Baru - Laporan Tugas Baca 1 PBL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DISKUSI TUGAS BACA 1 MODUL PROBLEM BASED LEARNING



Disusun Oleh: Kelompok 5 Nadya Siti Syara



I1011151051



Rizqi Hilya Awaliya



I1011191011



Adhitya Fajriyadi



I1011191012



Orlana Devina S. M



I1011191031



Alteza Komara



I1011191035



Imanda Yandion



I1011191036



Sin Yi



I1011191037



Yesslyn Yulianto



I1011191051



Dheo Volente Sagala



I1011191057



Rima Wenisa Ainanda



I1011191062



Akbar Nur Sapendi



I1011191077



Agus Salim



I1011191090



PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar mahasiswa kedokteran di Mc Master Medical School Kanada. PBL juga diteliti oleh de Goeij et.al. (1987) di universitas Limburg Belanda dan telah menghasilkan kurikulum berbasis masalah dengan beberapa karakteristik yang menarik di antaranya: 1.



Dalam enam minggu pertama dilakukan pembelajaran tematik yang disusun multidisiplin;



2.



Materi program tersebut bersifat koheren dan memiliki struktur yang komprehensif;



3.



Program mengandung sifat yang berulang;



4.



Selama empat tahun ada peningkatan kesulitan secara bertahap dari mudah ke yang lebih sulit. Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran melalui



metode pemecahan masalah (problem solving). Problem solving menuntut siswa secara individual mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan



informasi



yang diberikan



guru.



Dipihak



lain



PBL



mengarahkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari situasi masalah dan melalui pencarian ini diharapkan dapat menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh juga untuk menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar peserta didik karena melalui



pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi



untuk menilai apa yang mereka ketahui,



mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan (William& Shelagh, 1986) . Sedangkan Heller (1992) mengemukakan keberhasilan pendekatan PBL tergantung pada dua faktor, yaitu:



(1) jenis masalah yang dikonfrontasikan kepada siswa yaitu



masalah yang menuntut pemecahan berdasarkan PBL, dan (2) Formasi dan kebermanfaatan fungsi kelompok kooperatif untuk memaksimalkan aktivitas dan partisipasi siswa secara keseluruhan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Problem Based Learning Metode Problem Based Learning (PBL) atau metode pembelajaran berbasis masalah merupakan konsep belajar yang membantu pendidik dalam pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (Student Centered). Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyati Arifin dkk (2003:127), bahwa metode pemecahan masalah digunakan pendidik bila bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir pembelajar melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. 2.2 Sejarah Problem Based Learning Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning/PBL) ialah suatu pemelajaran aktif yang pertama kali diperkenalkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, pada tahun 1986. Sejak itu banyak fakultas kedokteran di pelbagai tempat di dunia yang mengadopsi metode ini dengan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan masingmasing lembaga. Di samping universitas McMaster, Universitas Maastrichte di negeri Belanda dan Universitas Newcastle di Australia merupakan institusi pelopor yang melaksanakan kurikulum Pemelajaran Berdasarkan Masalah (PBL). Pada umumnya PBL dilaksanakan dalam konteks kurikulum inti yang sudah baku dan terintegrasi antara pengetahuan kedokteran dasar dan klinik. Ada beberapa definisi PBL yang pernah diusulkan. Empat diantaranya dikutip di bawah ini: 1.



“Problem-based learning is a way of constructing and teaching courses using problems as the stimulus and focus for student activity” (Boud dan Feletti, 1991:14).



2.



“Problem-based learning is a process whereby a student learns by using a problem as a stimulus to discover what information is needed to understand and facilitate the resolution of the problem. The problem is encountered right at the beginning of the learning process” (Gulibert, 1987).



3.



“Problem-based learning is one way of meeting the requirements placed on courses which prepare students for increasing demand of professional life” (Boud, 1985:19).



4.



