Ayu Fazliati Makalah Instrumen Evaluasi Non Tes [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya. Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Tehnik ini berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswasiswa secara langsung dengan tugastugas yang riil”. Adapun menurut Sudjana (1986;67),kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung. Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan 1



tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument non tes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1.



Apa saja jenis-jenis instrument teknik non tes itu?



2.



Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes?



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Teknik Non-Tes Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes.1 Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. 2 Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut: 1.



Kompetensi yang diukur;



2.



Aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);



3.



Kemampuan siswa yang akan diukur;



4.



Sarana dan prasarana yang ada.3



B. Jenis-Jenis Teknik Non Tes Hasil belajar dan proses balajar tidak hanya dinilai dengan tes, baik melalui bentuk soal tes obyektif maupun tes subyektif, tetapi juga dapat dinilai oleh teknik dan alat penilaian bukan tes atau non-tes. Teknis non-tes ini digunakan untuk menilai aspek-aspek pada diri siswa yang sulit atau tidak dapat diukur dengan angka misalnya : menilai sikap, minat, kerajinan, hubungan sosial



______________ 1



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 76. 2 DjudjuSudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 76 3



S. Eko Putra Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar: 2009), hlm. 104.



3



dan sebagainya. 4 Teknik non-tes dilaksanakan melalui wawancara, observasi, angket/kuesioner dan studi kasus, adapun alat yang dapat digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, catatan anekdot, inventory, sosiometri, skala penilaian, skala sikap, buku pribadi, buku laporan pendidikan. Pelaksanaan



wawancara,



observasi,



angket,



dan



studi



kasus



dapat



mempergunakan satu atau lebih alat penilaian dari sepuluh yang ada, disesuaikan dengan kebutuhan penilaian.5 1.



Pengamatan atau observasi Observasi, merupakan kegiatan penilaian non-tes yang dilaksanakan



melalui pengamatan/mengamati prilaku siswa atau proses terjadinya suatu kegiatan, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan dan tidak dapat diukur dengan angka. Pengamatan atau observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi untuk tujuan ini pencatatannya lebih sukar daripada mencatat jawaban yang diberikan peserta tes terhadap pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes, karena respon observasi adalah tingkah laku yang prosesnya berlangsung cepat. Contoh observasi untuk tujuan evaluasi adalah observasi untuk menilai atau mengukur hasil belajar melalui pengamatan tingkah laku siswa pada saat guru mengajar, misalnya: aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, partisipasi siswa dalam simulasi, sikap siswa saat belajar di kelas, aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok dan sebagainya.6 a.



Jenis-jenis Observasi



Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam: 1) Observasi



partisipatif



(participantobservation)



dan



non-



partisipatif (non-participantobservation). 2) Observasi sistematis dan observasi non-sitematis. ______________ 4



DjudjuSudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 194. 5



Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 33



6



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi... hlm. 84



4



3) Observasi Experimental dan observasi non-experimental. b.



Tujuan Observasi Sebagai alat evaluasi, tujuan observasi yaitu: 1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. 2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. 3) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data7



c.



Sifat Observasi Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu: 1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran 2) Direncanakan secara sistematis 3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan 4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya



d.



Kelebihan dan Kelemahan Observasi Kelebihan Observasi, antara lain: 1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. 2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting. 3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari tehnik lain, misalnya wawancara atau angket. 4) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran. Kelemahan Observasi, antara lain: 1) Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat



______________ 7



DjudjuSudjana, Evaluasi Program...hlm. 197



5



diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan. 2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. 3) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya. e.



Langkah-langkah menyusun observasi: 1) Merumuskan tujuan 2) Merumuskan kegiatan 3) Menyusun langkah-langkah 4) Menyusun kisi-kisi 5) Menyusun panduan observasi 6) Menyusun alat penilaian



2.



Wawancara Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan



keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.8 a.



Jenis-jenis Wawancara 1) Wawancara terpimpin (GuidedInterview) yang juga sering dikenal



dengan



(StructuredInterview)



istilah



wawancara



berstruktur



atau



wawancara



sistematis



(Systematic Interview) dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. ______________ 8



Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 158



6



2) Wawancara tidak terpimpin (Un-GuidedInterview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (SimpleInterview) atau wawancara tidak sistematis (Non-SystematicInterview), atau wawancara bebas,



yaitu



si



penjawab



(responden)



diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. b.



Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : 1) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai. 2) Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara. 3) Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.



c.



Kelebihan dan Kelemahan Wawancara Kelebihan wawancara yaitu : 1) Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek. 2) Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya. 3) Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.



7



4) Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek. Sedangkan Kelemahan wawancara: 1) Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai. 2) Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara. 3) Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara. 4) Adanya



pengaruh



subjektif



dari



pewawancara



dapat



mempengaruhi hasil wawancara. d.



Langkah-langkah penyusunan wawancara : 1) Perumusan tujuan 2) Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai 3) Penyusunan kisi-kisi 4) Penyusunan pedoman wawancara 5) Lembaran penilaian



e.



Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara: 1) Guru



yang



akan



mengadakan



wawancara



harus



mempunyaibackground tentang apa yang akan ditanyakan. 2) Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut. 3) Harus menjaga hubungan yang baik. 4) Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya. 5) Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas. 6) Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara. 7) Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data. 8) Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama. 9) Guru harus mengobrol dalam wawancara. 8



10) Batasi waktu wawancara. 11) Hindari penonjolan aku dari guru f.



Contoh wawancara: 1) “Bagaimana cara kamu menghitung luas dari gambar trapezium ini? ” 2) “Mengapa kamu menggunakan cara tersebut?” 3) “Dari mana kamu mengetahui cara tersebut?”



3.



Angket (kuesioner) Angket/kuesioner,



merupakan



kegiatan



penilaian



non-tes



yang



dilaksanakan melalui pemberian serangkaian pertanyaan atau pernyataan secara tertulis. Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakangkeluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.9 a.



Jenis-jenis Angket (Kuesioner) Ditinjau dari segi yangmemberikan jawaban: 1) Angket Langsung, apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan 2) Angket Tak Langsung, angket diberikan kepada orang/siswa lain untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya. Ditinjau dari segi cara menjawab: 1) Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√)pada jawaban yang ia anggap sesuai. 2) Angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.



______________ 9



DjudjuSudjana, Evaluasi Program...hlm. 199



9



Ditinjau dari strukturnya: 1) Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas dan jelas dengan



model



pertanyan



yang



terbatas,



singkat



dan



membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. 2) Angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasanalasan terbuka. b.



Kelebihan dan Kelemahan Angket Kelebihan angket antara lain: 1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. 2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama. 3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan. Kelemahan angket, antara lain: 1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali. 2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. 3) Ada



kemungkinan



angket



yang



diberikan



tidak



dapat



dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. c.



Langkah-Langkah Menyusun Angket 1) Merumuskan tujuan 2) Merumuskan kegiatan 3) Menyusun langkah-langkah 4) Menyusun kisi-kisi 10



5) Menyusun panduan angket 6) Menyusun alat penilaian 4.



Penugasan Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut



peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.10 5.



Tugas Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di



luar kegiatan kelas, misalnya tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika, mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan.11 Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. a.



Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.



b.



Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.



c.



Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.12



______________ 10



M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 149. 11



Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran...hlm. 153-156



12



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...hlm. 84



11



6.



Proyek Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan,



pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.13 Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai menggunakan klinometer. Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek. a.



Tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.



b.



Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan langkah-langkah kerja.



c.



Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan.14



7.



Studi Kasus Studi kasus, pada dasarnya studi kasus dilakukan dalam rangka



memberikan penilaian pada seseorang individu/siswa yang dipandang/diduga “mengalami kesulitan”, dipelajari dengan tujuan untuk memberikan bantuan dalam “penyembuhan” misalnya: anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar anak yang nakal. Anak/siswa yang seperti tersebut diatas dikatakan mengalami suatu kasus tertentu. Kasus-kasus dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus dan dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Untuk menyelesaikan persoalan/kasus, perlu dicari dan dikumpulkan data yang berkenaan dengan kegiatan individu/siswa pada masa lalu dan sekarang serta lingkungan yang mempengaruhinya. Data diperoleh dari berbagai sumber, seperti orang tuanya, teman dekatnya, gurunya dan dirinya sendiri. Teknik memperoleh data bisa dilakukan dengan barbagai cara, misalnya obsevasi, wawancara, anlisis ______________ 13



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...hlm. 85



14



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...hlm. 88



12



dokumenter, kunjungan rumah, mempelajari daftar diri, buku raport dan sebagainya. a.



Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus



Kelebihan studi kasus adalah suatu subyek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh, dan kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya berlaku untuk individu/siswa yang bersangkutan dan belum tentu dapat dipakai untuk kasus yang sama pada individu/siswa yang berbeda. b.



Langkah-Langkah Penyusunan Studi Kasus 1) Menemukan/mengenali siswa sebagai kasus, 2) Menetapkan jenis masalah yang dihadapi individu/siswa, 3) Mengumpulkan data atau bukti untuk meyakinkan kebenaran yang dihadapi individu/siswa melalui analisis hasil belajar, 4) Mengamati prilakunya, 5) Bertanya pada kawan sekelasnya, 6) Mencari faktor penyebab, 7) Menentukan alternatif bantuan, 8) Terakhir mengamati perubahan prilaku individu/siswa dan merencanakan langkah tindak lanjut.



C. Alat Penilaian Teknik Non-Tes 1.



Pedoman observasi Merupakan alat yang harus ada pada saat pengamat akan melakukan



pengamatan/observasi, pedoman ini dapat berbentuk bebas (tidak perlu ada jawaban), apabila menggunakan pedoman yang terstuktur, tetapkan kemungkinan jawaban serta indikator-indikator yang harus diamati agar dapat dijadikan penggangan bagi pengamat pada saat melakukan pengamatan/observasi.15 2.



Pedoman wawancara Merupakan alat yang harus ada pada saat berlangsung percakapan antara



pewawancara dengan yang diwawancara. Pedoman ini bisa berbentuk bebas dan ______________ 15



Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 223



13



berstruktur, bentuk bebas yaitu pedoman yang tidak disertaidengan kemungkinan jawaban sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya, kelebihannya ialah informasi lebih padat dan lengkap, pewawancara harus berkerja keras dalam menganalisis jawaban siswa yang beraneka ragam.16 3.



Angket/Kuesioner Merupakan alat tertulis penilaian non-tes yang berupa serangkaian



pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab responden. Kelebihan kuesioner adalah ialah sifatnya yang praktis, hemat, waktu, tenaga, dan biaya. Cara penyampaian kuesiner dapat langsung disampaikan kepada yang bersangkutan ataun disampaikan melalui pihak lain (Via pos). bentuk kuesioner ada macamnya, yaitu : kuesioner terbuka dan berstruktur, penjelasannya hampir sama dengan bentuk pedoman wawancara. 4.



Catatan anekdot Merupakan alat penilaian yang dapat digunakan saat guru melakukan



observasi. Guru bisa mencatat apa ssja mengenai siswa yang sedang ada pengamatannya, cacatan ini dilaksanakan dengan tidak formal, lebih bersifat melengkapai data/informasi yang telah ada. Terdapat dua bentuk anekdot, yaitu catatan anekdot deskripsi, mencatat apa adanya yang diamati dan acatatan anekdot interpretative, catatan yang kemudian diberikan tafsiran/ interpretasi oleh yang mengamati. 5.



Inventory, atau dapat juga disebut inventaris sebagai alat penilaian non-tes, merupakan suatu daftar yang lengkap,



yang merupakan iventarisasi keterangan-keterangan yang diperlukan mengenai siswa, untuk keperluan ini disusun sebuah daftar yang harus diisi oleh siswa isi daftar ini antara lain sosiometri, sosiometri tidak dipergunakan untuk memperoleh data mengenai siswa sebagai individu, tetapi untuk memperoleh data yang menggambarkan mengenai hubungan socialdiantara siswa dalam satu kelas. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui misalnya siswa yang terisolasisiswa



______________ 16



Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran...hlm. 168-169



14



yang paling disenangi oleh teman-temannya, siswa yang akrab dengan beberapa temanya saja dan sebagainya. 6.



