomen seperti batuk dan mengejan. Hernia apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki, kebanyakan penderitanya akan merasa nyeri, jika terjadi infeksi didalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana Melakukan Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn. D Dengan Kasus Hernia scrolatis dexstra Di Ruang IBS RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”? C. RUANG LINGKUP Dalam penulisan laporan askep ini hanya akan membahas asuhan keperawatan perioperatif pada Tn. D dengan kasus Hernia scrolatis dexstra D. TUJUAN a. Tujuan Umum Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Hernia scrolatis dexstra b. Tujuan khusus 1. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pasien dengan Hernia scrolatis dexstra 2. Mampu menyiapkan instrumen pada tindakan Hernia scrolatis dexstra 3. Mampu menyiapkan linen dan disposible material pada tindakan Hernia scrolatis dexstra 4. Mampu menjelaskan untuk menjadi instrumentator pada tindakan Hernia scrolatis dexstra 5. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi dengan kasus Hernia scrolatis dexstra E. MANFAAT PENULISAN a. Bagi Individu Dapat mengetahui teori dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek dirumah sakit Di ruang IBS terkait Hernia scrolatis dexstra b. Bagi Rumah Sakit Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang keperawatan perioperatif Hernia scrolatis dexstra c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu keperawatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004). B. DEFINISI ✓ Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. ✓ Hernia scrotalis merupakan hernia inquinalis lateralis yang mencapai scrotum (penjelasannya sama seperti hernia inquinalis hanya lokasinya saja yang berbeda),
kadang-kadang ukurannya dapat sangat besar. ✓ Hernia skrotaliis reponibel adalah suatu keadaan di mana isi hernia dapat keluar masuk dan
Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. C. TANDA GEJALA ✓ Berupa benjolan keluar masuk/keras ✓ Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan ✓ Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi ✓ Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung kencing. D. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organorgan selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut majoer,a 2002, pemeriksaan pada hernia adalah: 1. Sinar x abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus 2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), (peningkatan sel darah putih/ leukosit >10.00018.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit. F. THERAPI a. Secara konservatif (non operatif) • Reposisi hernia Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan • Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset b.
Secara operatif • Hernioplasti Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering dilakukan pada anak – anak • Herniographi Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa
• Herniotomi Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis G. FOKUS PENGKAJIAN 1. Pengkajian Keperawatan a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. b. Riwayat penyakit sekarang Klien mengeluh nyeri dibagian lateral abdominal. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. c. Riwayat penyakit dahulu Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti batuk dll, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan, apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita. d. Riwayat penyakit keluarga Adalah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit limfadenitis seperti yang dialami klien. ✓ Pengkajian Pre Operasi a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian tentang diit, Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit Hernia scrolatis dexstra dll. b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. d. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap nyeri. Koping yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah ✓ Pengkajian Post Operasi a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi. b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi. c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien. d. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami klien akibat nyeri. e. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien bila timbul nyeri. f. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien setelah operasi. 2. Diagnosa Keperawatan 1) Pre operasi Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri 2) Intra Operasi Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan 3) Post operasi Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif H. INTERVENSI KEPERAWATAN ❖ PRE OP 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri • Tujuan : Nyeri berkurang • Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang, klien tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat
• Tindakan : ✓ Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya ✓ Ajarkan teknik nafas dalam Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otototot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. ✓ Berikan posisi nyaman pada pasien Rasional : Dengan posisi nyaman dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang ✓ Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik Rasional : sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri. ❖ INTRA OP 1.Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan • Kriteria hasil: Tidak terjadi pendarahan, vital sign normal • Rencana tindakan: ✓ Monitor perdarahan pada daerah yang di lakukan insisi Rasional: Mengetahui jumlah perdarahan ✓ Monitor vital sign Rasional: Vital sign untuk mengetahui perkembangan status pasien ✓ Kolaborasi pemberian obat antifibrinolitik (Asam Traneksamat) Rasional: kolaborasi obat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan ✓ Pasang transfusi bila perlu Rasional: Transfusi merupakan terapi pengganti kehilangan darah ❖ POST OPERASI 1. Kontrol Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive • kriteria hasil : control resiko : proses infeksi • Rencana tindakan: ✓ Pertahankan teknik isolasi yang sesuai Rasional: untuk meminimalkan penularan ✓ Batasi jumlah pengunjung
