Bab V Teori Belajar Gagne [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana seseorang belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar tersebut melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang lebih mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan ajar, ada pula yang mengutamakan kepada pembentukan atau mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri. Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak  secara tepat.  Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.  Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran juga harus didasarkan pada pengetahuan guru terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para pengembang program pembelajaran yang profesional harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang akan dikembangkannya sehingga pembelajaran yang didesain guru dapat diterima baik oleh siswa. Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami bahwa 1



2



komponen anak merupakan komponen terpenting dalam proses pengajaran. Proses pengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis bermaksud menguraikan teori Gagne diantaranya profil Robert M. Gagne, definisi belajar menurut, fase-fase pembelajaran, tingkatan belajar, serta hierarkis hasil belajar dan relevansinya dengan IPA Robert M. Gagne, aplikasi dan implikasi teori belajar Gagne terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profil Robert M. Gagne ? 2. Apa definisi belajar menurut Robert M. Gagne ? 3.



Apa fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne ?



4. Bagaimana tingkatan belajar menurut Robert M. Gagne ? 5. Bagaimana ringkatan hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan relevansinya dengan pembelajaran IPA ? 6. Bagaiamana aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ? 7.



Bagaimana implikasi teori belajar Robert M. Gagne terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ?



8. Apa kelebihan dan kelemahan aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran? C. Tujuan Penulisan 1. Menunjukan profil Robert M. Gagne 2. Mendeskripsikan definisi belajar menurut Robert M. Gagne 3.



Menguraikan fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne



4. Menguraikan tingkatan belajar menurut Robert M. Gagne 5. Menguraikan tingkatan hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan relevansinya dengan pembelajaran IPA



3



6. Menunjukan aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 7.



Menunjukan implikasi dari aplikasi teori belajar Robert M. Gagne terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar



8. Menyebutkan kelebihan dan kelemahan aplikasi teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran D. Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai teori belajar Gagne disertai aplikasi dan implikasinya dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, terutama bagi calon pendidik siswa sekolah dasar agar dapat dijadikan bekal pengetahuan ketika mengajar nanti. E. Sistematika Penulisan Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan. Kedua isi atau kajian teori dan pembahasan. Ketiga penutup yang berisi kesimpulan dan saran dilengkapi dengan daftar pustaka.



4



BAB II PEMBAHASAN A. Profil Robert M. Gagne Robert M. Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. dalam Psychology dari intuisi = teknik intelektual itu apa??bagaimana implementasinya Universitas



pada



Brown.



belajar



anak



Mengajar



pada



Connecticut College for Women dari 1940-49 dan kemudian pada Penn State University dari 1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual and motor skills laborartory” dari U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The Conditions of Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor pada Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee. Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting yaitu : 1.     Fase – fase pembelajaran 2.    Kondisi atau tingkatan pembelajaran 3.



Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes



4.     Kejadian-kejadian instruksional Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori 4 belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” Gagne membahas



tentang fase-fase



dalam



belajar, kapabilitas



manusia



yang



dihasilkan setelah belajar (outcomes), kondisi atau tingkatan pembelajaran



5



(the eight conditions learning) dan kejadian-kejadian belajar,  serta hubungan kejadian-kejadian tersebut. B. Definisi Belajar menurut Robert M. Gagne  Gagne dalam Purwoko (2008: 15) berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S- R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat indra. Stimulus ini merupakan input



6



yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.



7



STIMULUS



RESPON



Menurut Noehi Nasution. (2005: 35), teori yang menganggap belajar sebagai suatu proses seperti yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer, menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi (information processing model), proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi output, seperti yang lazim terlihat pada sebuat komputer, model pemrosesan informasi yang digunakan Gagne dapat dilihat pada diagram berikut: EXCECUTIVE CONTROL



E N V I R O N M E N T



E F E C T O R S



R E C E P T O R S



EXPECTANLES



RESPONS GENERATOR



LONG-TERM MEMORY



SENSORY REGISTER



SHORTTERM MEMORY



8



Model tersebut menunjukan aliran dari input ke output. Rangsangan atau stimulus dari lingkungan (environment) mempengaruhi alat indera, yaitu menerima (receptors) dan masuk ke dalam sistem saraf melalui register penginderaan (sensory register). Melalui persepsi selektif, hanya bagianbagian tertentu dari informasi yang diperhatikan, tetapi informasi dapat diolah oleh rehesal dan disimpan dalam memory jangka pendek untuk waktu yang lebih lama. Rehesal dapat juga mempunyai peranan lain yaitu jika informasi perlu diingat, maka informasi itu sekalilagi dapat ditransformasikan dalam memory jangka panjang (long term memory) untuk disimpan untuk kemudian dipanggil kembali. C. Fase-Fase Pembelajaran menurut Robert M. Gagne Terdapat fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (2006: 17) yaitu: 1.