Skala penilaian Skala yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang/siswa terhadap



objek, peristiwa atau nilai/value tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap yaitu mendukung (positif), menolak (negatif) netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya. Ada tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berekanaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya. Afeksi berkenanaan dengan perasaan dalam menanggapi objek/stimulus tersebut. sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu , misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap siswa terhadap kinerja guru, sikap siswa terhadap kegiatan ektrakulikuler dan sebagainya. 17 Skala sikap dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernytaan itu didukung atau ditolaknya melalui rentannya nilai tertentu, dua katagori pernyataan yaitu, penytaan positif dan pernyataan negtaif, skor untuk pernyataan positif berbalik untuk skor pernyataan negtaif. Contoh :



Pernyataan



Sangat



sikap



setuju



Pernyataan positif Pernyataan negatif 7.



Setuju



Tidak punya pilihan



Tidak setuju



Sangat tidak setuju



5



4



3



2



1



1



2



3



4



5



Buku pribadi Buku pribadi cummulaitiveRecord, merupakn buku yang berisi catatan-



catatan keterangan yang lengkap mengenai seseorang siswa. Ini merupkan ______________ 17



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...hlm. 90



15



kumpulan keterangan untuk seorang siwa yang himpun sejak ia masuk sekolah. Isi buku pribadi antar lain adalah keterangan pribadi (nama tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, tempat tinggal, nama dan pekerjaan orang tua, tanggal masuk sekolah), keterangan akademik (raport, hasl tes intelagasi, hasil kegiatan ektrakulikuler, prestasi yang pernanh diraih, hasil tes dan bakat minat), keterangan keluarga (pekerjaan orang tua, jumlah,saudara, pendidikan oaring tua, status sosial keluarga, keadaan lingkungan dan suasana keluarga), keterangan lain-lain (hasil observasi, wawancra, kunjungan rumah, hasil sosiometri, hasil pemekrisaan kesehatan dan lain-lain. 8.



Raport Buku laporan pendidikan, merupakan alat penilaian non-tes yang berisi



mengenai hasil dan kemajuan hasil prestasi belajar siswa yang harus diketahui orangtua dan berfungsi juga sebagai data dokumentasi, yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan. 9.



Penyetoran tes lisan, penyetoran tes lisan sama dengan penyetoran tes uraian, namun dalam tes lisan, penyetorannya dapat dilakukan lebih akurat karena ada kesempatan untuk melakukan pengecekan jawaban testi, agar penyetoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara cermat, perhatikan hal-hal berikut : gunakan pedoman penyetoran, penyetoran dilakukan segera setelah testi selesai menjawab setiap pernyataan/soal, peneyetoran semata-mata diberikan pada mutu jawaban testi. Contoh Pedoman Penyetoran Tes Lisan.



Bidang studi :…………………………… Nama Testi



: …………………………..



Kelas



:……………………………...



Tanggal



:……………………………..



No



Pokok Pertanyaan



Pokok jawaban Pokok yang jawaban testi diharapkan



16



Skor



Keterangan



10. Penyetoran hasil tindakan Penyetoran tes tindakan didasarkan pada sejumlah mana keterampilan dan ketepatan testi meragakan tindakan/kegiatan sesuai dengan petunjuk/soal. Penguji harus memiliki jawaban operasional mengenai keterampilan yang diharapkan para penguji harus mengetahui pola penampilan yang seharusnya. Halhal yang dapat dijadikan acuan dalam pemberian skor adalah kecepatan penampilan, ketepatan cara melakukan, ketelitian keterampilan menggunakan alat, kesesuaian dengan petunjuk/intruksi. Dalam proses penyetoran, sebaiknya menggunakan pedoman pengamatan (pedoman penyetoran), skor akhir sama dengan rata-rata skor setiap pengamat (apabila pengamat/penguji lebih dari satu orang). Contoh Pedoman Pengamatan Tes Tindakan Bidang Studi :………………. Nama Testi



:……………….



Kelas



:……………….



Tanggal



: ……………….



No



Aspek diamati



prilaku



yang Skor



Keterangan



11. Pengolahan Skor Pengolahan skor dimaksudkan untuk batas lulus dan mengubah skor mentah menjadi skor matang/ terjabar. Langkah-



langkah



pengolahan



skor



adalah



sebagai



berikut



:



Mengumpulkan/ memiliki data hasil tes/ skor mentah ; menghitung rata- rata kelompok dan standar devisi (SD) ; menetapkan batas lulusan aktual dan (atau) ideal ; menghitung skor mentah menjadi skor matang / terjabar ke dalam skala 110, skala 10-100. CummulativePercentilerank (CPR) dan PercentileRank (PR) Berikut akan disajikan teknik-teknik dan contoh pengolahan skor : a.