Rasional: untuk meminimalkan microba bakteri masuk ✓ Ajarka pasien mengenai cuci tangan Rasional: untuk meminimalkan perkembangan bakteri ✓ Pakai sarung tangan steril ketika akan melakukan perawatan luka Rasional: untuk meminimalkan penularan bakteri ✓ Lakukan perawatan luka Rasional: untuk menjaga kesterilan area insisi
BAB III TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN : jum’at
Hari
Tanggal : 30 November 2018 Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Jam
:18.30 WIB
Metode : wawancara dan observasi Sumber : pasien Oleh
: Khoerur Rosid Al Islam
A. Identitas Pasien Nama
: Tn. D
Umur
: 57 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Bantul, Yogyakarta
Pekerjaan
: Buruh
Status
: Kawin
Diagnosa
: Hernia scrolatis dexstra
No.RM
: 71-78-xx
Tgl.Masuk
: 30 November 2018
B. Penanggung Jawab Nama
: Tn.A
Umur
: 40 Tahun
Alamat
: Bantul, Yogyakarta
Hubungan dengan pasien
: Anak pasien
C. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama
:
Pasien mengeluh Nyeri pada bagian scortum 2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien rujukan dari RS PKU Muhammadiyah Bantul datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan nyeri di bagian scortum,dan di
pindahkan ke IBS pada tanggal 30 November 2018 jam 18.30 wib dengan diagnosa medis Hernia scrolatis dexstra dan akan di lakukan tindakan herniotomy. 3. Riwayat dahulu: Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit hernia sebelumnya dan hanya mengalami sakit batuk dan flu biasa. 4. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien D. Pola Fungsi Virginia Henderson a) Keb. Bernafas dengan normal Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan alat. Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa menggunakan alat bantu nafas. RR : 20 x/mnt. b) Keb. Nutrisi Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air putih. Saat dikaji : pasien mengatakan makan 3 x/hr dengan lauk pauk sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 09.00 WIB pada tanggal 30 November 2018. Porsi habis dan minum 4-6 gelas perhari dengan air putih, dan di bantu keluarga. c) Keb. Eliminasi Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5/6 x/hr, dengan warna kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna kekuningan, berbau khas. Saat dikaji : pasien mengatakan BAB 1x/hr, BAK 3-4 kali perhari dengan warna kuning, berbau khas dan nyeri pada bagian scortum pada saat BAB dan BAK. Pasien terpasang Down Cateter ukuran 18. d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya berkurang sejak dirawat di Rumah sakit karena nyeri di bagian scortum
e) Keb. Istirahat dan tidur Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan orang lain, sering begadang. Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan suasana rumah sakit yang kurang nyaman dan merasa nyeri pada bagian scortum saat flatus,bab,bak dan mengejan. f)
Keb. Berpakaian Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga. Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian oleh keluarganya.
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket ketika panas mengenakan kaos. Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika panas mengenakan kaos biasa. Suhu : 37º C. h) Keb. Personal hygiene Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau keluarga. Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga. i)
Keb. Rasa aman dan nyaman Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada dilingkungan rumahnya. saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi rumah sakit.
j)
Keb. Komunikasi dengan orang lain Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi kepada orang lain. Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
k) Keb. Spiritual Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan terlentang dan tidak berjamaah. l)
Keb. Bekerja Sebelum dikaji : pasien bekerja sebagai buruh Saat dikaji : pasien tidak bisa bekerja karena nyeri pada bagian scortum
m) Keb. Rekreasi Sebelum dikaji : pasien mengatakan lebih sering menonton telivisi bersama keluarga Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa menonton telivisi dikarenakan merasa nyeri pada bagian scortum dan hanya bisa tiduran. n) Keb. Belajar Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari televise dan radio Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait penyakitnya dari dokter dan perawat. E. Keadaan Umum Suhu
: 36,5º C
Nadi
: 65 x/menit
TD
: 105/57 mmHg
RR
: 20x/menit
BB
: 57 kg
TB
: 160 cm
F. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Baik Kesadaran : composmentis GCS :E : 4,M :6, V:5 Cepalo- Caudal: 1) Kepala Bentuk
:Mesosephal
Ekspresi
:Ekspresif
Simetris wajah
:Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus Rambut
:Distribusi merata, warna ber uban
Deformitas
:Tidak terdapat deformitas
2) Mata Bentuk
:Normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra
:Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan
:Normal
Konjungtiva
:Ananemis
Sklera
:Anikterik
Pupil
:Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya miosis pada mata kanan dan kiri 2mm.