Fase Penerimaan (Apprehending phase) Fase penerimaan merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar melalui beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya). Hal tersebut membuktikan bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggungjawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.



2.



Fase Penguasaan (Acquisition phase) Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan



9



memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya. pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. 3.



Fase storage /retensi  Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.



4.



Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase) Merupakan fase pengungkapan apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Kadang-kadang dapat saja informasi hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat aka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisir, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi kategori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil. Fase ini meliputi penyadaran apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah. Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama namun cukup berpengaruh yaitu: a.



Fase motivasi  Merupakan



fase



sebelum



pelajaran



memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.



dimulai



guru



10



b.



Fase generalisasi  Fase generalisasi adalah  fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.



c.



Fase penampilan Fase



penampilan adalah



memperlihatkan



sesuatu



fase



penampilan



dimana yang



siswa



nampak



harus setelah



mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, d.



Fase umpan balik Fase umpan balik merupakan fase ketika siswa harus diberikan



umpan balik dari



apa yang telah



ditampilkan



(reinforcement). D. Tingkatan Belajar Menurut Robert M. Gagne Gagne menyusun tingkatan-tingkatan belajar berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar yang dilalui peserta didik untuk mencapai hasil itu.  Selain itu, Gagne mencoba menempatkan delapan tingkatan belajar itu berada dalam suatu urutan hierarkis, yaitu tingkatan belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tingkatan belajar berikutnya.  Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tingkatan belajar yang terdahulu,  akan mengalami kesulitan dalam mengusai tingkatan belajar selanjutnya.  Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat  tingkatan belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tingkatan kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah.  Tingkatan belajar menurut Gagne didasarkan atas pernyataan bahwa siswa belajar dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Tingkatan belajar menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (2006: 20) yaitu: 1. Belajar Isyarat (Signall Learning)



11



Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan polapola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tingkatan ini, terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperluka buat berlangsungnya tingkatan belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Contoh: a. Kilat tanda suara guntur



jantung berdebar-debar



b. Guru matematika galak terhadap murid



murid tidak suka



matematika 2. Belajar Stimulus Respons Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tingkatan belajar ini adalah faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan SR berikutnya, semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur dan dikuasai. Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon diperkuat dengan adanya reward, sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam gerakan itu. Contoh: a.



Burung merpati mematuk lingkaran



diberikan makanan.



Akan diulang-ulang b.



Guru memuji tindakan anak



anak cenderung mengulang



3. Rantai atau Rangkaian Hal (Chaining) Tingkatan belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan “cognuity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tingkatan belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejuah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu, prinsip berkesinambungan,



12



pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining. Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar stimulus – respon secara berurutan.  Chaining terbatas hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisan.



Contoh: a.



Membuka pintu mobil – duduk – kontrol persneling – menghidupkan mesin – menekan kopling – pasang ersneling 1 – menginjak gas.



b.



Memegang jangka bagian atas – jangka dibuka – dibuat lingkaran – dilepaskan – ditutup kembali – diletakan



4. Asosiasi verbal (verbal association) Belajar



asosiasi



verbal



adalah



tingkatan



belajar



yang



menggabungkan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama sebuah objek/benda. Contoh: Bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’pyramid itu limas’. Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar dapat mengenal ”balok, kubus, kerucut” sebagai bentuk geometris. Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity). 5. Belajar diskriminasi (discrimination learning) Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai



13



objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak. Contoh: a. Siswa dapat membedakan lambang ∩ dan U dalam operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak, misalnya siswa dapat membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan sembarang. b. Guru dapat mengenal anak didik yang satu dan yang lain karena adanya faktor diskriminasi c. Anak dapat mengetahui perbedaan binatang dengan manusia ataupun binatang dengan tanaman. 6. Belajar konsep (concept learning) Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tingkatan belajar ini, mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki kararkteristik dari objek itu sendiri. Contoh: Berdasarkan konsep dapat digolongkan hewan bertulang belakang dengan beberapa kelas yaitu mamalia, amphibia, reptil, burung, ikan. 7. Belajar aturan (rule learning) Belajar aturan adalah tingkatan belajar yang memungkinkan peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan cara pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu.