Untuk data yang tidak di kelompokan (Jumlah testi kurang dari 30 orang). 17



Nama Testi



Skor



A



6



B



7



C



8



D



9



E



9



=5



=39



Rumus : X = ∑X N X = 39 5 = 7,80. Standar Deviasi :



b.



Nama Testi



Skor



X (skor-X)



A



6



-1,8



3,24



B



7



-0,8



0,54



C



8



0,2



0,04



D



9



1,2



1,44



E



9



1,2



1,44



∑=5



39



6,8



Untuk data yang dikelompokkan (jumlah testi lebih dari 30 orang) ; menghitung dan SD. Contoh : Data : 30



60



40



65



71



66



35



60



45



65



72



74



70



45



85



47



70



73



67



82



25



30



47



42



84



80



88



60



34



50



70



65



66



50



18



70



Range = 88 – 25 = 63 KI = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 35 = 1 + 3,3 . 1,54 = 1 + 5,08 = 6,8 = 7 Distribusi Frekuensi



KI



Tally



f



d



Fd



1



85 – 94



II



2



+3



6



18



2



75 – 84



III



3



+2



6



12



3



65 – 74



+1



14



14



4



55 – 64



IIIIIIII



3



0



0



0



5



45 – 54



III



6



-1



-6



6



6



35 – 44



3



-2



-6



12



7



25 – 34



4



-3



-12



36



2



98



No.



IIII 14



IIII I III IIII



35 Rumus X : Mi + i



X = rata-rata yang dicari



Mi = mean terduga I = interval N = jumlah testi Fd = jumlah frekuensi kali pada setiap interval D = deviasi terduga. Rumus SD = i Jadi X = 59,5 + i



= 59,5 + 9 = (0,05)



= 59,5 + 0,45 = 59,45 SD



=9



=9 =9 = 9 = 1,67 = 15,03 c.



Menetapkan batas lulus/passinggrade:



Angka batas lulus biasanya ditetapkan+0,25. SD, karena angka ini dianggap ekuivalen dengan nilai 6 pada skala 1-10. Berdasarkan contoh diatas, 19



sudah diperolehdan SD untuk data yang tidak boleh dikelompokkan dan untuk data yang dikelompokkan. Jadi batas lulus untuk data yang tidak dikelompokkan adalah: 7,80+0,251,16=7,80+0,29=8,09 dan batas lulus data yang dikelompokkan adalah: 59,95+0,25-15,03+59,95+3,75+63,7 Batas lulus yang diperoleh dengan cara diatas disebut batas lulus actual, karena penentuannya didasarkan pada data/skor actual yang dicapai para testi. Cara lain yang dapat ditempuh dengan menentukan batas lulus ideal, yang perhitungannya didasarkan pada ideal dan SD ideal. Rumus = ideal = X skor ideal SD ideal = X (ideal) Keterangan: Skor ideal adalah skor maksimum yang mungkin dicapai testi jika semua soal dijawab dengan benar. Contoh: misalnya skor ideal untuk tes IPA adalah 60, maka: = X 60 = 30 SD = X 30 = 10 Batas lulus= 30+0,25.10 = 30+2,5 = 32,5



d.



Mengubah skor untuk skor matang/terjabar.



Untuk mengkonversikan skor menjadi skor matang dapat digunakan table konversi berikut ini: Skala



Skor Skala Skor Matang



Mentah



Skala 1-10



+ 2,25 – SD



10



+ 1,75 – SD



Skala 1-4



huruf



9



4



A



+ 1,25 – SD



8



3



B



+ 0,75 – SD



7



2



C



+ 0,25 – SD



6



1



D



0,25 – SD



5



20



0,75 – SD



4



1,25 – SD



3



1,75 – SD



2



C- 2,25 – SD



1



0



E



Dengan menggunakan table konversi diatas, maka jika diketahui = 59,95 dan SD = 15,03 pedoman konversinya adalah: Skor skala mentah