3) Telinga Bentuk
:Normotia
Liang telinga
:Lapang
Serumen
:Tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri auricular
:Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri 4) Hidung Bagian luar
: Normal, tidak terdapat deformitas
Septum
: Terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung
: Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi
: Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok Bibir
: Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi
: Hygiene baik
Mukosa mulut
: Normal, tidak hiperemis
Lidah
: Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil
: Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring
: Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena Kelenjar tiroid
: Tidak membesar, mengikuti gerakan,
Trakea
: Di tengah, fungsi menelan baik.
7) Thorax PARU-PARU Inspeksi
:Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis
Palpasi
:Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi
:Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi
:Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing
JANTUNG Inspkesi
: Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi
:Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra
Perkusi
:
- Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra - Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra - Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra Auskultasi
:Bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop
8) Abdomen Inspeksi
:Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi
: Hepar dan lien teraba, ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative
Perkusi
:Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA, ballotment (-)
Auskultasi
: bising usus positif 13x/menit
Daerah inguinal : ✓ Look : Terdapat benjolan di inguinal dextra. Benjolan berwarna sama dengan kulit sekitar yang turun sampai ke scrotum berbentuk lonjong dengan batas tidak tegas. (Valsava maneuver) ✓ Auskultasi ✓ Feel
: Terdengar suara bising usus pada benjolan
: Ada nyeri tekan, permukaan perabaan lunak dan licin.
✓ Finger Test
:+
9) Genetalia Terpasang selang DC Ukuran 18 10) Ekstremitas Atas
: Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, tidak ada oedema, pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm dengan kondisi tidak ada kemerahan tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada lesi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah
: Tidak ada cacat,CRT 4 detik kaki kanan = kiri normal
5
5
5
5
G. Pemeriksaan penunjang
No
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Normal
1
Lekosit
14,4
mm3
4-10
2
Basofil
0
%
0-1
3
Eosinofil
0
%
1-3
4
Neutrofil
93
%
50-70
5
Limfosit%
4
%
20-40
6
Monosit%
3
%
2-8
7
Entrosit
4,51
Juta/mm3
4.4-5.9
8
Hemoglobin
13.4
g/dl
12.0-17.0
9
Hematrokit
39
%
39-52
10
MCV
87.1
fL
82-98
11
MCH
29.8
pg
27-34
12
MCHC
34.2
g/dl
32-36
13
RDW
12.0
%
11-16
14
Trombosit
178
ribu/mm3
150-450
15
MPV
5.1
fL
7-11
16
Golongan darah
17
PPT
15.0
detik
18
Control PPT
14.3
detik
19
APTT
23.7
detik
20
Control APTT
30.0
detik
21
GDS stok 1
166
mg/dl
=A=
11.0-15.0
25.0-35.0
70-140
H.THERAPY NO
JENIS OBAT
DOSIS
ATURAN
INDIKASI
PAKAI 1
Infus RL
500ml
20tpm
Penambah cairan
2
Ketorolac
30g
2x1
Nyeri
3
Ondansetron
4mg
1x1
Anti mual
II. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN OPERASI a. ALAT Set Basik Instrument NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA ALAT Bengkok Kom Nald Poeder sedang Klem bengkok Sedang Langen hak Pinset Cirugis Duk Klem Stick mess besar Gunting jaringan Gunting benang
JUMLAH ALAT 2 2 1 2 2 2 5 1 1 1
b. Bahan Habis pakai NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA Masker Povidon iodin Alcohol Sarung Tangan No 7,5 Sarung Tanganm No 7 Sarung Tangan Tidak steril Kassa Kassa x-ray Bisturi No. 23 Cromic 2.0 Dermalon 2.0 Hypafik Formalin Spuit 10cc NaCl Underpet Sikat Botol PA sufratul Mesh hernia
JUMLAH 4 1 1 1 3 1 20 Lembar 20 Lembar 1 1 1 10 cm 50 cc 1 1 1 4 1 1 1
c. Linen NO 1 2 3 4
NAMA Jas operasi Duk besar Duk sedang Duk kecil
JUMLAH 4 1 2 2
d. Instrumen Tambahan NO 1 2
NAMA Coager Apparatus suction
JUMLAH 1 1
LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN Nama pasien
: TN.D
Jenis Operasi
: Herniotomy
Anastesi
: Regional Anastesi
Hari/TGL/Jam
: Jum’at 30 November 2018/ 19.00
Jenis Set Instrumen
: Basic
A. INSTRUMENT NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NAMA ALAT Bengkok Kom Nald Poeder sedang Klem bengkok Sedang Langen hak Pinset cirugis Pinset anatomis Doekklem Stick mess besar Gunting jaringan Gunting benang Kocker lurus
JUMLAH ALAT SEBELUM SESUDAH 2 2 2 2 1 1 10 10 2 2 2 2 2 2 5 5 1 1 2 2 1 1 1 1
Yogyakarta, 30 November 2018
Perawat Sirkuler
(…………………….)
