Biografi Umru Al [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOGRAFI UMRU AL-QAIS Penyair ini memiliki nama lengkap Umru’ al-Qais bin Hujrin bin al-Harits al-Kindi, dan berasal dari suku Kindah, yaitu suatu suku yang pernah berkuasa penuh di daerah Yaman. Karena itu, ia lebih dikenal sebagai penyair Yaman (Hadramaut).  Kabilah ini adalah keturunan dari bani Harits yang berasal dari Yaman, daerah Hadramaut Barat. Mereka mendiami daerah Nejed sejak pertengahan abad ke-5 Masehi.Nasab penyair ini sangat mulia karena dia anak seorang raja Yaman yang bernama Hujur al Kindy, raja dari kabilah bani Asad.  Dari segi nasab ibunya penyair ini anak Fatimah binti Rabi’ah saudara Kulaib dan Muhalhil Taghlibiyah putra dari Rabi’ah, dua perwira arab yang amat terkenal dalam peperangan Al Basus (Zayyat, 1996:37). Sejak kecil penyair ini dibesaran di Nejed dikalangan bangsawan yang gemar berfoyafoya. Mabuk dan bermain cinta, kemudian karna tingkah lakunya yang buruk dia diusir dari kerajaan.  Dalam masa pengasingan dia mengembara ke jazirah arab untuk menghabiskan waktunya bersama kaum badui. ketika sampai daerah damun ia mendengar berita kematian ayahnya yang dibunuh oleh bani asad karena kediktatorannya.ia bersumpah :



‫ وغدا أمر‬,‫ االيوم مخر‬,‫ والصحو اليوم وال سكر غدا‬,‫ ومحلين دمه كبريا‬,‫ضيعين صغريا‬ “ ketika kecil aku disia-siakan bapakku, namun ketika aku besar aku harus menanggung balas dendam atas kematiaanmu. tidak ada kesadaran hari ini dan tidak ada mabuk besok, hari ini khomer besok adalah waktu balas dendam.” Karya Umru Al-Qais : Sebagian besar ahli sastra Arab berpendapat bahwa diantara puisi-puisi al-Mu’allaqat, puisi Umru’ al-Qais merupakan puisi yang paling terkenal dan menduduki posisi penting dalam khazanah kesusastraan Arab Jahiliyyah.  Mu’allaqat Umru’ al-Qais merupakan peninggalan yang paling monumental yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan kesusastraan Arab pada masa-masa selanjutnya. Puisi-puisinya seringkali dipakai sebagai referensi dalam kajian ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nahwu, sharf, dan balaghah. Orang yang mempelajari puisi karya Umru’ al-Qais dengan mendalam, maka akan ditemukan bahwa keindahan penyair ini terletak pada caranya yang halus dalam puisi ghazalnya. Ditambah dengan gaya isti’arah (kata-kata kiasan dan perumpamaan). Sehingga banyak



yang beranggapan bahwa ialah orang pertama yang menciptakan perumpamaan dalam puisi Arab.  Walaupun terkadang puisi-puisinya juga tidak luput dari perumpamaan yang cabul, tetapi itu tidak mengurangi nilai dalam puisinya, karena bentuk kecabulannya itu tidak terlalu berlebihan, dan perumpamaan semacam itu merupakan kebiasaan dari para penyair Arab. Secara garis besar bait-bait puisinya yang terkumpul dalam kasidah mu’allaqat-nya meliputi beberapa tema, diantaranya : 1. Mengenai perpisahan seorang sahabat yang membekas dan memilukan, yang menyebabkan air mata bercucuran menyertai kepergiannya untuk mengembara. 2. Mengenang hari daratul jaljal sebagai cerminan kisah romantis. Tema ini merupakan ungkapan cinta sejati yang tidak mungkin terlupakan. Dan konon tema inilah yang membuat Umru’ al-Qais terpilih menjadi penyair alMu’allaqat. 3. Mengenai senda gurau yang diibaratkan pertarungan dengan seorang pelacur. Mengenai doa untuk kekasihnya Unaizah, sebagai persembahan cinta yang sejati. 4. Mengenai pertarungan untuk merebut idaman hati. 5. Menggambarkan malam dan waktu-waktu yang dilaluinya, serta kejadian-kejadian luar biasa yang dialaminya. 6. Mengenai penderitaan akan kegagalan. 7. Mengenai simbolisasi kuda dengan kecepatan yang luar biasa. 8. Mengenai pengibaratan pemimpin suku Badui dengan kilat dan hujan, sedangkan pengikutnya dengan jurang yang dalam dan pegunungan yang tinggi. Syi’r Imru al-Qais menggambar keindahan Unaizah (kekasihnya) dalam bait Syi’rnya seperti di bawah ini:



ٍ ‫ت ِذى ِح َق‬ ٍ ‫َفلَ َّما أَجزنَا ساحةُ احلي و ا ْنتَحى بِنَا بطْن خب‬ ‫اف َع َقْن َق ِل‬ َْ ُ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ ِ ِ ‫ت علَى ه‬ ‫ضْي َم ال َك ْش ِح َرياَّ امل َخ ْل َخ ِل‬ ْ َ‫ت بَِف ْو َد ْى َرأْس َها َفتَ َم َايل‬ َّ َ ُ ‫ص ْر‬ َ َ ‫َه‬ ُ ِ ٍ ‫مه ْفه َفـةٌ بيضـاء َغير م َف‬ ‫لس َجْن َج ِـل‬ َّ َ‫ص ُق ْولَةٌ كا‬ َ ُ ُ ْ ُ َ َْ َ َ ُ ْ ‫اضة َتَرائبـَُها َم‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫الرئْ ِم لَيس بَِف‬ ٍ ‫اح‬ ‫صتـْهُ َوالَ مِب ُعـَطَّ ٍل‬ َّ َ‫ش إِ َذا ِه َـي ن‬ َ ْ ِّ ‫َوجْيد َكجْيد‬



ٍ ِ ِ ‫َّخلَ ِة الْ ُمَت َعثْ ِك ِل‬ ْ ‫َس َو َد فَاح ٍم أَثيـْث َك َقْنـ ِو الن‬ ْ ‫َو َف ْر ٍع يَِزيْ ُن الْ َمنْت َ أ‬



Ketika kami berdua telah lewat dari perkampungan, dan sampai di tempat yang aman dari intaian orang kampung Maka kutarik kepalanya sehingga Ia (Unaizah) dapat melekatkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak Wanita itu langsing, perutnya ramping dan dadanya putih bagaikan kaca Lehernya jenjang seperti lehernya kijang, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikit pun, karena lehernya dipenuhi kalung permata Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang kurma. (AlZauziny, 16-17 dan Al Muhdar, 1983: 48).



Imru al-Qais menggambarkan kudanya dengan ungkapan yang begitu indah;



‫ َهْي َك ِل‬,‫ األ ََوابِ ِد‬,‫َوقَ ْد أَ ْغتَ ِدى َوالطَّرْيِ ىِف ُو ُكنَاهِتَا مِب ُْن َج ِر ٍد َقْي ِد‬ ِ ِ ِ ِ ‫سي ِل ِم ْن َع ِل‬ ْ ‫ص ْخ ٍر َحطَّهُ ال‬ َ ‫ ُم ْدبِ ٍر َم ًعا َك َج ْل ُم ْود‬,‫ ُم ْقبِ ٍل‬,‫ُمكٍّر ُمفٍّر‬ ِ ‫ف َعن صهواتِِه وب ْلوى بِأَْنو‬ ِ ‫ف املَثق‬ ‫َّل‬ $ِ ‫العنِْي‬ ‫اب‬ ُّ ِ‫يَِز ُّل الغُالَ ُم اجل‬ َ َ َ ْ َ َ ُ ٍ ِ ِ ِ ٍ ‫ب َتْن َف ِل‬ ُ ْ‫ َوَت ْق ِري‬,‫ َو َساقَا َن َع َامة َوإ ْر َخاء س ْر َحان‬, ‫لَ ْه أيْطَالَ ظَىْب‬ Pagi-pagi aku sudah pergi berburu saat itu burung-burung masih tidur disangkarnya Mengendarai kuda yang bulunya pendek besar larinya cepat mampu mengejar binatang buas yang sedang berlari kencang Maju dan mundur bersamaan secepat kilat seperti hanya satu gerakan Seperti batu besar yang runtuh terbawa banjir dari tempat tinggi Pemuda yang kurus akan kesulitan duduk di pelananya Sebagaimana orang yang kasar dan besar juga akan kerepotan merapikan bajunya Pinggangnya seperti pinggang beruang, kakinya panjang dan keras seperti kaki burung Unta Kalau berlari ringan seperti larinya kijang, apabila berlari kencang mengangkat kedua kaki depannya bagai larinya serigala liar (Mursyidy, t.t.: 75-77).