3 0 3 MB
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per 100.000 penduduk. Situasi TBC di Indonesia tahun 2018 (data per 1 Mei 2019) terdapat 845.000 Penduduk Indonesia sakit TBC, 24.000 Penduduk Indonesia Sakit TBC Resistan Obat, 93.000 Penduduk Indonesia Meninggal Karena TBC Tahun 2018 dan Keberhasilan Pengobatan Di Indonesia adalah 85%. Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di bawahnya. Berdasarkan definisi operasional Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
dan
upaya
kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Prinsip
penyelenggaraan
Puskesmas
meliputi:
a.
paradigma
sehat;
b.
pertanggungjawaban wilayah; c. kemandirian masyarakat; d. ketersediaan akses pelayanan kesehatan; e. teknologi tepat guna; dan f. keterpaduan dan kesinambungan.. Kesehatan saat ini mengalami perubahan dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat, yang mana lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam pelayanan kepada
masyarakat.
Perubahan
paradigma
tersebut
dapat
mempengaruhi
penyelenggaraan pemerintah yang tidak sedikit bagi daerah karena diberikan keleluasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.(2) Berdasarkan prinsip paradigma sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, di antaranya adalah dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
Peran
puskesmas
dan
jaringannya
sebagai
institusi
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan
masyarakat
menjadi
sangat
penting.
Puskesmas
bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Prinsip pertanggungjawaban wilayah menjadi salah satu prinsip yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yaitu Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu kecamatan, atau sebagian wilayah kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas oleh pemerintah daerah, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan) dalam satu kecamatan. Lebih lanjut Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang mendukung terhadap kesehatan. Begitupula pada penanganan TB diIndonesia. Berbagai cara sudah dilakukan salah satu yang melibatkan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan dan pengeliminasi TB. Program eliminasi yang sedang berjalan di Indonesia adalah TOSS TBC merupakan singkatan dari Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh. Salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat. Ketika dunia bersatu untuk mengatasi pandemi COVID-19, sangat penting untuk memastikan bahwa penyediaan layanan dan sistem operasional untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang lain tetap berjalan secara berkesinambungan demi melindungi kehidupan orang dengan TB dan kondisi kesehatan lainnya. Pemerintah sudah menetapkan status Darurat Bencana Wabah COVID-19 di Indonesia. Dengan demikian Layanan kesehatan, termasuk Program Nasional untuk penanggulangan TB,
perlu secara aktif, efektif dan cepat terlibat dalam upaya penanggulangan COVID-19 serta memastikan bahwa layanan TB tetap berjalan. 1.2.
Permasalahan Program pengobatan TB merupakan program yang berkelanjutan. Tidak hanya
dengan pemberian obat sewaktu namun juga berkelanjutan hingga beberapa bulan. Banyak faktor yang akan mempengaruhi pasien dapat meminum obatnya secara rutin. Selain efek samping obat yang dirasakan, faktor lain adalah banyak isu dan presepsi yang keliru tentang pola makan saat mengalami TB ataupun dalam pengobatan. Sehingga beberapa pasien mengeluhak penurunan berat badan dan kondisi badan yang kurang fit. Hal-hal tersebut seringkali membuat pasien menjadi malas meminum obat sehingga terjadi penurunan kunjungan dan pengambilan obat anti tb (OAT) di Puskesmas. Penurunan jumlah dari kunjungan penderita TB semenjak Pandemi mengalami penurunan dibandingkan sebelum pandemi, banyak berbagai faktor yang menjadi penyebabnya Antara lain Pembatasan social berskala besar, ketakutan akan penularan Covid-19 ataupun pengetahuan tentang TB dan Covid yang belum merata. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, kami mengangkat masalah dengan upaya untuk bergerak bersama dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat Indonesia sehingga program TOSS TB yang gencar di laksanakan pemerintah belakangan ini dapat dapat terlaksana secara maksimal. Hal tersebut yang mendorong kami untuk diberikan intervensi dan makalah ini diberikan judul “Terbentuknya gerakan Lawan TB di era pandemi dengan PINTAR (Patuh Minum Obat,Ingatkan Keluarga untuk selalu mendukung, Nutrisi dan gizi seimbang,Tetap Jaga Kebersihan, Ajak keluarga untuk hidup bersih dan sehat, Rajin berolahraga) dalam menyikapi TB pada era Pandemi” yang merupakan strategi menyikapi TBC dengan dukungan keluarga dalam upaya menjawab tantangan eliminasi TBC pada masa Pandemi di Desa Astanajapura wilayah kerja Puskesmas Astanajapura.” 1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Meningkatkan
angka
terlaksananya
program
TOSS
TBC
(
Temukan
Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh.) Atau salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat pada era pandemik di desa Astanajapura Kabupaten Cirebon
1.3.2. Tujuan Khusus 1
Menjawab tantangan Eliminasi TBC pada tahun 2030 pada era pandemi dengan adaptasi AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru)
2
Meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat akan kebiasaan penderita TB dan keluarga pada era pandemi
3
Memberikan gambaran tentang AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) bagi penderita TB dan Keluarga
4 1.4.
Menaikan status gizi penderita TB dalam rangka menaikan imunitas Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Penulis 1.
Sebagai sarana untuk menimba ilmu dan keterampilan di masyarakat terutama pada
fasilitas layanan primer 2.
Upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk keterbatasannya sehingga
mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan karakter perilaku masyarakat dalam pandanganya terhadap kesehatan, khususnya dalam bidang ilmu kedokteran keluarga 3.
Terlibat langsung dalam pemecahan permasalahan yang ada dan terkini yang terjadi
di Masyarakat 4.
Mampu ikut mengikuti salah satu program besar pemerintah yaitu untuk eliminasi
TB di masyarakat terutama pada saat pandemi. 5.
Berkontribusi dalam menjadi fasilitator terhadap perilaku masyarakat khususnya
penderita TB dalam menjalankan AKB atau Adaptasi Kebiasaan baru. 1.4.2. Manfaat Bagi Institusi 1.
Intstitusi mampu menghasilkan lulusan kedokteran dengan standar sesuai dengan
visi misi FK Unswagati 2.
Terciptanya lulusan FK Unswagati yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
primer berbasis kedokteran keluarga secara terintegrasi 1.4.3. Manfaat Bagi Puskesmas Mahasiswa program stase IKM komprehensif dapat membantu dan mendukung program-program kerja puskesmas sebagai upaya tantangan mengeleminasi TB pada era pandemi khususnya di bidang pelayanan masyarakat.
1.4.4. Manfaat Bagi Masyarakat 1.
Meningkatkan pengetahuan mengenai TB sehingga dapat mencegah penularan TB.
2.
Tercapainya kesadaran masyarakat khususnya penderita TB dan keluarga pada AKB
atau Adaptasi Kebiasaan baru 3. Tercapainya kesadaran dan perilaku masyarakat akan gizi yang baik dalam menaikan imunitas tubuh untuk menghindari Covid-19
6
BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tuberculosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB adalah penyakit multi-sistemik dengan tampilan yang beragam. Sistem organ yang paling sering terkena termasuk sistem pernapasan, sistem gastrointestinal (GI), sistem limforetik, kulit, sistem saraf pusat, sistem muskuloskeletal, sistem reproduksi, dan hati.1 M. tuberculosis adalah bakteri aerob tipis berbentuk batang, tidak membentuk spora, berukuran 0,5 μm kali 3 μm. Mycobacteria, termasuk M. tuberculosis, sering netral pada pewarnaan Gram. Namun, setelah ternoda, basil tersebut tidak dapat dihilangkan warna dengan alkohol asam; karakteristik ini membenarkan klasifikasi sebagai basil tahan asam. Kandungan lemak M. tuberculosis yang tinggi memberikan banyak karakteristik klinis yang unik. Termasuk resistensi terhadap beberapa antibiotik dan kemampuan untuk bertahan hidup dalam banyak kondisi ekstrim. Bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk membelah (sekitar 16 hingga 20 jam), kecepatan yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan bakteri lain, yang biasanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam. 2.1.2. Epidemiologi TB Tuberkulosis tetap menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di negara maju terutama di antara individu dengan sistem kekebalan yang tertekan. Orang dengan HIV sangat rentan terhadap kematian akibat tuberkulosis. Tuberkulosis menyumbang 35% dari kematian global pada individu dengan HIV / AIDS pada tahun 2015. (W.H.O, 2017). Anak-anak juga rentan, dan tuberkulosis bertanggung jawab atas satu juta penyakit pada anak-anak pada 2015 menurut WHO.3 Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.3
Gambar 2.1. Estimasi TBC di Dunia
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika.
Gambar 2.2. Estimasi insiden TBC menurtut Regional
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDRTBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.
8
Gambar 2.3 Negara dengan beban tinggi berdasarkan TB,TB/HIV
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada lakilaki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.3 Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di bawahnya.
9 2.1.3. Manifestasi Klinis Kebanyakan kasus TB primer tidak dikenali secara klinis kecuali untuk konversi dari uji tuberkulin. Gejalanya mungkin ada demam, sesak napas, batuk tidak produktif, dan jarang eritema nodosum. Bisa jadi adanya krepitasi dan adanya suara wheezing. Radiografi dada menunjukkan small patchy opacities di tengah paru, seringkali dengan limfadenopati hilar unilateral. Lobus atas atau tengah kolaps juga dapat dilihat sebagai akibat dari kompresi bronkus yang membesar nodus atau efusi pleura sementara. Studi terbaru dengan emisi positron pemindaian tomografi computed tomography (PET-CT) menunjukkan bahwa sebagian besar kontak rumah tangga dari kasus TB menular dengan tes tuberkulin positif memiliki adenopati yang sembuh dengan terapi pencegahan INH. Pada kebanyakan individu (pengecualian pada pasien imunosupresi), manifestasi dari TB primer sembuh tanpa pengobatan, bersamaan dengan pengembangan respons imun adaptif. Selama periode laten klinis berikutnya, bukti infeksi primer dapat ditemukan sebagai bekas parenkim kalsifikasi kecil di bidang paru-tengah (Ghon complex), terkadang terkait dengan temuan serupa di node hilar (kompleks Ranke). Bekas luka kecil yang disebabkan oleh lesi yang tertahan di apeks paru-paru disebut fokus Simon. 2.1.4. Penegakan Diagnostik 1. Anamnesis Gambaran klinis klasik yang terkait dengan TB paru aktif adalah sebagai berikut:5 a.
Batuk
b.
Penurunan berat badan
c.
Demam
d.
Keringat malam
e.
Hemoptisis
f.
Kelelahan Faktor-faktor berikut meningkatkan kemungkinan pasien terkena tuberkulosis (TB):5
a.
Infeksi HIV
b.
Riwayat terapi TB sebelumnya
c.
Paparan TB d. Bepergian ke atau pindah dari daerah endemik TB
2. Pemeriksaan fisik Temuan pemeriksaan fisik yang terkait dengan TB tergantung pada organ yang terlibat. Pada penderita TB paru dapat ditemukan :4,5 a.
Memiliki suara nafas yang tidak normal, terutama di atas lobus atas atau daerah
yang terkena. b.
Rales atau tanda napas bronkial dapat dicatat, yang menunjukkan konsolidasi
paru. c.
Pekak pada perkusi
d.
Suara nafas amfori bernada rendah (terdengar hampa),
e.
Kadang krepitasi yang mungkin terjadi setelah tusif.
3.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Rontgen
b.
Pemeriksaan sputum. Pasien yang diduga menderita TB harus memberikan dahak
untuk apus BTA dan biakan. Pengambilan sputum dilakukan pada pagi hari 3 hari berturutturut. Pada pasien rawat inap, dahak dapat diambil setiap 8 jam. Aspirasi lambung di pagi hari juga dapat menghasilkan spesimen yang baik, terutama pada anak-anak.5 Pada pasien tanpa produksi sputum spontan, induksi sputum dengan larutan garam hipertonik harus dilakukan. Bronkoskopi fiberoptik dengan lavage bronchoalveolar (dan mungkin biopsi transbronkial) dapat digunakan jika upaya lain untuk mendapatkan spesimen dahak tidak berhasil.5 Pewarnaan Ziehl-Neelsen pada dahak adalah proses 5 langkah sederhana yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikannya. Walaupun sangat spesifik untuk mikobakteri, bagaimanapun, pewarnaan ini relatif tidak sensitif, dan pendeteksian membutuhkan setidaknya 10.000 basil per mL; kebanyakan laboratorium klinis saat ini menggunakan pewarnaan fluoresen auramin-rhodamin yang lebih sensitif (auramin O).5 c. Tes Tuberkulin Metode skrining utama untuk infeksi TB (aktif atau laten) adalah tes kulit tuberkulin Mantoux dengan PPD. Sensitivitas tuberkulin berkembang 2-10 minggu setelah infeksi dan biasanya seumur hidup. Tes kulit tuberkulin didasarkan pada fakta bahwa infeksi TB menyebabkan respons imun yang kuat dan dimediasi oleh sel yang menghasilkan respons hipersensitivitas tipe tertunda yang dapat diukur terhadap inokulasi tuberkulin PPD intradermal.5
Tes PPD melibatkan injeksi intradermal 5 unit PPD (0,1 mL), lebih disukai dengan jarum ukuran 26, 27, atau 30. Hasilnya harus dibaca antara 48 dan 72 jam setelah pemberian. Pada individu yang imunologis utuh, indurasi kurang dari 5 mm merupakan hasil negatif.5 Kriteria berbasis populasi untuk kepositifan PPD adalah sebagai berikut: a.
5
Batas indurasi 5 mm atau lebih - Pasien dengan HIV positif, memiliki temuan
radiografi dada yang abnormal, memiliki penekanan kekebalan yang signifikan, atau baru saja melakukan kontak dengan orang dengan TB aktif. b.
Batas waktu indurasi 10 mm atau lebih - Pasien pengguna narkoba suntikan, penghuni
panti jompo, narapidana, orang miskin, atau anggota kelompok minoritas c.
Batas waktu indurasi 15 mm atau lebih - Pasien yang masih muda dan dalam keadaan
sehat d. Reaksi pada pasien yang telah menerima vaksin bacillus Calmette-Guérin (BCG) harus ditafsirkan dengan cara yang sama seperti reaksi di atas, terlepas dari riwayat BCG, menurut pedoman dari CDC 2.2. Profil Puskesmas 2.2.1. Dasar Hukum, Visi dan Misi A.
Dasar Hukum Puskesmas
1.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 3.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. 4.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas. 5.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) 6.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
7.
Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 8.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2000 tentang Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
9.
Intruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. 10.
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon nomor 50 Tahun 2001 tentang Program
Pembangunan daerah (PROPEDA) tahun 2001 – 2004. 11.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Mekes/SK/11/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. 12.
Surat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Nomor 188.31/161/T tentang
laporan tahunan. B. Visi Puskesmas Mewujudkan UPT Puskesmas Astanajapura menjadi Puskesmas yang terdepan dalam pelayanan kesehatan didukung oleh petugas yang professional untuk tercapainya Kecamatan Sehat.
[6]
C. Misi Puskesmas 1.
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkualitas dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2.
Menggerakkan pembangunan yang diselenggarakan di kecamatan yang berorientasi
pada kesehatan 3.
Membudayakan masyarakat dan keluarga dalam membangun kesehatan secara mandiri
4.
Meningkatkan kinerja, disiplin dan keterampilan kerja
2.3 Data Geografis A. Data Umum UPT Puskesmas Astanajapura merupakan salah satu dari 60 Puskesmas di wilayah Kabupaten Cirebon yang terletak di Kecamatan Astanajapura dengan luas wilayah 1.908.195 Ha yang terbagi ke dalam 7 desa, 51 RW dan 178 RT. Jumlah penduduk 46.810 jiwa terdiri dari 22.994 laki-laki dan 23.816 wanita (Sumber dari Data Pengendalian Administrasi Kepedulian Kecamatan Astanajapura bulan Desember 2019) Letak geografis Puskesmas Astanajapura adalah bagian timur Kabupaten Cirebon yang berbatasan dengan : a. Sebelah Utara
: Laut Jawa
b. Sebelah Selatan
: Kecamatan Lemahabang
c. Sebelah Timur
: Kecamatan Pangenan
d. Sebelah Barat
: Kecamatan Greged
Wilayah kerja Puskesmas Astanajapura terletak sepanjang jalan pantura termasuk daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian 0-10 M dari permukaan air laut dan
merupakan daerah pantai yang sebagian kecil dibagian selatan merupakan daerah pertanian dengan 7 desa binaan. Untuk lebih jelasnya kami uraikan sebagai berikut: ●
Peta Wilayah Kerja Dalam peta wilayah kerja ini kami tampilkan Peta Wilayah Kerja Puskesmas Astanajapura yang dibuat tahun 2013 dan direvisi tahun 2017 dikarenak adanya pengurangan desa dan perluasan Wilayah Kecamatan.
15
B. Luas Wilayah Jumlah Desa dan Jenis Kualifikasi Wilayah kerja Puskesmas Astanajapura Kabupaten Cirebon dari hasil Laporan Pengendali administrasi Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Tahun 2019 adalah sebagai berikut : 1. Luas wilayah
: a. Darat b. Sawah
2.
Jumlah desa ada (7) desa :
-
Mertapada Wetan
-
Kanci
-
Kanci Kulon
-
Kendal
-
Astanajapura
-
Japura Kidul
-
Japura Bakti
2
: 8.110.850 M
: 13.226.408 M
2
C. Kondisi Daerah dan Lokasi Daerah Rawan : Kondisi daerah wilayah Puskesmas Astanajapura adalah : Daerah rawan Kejadian Luar Biasa (KLB) Endemis DBD 1.
Desa Kanci Kulon
2.
Desa Japura Kidul
3.
Desa Japura Bakti
4.
Desa Astanajapura
5.
Desa Mertapada Wetan D. Jarak Wilayah Puskesmas Astanajapura ke Rumah Sakit Rujukan adalah : - Rumah Sakit Daerah Waled adalah
: 20Km
- Rumah Sakit Gunung Jati adalah : 12KM E. Jarak Wilayah Puskesmas Astanajapura ke Kota Kabupaten Cirebon adalah : - Pemda Kabupaten Cirebon
: 25Km
- Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon : 25 Km
B. Kepadatan Penduduk a. Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan Penduduk Pertumbuhan penduduk Astanajapura menurut data terbaru berdasarkan hasil pendataan penduduk Tahun 2019 oleh Bidan Desa dan PKD mengalami penurunan. [7]
Menurut hasil pendataan penduduk oleh Bidan di desa dan PLKB, jumlah penduduk kecamatan Astanajapura tahun 2019 adalah 57.032 jiwa. Secara umum dapat digambarkan dalam kenaikan penduduk sebagai berikut : Tabel 2. Penduduk Kecamatan Astanajapura: TAHUN
PENDUDUK
2013
51.999
2014
52.649
2018
57.032
2019
57.414
(Sumber : Profil Puskesmas Astanajapura Tahun 2019) b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Distribusi atau persebaran penduduk perdesa di Kecamatan Astanajapura relatif tidak merata karena persebaran dan kesenjangan dalam tingkat aktifitas dan keberhasilan ekonomi antar desa. Persebaran penduduk berbeda antar desa, penduduk terpadat di desa Japura Bakti yaitu 41/Ha dan terkecil di desa Kendal yaitu 11/Ha. c. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Astanajapura mata pencahariannya mayoritas adalah petani, pedagang, buruh dan nelayan. Dari data kependudukan di Kecamatan, tingkat pengangguran cukup tinggi (15% penduduk dewasa adalah
pengangguran), dikarenakan lapangan kerja di kecamatan Astanajapura sangat kurang sehingga anak jalanan cukup tinggi sehingga angka kriminalitas cukup
17
seimbang dengan anak jalanan. Namun angka kekerasan rumah tangga tidak begitu menonjol walapun tingkat perceraian cukup banyak. Semua ini sangat berpengaruh terhadap masalah-masalah kesehatan terutama pada bayi dan balita (dapat mempengaruhi status gizi). Keberadaan perusahaan/industri di Kecamatan Astanjapura tidak mempengaruhi
peningkatan
penghasilan
dan
daya
beli
masyarakat
dikarenakan pendidikan yang rendah (hanya lulusan SD / SLTP dan bahkan tidak lulus SD) menjadikan masyarakat pekerja hanya berstatus sebagai tenaga buruh harian atau tenaga borongan pada perusahaan / industri di sekitarnya dengan penghasilan ± Rp. 20.000,-/hari dan dibayarkan setiap akhir pekan (Sumber : hasil pengamatan Survey Tenaga Kerja Kecamatan Astanajapura oleh Petugas K3 Puskesmas Astanajapura Tahun 2019). d. Keadaan Pendidikan Pendidikan pada penduduk wilayah Puskesmas Astanajapura Kecamatan Astanajapura berdasarkan Laporan Pengendalian Administrasi Kependudukan Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon tahun 2019 sebagai berikut : a) Jumlah Penduduk
: 57.414 jiwa
b) Penduduk Laki-Laki
: 27.798 jiwa
c) Penduduk Perempuan
: 29.616 jiwa
Tingkat pendidikan
- Penduduk Miskin
: 26.702 jiwa
- Jumlah Kepala Keluarga
: 17.675 jiwa
- Jumlah KK miskin
: 4.401 jiwa
:
- Tidak tamat SD
: 2.236 jiwa
- Tamat SMP
: 8.285 jiwa
- Tamat SMA
: 2.266 jiwa
- Tamat AK/PT d)
: 728 jiwa
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Astanajapura adalah : 1.SD negeri
: 13 Sekolah
2.SLTP
: 1 Sekolah
18
3.SLTA
: 1 Sekolah
4.MI
: 12 Sekolah
5.MTs
: 4 Sekolah
6.Aliyah
:-
7.TK. Negeri
: 3 Sekolah
8.TK/RA
: 10 Sekolah
e) Mata Pencaharian (mayoritas) : 1. Petani 2. Pedagang 3. Buruh 4. Nelayan Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih sangat rendah terutama pada penduduk yang masih berpotensi / produktif. Hal ini sangat mempengaruhi faktor ekonomi / pendapatan dan penghasilan penduduk sehingga banyak penduduk (KK) miskin tidak mampu membangun rumah sehat (1 rumah dihuni 2 s/d 4 KK) sehingga mempengaruhi tingkat penyakit, status gizi dan balita serta ibu hamil dan ibu nifas serta mempengaruhi penyehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura Kecamatan Astanajapura, kami gambarakan dalam tabel Data Keadaan Ekonomi dan Pendidikan Kecamatan Astanajapura (Sumber Data Bagian Kependudukan Kecamatan Astanajapura Tahun 2019).
19
JUMLAH PENDUDUK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS ASTANAJAPURA TAHUN 2019
JML No
DESA
JMLH
JML
PDK
JML KK
PDDK
KK MISKIN
MISKIN
1
Mer-Wet
8.119
1.125
2.154
610
2
Kanci
6.129
1.035
1.325
583
3
Kanci Kulon
6.360
1.104
1.173
579
4
Kendal
4.120
967
1.158
471
5
Astanajapura
6.953
1.342
1.781
612
6
Japura Bakti
7.750
1.621
2.111
704
7
Japura Kidul
7.379
1.640
1.909
712
46.810
8.834
11.611
9.438
JUMLAH
( Data UPT PPLKB Tahun 2019 ) C. Data Kesehatan Sarana Lingkungan Kesehatan Sarana Air Bersih a. Sumur Gali
: 197
b. PDAM
:-
c. Perpipaan/Lain-lain - Jamban keluarga
: 10.314
- Jumlah Rumah
: 12.878
- Mata Air
:-
- Sumur Pompa tangan / dangkal
: 3.319
- Hydran umum / HU
:4
a. Kematian 1. Kematian Ibu Angka kematian ibu pada tahun 2019 di wilayah Puskesmas Astanajapura ada 1 kematian.
20
Tabel 4. Data Kematian Ibu di Puskesmas Astanajapura
No
DESA
1. Japura Kidul
JMLH
PENYEBAB
KEMATIAN 1
LOKASI KEMATIAN
Pendarahan Post
RS.Sumber
SC
Kasih
KET.
DSOG
(Sumber : Profil Puskesmas Astanajapura Tahun 2019) 2. Kematian Bayi Angka kematian bayi tahun 2019 di wilayah Puskesmas Astanajapura jumlahnya mencapai 2 orang dengan penyebab kematiannya adalah sebagai berikut : Tabel 5. Data Kematian Bayi di Puskesmas Astanajapura
JMLH
No
DESA
PENYEBAB
1.
Japura Bakti
1
BBLR / Gemeli
2.
Kanci Kulon
1
Prematur
KEMATIAN
LOKASI KEMATIAN RS.Waled RS. Gunung Jati
KET. DSOG DSOG
(Sumber : Profil Puskesmas Astanajapura Tahun 2019) b. Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2016 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri sebanyak 1 kasus di Desa kanci Kulon. c. Kesakitan
Pola penyakit di Kecamatan Astanajapura dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan. Pada Usia muda lebih besar penyakit infeksi
yang
merupakan
penyaklt-penyakit
berbasis
lingkungan.
Sedangkan pada usia produktif didominasi oleh penyakit–penyakit non infektif seperti hipertensi dan penyakit degeneratif. 2.3 Program Kegiatan Usaha yang dilaksanakan untuk mencapai pembangunan kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Astanajapura diselenggarakan langkah upaya kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan (perorangan dan masyarakat) yang telah
21
dilaksanakan dengan lokasi tersebar di seluruh desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura pada Tahun 2019 sebagai berikut: Tabel 6. Upaya kesehatan wajib dan kegiatannya di Puskesmas Astanajapura tahun 2019
No 1
Upaya Kesehatan Wajib Promosi Kesehatan
Kegiatan - Penyuluhan di dalam dan di luar gedung - Pembinaan ke Posyandu, Institusi Pendidikan, dan Posbindu - Pembentukan Desa Siaga Sehat - Pemberdayaan masyarakat (Poskesdes dan UKK) - Melaksanakan TOGA
2
Kesehatan Lingkungan
- Melaksanakan inspeksi sanitasi ke sarana sanitasi di instansi pendidikan, tempat umum, dan rumah tinggal - Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan di dalam gedung dan luar gedung - Pengawasan, pembinaan ke pengusaha makanan dan minuman - Pembinaan peningkatan cakupan SAB, SPAL
3
Kesehatan Ibu dan Anak Serta - Pendataan sasaran KIA 2x dalam setahun (Juli dan Keluarga Berencana
Desember) - Pelacakan dan pemeriksaan ANC ibu hamil K1 dan K4, PNC - Pertolongan persalinan
- Pemeriksaan pada bayi baru lahir N1 dan N2
22
- Pelayanan imunisasi pada bayi, ibu hamil, dan calon pengantin - Kemitraan dengan bidan praktek swasta dan dukun bersalin - Pelayanan KB - Sweeping pada K4 bumil - SDIDTK di posyandu 4
Gizi
- Melaksanakan penimbangan bayi dan balita di posyandu - Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita serta ibu nifas - Pemberian tablet Fe pada ibu hamil - Pelacakan dan penyuluhan pada kasus balita gizi buruk - Pemberian PMT pada balita gizi buruk
5
Pencegahan Pemberantasan Menular
dan - Penjaringan kasus suspek TB paru, kusta, diare, Penyakit
ISPA, PMS, DBD, dan chikungunya - Pelacakan dan pemeriksaan calon jamaah haji - Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita TB paru, kusta, diare, ISPA, PMS, DBD. Dan chikungunya - Pemberian vaksinasi pada bayi dan catin sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
23
- Survailens pada penyakit-penyakit yang berpotensi KLB 6
Pelayanan Kesehatan Dasar
- Pelayanan kesehatan di BP Puskesmas, BP Pustu, BP Kelurahan, dan Pusling
Tabel 7. Upaya kesehatan pengembangan dan kegiatannya di Puskesmas Astanajapura tahun 2019
No
Upaya Kesehatan
Kegiatan
Pengembangan 1
Kesehatan Usia Lanjut
- Pendataan dua kali dalam setahun - Penyuluhan kesehatan (Senam Usila) - Deteksi dini keadaan kesehatan usila - Pelayanan dan pemeriksaan kesehatan lansia secara berkala di posbindu - Pengobatan penyakit dan upaya rujukan ke RS - Melaksanakan upaya rehabilitatif - Kerjasama dengan lintas sektoral - Melaksanakan fasilitasi dan bimbingan - Melaksanakan pembinaan kesehatan usila secara optimal - Keseragaman pengisian format laporan
2
Kesehatan Jiwa
- Pelacakan kasus penderita jiwa
- Pemeriksaan dan deteksi dini pada penderita jiwa
24
- Melaksakanan rujukan penderita jiwa - Melaksanakan pengobatan pada
penderita
jiwa 3
Kesehatan Indera
- Penjaringan kasus penderita katarak pada usila - Pemeriksaan pada penderita katarak - Melaksanakan rujukan operasi
penderita
katarak - Perawatan lanjutan post operasi katarak - Pemeriksaan refraksi pada anak sekolah - Penjaringan pada penemuan kasus gangguan pendengaran di SD/MI - Penanganan
gangguan
pendengaran di
SD./MI 4
Upaya Kesehatan Sekolah
- Penjaringan anak sekolah dasar - Pemeriksaan anak sekolah (SD, SMP, SMA) - Penyuluhan kesehatan pada anak sekolah - Pemberian obat cacing pada anak sekolah dasar - Melaksanakan PKPR dan PKPRE - Pembinaan dokcil dan sekolah sehat
5
Kesehatan Gigi dan Mulut
- Pelayanan kesehatan gigi di BP puskesmas - Pemeriksaan kesehatan gigi pada ibu hamil
25
- Penjaringan kesehatan gigi pada anak TK, SD, SMP, dan SMA sebagai upaya UKGS - Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi di posyandu (UKGMD) - Sikat gigi masal pada anak sekolah 6
Pelayanan Laboratorium
- Pemeriksaan dahak suspek BTA pada penderita TB paru - Pemeriksaan golongan darah - Pemeriksaan spesimen darah - Pemeriksaan urine
7
Upaya Kesehatan Kerja
- Pendataan tenaga kerja formal dan non formal - Pembentukan pos UKK - Pembinaan
dan penjaringan kesehatan
tenaga kerja di perusahaan - Pelacakan kasus penyakit akibat kerja (PAK) - Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan pada tenaga kerja - Melakukan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit 8
Kesehatan Reproduksi
- Pelayanan
kesehatan
reproduksi
puskesmas, pustu, BP Kelurahan
di
26
- Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di dalam dan luar gedung (masyarakat dan sekolah) - Penjaringan
pada
kasus
NAPZA
dan
psiktropika 9
Perawatan Komunitas
- Kunjungan rumah dan observasi terhadap kesehatan individu dan keluarga - Penyuluhan kepada individu dan kelompok - Kunjungan
rumah bagi penderita
pasca
perawatan di RS - Pelayanan keperawatan pada keluarga rawan terutama pada kasus : maternal, bayi, dan ibu menyusui, usia lanjut, penyakit kronbis menular, dan tidak menular. - Pelayanan kasus resiko tinggi pada kasus maternal dan balita - Sebagai tindak lanjut temuan kasus di BP Puskesmas, Pustu, dan BP Kelurahan\ Pembuatan Asuhan Keperawatan
sesuai
dengan Keperawatan Komunitas 10
Kesehatan Olahraga
- Pembinaan kelompok olahraga - Pembinaan kesehatan olahraga pada anak sekolah dasar - Pembinaan kesehatan olahraga pada jamaah haji
27
2.4 Penilaian Cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan Tabel 8. Penilaian cakupan kinerja upaya kesehatan wajib puskesmas Astanajapura Tahun 2019 CAKUPAN No.
JENIS KEGIATAN
SASARAN
1 I. A.
2 3 UPAYA KESEHATAN WAJIB UPAYA PROMOSI KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN DALAM GEDUNG 1 Cakupan Komunikasi 2.248 Interpersonal dan Konseling (KIP/K) 2 Cakupan Penyuluhan 96 kelompok oleh petugas di dalam gedung Puskesmas 3 Cakupan Institusi Kesehatan 2 ber-PHBS PROMOSI KESEHATAN LUAR GEDUNG 4 Cakupan Pengkajian dan 12.878 Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga 5 Cakupan Pemberdayaan 44 Masyarakat melalui Penyuluhan Kelompok oleh Petugas di Masyarakat 6 Cakupan Pembinaan UKBM dilihat melalui persentase (%) Posyandu Purnama & Mandiri 7 Cakupan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat dilihat melalui Persentase (%) Desa Siaga Aktif (untuk Kabupaten)/ RW Siaga Aktif (untuk kota) 8 Cakupan Pemberdayaan 117 Individu/ Keluarga melalui Kunjungan Rumah CAKUPAN VARIABEL 1.A. B.
3
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN Cakupan Pengawasan Rumah Sehat Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih Cakupan Pengawasan Jamban
4
Cakupan pengawasan SPAL
5
Cakupan Pengawasan Tempat-
1 2
4
5
6
KINERJA (5/6 X 100%) 7,0
816
36,30
5,00
725,98
48
50,00
100,00
50,00
2
100,00
100,00
100,00
7.101
55,14
65,00
84,83
38
86,36
100,00
86,36
-
-
65,00
-
-
-
60,00
-
168
143,59
50,00
287,18
PENCAPAIAN
(4/3 X 100%)
TARGET
56,01
162,31
12.878
11.193
86,92
75,00
115,89
12.878
10.614
82,42
80,00
103,02
12.878
10.314
80,09
75,00
106,79
12.878
8.000
62,12
80,00
77,65
123
103
83,74
75,00
111,65
6 7
Tempat Umum (TTU) Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Cakupan Pengawasan Industri
237
119
50,21
75,00
66,95
15
9
60,00
75,00
80,00
28
8
Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi CAKUPAN VARIABEL 1.B. No. C. 1 2 3 4
JENIS KEGIATAN UPAYA KIA & KB KESEHATAN IBU Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Cakupan Pelayanan Nifas
2.340
300
12.82
25.00
61,75
51.28 85,13
1.351
1.329
98,37
95,00
103,55
1.290
1.256
97,36
90,00
108,18
258
351
136,05
80,00
170,06
1.290
1.262
97,83
90,00
108,70
Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Cakupan Kunjungan Bayi
1.229
1.261
102,60
90,00
114,00
1.229
1.260
102,52
90,00
113,91
184
201
109,24
80,00
136,55
1.229
1.324
107,73
90,00
119,70
Cakupan Pelayanan Anak Balita KELUARGA BERENCANA Cakupan Peserta KB Aktif
3.652
3.957
108,35
90,00
120,39
10.350
8.036
77,64
75,00
103,52
KESEHATAN ANAK 5 6 7 8 9
10
CAKUPAN VARIABEL 1.C. D. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Cakupan Keluarga Sadar Gizi Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Bayi (6-11 bulan) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita (12-59 bulan) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas Cakupan Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil Cakupan Distribusi MP- ASI Baduta Gakin Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan ASI Eksklusif
103,77
140
70
4.838
4.427
529
80.00
119,86
100.00
80.00
91,50
85,00
107,65
515
97,35
90,00
108,17
1.290
1.262
97,83
98,00
99,83
1.290
1.262
97,83
100,00
97,83
1.351
1.329
98,37
90,00
109,30
12
12
100,00
100,00
100,00
11
11
100,00
100,00
100,00
343
200
58.30
90,00
64,77
CAKUPAN VARIABEL 1.D.
83,84
88,75
29
E.
UPAYA PENCEGAHAN & P2M
1
PELAYANAN IMUNISASI DASAR Cakupan BCG
1.229
1.318
107,24
80,00
134,05
2
Cakupan DPTHB 1
1.229
1.338
108,87
80,00
136,09
3
Cakupan DPTHB 3
1.229
1.253
101,95
80,00
127,44
4
Cakupan Polio 4
1.229
1.272
103,50
80,00
129,37
5
Cakupan Campak
1.229
1.241
100,98
80,00
126,22
6
PELAYANAN IMUNISASI LANJUTAN Cakupan BIAS DT
922
903
97,94
95,00
103,09
7
Cakupan BIAS TT
871
852
97,82
95,00
102,97
8
Cakupan BIAS Campak
922
901
97,72
95,00
102,87
9
Cakupan Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil TT2+ Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) JENIS KEGIATAN Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit Cakupan Pengendalian KLB
1.351
1.244
92,08
90,00
102,31
7
7
100,00
100,00
100,00
52
52
100,00
90,00
111,11
12
12
100,00
100,00
100,00
1
1
100,00
100,00
100,00
263
159
60,46
85,00
71,13
57
56
98,25
80,00
122,81
48
20
41,67
85,00
49,02
8
8
100,00
100,00
100,00
1.540
1.187
77,08
75,00
102,77
10 No. 11 12 13
PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT 14 Cakupan Penderita Pneumonia Balita 15 Cakupan Penemuan Pasien baru TB BTA Positif 16 Cakupan Kesembuhan Pasien TB BTA Positif 17 Cakupan Penderita DBD yang Ditangani 18 Cakupan Penemuan Penderita Diare CAKUPAN VARIABEL 1.E. F. 1
UPAYA PENGOBATAN Kunjungan Rawat Jalan
96,65 8.612
51.322
595,94
110,28 100,00
595,94
2
Kunjungan Rawat Jalan Gigi
3
Cakupan jumlah seluruh Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang dirujuk
4
2.297
2.698
117,46
40,00
293,64
10.264
5.161
50,28
20,00
251,41
30
CAKUPAN VARIABEL 1.F.
194,80
324,05
CAKUPAN VARIABEL 1.
89,97
135,00
Tabel 9. Penilaian cakupan kinerja upaya kesehatan pengembangan puskesmas Astanajapura Tahun 2019
No.
JENIS KEGIATAN
1 II.
2 UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN A. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH 1 Cakupan Sekolah (SD/MI/ sederajat) yang melaksanakan penjaringan Kesehatan CAKUPAN VARIABEL 2.A. UPAYA KESEHATAN OLAH RAGA 1 Cakupan Pembinaan Kelompok Olahraga CAKUPAN VARIABEL 2.B.
TARGET SASARA N 3
27
CAKUPAN
4
5
6
KINERJA (5/6 X 100%) 7
27
100,00
100,00
100,00
PENCAPAIAN
(4/3 X 100%)
TARGET
100,00
100,00
B.
C. 1 2 3
UPAYA PERAWATAN KES. MASY. Cakupan Keluarga Dibina (Keluarga Rawan) Cakupan Keluarga Rawan Selesai Dibina Cakupan Keluarga Mandiri III
14
13
1 2
E. 1 2 3
UPAYA KESEHATAN KERJA Cakupan Pembinaan Pos UKK Cakupan Penanganan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Panyakit Akibat Hubungan Kerja (AHK) CAKUPAN VARIABEL 2.D. UPAYA KES. GIGI & MULUT Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi di Masyarakat Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi di TK Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/ MI
100,00
92,86
92,86 92,86
117
168
143,59
100,00
143,59
117
140
119,66
100,00
119,66
117
140
119,66
100,00
119,66
CAKUPAN VARIABEL 2.C. D.
92,86
127,64
127,64
-
-
-
100,00
-
-
-
-
100,00
-
-
-
44
29
65,91
60,00
109,85
3
3
100,00
80,00
125,00
26
26
100,00
80,00
125,00
31
4
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa TK 5 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD 6 Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi 7 Cakupan Penanganan Siswa SD yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi CAKUPAN VARIABEL 2.E. F. 1
UPAYA KESEHATAN JIWA Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa 2 Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan Jiwa CAKUPAN VARIABEL 2.F.
No. 1 2 3
JENIS KEGIATAN KESEHATAN MATA Cakupan Skrining Kelainan/ gangguan refraksi pada anak sekolah Cakupan Penanganan kasus kelaianan refraksi Cakupan skrining katarak
4
Cakupan Penanganan Penyakit Katarak 5 Cakupan rujukan gangguan penglihatan pada kasus Diabetes Militus ke RS 6 Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI 7 Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI yang ditangani CAKUPAN VARIABEL 2.G. UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT 1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 2 Cakupan Pembinaan Usia Lanjut pada Kelompok Usia lanjut CAKUPAN VARIABEL 2.H.
212
181
85,38
80,00
106,72
1.694
1.519
89,67
80,00
112,09
56
34
60,71
100,00
60,71
439
224
51,03
100,00
51,03
78,96 10.244 503
1.023 503
9,99 100,00
98,63 20,00 100,00
54,99
49,93 100,00 74,97
952
830
87,18
80,00
108,98
68
68
100,00
100,00
100,00
655
655
100,00
100,00
100,00
148
73
49,32
100,00
49,32
8
8
100,00
100,00
100,00
866
781
90,18
80,00
112,73
130
130
100,00
100,00
100,00
89,53
95,86
H.
I. 1
UPAYA KESEHATAN TRADISIONAL Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan Tradisional
2.921
2.300
78,74
70,00
112,49
7
7
100,00
100,00
100,00
89,37
15
10
66,67
106,24
13,00
512,82
(Kestrad)
32
2
Cakupan Pengobat Tradisional Terdaftar/ berijin 3 Cakupan Pembinaaan Kelompok Taman Obat Keluarga (TOGA) CAKUPAN VARIABEL 2.I.
-
-
-
100,00
-
1
1
100,00
100,00
100,00
CAKUPAN VARIABEL 2.
55,56
204,27
75,71
98,09
Dari data diatas terdapat 6 permasalah yang menjadi fokus dari berbagai program essensial. Antara lain ; CAKUPAN No. 1 I. A.
B.
C. D.
E.
F.
JENIS KEGIATAN
SASARAN
2 3 UPAYA KESEHATAN WAJIB UPAYA PROMOSI KESEHATAN Cakupan Pengkajian dan 12.878 Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN Cakupan pengawasan SPAL 12.878 UPAYA KIA & KB Cakupan Peserta KB Aktif UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Cakupan Keluarga Sadar Gizi UPAYA PENCEGAHAN & P2M Cakupan kesembuhan pasien TB BTA Positif UPAYA PENGOBATAN Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang dirujuk
10.350
140
4
5
6
KINERJA (5/6 X 100%) 7,0
7.101
55,14
65,00
84,83
8.000
62,12
80,00
77,65
8.036
77,64
75,00
103,52
70
80,00
100,00
80,00
PENCAPAIAN
(4/3 X 100%)
TARGET
48
20
41,67
85,00
49,02
10.264
5.161
50,28
20,00
251,41
33
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Alternatif Pemecahan Masalah 3.1.1. Perencanaan Permasalahan yang Dipilih (P1) A. Analisis Situasi Masalah Jumlah penderita TB di wilayah kerja UPTD Puskesmas Astanajapura pada tahun 2019 sebanyak 108 jiwa. Dengan pembagian pasien TB dibagi berdasarkan Triwulan (TW) dengan jumlah pasien TB pada TW1 : 26, TW2 : 30, Tw3 : 29, dan Tw4 : 23. Sedangkan jumlah penderita TB pada tahun 2020 sampai dengan triwulan ke 3 sebanyak 34 pasien. Untuk pasien yang kita intervensi yaitu pasien TBC pada TW2, dan juga TW3 dengan jumlah pasien setiap desa bervariasi diantaranya Desa Kanci Kulon dengan jumlah 2 pasien, Desa Kendal dengan jumlah 3 pasien, Desa Astanajapura dengan jumlah 1 pasien, Desa Japura Kidul dengan jumlah 4 pasien, Desa Japura Bakti dengan jumlah 2 pasien, dan Desa Mertapada Wetan dengan jumlah 1 pasien.
Tabel 3.1 Jumlah Penderita TBC Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Astanajapura Tahun 2019 No
Indikator
1
CDR
2
CNR
3
Angka keberhasilan pengobatan 2018 Penemuan Kasus resisten obat
4
5
Pasien TB Yang
Jumlah Penduduk 46.810
Sasaran / Target 144/76% Per Tahun Per TW = 36 235 / 100.000 90%
60%
Pencapaian TW2 TW3 TW4 30 = 83% 29 = 80% 23 = 63%
Jumlah/tahun
222 / 100.000
256 / 100.000
247 / 100.000
219 / 100.000
230 / 100.000
10 = 100%
18 = 100%
20 = 100%
10 = 100%
58 = 100%
TW1 26 = 72%
108 = 75%
1
1
2
-
-
0
5
8
-
-
mengetahui kasus HIV Sumber : Puskesmas Astanajapura tahun 2019 Tabel 3.2 Perkiraan kasus per desa dan pencapaian Triwulan 1 sampai Triwulan 3 tahun 2020
34
No 1 2 3 4 5 6 7
Desa
Jumlah penduduk
Estimasi total kasus TB 50 50 50
Perkiraan kasus per desa 7 7 9
Pencapaian
6360 6129 8119
Presentasi jumlah penduduk 13% 13% 17%
Kanci kulon Kanci Mertapada wetan Asjap Kendal Japura kidul Japura bakti Total
6953 4120 7379 7750 46810
15% 9% 16% 16% 100%
50 50 50 50 50
8 5 8 8 50
7 (88 %) 3 (60 %) 3 (38 %) 9 (112 %) 34 (68 %)
6 (85 %) 4 (60 %) 2 (22 %)
B. Identifikasi Masalah Definisi masalah: 1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yang diharapkan. 3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi belumlah sempurna
.(14) .(14)
Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa masalah adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau kesenjangan antara target dan pencapaian. Masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang sebenarnya terjadi, antara teori dengan praktik, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Tabel 3.3 Penilaian cakupan kinerja upaya kesehatan yang belum memenuhi target di Puskesmas Astanajapura Tahun 2019
No 1.