Perawat Scrub
(……………………)
Pendidik klinik
(……………………...)
B. PELAKSANAAN ASSISTENSI / INSTRUMEN
NO TINDAKAN 1 Persiapan Alat 2 Desinfeksi 3
Drapping
4
Pemasangan slang suction
5
Klem posisi jam 12, 6
ALAT Duk kecil 2, handscoon 1 Kom 2, betadin, alcohol, Klem ovarium 1, kasa steril 4lbr Duk besar 1, duk sedang 2, duk kecil 2, Slang suction, apparatus suction1, klem
6
Sayat area lateralis dexsra
siap bisturi 22, dan kasa
8
Adanya perdarahan
Siap klem, kasa , couter
9
Menghentikan perdarahan
Couter, klemarteri, kassa steril, pinset
10
Klem
posisi
jam
12-6-3-9,
Insisi jaringan,hacting mesh hernia. 12
Cauter, bisturi, silk 2.0 dan Nail holder
Mengulangi jahitan memutar sesuai
Needle holder panjang, klem
arah jarum jam
arteri2,kasa,monofilament 2-0 , gunting benang
13
Cek perdarahan
14 15
Mencuci bekas jahitan Menutup luka operasi
16
kasa
NaCl 30 cc, kassa, klem arteri Sufratul,Kassa 3 lembar,hipavix 10 cm Membereskan alat dan pasien, Kassa 40 lembar menghitung jumlah alat dan kassa Yogyakarta, 24 November 2018
Praktikan
(…….……………)
Pendidik Akademik
(………………………..)
Pendidik Klinik
(…………………….......)
LEMBAR SURGICAL CHECK LIST
SIGN IN NO INDIKATOR 1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai identitas, lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan 2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai 3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap 4 Apakah pulse oksimetri berfungsi 5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi 6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi 7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada anakAnak) TIME OUT NO INDIKATOR 1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama dan tugas 2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi diinsisi 3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan dalam 60 menit sebelumnya 4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan diambil 5 Berapa lama akan dikerjakan 6 Apa antisipasi kehilangan darah 7 Apa ada pertimbangan kusus pasien 8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi 9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus 10 Apakah foto perlu ditampilkan SIGH OUT NO INDIKATOR 1 Konfirmasi perawat secara verbal: Nama prosedur Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap Berikan label pada spesismen Apakah ada permasalahan di pertalatan 2 Apa perhatian untuk recovery room dan manajemen pasien
YA V
TIDAK
V V V V V V
YA V V V
TIDAK
V V V V V V V YA
TIDAK
V V V V V
I. ASKEP PRE OPERASI a. Data focus Data Subjektif • Pasien mengatakan tidak nyaman karena berada di RS dan pasien merasa nyeri pada scortum • O: lama nyeri 15 menit, P: Nyeri saat fatus,bab,bak dan mengejan, Q: nyeri seperti tersayat sayat, R: di daerah genetalia (scortum), S: skala nyeri 8, T: nyeri muncul 1-2 jam sekali Data obyektif • Tampak cemas, gelisah • TTV: TD: 105/57 N: 65x/mnt RR: 20x/mnt • Pasien tampak menahan nyeri b. Analisa Data Dan Pre Operasi
No Hari/Tgl/Jam
Data
Masalah
Etiologi
Jum’at 30
DO:
Nyeri akut
Agen
November
Pasien mengatakan nyeri
2018
pada bagian scortum
1
O: lama nyeri 15 menit, P: Jam 18.35 wib
Nyeri saat fatus,bab,bak dan mengejan, Q: nyeri seperti tersayat sayat, R: di daerah genetalia (scortum), S: skala nyeri 8, T: nyeri muncul 1-2 jam sekali DO: Pasien tampak menahan nyeri TTV: TD : 120/80 mmHg, N: 100 x/menit,RR: 24
biologis
cidera
x/menit
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan 1.Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Biologis d. Rencana Pre Operasi No Diagnosa
Tujuan
1
Setelah
dilakukan
selama
1
Nyeri Akut
Intervensi