14



Contoh: a. Benda memuai jika dipanaskan b. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah 8. Memecahkan masalah (problem solving) Belajar memecahkan masalah merupakan tingkatan belajar yang lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tingkatan belajar yang lain. Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007), yaitu (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui



dan



apa



yang



ditanyakan,



(2)



merencanakan



cara



penyelesaiannya, (3) melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya. Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya untuk memecahkan masalah itu. Contoh: a. Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup b. Menemukan cara agar bola tidak teguling pada bidang miring Hubungan tingkatan belajar dengan hasil belajar Robert M. Gagne adalah sebagai berikut: No 1



Tingkatan Belajar Belajar sinyal (signal



Memberikan reaksi pada



learning)



perangsang (S-R)



Belajar stimulus respon 2



(stimulus response learning) Belajar merangkai



3



Hasil Belajar



tingkah laku (behaviour chaining learning)



Memberikan reaksipada perangsang (S-R) Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lain



15



Belajar asosiasi verbal 4



( verbal chaining learning)



Memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang Memberikan reaksi yang



5



Belajar diskriminasi



berbeda pada stimulus-



(discrimination learning)



stimulus yang mempunyai kesamaan



6 7



8



Belajar konsep (concept



Menempatkan obyek-obyek



learning)



dalam kelompok tertentu



Belajar kaidah (rule



Menghubungkan beberapa



learning)



konsep



Belajar memecahkan



Mengembangkan beberapa



masalah (problem



kaidah menjadi prinsip



solving)



pemecahan masalah



E. Tingkatan Hasil Belajar menurut Robert M. Gagne dan Relevansinya dengan IPA Setelah belajar, penampilan yang diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan (capabilities). Kemampuan – kemapuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbedabeda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebbaga hasil belajar yang diberikan oleh Gagne. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu 1. Informasi Verbal (Verbal information) Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan olrang, dari membaca, dari radio, televisi, komputer dll. Informasi ini berupa nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi-generalisasi. Contoh informasi verbal relevansinya dengan bidang IPA yaitu: Nama



: Dalton, Graham Bell, Thomas Edison



Fakta



: timbul gas, mencair, menguap



Konsep



: air tawar, air laut, uap, embun



16



Prinsip



: air laut mengandung garam, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah



Generalisasi



: Semua benda dari besi akan berkarat bila dibiarkan dalam udara terbuka.



2. Kemahiran Intelektual (Intellectual skill) Keterampilan intelektual terungap dari pertanyahan yang dimulai dengan istilah bagaimana, contohnya bagaimana membedakan, bagaimana menunjukan suatu konsep konkret, bagaimana mendefinisikan suatu konsep, bagaimana melakukan sesuatu dengan aturan, sebagai contoh bagaimana membuktikan bahwa seseorang siswa telah memiliki keterampilan intelektual relevansinya dalam pelajaran IPA adalah sebagai berikut: Keterampilan Intelektual Diskriminasi



Keterampilan yang ditujukan dan bagaimana melakukan Membedakan antara air bersih dengan air yang sudah tercemar dengan percobaan



Konsep Konkret



Menunjukan



bahwa



mengeluarkan



pernapasan



uap



air



dan



karbondioksida Kondsep Terdefinisi



Memberikan



definisi



tentang



mencair, membeku, mendidih dll Memberikan demonstrasi bahwa Aturan



semua



benda



dari



besi



akan



berkarat bila dibiarkan di udara terbuka 3. Strategi-Strategi Kognitif



17



Strategi-strategi



kognitif



adalah



kemampuan-kemmapuan



internal yang terorganisasi. Berbeda dengan keterampilan intelektual yang diarahkan terhadap aspek-aspek di lingkungan pelajar (siswa), dalam strategi – strategi kognitif berupa pengendalian tingkah laku pelajar itu sendiri dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif. 4. Sikap-Sikap (Attitudes) Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Relevansinya dengan pelajaran IPA yaitu sikap sosial ini dapat dipelajari dengan cara meminta perhatian siswa selama



melakukan



percobaan



di



laboratorium,



misalnya



dalam



menggunakan alat-alat gelas agar berhati-hati, karena apabila alat gelas tersebut jatuh ke lantai akan dapat melukai dirinya sendiri dan dapat melukai teman-temannya. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa. 5. Keterampilan Motorik (Motor skill) Keterampilan motorik adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Merupakan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar, seperti membaca dan menulis. Relevansinya dengan IPA yaitu apabila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer, dsb. Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik.  Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik.  Kondisi eksternal



18



ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar. Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.  Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan  pada teori pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut: 1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi. 2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang. 3. Memori-memori



ini



tercampur



dengan



memori



yang



telah



ada



sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan. F. Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran menurut Gagne dalam Wahyudi (2008: 25)   adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar. Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.  Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk



19



kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar. Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks. Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori Gagne, yaitu antara lain berkaitan dengan: 1. perhatian dan motivasi belajar peserta didik, 2. keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar, 3. adanya media dan sumber belajar yang menarik 4. diberikan jembatan keledai untuk mempermudah siswa menghafal materi 5. tantangan semangat belajar, 6. pemberian umpan balik dan penguatan belajar, 7. adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar. Berikut adalah aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu dengan menerapkan model mengajar menurut Gagne yang meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events) meliputi : 1. Mengaktifkan Motivasi (activating motivation) Harapan (expentancy) dalam model belajar dianggap sebagai kontrol yang mempengaruhi seluruh aliran informasi mulai dari memperhatikan bagian-bagian tertentu sampai mengatur respon tingkah laku. Ekpenctancy dapat dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motifmotif belajar siswa, misalnya motif ingin tahu (curiousity) atau motif untuk menyelidiki, dan motif ingin mencapainya. Dalam pembelajaran IPA, guru dapat melakukan hal ini, misalnya dengan mengemukakan suatu masalah yang menyangkut salah satu pokok bahasan IPA pada permulaan pelajaran, misalnya topik pecemaran air.



20



Masalah ini akan dapat merangsang keingintahuan siswa, dan dapat menantang motif kemampuan atau motif menguasai masalah tersebut. 2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (Instructional information) Menurut teori Gagne, seorang guru sebaiknya memberi tahu siswa secara komprehensif tentang tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai. 3. Mengarahkan perhatian (Directing attention) Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, perhatian yang pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimuli atau rangsangan belajar. Dalam mengajar, perubahan stimuli sacara tiba-tiba dapat digunakan untuk mencapai maksud ini. Dalam pembelajaran IPA, pada waktu guru mengadakan demonstrasi tetang sifat-sifat air, guru melakukan sambil berkata “Perhatikan aliran air”. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke memori jangka pendek. Dalam mengajar, seleksi atau pemilihan stimulan yang sesuai dapat dilakukan dengan cara mengeraskan ucapan suatu kata selama mengajar, atau dengan jalan menggaris bawahi beberapa kata atau kalimat. 4. Merangsang ingatan (stimulating recall) Pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang menurut gagne merupakan bagian yang paling kritis dalam proses belajar mengajar. Guru dapat berusaha menolong siwa dalam mengingat atau memanggil kembali pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang tersebut. Cara menolong ini dapat dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam pembelajaran IPA, waktu guru akan mengajarkan tentang fotosintesis, ia mulai denagna bertanya : masih ingatkah kamu apa yang dimaksud klorofil?



21



Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarinya, maka sebaiknya guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing (probling). 5. Menyediakan bimbingan belajar Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan langsung untuk pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan



itu dapat



diberikan dengan cara mengaitkan informasi baru itu dengan pengalaman siswa. Dalam pelajaran IPA misalnya guru akan mengajarkan fotosintesis guru dapat memulainya dengan bertanya : adakah pepohonan didekat rumahmu?. Bagaimanakah warna daun dari pepohonan



tersebut ?