“Problem-based learning is the learning that results from the process of working toward the understanding or resolution of a problem” (Barrows dan Tamblyn, 1980:1). Dari keempat definisi itu dapat disimpulkan bahwa BL merupakan



suatu metode pemelajaran yang memicu mahasiswa belajar bagaimana memperoleh



informasi



yang



diperlukan



untuk



mempelajari



dan



menyelesaikan masalah, yang diberikan pada awal pertemuan sebagai pemicu. Pembelajaran berdasarkan materi/subjek dimulai dengan pengajar memberikan apa yang perlu diketahui oleh mahasiswa, lalu mahasiswa mempelajarinya, dan kemudian masalah diberikan sebagai ilustrasi bagaimana menggunakan pengetahuan yang dipelajari. Pemelajaran berdasarkan masalah justru dimulai dengan memberikan masalah, lalu mahasiswa



mengidentifikasi



apa



yang



perlu



mereka



ketahui,



mempelajarinya, dan kemudian mengaplikasikannya pada masalah yang diberikan sebelumnya. Pemelajaran berdasarkan materi mengsumsikan pengetahuan mahasiswa sangat terbatas sehingga mereka diharuskan mempelajari semua informasi sesuai urutan yang dibuat dan dipilih oleh pengajar. Dalam hal ini mungkin ada beberapa informasi yang telah diketahui mahasiswa sebelumnya, namun mereka dipaksa lagi untuk mempelajari semuanya karena pengajar takut ada yang terlewatkan.



2.3 Tujuan Problem Based Learning Beberapa pakar telah merumuskan berbagai tujuan PBL. Seorang di antaranya, Branda, dikutip di bawah ini. Menurut Branda (1986), setelah mengikuti proses pemelajaran dengan metode PBL, mahasiswa diharapkan mampu: 1.



Mengembangkan kompetensi dalam PBL



2.



Mengembangkan kompetensi dalam pemecahan masalah (problem solving)



3.



Mengembangkan kompetensi dalam belajar mandiri (self-directed learning)



4.



Mengembangkan kompetensi dalam belajar dalam kelompok kecil (small group learning)



5.



Mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking)



6.



Mengintegrasikan bagian-bagian yang berbeda dalam kurikulum, dan



7.



Mengidentifikasi dan menelaah ilmu lain di luar kurikulum.



2.4 Langkah-langkah Problem Based Learning Beberapa ahli telah memperkenalkan berbagai macam langkah dalam proses pemelajaran berdasarkan masalah. Penulis beranggapan bahwa yang paling lengkap dan mudah diikuti oleh pemula adalah 12 langkah yang diusulkan oleh Branda (1986) yang diterapkan di Universitas McMaster, Kanada, yakni: 1.



Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah



2.



Menganalisis masalah



3.



Mengajukan hipotesis



4.



Mengidentifikasi pengetahuan apa yang diperlukan



5.



Mengidentifikasi apa saja yang telah diketahui



6.



Mengidentifikasi sumber-sumber pemelajaran



7.



Mengumpulkan informasi/pengetahuan yang baru



8.



Membuat sintesis dari pengatahuan yang sudah dimiliki dan pengetahuan yang baru serta berusaha mengaplikasikannya pada masalah



9.



Mengulangi langkah-langkah sebelumnya



10. Mengidentifikasi apa yang tidak atau belum dipelajari 11. Membuat ringkasan dari apa yang telah dipelajari, dan, bila mungkin, 12. Menguji pemahaman akan pengetahuan yang diperoleh dengan mengaplikasikannya pada permasalahan yang lain. 2.5 Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning 2.5.1 Keunggulan 1.



Dengan menggunakan metode ini mahasiswa dimungkinkan untuk memperoleh



pengetahuan



dan



sekaligus



mengembangkan



kemampuan dalam pemecahan masalah. 2.



Berdasarkan penelitian, mahasiswa ternyata lebih termotivasi apabila menggunakan metode ini.



3.



Metode ini memudahkan mahasiswa mengingat kembali informasi, konsep, dan keterampilan yang disimpannya dalam memorinya karena hal-hal tersebut dikaitakan dengan suatu problem.



4.



Karena mahasiswa dipaksa bekerja dengan masalah yang mereka tidak pahami, mereka dipaksa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan mengajukan hipotesis.



2.5.2



Kelemahan 1.



Kesuksesan penerapan metode PBL bergantung pada kedisiplinan mahasiswa untuk belajar.



2.



Metode PBL lebih menekankan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) daripada pemerolehan ilmu dasarnya sendiri.