1. Untuk
10
menit
nyeri secara
mengetahui
masalah
nyeri
komperhens
tingkat
dapat teratasi dengan kriteria
if
nyeri yang
hasil :
(o,p,q,r,s,t)
dialami
diharapkan
x
tindakan 1. Kaji tingkat
Rasional
Indikator
Awal Tujuan
Skala nyeri 3
5
berkurang Ekspresi
3
5
TD Keterangan :
teknik
5
oleh pasien 2. Untuk
relaksasi
mengurangi
nafas dalam
rasa
3. Posisikan
nyeri Peningkatan 3
2. Ajarkan
tidur yang nyaman 4. Beri
nyeri
saat timbul 3. Untuk mengurangi rasa tegang
1. Berat
dorongan
2. Cukup berat
pasien untuk 4. Untuk
3. Sedang
mengungka
mengurangi
4. Ringan
pkan
rasa
5. Tidak ada
perasaan
ketakutan
5. Kolaboraasi pemberian analgesik
pasien
pada pasien. 5. Untuk mengurangi rasa cemas deperawat 6. Untuk
mengurangi nyeri
akut
yang
di
alami dengan analgesik
e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pre Op
No. Dx
Tgl/ Jam
1
Jum’at, 30 November 1. Memberikan 2018, pukul 18.20 wib
Implementasi
Evaluasi S
:
pasien
posisi tidur yang memahami nyaman
mengatakan apa
yang
dijelaskan oleh perawat. O : pasien tampak rileks, KU : baik, wajah sudah terlihat ceria dan rileks
2. Mengajarkan teknik relaksasi
S
:
pasien
mengatakan
distraksi paham apa yang dijelaskan oleh
perawat
terkait
prosedur tindakan yang akan dilakukan. O : pasien tampak rileks, dan mempraktekan distraksi relaksasi KU : baik, TD : 105/57 mmHg.
II. ASKEP INTRA BEDAH a. Data focus Pasien dilakukan general anastesi, pasien dilakukan pembedahan di ingunalis lateralis dexstra TD : 105/80, N : 105x/mnt, SpO2 : 95 %, Anamnesa: pasien mengatakan lemas, A: tidak ada sumbatan jalan nafas, B: suara nafas vesikuler 20x/menit, C: tidak ada sianosis,CRT 3 detik, TD: 110/90mmHg , N: 100x/mnt
b. Analisa Data Intra Operasi No 1
Hari/tgl/jam Data Jum’at, 30 Ds : November
Do
Masalah Resiko :
pasien
2018, pukul pembedahan 18.35 wib
Etiologi Proses
dilakukan perdarahan
di
pembedahan
ingunalis
lateralis dexstra TD : 110/90, N : 100, SpO2 : 90 %,
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan 1. Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan Proses Pembedahan d. Rencana intra operasi No Diagnosa
Tujuan
1
Risiko
Setelah
Perdarahan
keperawatan selama 1 x 1 jam,
perdarahan
mengetahui
diharapkan
masalah
yang
seberapa
perdarahan
dapat
dilakukan
tindakan
risiko teratasi
dengan kriteria hasil : Indikator
Awal Tujuan
Perdarahan
4
5
tidak terjadi TTV
4
Normal Keterangan : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada
5
Intervensi
Rasional
1. Monitor
1. Untuk
di
lakukan
banyak
insisi
perdarahan
2. Ingatkan
yang terjadi
operator
2. Untuk
dan asisten
mengurangi
jika terjadi
kejadian
perdarahan
emergensi
hebat
saat insisi
3. Monitor TTV 4. Monitor cairan
3. Untuk mengetahui status hemodinamik 4. Untuk memonitor
hypovolemik
e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Inta Operasi No. Dx
Tgl/ Jam
1
Jum’at,
Implementasi 30
1. Memonitor
November 2018,
Evaluasi banyaknya S : -
perdarahan pada saat operasi
pukul
2. Manajemen
19.20 wib
terjadinya S : -
perdarahan 3. Mengukur
O : perdarahan 250 cc
O : operator dan asisten dan
TTV
monitoring melakukan section pada area
perdarahan
dan
koagulasi dengan couter S:O:100/70mmHg RR:20x/mnt, N :82x/mnt S : 36,5o C
III. PASCA OPERASI a. Data focus Pasien terdapat bekas luka pada inguinalis lateralis dexstra, KU : sedang, TD : 120/78, N : 80, RR : 24, S : 35, 7, SpO2 : 98 %. b. Analisa data Pasca Operasi No
Hari/tgl/jam Data
1
Jum’at,
Masalah
30 Ds : Risiko Do : November Infeksi Pasien terdapat bekas luka pada 2018, pukul inguinalis lateralis dexstra, KU : 19.30 wib sedang, TD : 120/78, N : 80, RR : 24, S : 35, 7, SpO2 : 98 %.