Kegiatan Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection
Target (%)
Pencapaian
85,00
75,00
2.
rate/CDR) yang diobati Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
80,00
98,55
35
3.
4.
5.
6.
7.
Persentase cakupan penemua penderita pneumonia balita Persentase cakupan pelayanan diare pada kasus semua umur Cakupan layanan rehidrasi oral aktif (LROA) Angka kesembuhan /RFT (Release From Treatment) MB Angka kesembuha n /RFT (Release From Treatment) PB .(15)
C. Menentukan Prioritas Masalah
85,00
74,00
100,00
98,02
75,00
100,00
100,00
100,00
Dari berbagai permasalahan yang didapat maka diprioritaskan satu pokok permasalahan yang dianggap paling mendesak, serius, dan harus segera ditangani. Media yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas permasalahan adalah dengan menggunakan matriks USG.
Pada penggunaan matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut adalah urgency, seriuosness, dan growth.
36
Urgency
berkaitan
dengan
tingkat
kegawatan,
apabila
masalah
tidak
ditanggulangi akan menyebabkan masalah yang lebih kompleks. Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah tersebut. Seriuosness berkaitan dengan tingkat keseriusan, apabila masalah tidak diselesaikan dapat berakibat serius pada masalah lain. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti dampaknya terhadap produktifitas, keselamatan jiwa manusia, sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
.(15)
Growth berkaitan dengan besar atau luasnya masalah penyebab atau yang ditimbulkan. Semakin cepat berkembangnya masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut. Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya penggunaan skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgency, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut.
.(15)
37
Tabel 3.4 USG Kumulatif dari Program Esensial
NO
KRITERIA U S G
MASALAH
JUMLAH
PRIORITAS
Upaya Kesehatan Wajib UPAYA PROMOSI KESEHATAN
1
Cakupan pengkajian dan pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga (Kesenjangan -
4
3
2
9
3
4
2
2
8
5
4
3
2
9
4
4
3
3
10
2
4
4
4
12
1
4
2
2
8
6
9,86) UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
2
Cakupan pengawasan SPAL (Kesenjangan -17,88)
UPAYA KIA & KB
3
Cakupan peserta KB Aktif (Kesenjangan 2,64)
UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
4
Cakupan Keluarga Sadar Gizi (Kesenjangan – 20)
UPAYA PENCEGAHAN & P2M
5
Cakupan Kesembuhan Pasien BTA positif (Kesenjanga – 43,33)
UPAYA PENGOBATAN
6
Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang dirujuk (Kesenjangan – 30)
38
Rumusan masalah berdasarkan prioritas masalah
1.
Cakupan Kesembuhan Pasien BTA positif : Cakupan cukup rendah diperparah dengan keadaan pandemi yang menyebakan ketakutan masyarakat. Selain itu ditiadakannya pemeriksaan dahak turut menambah kesenjangan akibat minimnya diagnosa (Kesenjangan – 43,33)
2
Cakupan Keluarga Sadar Gizi (Kesenjangan – 20) tidak mencapai target disebabkan masih rendahnya masyarakat mengenai gizi maka perlu adanya peningkatan penyuluhan dan peran aktif bidan desa dan petugas gizi.
3
Cakupan pengawasan SPAL (Kesenjangan -17,88) Tidak tercapainya dan mencapai kesenjangan akibat dari kurangnya peran aktif dari pemerintah setempat dan abainya tentang system pembuangan limbah baik masyarakat ataupun pabrik.
4
Cakupan pengkajian dan pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga (Kesenjangan -9,86) tidak mencapai target disebabkan oleh kurang sadarnya masyarak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat diwilayah rumah dan lingkungan sekitar, maka perlu adanya peningkatan penyuluhan dan pemicuan seperti JUMSI atau jumat bersih atau program sejenisnya selain itu diperlukan peran aktif dari petugas dan lintas sector.
5
Cakupan peserta KB Aktif (Kesenjangan 2,64) tidak mencapai target disebabkan masih rendahnya pemahaman masyarakat mengenai KB aktif maka perlu ada peningkatan penyuluhan dan peran aktif dari bidan desa dan bidan puskesmas
6
Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang dirujuk (Kesenjangan – 30) dari hasil yangdidapatkan tidak mencapai target akibat sudah dapatnya didiagnosa di puskesmas,sehingga perujukan minimal.
Permasalahan yang ditemui di Puskesmas Astanajapura mencakup permasalah dari segi system atau metode, permasalahan dari sumber daya manusia, permasalahan dari segi sarana dan prasana, permasalahan dari segi pembiayaan/dana, dan permasalahan dari
segi lingkungan terutama lingkungan social ekonomi masyarakat di wilayah UPTD Astanajapura.
39
D. Analisis Penyebab Masalah Permasalahan yang ditemui di Puskesmas Astanajapura di bidang Promosi kesehatan padaupaya kesehatan TB Paru mencakup permasalahan dari segi permasalahan dari sumber daya manusia dan pengetahuan masyarakat, permasalahan dari segi sarana dan prasarana, permasalahan dari segi dana, dan permasalahan dari segi lingkungan di desa Astanajapura wilayah UPT Puskesmas Astanajapura. Berdasarkan data USG (Urgency, Seriuosness, dan Growth) tersebut merupakan suatu hal yang berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung terhadap tingginya cakupan pengobatan kasus tuberculosis. Serta untuk upaya mencegah penurunan cakupan TB di Desa Astanajapura.
51
Akar Pemecahan Masalah
Manusia Kinerja petugas (-)
Mahalnya kebutuhan makanan
Dana
bergizi
Kesadaran masyarakat ( - )
PeraturPendapatanbupatimenourun10 tahundiera
2017 pasPandemil10dan 11 SDM petugas (-) Pola Makan (Petugas dari warga) Kader TB(-)
Pengetahuan masyarakat (-)
Sarana dan
Pemeriksaan dahak
Program Ketuk Pintu (-) Prasarana yang berkurang Ketahanan
Keluarga atau penderita memiliki
Kepadatan Penduduk pendapatan kurang
Lingkungan Badan perencanaan
Cakupan CDR TB
pembangunan daerah
cukup Rendah
Situasi Pandemik Covid-19
52
3.1.2. Penggerakan dan Pelaksanaan Program Pemecahan Masalah (P2) a. Tahapan Kegiatan No 1
2
Kegiatan Perizinan program TB terhadap kepala Puskesmas Astanajapura
Tujuan Agar berjalannya program TB yang melibatkan Kepala Puskesmas, Petugas Kesling, Petugas TB, Petugas Gizi, dan sebagian Ibu Kader
Validasi
Mengidentifikasi masalah serta mengetahui permasalahan kesehatan di desa seluruh wilayah kerja puskesmas
Sasaran Kepala Puskesmas Astanajapura, Petugas Kesling, Petugas TB, pasien TB, keluarga penpaming pasien TB, Petugas Gizi, dan sebagian Ibu Kader Penderita TB yang masih aktif di seluruh wilayah kerja puskesmas
Target Kepala Puskesmas Astanajapura, Petugas Kesling, Petugas TB, pasien TB, keluarga penpaming pasien TB, Petugas Gizi, dan sebagian Ibu Kader
Alat -
Penderita TB dan keluarga yang tinggal bersama penderita TB
Alat ukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar lingan
Tenaga Kepala Puskesmas Astanajapura, Petugas Gizi, Petugas Kesling, kader TB, Coass FK Unswagati
Indikator Keberhasilan Terjalinnya kerjasama dengan kader TB, Penderita TB, keluarga Pendamping penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura mengenai progam TB
Coass FK Unswagati, Petugas Kesling, kader TB, dan Petugas Gizi,
Mengetahui jumlah dan kondisi Penderia TB di Puskesmas Astanajapura
53
3
4
Sosialisasi dan penyuluhan
Pengisian Kuisioner
Meningkatkan pengetahuan tentang TB serta mengetahui
Penderita TB dan keluarga pendamping
Penderita TB, Keluarga Pendamping
nutrisi yang seimbang untuk penderita TB
penderita TB yang telah di data yang mengalami penyakit TB
pasien TB serta kader yang ada di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura
Mengukur tingkat pengetahuan TB dan Covid -19 serta
Penderita TB dan keluarga pendamping
Penderita TB, Keluarga Pendamping
dukungan keluarga pada TB.