Rentangan



skor Skala 1-10



matang 59,95+2,25. 15,03 = 59,95+33,81 = 93,76 94 ke atas



10



= 94



86-93



9



59,95+1,75. 15,03 = 59,95+26,30 = 86,25 79-85



8



= 86



71-78



7



59,95+1,25. 15,03 = 59,95+18,78 = 78,73 64-70



6



= 79



56-63



5



59,95+0,75. 15,03 = 59,95+11,27 = 71,22 49-55



4



= 71



41-48



3



59,95+0,25. 15,03 = 59,95+ 3,75 = 63,7 = 34-40



2



64



1



26-33



59,95-0,25. 15,03 = 59,95 - 3,75 = 56,2 = 56 59,95-0,75. 15,03 = 59,95-11,27 = 48,68 = 49 59,95-1,25. 15,03 = 59,95-18,78 = 41,71 = 41 59,95-1,75. 15,03 = 59,95-26,30 = 33,65 = 34 59,95-2,25. 15,03 = 59,95-33,81 = 26,14 = 26



21



Jadi dengan menggunakan table konversi diatas, testi yang berada pada batas lulus atau diatas batas lulus adalah yang mendapatkan skor 64 keatas. Prosedur pengolahan seperti diatas, biasanya dilakukan pada penilaian sumatif, sedangkan pada penilaian formatif, penentuan batas lulus ditentukan secara purposive, misalnya menggunakan persentase penguasaan materi, seperti kriteria berikut: Derajat penguasaan



Nilai akhir



90-100%



A



80-89%



B



65-79%



C



55-64%



D



‹ 54%



E Dengan menggunakan kriteria diatas, maka untuk mengkonversikan skor



mentah menjadi skor matang dilakukan dengan cara membagi skor mentah dengan skor ideal kali 100%. Berikut akan disajikan konversi skor mentah ke skor matang / terjabar, denganskala 10-100. CummulativePercentileRank dan PercentileRank. Konversi ke dalam skala 10-100 : Rumus : T score = 10 + SD X = Skor mentah yang dicapai M = Mean aktual SD = Standar deviasi actual 50 dan10 = Mean dan standar deviasi dasar. Contoh penggunaan : Skor = 74 M = 59,95 SD = 15,03 T score = 10+50 = 10+50 = (0,93) 10+50 = 59,34 22



CumulativePercentileRank (CPR) : Contoh: Skor



f



Cum. fe



CPR



85-94



2



35



100



75-84



3



33



94



65-74



14



30



85



55-64



3



16



45



45-54



6



13



37



35-44



3



7



20



25-34



4



4



11,42



35 x 100 = 11,42 Rumus: CPR = x 100 CPR = Cumulativepercentilerank Cum. fe = Cumulativefrequency N = jumlah testi Jadi antara skor 45-54 menduduki CPR 37,55 – 64 = 45 dst. PercentileRank (PR) : Rumus : PR = 100 – PR = Precentilerank yang dicari R = Rank skor yang bersangkutan N = jumlah testi 100 dan 50 = bilanga tetap. Contoh : Nama



Skor



Rank



PR



A



85



4



Dst



B



40



9



C



94



1



D



75



5



E



60



7 23



F



35



10



5



G



65



6



45



H



90



2



I



87



3



J



44



8



Dst



Jadi PrecentileRank (PR) G sama dengan : PR = 100 - = 100 – = 100 = 100-55 = 45 Jadi PrecentileRank (PR) F sama dengan : PR = 100 - = 100 – = 100 = 100-95 = 5



24



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang tidak dapat dinilai secara kuantitatif seperti dalam teknik tes. Dengan kata lain penilaian non testbehubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera. Teknik



non



tes



dapat



digolongkan



menjadi



5



jenis



yaitu:



Pengamatan/Observasi, Wawancara, Angket/Kuisioner, Penugasan, Studi Kasus. Teknik penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut: kompetensi yang diukur; aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap); kemampuan siswa yang akan diukur; sarana dan prasarana yang ada.



B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.



25



DAFTAR PUSTAKA



Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. DjudjuSudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. DjudjuSudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. S. Eko Putra Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.



26