Etiologi Prosedur invasif
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan 1. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Prosedur Invasif d. Rencana pasca operasi No Diagnosa Tujuan 1.
Intervensi
Resiko
Setelah
dilakukan
tindakan Kontrol Infeksi
Infeksi
keperawatan selama 1 x 30 menit
1. Pertahankan
Rasional 1. Untuk mencegah
diharapkan masalah risiko infeksi
teknik
terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
isolasi yang
infeksi
Kontrol Risiko : Proses Infeksi
sesuai
dari
Indikator
Awal Tujuan
Identifikasi
3
faktor
5
risiko
2. Batasi
penyakit
jumlah
menular
pengunjung
dan
3. Ajarka
infeksi Mempertahankan 3
5
pasien
tidak
menular. 2. Untuk
lingkungan yang
mengenai
mengurang
bersih
cuci tangan
i
Monitor
3
5
4. Gunakan
infeksi
yang
perubahan status
sabun
nantinya
kesehatan
antimikroba
berkemban
untuk cuci
g.
Mencuci tangan
3
5
tangan Keterangan :
5. Pakai
3. Untuk mencegah
1. Tidak ada pengetahuan
sarung
terjadinya
2. Pengetahuan terbatas
tangan steril
infeksi
3. Pengetahuan sedang
ketika akan
pada area
4. Pengetahuan banyak
melakukan
luka
5. Pengetahuan sangat banyak
perawatan
4. Untuk
luka
mencegah
6. Lakukan
terjadinya
perawatan luka 7. Dorong
infeksi. 5. Untuk mencegah
intake
terjadinya
pasien
infeksi pada luka post op. 6. Untuk meminima lkan infeksi yang terjadi pada luka post op. 7. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan meningkat kan nutrisi pada pasien
e. Pelaksanaan dan evaluai pasca operasi No. Dx
Tgl/ Jam
1
Jum’at, 30 November 2018, pukul 19.40 wib
Implementasi
Evaluasi
1. Melakukan monitoring status S : pasien mengatakan hanya mengeram. kesehatan (TTV) O : TD : 120/78, N : 80, RR 2. Melakukan teknik aseptik pada : 24, S : 35, 7, SpO2 : 98 %. S:lingkungan (Ruang Pemulihan) O : menjauhkan pasien dari 3. Melakukan cuci tangan banyaknya pengunjung, S:O : perawat melakukan cuci tangan
ketika
akan
bersentuhan dengan pasien.
BAB IV PEMBAHASAN
Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan Hernia Scrolatis Dexstra Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila proses pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan dengan Hernia Scrolatis Dexstra didapatkan bahwa pasien merasa nyeri di bagian scortum dan harus di lakukan tindakan herniotomy untuk mengurangi nyeri yang di alami, perawat mengajarkan teknik distraksi relaksasi . Sebelum dilakukan pembedahan pasien sudah di puasakan selama 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah satunya adalah antibiotic profilaksis. Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda vital nya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan. B. Analisa data Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul selama proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ; 1) Pre operasi Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri 2) Intra Operasi Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan 3) Post operasi Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. Intervensi Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi nyeri yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga diajarkan untuk merilekskan anggota tubuh. Pendidikan mengenai prosedur tindakan juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan. Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi pasien juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan. Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal tersebut dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi regional. D. Implementasi dan evaluasi Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan komunikasi, persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses pembedahan dapat berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatan perioperatif yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri, Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan, Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. B. Saran Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan pasien dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan dengan baik sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi, dan etika dalam keperawatan dapat di terapkan sesuai SPO.
DAFTAR PUSTAKA
Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO. 151-156. Herdman, T heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA.2012-2014.Jakarta : EGC Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung Nanda International.2011. Nursing Diagnoses : definition dan classification Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 1199-1217 Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan