Atonia Uteri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN ATONIA UTERI



Dosen pengampu Intan Komalasari,APP, M.kes Disusun Oleh Kelompok 3 Tingkat 2A 1. Bella Kurnia



(PO.71.20.1.18.021)



2. Defi Puspita



(PO.71.20.1.18.022)



3. Della Ananda



(PO.71.20.1.18.023)



4. Delistia Ramadani



(PO.71.20.1.18.024)



5. Della Rusmini



(PO.71.20.1.18.025)



6. Derisman



(PO.71.20.1.18.026)



7. Desti Syafitri



(PO.71.20.1.18.027)



8. Dewi Dian Pertiwi



(PO.71.20.1.18.028)



9. Dewi Febriani



(PO.71.20.1.18.029)



10. Dewinda



(PO.71.20.1.18.030)



11. Gita Rizkia Aslamiya



(PO.71.20.1.18.045)



12. Hary Akbar



(PO.71.20.1.18.046)



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2020/2021



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Atonia Uteri. Makalah



ini



telah



kami



susun



dengan



maksimal



dan



mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Palembang, 25 Februari 2020



Kelompok 3



1



DAFTAR ISI Kata Pengantar....................................................................................................1 Daftar Isi..............................................................................................................2 BAB I Pendahuluan.............................................................................................3 1.1 Latar Belakang.............................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3 1.3 Tujuan..........................................................................................................4 BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................5 2.1 Pengertian.....................................................................................................5 2.2 Etiologi.........................................................................................................6 2.3 Patofisiologi.................................................................................................6 2.4 Pathway........................................................................................................7 2.5 Tanda dan Gejala.........................................................................................8 2.6 Manifestasi Klinis........................................................................................8 2.7 Pencegahan...................................................................................................8 2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................9 2.9 Asuhan Keperawatan teoritis.......................................................................12 BAB III Pembahasan Kasus...............................................................................24 3.1 Pengkajian....................................................................................................24 3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................28 3.3 Intervensi......................................................................................................28 3.4 Implementasi................................................................................................31 3.5 Evaluasi........................................................................................................31 BAB IV Penutup................................................................................................32 4.1 Kesimpulan..................................................................................................32 4.2 Saran.............................................................................................................32 Daftar Pustaka....................................................................................................33



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan yang terjadi segera setelah melahirkan dapat disebabkan oleh banyak penyebab. Sekitar separuh dari kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh kausa pascapartum dini ini. Jika dijumpai perdarahan yang berlebihan, etiologi spesifiknya perlu dicari. Atonia uterus, retensi plasenta termasuk plasenta akreta dan variannya, serta laserasi saluran genital merupakan penyebab tersering perdarahan dini. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. Atonia uteri dapat disebabkan oleh overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. Multipara dengan jarak keahiran pendek.Partus lama / partus terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri? b. Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil? c. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri? d. Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri? e. Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri? f. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul? g. Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan?



3



1.3 Tujuan Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami : a. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri b. Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil c. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri d. Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri e. Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri f. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul g. Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta, 2002). Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011). Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009). Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.



(Kontraksi Uterus Normal dan Atonia Uteri)



5



2.2 Etiologi Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan resiko perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, diantaranya adalah : a. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk : 1. Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion) 2. Kehamilan gameli 3. Janin yang besar (makrosomia) b. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang c. Persalinan cepat d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi) e. Infeksi inpartu f. Multiparitas tinggi/grandemultipara g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia/eklampsia. 2.3 Patofisiologi Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi seratserat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.



6



2.4 Pathway



7



2.5 Tanda gejala Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll (2009), di antaranya: a. Perdarahan pervaginam Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah. b. Konsistensi rahim lunak Gejala



ini



merupakan



gejala



terpenting/khas



atonia



dan



yang



membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya. 1. Fundus uteri naik     2. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu: a) nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih) b) tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg c) pucat d) keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap e) pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih f) gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran g) urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)                       



2.6 Manifestasi Klinis Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan: a. uterus tidak berkontraksi dan lembek b. perdarahan segera setelah anak lahir. 2.7 Pencegahan Atonia Uteri Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. 8



Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri.Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir.Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini.Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin. 2.8 Penatalaksanaan Atonia Uteri Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri meliputi : 1. Resusitasi Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah. 2. Masase dan kompresi bimanual Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.



9



3. Jika uterus tidak berkontraksi Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahanlahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera. 4. Pemberian uterotonika Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.



5. Kompresi bimanual (dilakukan oleh bidan yang berpengalaman) Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya hal inii sangat baik untuk mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan



10



perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi merupakan tindakan terakhir. Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya. Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010) seperti : 1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis. 2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus seluas mungkin. 3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.



11



2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis A. Pengkajian 1. Anamnese a. Identitas Klien b. Alasan Datang ke Rumah Skit c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu 1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta. 2) Riwayat



persalinan



meliputi:



Tua



kehamilan,



cara



persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir. 3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi d. Riwayat Kehamilan sekarang 1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda 2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat f. Pola aktifitas sehari-hari. 1) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan. 2) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,



12



1995 ) 3) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. 4) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk. 2. Pemeriksaan Fisik  a. Inspeksi 1) Mulut



: bibir pucat



2) Payudara



: hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris



3) Abdomen



: terdapat pembesaran abdomen



4) Genetalia



: terdapat perdarahan pervaginam



5) Ekstremitas : dingin b. Palpasi 1) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa. 2) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol. c. Auskultasi Abdomen



: bising usus (+), DJJ (-)



d. Perkusi Ekstremitas : reflek patella + / + 3. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: 1) Rambut dan kulit -



Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.



-



Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.



-



Laju pertumbuhan rambut berkurang.



2) Mata : pucat, anemis



13



3) Hidung 4) Gigi dan mulut 5) Leher 6) Buah dada / payudara -



Peningkatan pigmentasi areola putting susu



-



Bertambahnya ukuran dan noduler



7) Jantung dan paru -



Volume darah meningkat



-



Peningkatan frekuensi nadi



-



Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.



-



Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.



-



Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.



-



Diafragma meninggi.



-



Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.



8) Abdomen -



Menentukan letak janin



-



Menentukan tinggi fundus uteri



9) Vagina -



Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)



-



Hipertropi epithelium



10) System musculoskeletal -



Persendian tulang pinggul yang mengendur



-



Gaya berjalan yang canggung



-



Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal



4. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda



14



komplikasi



dengan



mengevaluasi



sistem



dalam



tubuh.



Pengkajian ini meliputi : 1) Nyeri/ketidaknyamanan -



Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)



-



Ketidaknyamanan vagina/pelvis,



-



sakit punggung (hematoma).



2) Sistem vaskuler -



Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam



-



Tensi diawasi tiap 8 jam



-



Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah



-



Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan



-



Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.



3) Sistem Reproduksi -



Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya



-



Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau



-



Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tandatanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas



-



Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak



-



Payudara



dilihat



kondisi



areola,



konsistensi



dan



kolostrum -



Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)



4) Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi



15



miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain 5) Traktur gastro intestinal -



Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi



-



Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir



B. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia 3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian. 4. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan. 5. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. 6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. C. Intervensi 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan Intervensi : a. Tinjau



ulang



catatan



kehamilan



dan



persalinan/kelahiran,



perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi. b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat. Rasional :  Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian. c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan



16



perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis. Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.



Peningkatan



kontraktilitas



miometrium



dapat



menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase. d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir. Rasional :     Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia. e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada. Rasional :         Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian. f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal. Rasional :  Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar. g. Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien. Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan. h. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin. Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar. i. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal



17



Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi. j. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan metabolik. k. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal. Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir. l. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID. Rasional :  Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati. m. Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan. n. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa. Rasional :  Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atonia. o. Magnesium sulfat Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual. p. Terapi Antibiotik. Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang



18



disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi. q. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht. Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb. 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia Intervensi : a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan. Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen. b. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik. Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik. c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku. Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg. d. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit. Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasii



pada



pembuluh



darah



perifer



diperlukan



yang



mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin. e. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi kejaringan. f. Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.



19



3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian. Intervensi : a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan koinsep. Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi



klien



tentang



kejadian



mungkin



menyimpang,



memperberat ancietasnya. b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas. Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis. c. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung. Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi. d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional :  Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan



perspektif,



memudahkan



proses



pemecahan



masalah. 4. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan. Intervensi : a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen. Rasional :  Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau



20



jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus. b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan. Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan. c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi. Rasional



:  Kompres



dingan



meminimalkan



edema,



dan



menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma. d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi. 5. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. Intervensi : a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan. Rasional







Mencegah



kontaminasi



silang



/



penyebaran



organinisme infeksious. b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia,



atau



leukositosis



dengan



perpindahan



kekiri



menandakan infeksi. c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis. Rasional :  Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik,



21



kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi. d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri). Rasional :  Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif. e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi. Rasional :  Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun. 6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Intervensi : a. Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi. Rasional







Memberikan



informasi



untuk



membantu



klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi. b. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi. Rasional



:



Memberikan



informasi



yang



perlu



untuk



mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman. c. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum, seperti perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan bayinya segera sesuai keinginannya). Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas



22



perawatan bayi d. Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan. Rasional :  Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang. D. Implementasi Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya dibawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan perawat. (Nursalam, 2001 : 63). E. Evaluasi Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai (Nursalam, 2001 : 71). .        