3.



Metode PBL tidak efisien. Apabila seorang mahasiswa menghadapi masalah yang harus dipecahkan, ia harus mengerti dulu terminologi yang ada, apa saja gejalanya, dan masalah- masalah lain.



4.



Metode ini tidak memfasilitasi mahasiswa agar dapat lulus dalam ujian. Mahasiswa akan mudah mengingat informasi apabila dikaitkan dengan problem, tetapi akan sulit bagi mereka untuk melakukan hal itu apabila mereka menjumpai soal-soal yang terpisah, bukan merupakan kesatuan, seperti pertanyaan “Benar atau salah?”



5.



Banyak pengajar yang merasa bahwa alat ukur untuk menguji kemampuan para peserta didik sedikir ‘lunak’.



6.



Akan tetapi kritik tersebut sudah mendapat sanggahan dari para pengguna metode PBL.



BAB III ANALISIS MASALAH



3.1 Analisis Masalah



3.2 Mindmap



BAB IV PEMBAHASAN



Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar mahasiswa kedokteran di Mc Master Medical School Kanada. Problem Based Learning ( PBL ) saat ini digunakan di sekolah-sekolah medis di seluruh dunia dan juga di sekolah fisioterapi, keperawatan, farmasi, optometry, dan kelainan bicara. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan penalaran klinis siswa, pemikiran kritis, dan strategi pengambilan keputusan. Untuk mencapai tujuan ini, PBL mengharuskan siswa bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8 – 10 siswa dengan bantuan tutor. Peran tutor PBL adalah untuk memfasilitasi diskusi kelompok, menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua anggota untuk berkontribusi dalam diskusi, dan memantau kemajuan kelompok. Meskipun keberhasilan diskusi PBL dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk keaslian kasus, alur diskusi, dan keterampilan tutor PBL namun kunci sukses tetap berada di tangan para pelajar. Berikut ini adalah 12 tips yang digunakan oleh pelajar PBL dalam diskusi menurut Sammy A. Azer :



1.



Menjaga Aturan Dasar a.



Menetapkan norma-norma kelompok (aturan dasar) di awal keberadaan suatu kelompok mencegah terjadinya krisis dalam kelompok dan memungkinkan fungsi yang lebih baik.



2.



b.



Tutor harus berdiskusi dengan kelompok tentang perannya



c.



Aturan dasar disepakati oleh anggota kelompok



d.



Mereka harus mencerminkan kebutuhan dan prinsip kelompok.



e.



Grup harus beroperasi sesuai dengan anggota peraturan..



Ketahui Peran Anda a.



Kelompok berfungsi lebih baik ketika setiap anggota menyadari peran berbeda yang harus dilakukan oleh anggota kelompok.



b.



Peran harus disetujui dan diorganisir dalam tutorial pertama blok / semester.



c.



3.



Pendekatannya berpusat pada siswa.



Menjaga Dinamika Kelompok a.



Tanyakan kepada diri sendiri: Kualitas baik apa yang saya bawa ke kelompok saya?



b.



Gunakan



perbedaan



individu



dan



budaya



sebagai



cara



untuk



memberdayakan dinamika kelompok. c.



Hargai nilai-nilai kerja tim dan perlunya evaluasi berkala terhadap proses kelompok.



d.



10 menit terakhir dalam tutorial dua (saat Anda menyelesaikan diskusi suatu kasus) adalah kesempatan yang baik bagi grup untuk merefleksikan kinerja anggota, mengidentifikasi tujuan spesifik yang menjadi tujuan grup dan merencanakan bagaimana mencapai masing-masing tujuan ini. Fokus pada satu tujuan pada satu waktu.



4.



Tanyakan Pertanyaan yang Memberdayakan a.



Penggunaan pertanyaan terbuka yang baik dapat memberdayakan diskusi dan membuat kelompok fokus pada masalah ini



b.



Penggunaan pertanyaan pemberdayaan yang baik dalam diskusi kelompok sangat penting untuk pemahaman yang mendalam dan pembelajaran yang lebih baik.



c.



5.



Hindari mengajukan pertanyaan dangkal yang berfokus pada detail.



Jadilah Pembelajar yang Memiliki Tujuan a.