penderita TB yang telah di data yang
pasien TB serta kader yang ada di wilayah kerja
mengalami penyakit TB Ibu Kader
Puskesmas Astanajapura Kader desa Kader TB
Penderita TB PMO Kader
Penderita TB PMO Kader TB
5
Pelatihan Kader
Meningkatkan pengetahuan Ibu Kader dalam menjalankan serta menggerakan program TB
6
Pemetaan
Mengetahui titik dimana warga yang menderita TB perdesa
Infokus, laptop, serta alat peraga makanan
Coass FK Unswagati, Petugas Kesling,
kuesioner, alat tulis, beserta snack sebagai penunjan g kehadiran
Coass FK Unswagati, Petugas Kesling, Petugas TB, Petugas Gizi, dan sebagian Ibu Kader
Adanya perubahan tingkat pengetahuan penderita TB dan Keluarga Pendamping TB mengenai TB
Infokus, laptop beserta snack penunjan g kehadira n
Coass FK Unswagati, Petugas Kesling, Petugas TB dan, Petugas Gizi
Ibu-ibu kader menjadi lebih paham mengenai gizi yang sehat, pengukuran TB, BB dan Lingkar Lengan yang benar dan mengetahui penyakit TB secara lebih detail
Kertas berisi
Coass FK Unswagati, Petugas Kesling,
Petugas Puskesmas mengetahui penyebaran penderita TB yang nanti akan mempertmudah
Petugas TB, Petugas Gizi, dan sebagian Ibu Kader
Penyusunan strategi sebagai penunjang program TB dan penderita TB dan Keluarga Pendamping dan paham mengenai program TB
54
di seluruh cakupan wilayah kerja PKM astanajapura 7
8
peta serta alat tulis
Pembagian Makanan Pendamping( Susu, Telur, )Ukuran Tinggi Badan, Berat Badan, dan Lingkar Lengan Penderita TB
Memberikan pemahaman tentang Gizi agar Penderita TB dapat mnejadi lebih FIT
Penderita TB dan keluarga pendamping penderita TB
Penyuluhan “LAWAN TB DIERA PANDEMI DENGAN PINTAR”
Memberikan Pengetahuan tentang bagaimana menghadapi Pandemi pada penderita TB agar program pemerintan TOSS-TB dapat berhasil dan angka cakupan meningkat
Pasien TB PMO Kader Desa dan Kader TB
Penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura
Tabel perhutung an BMI
yang telah di data yang mengalami penyakit TB
Bidan desa, Ibu Kader serta beberapa perangkat desa Coass FK Unswagati, Petugas Kesling, Petugas TB,
dalam proses pemantauan minum obat
Kenaikan berat badan atau lingkar lengan Membuat tubuh lebih Fit
Petugas Gizi,dan Ibu Kader
Pasien TB PMO Kader Desa dan Kader TB
Infokus, laptop, spanduk promosi, Buku Minum obat dan spanduk
Coass FK Unswagati, Kepala Puskesmas serta dokter pembimbing Petugas Kesling, Bidan desa, Petugas Gizi, Perangkat Desa, Ibu Kader beserta masyarakat Astanajapura
Gerakan Lawan TB di Era Pandemi dengan PINTAR untuk mensukseskan Program TOSSTB yang pemerintah gencar lakukan
55
b. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang kami lakukan dalam mempersiapkan program TB di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura adalah kami mengadakan kegiatan perizinan, validasi sosialisasi, pengisian kuesioner, pelatihan kader , pemetaan serta Pembagian Telur dan Susu serta pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan. Untuk perizinan kami melakukan perizinan kepada kepala puskesmas. Kegiatan Validasi yaitu dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan serta mengkategorikan apakah pasien masih aktif dalam masa pengobatan atau tidak di desa Astanajapura. Kegiatan sosialisai adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan juga pembagian makanan tambahan. Pengisian kuisioner bertujuan mengukur tingkat pengetahuan penderita TB dan pengetahuan keluarga penderita TB. Pelatihan kader di Puskesmas Astanajapura untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu kader menjalankan program TB berupa pemberian materi-materi tentang TB. Kegiatan pemetaan di desa Astanajapura untuk mengetahui titik dimana warga yang menderita dan masih aktif dalam masa pengobatan. Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan adalah untuk mengetahui kesadaran dan kewaspadaan penderita TB terhadap status gizinya. Lalu kegiatan terakhir yaitu komitmen bersama yaitu membentuk kesepakatan agar dapat mencegah terjadinya perburukan gizi pada penderita TB serta kedepannya agar lebih baik dan juga pada kegiatan komitmen bersama ini Tim Dokter Muda Unswagati, Tim Puskesmas Astanajpura, Ibu-ibu kader serta keluarga penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura membentuk sebuah gerakan atau perkumpulan yang dinamakan “PINTAR” (P : Patuh minum obat, I : Ingatkan keluarga untuk selalu mendukung, N : Nutrisi dan gizi seimbang, T : Tetap jaga kebersihan, A : Ajak keluarga untuk hidup bersih dan sehat, R : Rajin berolahraga) Pembentukan “PINTAR” ini bertujuan agar kedepannya dapat meningkatkan jumlah pasien TB dengan gizi yang lebih baik
56
c. Hasil Kegiatan Tabel 3.1.2.1 : Hasil kuisioner tingkat pengetahuan tentang TB (di wilayah kerja Puskesmas Astanajapura) No
Nama Anak
Pretest benar salah
Tingkat pengetahuan
Post test benar salah
Tingkat pengetahuan
1
Siti Mainah
10
27
Baik -
Cukup -
Kurang √
33
4
√
-
Kurang -
2
Julaeha
12
25
-
-
√
32
5
-
√
-
3
Ustadi
12
25
-
-
√
33
4
√
-
-
4
Affan
11
26
-
-
√
33
4
√
-
-
5
Samaun
18
19
-
√
-
34
3
√
-
-
6
Siska Sriningsih
16
21
-
√
-
34
3
√
-
-
7
Desi Anggraini
12
25
-
-
√
33
4
√
-
-
8
Juned
16
21
-
√
-
31
6
-
√
-
9
Warsiah
10
27
-
-
√
33
4
√
-
-
10
Kholil
16
21
-
√
-
34
3
√
-
-
11
Dahlan
10
27
-
-
√
33
3
√
-
-
Keterangan: Tingkat pengetahuan baik score Tingkat pengetahuan cukup score Tingkat pengetahuan kurang score
Baik
Cukup
:>25 :13-24 :