23



BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 Pengkajian dan Pemeriksaan fisik 1. Identitas Klien Nama



: Ny. M



Umur



: 39 tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Tanggal Pengkajian : 25 April 2016 Diagnosa Medis



: Atonia Uteri



2. Keluhan Utama Klien mengatakan, “pusing”



3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS maupun TBC. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan, “pusing kepala dan merasakan nyeri pada genitalia dengan skala 3”



c. Riwayat perkawinan Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, sah. Lama menikah sudah 11 tahun. d. Riwayat menstruasi Menarche umur 15 tahun, siklus teratur, lama 6-7 hari, keluhan tidak ada. Ganti pembalut 4 kali/hari. HPHT : 17-10-2012



HPL : 24-07-2013



a. Riwayat Obstetri Klien mengatakan, “pernah hamil dan 4 kali melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan”. 24



b. Riwayat Kontrasepsi Klien mengatakan “Menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari anak yang terakhir dilahirkan sebelumnya”.



c. Riwayat persalinan Ibu a) Jenis Persalinan



: Spontan



b) Masa Gestasi



: 37-38 Minggu



c) Komlokasi persalinan : Tidak ada d) Plasenta



: lahiran lengkap, spontan



e) Tali pusat panjang



: 50 cm



f) Kelainan



:-



g) Perdarahan



:



- Kala I



: 50 ml (8 Jam)



- Kala II



: 100 ml (30 Menit)



- Kala III



: 200 ml (15 menit)



- Kala IV



: 500 ml



h) Tindakan lain



: terpasang infus RL



Bayi a) Lahiran



: 18-2-2007, pukul : 19.45 WIB



b) Keadaan



: bayi lahir segera menangis



c) Jenis kelamin



: laki-laki



d) Berat badan



: 3100 gram



e) Panjang badan



: 48 cm



f) Cacat warna



: tidak ada



4. Pola kebutuhan sehari-hari



25



1) Nutrisi a. Makan



: 2 kali/hari



b. Jenis



: nasi, sayur, lauk pauk dan buah



c. Makan pantang



: tidak ada



d. Alergi



: tidak ada



e. Minum



: 6 gelas/hari



f. Masalah/keluhan



: tidak ada



2) Eliminasi a. BAK : 3 kali, warna kekuningan, keluhan



: tidak ada



b. BAB : ibu mengatakan belum BAB, keluhan



: tidak ada



3) Istirahat a. Siang : 1 jam b. Malam : 6 jam 4) Aktivitas Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari masih perlu dibantu. 5) Personal hygiene Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali/minggu. 6) Riwayat psikososial -



Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat.



-



Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan yang ke lima ibu dan keluarga sangat bahagia.



-



Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.



-



Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan ke-empat anaknya.



5. Data Obyektif 1) Pemeriksaan Umum KU



: lemah



Keadaan emosional



: Tidak stabil



Kesadaran



: compos mentis



26



Vital sign : TD : 80/60 mmHg S : 36,5 oC N: 100x/mnt R: 28x/mnt BB Sebelum hamil : 55 kg BB Sesudah hamil : 65 kg LILA



: 23,5 cm



Tinggi Badan



: 162 cm



2) Pemeriksaan Fisik a. Kepala



: bersih, tidak ada ketombe



b. Wajah



: simetris, tidak ada oedem



c. Mata



: bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis



d. Hidung



: bentuk simetris, keadaan bersih



e. Gigi dan mulut : tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat stomatitik, keadaan gigi bersih f. Telinga



: simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen



g. Leher



: tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar



tiroid dan vena jogularis h. Dada



: simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada



benjolan abnormal i. Payudara



:



simetris,



puting



susu



menonjol,



areola



hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit j. Abdomen



: tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,



pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan k. Ekstremitas



: fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada



varises l. Genetalia



: tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina



m. Punggung



: tulang belakang sedikit lordosis



n. Rectum



: tidak ada hemoroid



27



3) Pangeluaran darah pervaginan -



Warna merah tua



-



Jumlah +500ml



-



Perineum terjadi laserasi



-



Kandung kemih kosong



4) Pemeriksaan penunjang -



Darah



Hb 8,0%



-



Urine tidak dilakukan



2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permabilitas kapiler. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. 3. Ancietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian 4. Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan



2.3 Intervensi NO



DIAGNOSA



TUJUAN DAN



INTERVENSI



KRITERIA HASIL 1.