Motivator yang kuat untuk pembelajaran orang dewasa adalah menjaga proses pembelajaran tetap terarah sehingga memberikan kontribusi untuk pertumbuhan pribadi dan pemahaman yang mendalam.



b.



Pembelajaran mandiri Anda akan ditingkatkan jika Anda tahu persis pertanyaan apa yang Anda coba jawab dalam pencarian Anda.



c.



Bentuk pembelajaran Anda agar sesuai dengan kebutuhan lingkungan belajar baru Anda.



6.



Tanpa Umpan Balik, Tidak Ada Pemenang a.



Pelajari cara mendapatkan yang terbaik dari umpan balik tutor Anda.



b.



Rencanakan bagaimana menggunakan umpan balik untuk meningkatkan masukan Anda ke diskusi kelompok dan meningkatkan pembelajaran Anda dengan tutor Anda



7.



Pantau Perkembangan Anda a.



Satu diantara kunci sukses adalah evaluasi diri dan motivasi.



b.



Tetap focus pada tujuan utama Anda selama berproses.



c.



Buat jurnal perkembangan diri Anda untuk memantau kemajuan diri Anda.



8.



9.



Berusaha Keras untuk Menjadi Tim Pemenang a.



Interaksi yang efektif memicu tindakan yang tepat..



b.



Fokus pada masalah daripada minat pribadi..



c.



Keberhasilan grup adalah hasil dari kontribusi setiap anggota.



Jadilah Pemikir Kritis a.



Debat bukannya berdebat masalah..



b.



Sebelum mengambil keputusan, timbang bukti untuk dan terhadap suatu hipotesis..



10. Ketahui Peran Tutor Anda a.



Pendekatan dalam system PBL adalah berpusat pada siswa.



b.



Tutor Anda bukan sebagai penyedia informasi



c.



Ia lebih suka memfasilitasi pembelajaran dan menempatkan diskusi di jalur yang benar ketika dibutuhkan.



d.



Selama sesi satu lawan satu, tutor Anda akan memberi Anda umpan balik tentang kontribusi Anda pada diskusi kelompok.



e.



Kelompok Anda akan memiliki kesempatan untuk membahas cara-cara meningkatkan dinamika kelompok dengan tutor Anda saat Anda menyelesaikan diskusi untuk setiap masalah (Maudsley, 1999).



11. Beralih ke Sikap Pemenang a.



Kembangkan kebiasaan baik.



b.



Pilih model untuk diikuti.



c.



Lihat peluang untuk sukses dalam tantangan.



d.



Fokus pada solusi-solusi.



e.



Memiliki keinginan untuk memberi dan berbagi sumber daya.



f.



Bersikap gigih.



g.



Menemukan cara untuk mengatasi stres.



h.



Jangan menganggap diri Anda terlalu serius.



i.



Ambil tindakan untuk mengubah sikap Anda.



12. Jadilah Seorang Pembelajar yang Kolaboratif a.



Kolaborasi adalah kompetensi kritis untuk mencapai dan meningkatkan kinerja kelompok (David et al., 1999).



b.



Untuk menumbuhkan kolaborasi dalam anggota kelompok perlu menciptakan iklim kepercayaan.



c.



Minta bantuan dan bantuan orang lain saat dibutuhkan..



d.



Dengarkan dengan penuh perhatian pandangan anggota lain..



e.



Berinteraksi satu sama lain secara teratur..



f.



Bagikan informasi dan sumber daya.



g.



Berikan komentar yang deskriptif, bukan evaluatif atau menghakimi.



h.



Ajukan pertanyaan untuk klarifikasi.



i.



Selalu katakan ‘kami’.



