Bab I Pendahuluan Irigasi Dan Bangunan Air [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Irigasi berasal dari istilah irrigaite dalam bahasa Belanda irrigation yang berasal dari bahasa Inggris. Irigasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat dibuang kembali ( Erman Mawardi et al., 2002a). Untuk dapat mengairi suatu daerah irigasi, maka keberadaan sumber airnya harus ditinjau. Dalam hal ini, sumber air yang dimaksud adalah sungai yang mempunyai debit dan elevasi yang cukup untuk dapat disadap ke saluran induk. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila sawah memiliki elevasi yang lebih rendah dari elevasi sungai, karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Dalam hal ini, permasalahan akan muncul apabila elevasi dari sungai yang airnya akan digunakan untuk pengairan lebih rendah dari elevasi sawah yang akan diairi. Oleh karena itu dibuatlah bendung untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut Erman Mawardi et al. (2002b), Bendung merupakan suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan atau membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bias disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang memerlukannya. Tujuan dari dibangunnya suatu bendung adalah :  Menaikkan elevasi air pada sungai sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas,  Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake,  Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai,  Mengurangi fluktuasi pada sungai,  Menampung dan menyimpan air dalam waktu singkat. Dalam suatu perencanaan jaringan irigasi, air yang akan digunakan untuk pengairan diambil dari sungai yang terdekat. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila sawah memiliki elevasi yang lebih rendah dari elevasi sungai, karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Dalam hal ini, permasalahan akan muncul apabila elevasi dari sungai yang airnya akan digunakan untuk pengairan lebih rendah dari elevasi sawah yang akan diairi. Untuk dapat mengairi sawah



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



1



yang elevasinya lebih tinggi tersebut, sungai harus memiliki aliran air yang cepat dan konstan. Sedangkan pada kenyataannya aliran sungai tidaklah selalu konstan tergantung pada musim yang sedang berlangsung, sangat tinggi pada musim hujan bahkan bisa tidak ada air sama sekali apabila kemarau panjang. Permasalahan



tersebut



sebenarnya



sangat



mudah



diatasi,



yaitu



dengan



menggunakan pompa air sehingga air dari sungai yang memiliki elevasi rendah dapat mengairi sawah tersebut. Akan tetapi, metode ini memiliki biaya operasional yang tinggi sehingga akan berpengaruh pada harga air irigasi yang akan menjadi tinggi pula. Metode ini jarang digunakan karena pertimbangan ekonomis. Metode lain yang lebih ekonomis dan sering digunakan adalah dengan membangun bendung yang memotong langsung aliran sungai. Dengan adanya bendung ini, maka elevasi muka air sungai akan naik sehingga kecepatan aliran yang diinginkan diperoleh. Dengan begitu sawah terjauh dapat dialiri air sungai tersebut. Selain itu, air sungai juga dapat ditampung untuk jangka waktu tertentu sehingga pengairan sawah tidak tersendat walaupun aliran sungai rendah.



1.2 Landasan Teori 1.2.1 Pengertian Bendung Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard Work, yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya. Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong suatu aliran sungai dengan tujuan untuk menaikkan elevasi muka air sungai sehingga dapat mengalirkan air ke daerah yang memiliki elevasi yang lebih tinggi atau daerah yang memiliki elevasi yang sama dengan sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow Weir Type.



1.2.2 Fungsi Bendung Suatu bendung memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Menaikan elevasi air sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas, 2. Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake, 3. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai,



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



2



4. Mengurangi fluktuasi pada sungai, 5. Menyimpan air dalam waktu singkat. 1.2.3 Syarat - Syarat Konstruksi Bendung Syarat - syarat yang harus dipenuhi untuk konstruksi bendung adalah sebagai berikut: 1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir, 2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya, 3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah, 4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi, 5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.



1.2.4 Pemilihan Lokasi Bendung Lokasi yang tepat untuk membangun suatu bendung adalah sebagai berikut : 1. Lokasi dengan profil sungai yang teratur serta kelandaian (I) yang kecil, sehingga penggerusan pada waktu banjir yang terjadi pada bagian dasar atau tepi sungai tidak terlampau besar, 2. Lokasi dengan sungai yang lurus atau belokan dengan jari-jari (R) yang besar serta arah pengaliran yang tetap, sehingga tidak terjadi penggerusan tepi, 3. Lokasi dengan bagian sungai yang tanah dasarnya cukup kuat dan cukup kedap air, tanggul banjir sependek mungkin hubungkan dengan saluran pembawa, 4. Jika sungai berbelok-belok, maka dicari lokasi bendung dengan coupure yang seideal mungkin. Bendung dibangun di coupure, kemudian setelah pembangunan bendung selesai ditimbun, sungai baru yang melewati bendung tersebut dibangun. Dengan demikian, lokasi bendung akan berada pada sungai yang lurus.



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



3



1.2.5 Pembagian Bendung  Berdasarkan cara pembendungannya Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi menjadi :



1) Bendung Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air .



2) Baragge Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi minimum atau berkurang.



 Berdasarkan Fungsinya 1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir ) Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air sungai ke saluran primer



2) Bendung Penahan Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.  Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi 1) Masonary Weir With Vertical Drops. Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak ambang dari pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir tegak.



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



4



(kadang-kadang juga dilengkapi dengan pintu ). Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung keras.



2) Rock Dry Stone Weir. Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak, jadi bendung tipe ini tidak banyak dipakai.  Sebelum dapat merencanakan dan melaksanakan pekerjaan bangunan utama, maka yang pertama kali diperlukan adalah data-data perencanaan. Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut : a) Data Topografi Data-data topografi yang diperlukan dalam perencanaan antara lain : 



Peta yang menyajikan seluruh daerah aliran sungai,







Peta situasi untuk letak bangunan utama,







Gambar potongan memanjang dan melintang sungai baik di sebelah hulu maupun hilir bangunan utama.



b) Data Hidrologi Faktor-faktor yang diperhitungkan antara lain : 



Masalah banjir rencana,







Perhitungan banjir rencana,







Curah hujan efektif,







Distribusi curah hujan tiap jamnya,







Unit hidrograph.



c) Data Morfologi Data morfologi yang diperlukan meliputi : 



Kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar maupun laying termasuk distribusi ukuran butir,







Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara vertikal maupun horisontal,







Unsur kimiawi sedimen.



d) Data Geologi Data geologi yang diperlukan meliputi : 



Kondisi umum permukaaan tanah daerah yang bersangkutan,



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



5







Keadaan geologi lapangan,







Kedalaman lapisan tanah keras,







Permeabilitas tanah,







Bahaya gempa bumi.



e) Data Mekanika Tanah Data mekanika tanah yang diperlukan meliputi : 



Tegangan ijin tanah,







Bahaya pondasi,







Keadaan muka air tanah,







Berat jenis tanah.



f) Data Lingkungan dan Ekologi g) Peraturan-peraturan yang berlaku, standar untuk perencanaan peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara nasional. Setelah semua data perencanaan diatas sudah diketahui, maka perencanaan dan pelaksanaan bangunan utama dapat dilanjutkan.



1.2.6 Bangunan yang Terdapat pada Bendung  Tubuh Bendung ( Weir ) Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap: 



Tekanan air,







Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak,







Tekanan gempa,







Akibat berat sendiri.



 Bangunan Pembilas Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke dalam saluran irigasi. Ada empat macam tipe, yaitu: 



Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan,







Pembilas bawah,







Shunt undersluice,







Pengambilan bawah tipe boks.



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



6



Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras ( Under Sluice ).  Bangunan Penguras Bangunan penguras memiliki fungsi untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih rendah dari puncak ambang bendung, sehingga akan membantu membawa debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar saluran terdalam pada musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor



endapan lumpur yang terdapat di depan intake



maupun di under sluice.  Dinding Pemisah (Divide Wall ) Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun disebelah kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendung dengan under sluice (Bangunan Penguras). Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu : 



Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung,







Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga lumpur akan mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan masuk ke intake.



 Canal Head Regulator Canal head regulator memiliki fungsi sebagai berikut : 



Mengatur pemasukan air kedalam saluran,







Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai,







Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.



Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan posisinya agak menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).  Kantong Lumpur Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07 mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



7



melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.  Bangunan Pelengkap Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan : 



Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai,







Pengoperasian pintu,







Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan pemeliharaan,







Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.



8 9



1



2



10 6



5 3 4 7



Gambar 1.1 Bangunan yang terdapat pada bendung Keterangan : 1. Mercu Bendung



6. Dinding Pemisah (Divide Wall)



2. Tubuh Bendung



7. Canal Head Regulator



3. Bangunan Pembilas



8. Kantong Lumpur



4. Intake



9. Kolam Olakan



5. Bangunan Penguras



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



10. Dinding Penahan Tanah



8



1.2.7 Keadaan Tubuh Bendung  Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh: 



Kemiringan dasar sungai ( I ),







Lebar dasar sungai (b),







Debit maksimum (Qd).



 Menentukan Tinggi Mercu Bendung Tinggi mercu bendung (p), merupakan ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar sungai di udik bendung dengan elevasi mercu. Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 



Elevasi sawah yang tertinggi dan terjauh,







Ketinggian air di sawah,







Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah,







Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier,







Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder,







Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran,







Kehilangan tekanan pada alat-alat ukur,







Kehilangan tekanan dari sungai ke primer,







Kehilangan tekanan karena eksploitasi,







Kehilangan tekanan karena bangunan – bangunan.



Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap: 



kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan,







kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan,







tinggi muka air genangan yang akan terjadi,







kesempurnaan aliran pada bendung,







kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung,







tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).



 Menentukan Tinggi Air di atas Mercu Bendung



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



9



Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh: 



Lebar Bendung (B) Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar bendung (B)  6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap : 1. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup 2. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan : 1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge). 2. umumnya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.



Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake. 



Lebar Efektif Bendung (Bef) Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



10



Lef  B   b   t  0.80   b  B   t  0.20   b



Di mana:



Lef



= Lebar efektif bendung



B



= Lebar seluruh bendung



t b 



= Jumlah tebal pilar = Jumlah lebar pintu pembilas



Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran. Rumus yang dipakai untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS SCHOKLISH yaitu: T



Dimana :



4.75  h  d 0.2  q 0.53 0.32 d



T



= Scouring depth



d



= Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir



h



= Beda tinggi



q



= Debit persatuan lebar



Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak adalah Rumus Angerholzer yaitu :











LS  Vi  2 g  Hd 



Dimana:



L



2p H 2



= Scouring length



Hd = Tinggi air diatas bendung







Vi



= Kecepatan pada kolam olak



g



= gravitasi (9.8 m2/detik)



Menentukan Panjang Lantai Muka



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



11



Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertikal. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:  Teori Bligh Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line. LB = CBligh . ∆H ΔH = Beda tekanan



Dimana:



LB



= Panjang creep line



C



= Creep ratio



 Teori Lane Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertikal lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat dianggap : LL = Lv + Lh Dimana:



L



= Panjang creep line



Lv = Panjang vertikal Lh = Panjang horisontal 



Menentukan Stabilitas Bendung Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:  Gaya berat,  Gaya gempa,  Tekanan Lumpur,  Gaya hidrostatis,



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



12



 Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat). 



Perencanaan Pintu Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.







Pintu Penguras Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.



1.2.8 Stabilitas Bendung Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara lain:  Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir,  Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah,  Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya,



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



13



 Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi,  Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan batu – batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.



1.2.9 Tipe Mercu Bendung Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya adalah sebagai berikut: a. Tipe Mercu Bulat Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit. r r



Gambar 1.2 Gambar Mercu Tipe Bulat



b. Type Mercu Ogee Bentuk mercu tipe Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



14



Persamaan Parabola r2 r1 r1 r2



x n  k .Hd ( n 1) . y (Xc;Yc) Kemiringan 1 : 1



1 1



Gambar 1.3 Gambar Mercu Tipe Ogee



c. Tipe Vlughter Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.



d. Tipe Schoklitsch Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.



1.2.10 Tinggi Jagaan Tinggi jagaan berguna untuk :  Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum  Mencegah kerusakan tanggul saluran Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah ditentukan bisa disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba di sebelah hilir, variasi ini akan bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula disebabkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



15



Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder dikaitkan dengan debit rencana saluran, seperti yang diperlihatkan dalam tabel. Tabel 1.1 Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah Q (m3/dt)



Tinggi Jagaan



< 0,5



0,40



0,5 – 1,5



0,50



1,5 – 5,0



0,60



5,0 – 10,0



0,75



10,0 – 15,0



0,85



>15,0



1,00



Sumber : Kriteria Perencanaan KP-03



Perancangan Irigasi dan Bangunan Air



16