Hipovolemia b.d peningkatan permabilotas kapiler



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria hasil :



O: •







Periksa tanda dan gejala hipovolemia(mis frekuensi nadi meningkat,nadi teraba lemah,tekanan darah menurun,haus lemah) Monitor intake dan output cairan



T: Tujuan : 1.kekurangan volume cairan teratasi. Kriteria hasil: 1.tidak mengalami haus 2.Turgor kulit bagus 3.Mata tidak



• •



hitung kebutuhan cairan berikan asupan cairan oral







anjurkan memeperbanyak asupan cairan oral.







kolaborasi pemberian cairan IV isotonis( mis NaCl,RL)



E:



K:



28



cekung



2.



Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria hasil : Tujuan : 1.agar nyeri berkurang,hilang atu teratasi. Kriteria hasil: 1.nyeri berkurang atau dapat diatasi. 2.klien tidak gelisah



O: •



• • •



Indentifikasi lokasi,karateristik,frekuensi ,kualitas,intensitas nyeri indentifikasi skala nyeri indentifikasi respon nyei non verbal indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



T: •







berikan teknik nonfarmakologis intuk mengurangi nyeri(mis.kompres hangat/dingin) kontrol lingkingan yang memperbera rasa nyeri( mis,suhu ruangan,pencahayaan atau kebisingan)



E: •



• • •



jelaskan penyebab,periodedan pemicu nyeri. jelaskan strategi meredahkan nyeri anjurkan monitor nyeei secara mandiri anjurkan menggunakan analgetik secara tepat



K:



3.



Ancietas b.d ancaman terhadap



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam







kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu







indentifikasi penurunan tingkat energi,ketidakmampuan



O:



29



kematian.



terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria hasil : Tujuan :







berkonsentrasi atau gejal lain yang mengganggu kemampuan kognitif. indentifikasi teknik relaksasi yang efektif digunakan



T: •



1.klien menujukan pengendalian diri pada ansietas.



• Kriteria hasil: 1.dapat E: melanjutkan • aktivitas yang dibutuhkan walaupun cemas. 2.klien tidak • terlihat gelisah akibat cemas • •



ciptakan lingkungan tenang tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang yang nyaman berikan informasi tertulis tentang prosedur teknik relaksasi. jelaskan tujuan,manfaat,batasan dan jenis relaksasi yang tersedia ( mis musik,napas dalam) jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih anjurkan mengambil posisi nyaman anjurkan rileks dan erasan sensasi relaksasi.



K:4.



Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria hasil : Tujuan:



O: •



periksa sirkulasi perifer(mis nadi perifer,edema,pengisian kapiler,warna,suhu)







monitor panas,kemerahan,nyeri,atau bengkak pada ekstremitas.



T: •



1.agar sirkulasi darah pada levelkapiler kembali normal



hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi



Kriteria hasil







lakukan pencegahan infeksi







anjurkan minum obat pengontol



E:



1.klien dapat beraktivitas dan tidak pusing lagi



tekanan darah secara teratur



30



2.tekanan darah klien meningkat.



K:-



2.4 Implementasi Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal . 2. 5 Evaluasi



Keefektifan dari intervensi keperawatan adalah dengan melakukan reassessment secara terus menerus berdasarkan pada petunjuk observasi dan hasil yang diharapkan : 1. klien/keluarga dapat mengidentifikasi pendarahan yang keluar 2. klien akan meningkatkan aktivitasfisik 3. klien akan mendapatkan support yang adekuat 4. klien mempertahankan sikap positif terhadap cemas yang di rasakan 5. keluarga menjadi aktif dalam memantau pendarahan pasie



31



BAB IV PENUTUP   4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi placenta tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali. 2. Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah kekurangan volume cairan tubuh, gangguan perfusi jaringan, ancietas, resiko terjadi Infeksi, nyeri, dan kurangnya pengetahuan. 3.2 Saran Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang atonia uteri sebagai salah satu penyebab utama perdarahan post partum yang juga sebagai penyebab seringnya kematian pada ibu setelah melahirkan. Dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang atonia uteri terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara umum, dan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami atonia uteri.



32



DAFTAR  PUSTAKA Asuhan Persalinan Normal, Penerbit JNPK – KR, Jakarta, 2002 Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth, Yayasan Essenta Medika, 1990 I.M.S. Murah Manoe, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, FK UNHAS, Makassar, 1999. Muliyati, Bahan Kuliah Keperawatan Maternitas II, Makassar, 2005. Dongoes, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta, 2001



33