BAB V KESIMPULAN



Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pendidikan untuk mendorong



pembelajaran



mandiri,



integrase



lintas



disiplin



ilmu,



pembelajaran kelompok kecil dan strategi pengambilan keputusan. Selama diskusi



tentang



PBL



ada



sejumlah



masalah



penting



yang



harus



dipertimbangkan oleh pelajar, seperti menjaga aturan dasar, mengetahui peran masing-masing, menjaga dinamika kelompok, menjadi pelajar yang memiliki tujuan, merencanakan cara menggunakan umpan balik tutor untuk meningkatkan diskusi kelompok dan meningkatkan keterampilan belajar pelajar, serta bersusaha untuk menjadi tim pemenang. Pembelajaran



Berdasarkan



Masalah



(PBL)



merupakan



suatu



pembelajaran aktif yang pertama kali diperkenalkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, pada tahun 1986. Pada umumnya, PBL dilaksanakan dalam konteks kurikulum inti yang sudah baku dan terintegrasi antara pengetahuan kedokteran dasar dan klinik. Untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran metode ini, peran pelajar sangat dibutuhkan. Selain itu juga terdapat 12 tips untuk mencapai kesuksesan dalam metode PBL ini seperti yang diterangkan oleh Samy A. Azer.



DAFTAR PUSTAKA 1. Afandi, Dedi. Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang etis. Majalah Kedokteran Andalas. 2017;40 (2):111-21. 2. Alsop, r. The Trophy Kids Grow Up, 1–30. San francisco: Jossey-Bass. 2008. 3. Arnett JJ. High hopes in a grim world: emerging adults’ views of their futures and generation X. Youth Soc. 2000;31 (3):267– 86. 4. Beauchamp Tom L, Childress James F. Principles of Biomedical Ethics. Fifth edition. Oxford University Press. 2001. 5. Bickel J, Brown AJ. Generation X: implications for faculty recruitment and development in academic health centers. Acad Med. 2005;80:203–4. 6. Borges N.J. Comparing Millennial and Generation X Medical Students at one medical school. Academic medicine. 2006; 81 (6): 571-6. 7. Chester, e. Reviving Work Ethic: A Leader’s Guide to Ending Entitlement and Restoring Pride in the Emerging Workforce. 2012. 8. Coomes MD, DeBard R (eds). Serving the Millennial Generation. New Directions to Student Services. San Francisco: Jossey Bass, 2004. 9. Davis DA. Millennial teaching. Academe. 2003;89(1):19–22. 10. Herzberg, J., and M. Madden. Preparing for the generational impact— What We need to Do now. Presentation to the national rural Health association, September 28. 2010. 11. Howe N, Strauss W. Millennials Rising: The Next Great Generation. New York: Vintage Books, 2000. 12. Howell LP, Servis G, Bonham A. Multigenerational challenges in academic medicine: U.C. Davis’s responses. Acad Med. 2005;80:527– 32. 13. Lancaster LC, Stillman D. When Generations Collide: Who They Are, Why They Clash, How to Solve the Generational Puzzle at Work. New York: Harper Business, 2003. 14. Lubis AY. Dekonstruksi epistemologi modern; dari post modernisme, teori kritis, postkolonialisme hingga cultural studies. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu; 2006.p54-66. 15. Murray ND. Welcome to the future: the millennial generation. J Career Plan Employ. 1997;57:36–40. 16. O’Reilly B, Vella-Zarb K. Meet the future. Fortune. 2000;142 (3):144–48. 17. Piper L.E. Generatuon Y in Healthcare: Leading Millenials in an Era of Reform. Frontiers of Health Services Management. 2012; 29 (1). 18. Rasuanto B. Keadilan sosial; pandangan deontologis Rawls dan Habermas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama ; 2005:97-180. 19. Redman, M., and c. Kelly. Winning the War to attract and retain Healthcare Workers. Healthcare Design Magazine. 2011. 20. Schawbel, D. Millennials vs. Baby Boomers: Who Would You rather Hire? Time Moneyland. 2012. 21. Sharpe, J., S. Haynes, and r. McDivitt. GROW a Coaching/Mentoring Program to Facilitate Growth and Develop Leaders. Presentation at congress on Healthcare leadership, Chicago, 2010. 22. Tulgan, B., and c. a. Martin. Managing Generation Y. amherst, Ma: HrD Press. 2001.



23. Woodard DB Jr, Love P, Komives SR. Students of the new millennium. In: Leadership and Management Issues for a New Century. San Francisco: Jossey Bass, 2000;92. 24. Zemke R, Raines C, Fillipczak B. Generations at Work: Managing the Clash of Veterans, Boomers, Xers, and Nexters in Your Workplace. New York: American Management Association, 2000.