bagaimana rasanya udara dibawah pohon yang rindang pada siang hari yang terik? Kenapa hal itu terjadi ? dan lainnya. Bimbingan yang diberikan oleh guru dapat berupa pertanyaan, juga dapat berupa gambargambar, atau berupa ilustrasi. 6. Meningkatkan retensi (enhancing retention) Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan baik oleh guru maupun siswa. Usaha yang dapat guru lakukan agar materi yang guru ajarkan dapat bertahan lama, antaralain : dengan cara mengulang pelajaran yang sama berulangkali, memberi berbagai contoh atau ilustrasi sederhana dan dapat dicerna oleh sisa. Misal ketika menghafal warna pelangi yaitu : merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Siswa dapat menngunakan jembatan keledai (mnemonic) dengan menyebutkan warna depan dari setiap warna seperti mejikuhibinu. Akan lebih baik lagi jika siswa itu sendiri yang meyusun jembatan keledai sebab dengan demikian siswa akan lebih lama mengingatnya. 7. Membantu transfer belajar Tujuan tranfer belajar adalah merupakan apa yang telah dipelajari pada situasi yang baru, yang berarti bahwa apa yang telah dipelajari itu



22



dibuat umum sifatnya. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat membantu tansfer belajar kepada para siswa. Untuk dapat



melaksanakan ini, para siswa diharapkan telah



menguasai fakta-fakta, ketermpilan dasar yang dibutuhkan. Misalnya dalam pelajaran IPA siswa merencanakan bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dalam hal ini siswa telah menguasai fakta-fakta, ketermpilan dasar yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah tersebut. 8. Memperlihatkan atau perbuatan dan memberikan umpan balik Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Dalam hal ini, sebaiknya guru tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, sebagai umpan balik. Umpan balik ini dapat dijadikan bahan masukan untuk kelancaran pelaksanaan pelajaran selanjutnya. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan jalan memberikan tes atau dengan mengamati tingkah laku siswa (students performance). Umpan balik,bila siswanya positif, merupakan pertanda bahwa siswa telah mencapai tujuan belajar dengan demikian harapan (expectancies) yang muncul pada permulaan tindakan belajar telah terpenuhi. Dalam hal ini umpan balik dapat menghasilkan penguatan atau reinforcement pada siswa yang belajar.



23



CONTOH APLIKASI PRINSIP BELAJAR TEORI GAGNE TERHADAP PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Mata Pelajaran



: IPA



Kelas/Smt



: V/I



Materi Pembelajaran : Sistem Pencernaan Manusia Sumber Pembelajaran : Lingkungan, buku kelas V, dan internet Model Pembelajaran : Kontekstual, Picture and Picture Media Pembelajaran : Gambar, Model Pencernaan, Puzzle, Video, dan Media Interaktif Perangkat Pendukung : Lagu dan Jembatan Keledai Pelaksanaan



:



1. Mengaktifkan Motivasi Contoh



: Guru menyajikan lagu gubahan yang menyangkut materi



pencernaan, dengan demikian siswa akan tertarik terhadap materi yang akan dipelajari, karena lagu tersebut mampu menumbuhkan minat dan perhatian kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai. a. Lagu anak-anak Gubahan Lagu: Doraemon Ayo kawan semua Mari kita belajar Belajar sistem pencernaan manusia Mulainya dari mulut dikunyah oleh gigi Lanjut ke tenggorokan lalu lanjut ke lambung Usus Kecil Usus Besar Seterusnya Wah lalu ke anuss La La La itulah pencernaan…………..tubuh kita La La La itulah pencernaan…………..tubuh kita



24



b. Lagu yang sedang populer di m asyarakat Gubahan Lagu: Iwak Peyek Pencernaan…Pencernaan…Pencernaan Tubuh Kita Bagaimana…Bagaimana…Bagaimana Eh Prosesnya Disinilah makanan dicerna Maka ayo kita belajar semua Disinilah makanan dicerna Maka ayo kita belajar semua Ada mulut…ada mulut …ada mulut lambung, usus Usus halus, usus besar, usus besar lalu anus 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu Contoh



: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai



siswa pada materi pencernaan, misalnya a.



Setelah memperhatikan gambar dan model sistem pencernaan pada manusia, siswa dapat memasangkan puzzle sistem pencernaan manusia dengan tepat.



b.



Setelah memperhatikan penjelasan dari guru, video, serta media interakif siswa dapat menjelaskan proses pencernaan manusia dengan benar.



c.



Setelah berdiskusi kelompok tentang sistem pencernaan pada manusia, siswa dapat mengerjakan teka-teki silang tentang sistem pencernaan manusia.



3. Mengarahkan Perhatian Guru mengarahkan perhatian siswa dengan menampilkan video, gambar, serta



media



pembelajaran



interaktif



tentang



pencernaan



sehingga



menumbuhkan minat belajar siswa. Guru juga mengeraskan ucapan suatu kata selama mengajar, misalnya ketika menjelaskan fungsi alat-alat pencernaan dan guru menyuruh siswa untuk menggaris bawahi beberapa kalimat yang penting.



25



4. Merangsang Ingatan Contoh



: Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah



dipelajari sebelumnya, misanya : “anak-anak, masih ingatkan kalian tentang makanan 4 sehat 5 sempurna?, nah sistem pencernaan yang akan kita pelajari berhubungan erat dengan makanan, karena sistem pencernaan merupakan serangkaian organ tubuh manusia yang berfungsi mencerna makanan yang masuk ke tubuh kita” 5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar Bimbingan atau pedoman untuk belajar dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan picture and picture. Guru menghubungkan



materi



dengan



pengalaman



siswa



misalnya



dengan



menanyakan penyakit pencernaan yang pernah dialami siswa. Melalui model pembelajaran



picture



and



picture



siswa



diberikan



penugasan



untuk



menjodohkan gambar pencernaan manusia. Diterapkannya model serta media dalam pembelajaran tersebut adalah untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang. 6. Meningkatkan retensi (enhancing retention) Cara meningkatkan retensi siswa tentang materi pencernaan makanan dapat dengan menyajikan jembatan keledai Misalnya



: MUntul TELA Kecil Besar makNyus



(Mulut, Tenggorokan, Lambung, Usus Kecil, Usus Besar, Anus) Dengan adanya jembatan keledai tersebut, siswa menjadi mudah mengingat urutan alat-alat pencernaan manusia. 7. Membantu transfer belajar Membangun transfer belajar dapat dilakukan dengan menyuruh siswa untuk mengimplementasikan materi pencernaan dalam kehidupan sehari-hari siswa antaralain: a. Mengingatkan siswa untuk menjaga pola makan b. Mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan makanan c. Mengingatkan siswa untuk menjaga organ pencernaan



26



8. Memperlihatkan atau perbuatan dan memberikan umpan balik Memberikan soal evaluasi atau tes kepada siswa yang berhubungan dengan materi pencernaan, misalnya yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa. Dengan begitu guru akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi pencernaan. G. Implikasi Teori Belajar Gagne terhadap Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Kemampuan



yang



dimiliki



oleh



guru



dalam



memahami



perkembangan anak serta mampu menyesuaikannya dengan pembelajaran yang diberikan merupakan hal yang sangat penting. Salah satunya adalah memahami bagaimana peserta didiknya belajar dan memahami apa yang dipelajari. Melalui teori belajar Gagne diharapkan guru/pendidik khususnya guru/pendidik mata pelajaran IPA dapat mengaplikasikan teori Gagne di kelas, sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan merasakan implementasinya terhadap kemajuan kualitas pembelajaran IPA yang dilakukan. Terdapat implikasi dari aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran IPA yaitu: 1.



Para guru yang menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru



2.



Guru mampu mengontrol perhatian siswa



3.



Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru



4.



Guru merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa



5.



Guru memberikan penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.



6.



Guru lebih memberikan bimbingan belajar.



7.



Siswa mampu memberikan umpan balik.



27



8.



Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya.



9.



Guru emberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning,



10.



Guru lebih memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang baru diberikan.



11.



Pembelajaran dilaksanakan dengan menyenangkan dan disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.



12.



Gagne disebut sebagai modern nonbehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.



13.



Siswa memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan



H. Kelebihan dan Kelemahan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam Pembelajaran Teori Gagne ini pada prinsipnya mengacu pada teori behavioristik. Sehingga, konsekuensinya teori behavioristik adalah para guru yang menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian- bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kelebihan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran yaitu: 1. Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dsb. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua.



28



2. Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. 3. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan



kebiasaan



yang



mengandung



unsur-unsur



seperti



kecepatan



spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan Contoh : Percakapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll. 4. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. 5. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Kelemahan Aplikasi Teori Robert M. Gagne dalam pembelajaran yaitu: 1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana guru bersifat otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. 2. Bersifat meanistik 3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur 4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif 5. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil.



29



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya pada “The Condition of Learning”. Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Terdapat fase-fase pembelajaran menurut Robert M. Gagne yaitu: fase penerimaan (Apprehending phase), fase penguasaan (Acquisition phase), fase storage /retensi, fase pengungkapan kembali (Retrieval phase), belajar isyarat (Signall Learning), belajar Stimulus Respons, rantai (Chaining), asosiasi verbal (verbal association), belajar diskriminasi (discrimination learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), memecahkan masalah (problem solving) Hierarkis hasil belajar menurut Robert M. Gagne dan relevansinya dengan IPA yaitu informasi verbal (Verbal information), kemahiran intelektual (Intellectual skill), strategi-strategi kognitif, sikap-sikap (Attitudes), keterampilan motorik (Motor skill). Aplikasi teori Robert M. Gagne dalam mengajarkan IPA di SD yaitu: mengaktifkan motivasi (activating motivation), memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (Instructional information), mengarahkan



perhatian



(Directing



attention),



merangsang



ingatan



(stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi (enhancing retention), membantu transfer belajar, memperlihatkan atau perbuatan dan memberikan umpan balik. Implikasi Teori Belajar Gagne terhadap Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu diantaranya guru mampu mengontrol perhatian siswa, guru memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru, guru merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan28



30



kemampuan siswa, guru memberikan penyajian stimuli yang tak bisa dipisahpisahkan dari tugas belajar. B. Saran Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai profil Robert M. Gagne, definisi belajar menurut, fase-fase pembelajaran, tingkatan belajar, serta hierarkis hasil belajar dan relevansinya dengan IPA Robert M. Gagne, aplikasi dan implikasi teori belajar Gagne terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, serta kelebihan dan kelemahan aplikas teori belajar Gagne dalam pembelajaran. Sehingga pembaca khususnya para calon pendidik diharapkan dapat mengaplikasikan kelebihan teori Gagne dalam pembelajaran terutama pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Demi penyempurnaan makalah, penulis membuka kritik yang konstruktif dari pembaca



31



DAFTAR PUSTAKA Noehi Nasution. 2005. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Purwoko. 2008. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Ganesha Ratna Wilis Dahar. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Wahyudi 2008. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.Kebumen : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Website: Anharul Ulum. 2012. Hirarki Belajar Menurut Teoro Gagne. Diunduh dari http://anharululum.blogspot.com/2012/06/hirarki-belajar-gagne.html pada tanggal 3September 2013 Ayu. 2011. Teori Gagne. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/Teori-RobertM-Gagne pada tanggal 3 September 2013 Bayu.



2009. Diunduh dari: http://www.teknologipendidikan.net/contohpenerapan-teori-pembelajaran-gagne/ pada tanggal 3 September 2013



Bachtiar. 2011. Teori Gagne dalam Pembelajaran. Diunduh dari: http://bachtiartoto.blogspot.com/2011/01/teori-gagne.html pada tanggal 3 September 2013 Dedi Noviyanto. 2012. Teori Belajar Robert M. Gagne. Diunduh dari: http://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentangpendidikan/teori-belajar-robert-m-gagne/ pada tanggal 3 September 2013 Krisdaning. 2012. Teori Gagne dan Paham Kontruktivisme. Diunduh dari: http://krisdaning217.blogspot.com/teori-gagne-dan-pahamkonstruktivisme.html pada tanggal 3 September 2012 Mutmainah. 2012.Teori Robert M. Gagne. Diunduh dari: http://mutmainnahlatief.wordpress.com /2012/01/18/teori-gagne/ pada tanggal 3 september 2013



32



No



Name. 2009. Implementasi Teori Gagne . Diunduh dari http://suksespend.blogspot.com/2009/06/implementasipenerapan-teorigagne-dalam.html pada tanggal 3 September 2013



Saidang. 2012. Teori Belajar. Diunduh dari: http://saidangsaid.blogspot.com/ pada tanggal 3 September 2013



33



Jika kau ingin tau teori belajar Gagne Jika kau mencari cara tuk mengetahuinya Marilah kawanku mari kita bersama Terapkan teori Gagne untuk mengajar IPA Lihatlah dilihat jangan sampai telat Jangan sampai lewat dijamin bermanfaat Stimulus dan Respon, proses dan outputnya Aplikasinyaa…Implikasinyaa… Reff: IPA ituu…asiik,..jembatan keledainya IPA ituu…asiik,.. tumbuhkan minat siswa Siik.. asik …asikk,,sik asik asik



34