BJU PDGK4407 Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME EXAM (THE) SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)



Nama Mahasiswa



: Devi Yartika



Nomor Induk Mahasiswa/NIM



: 825850589



Tanggal Lahir



: 09 Juni 1990



Kode/Nama Mata Kuliah



: PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Kode/Nama Program Studi



: PGSD S-1



Kode/Nama UPBJJ



: Pangkalan Baru



Hari/Tanggal UAS THE



: Selasa/22 Desember 2020



Tanda Tangan Peserta Ujian



Petunjuk



1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini. 2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik. 3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan. 4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA



Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik



Yang bertanda bawah ini:



tangan



di



Nama Mahasiswa



: Devi Yartika



NIM



: 825850589



Kode/Nama Mata Kuliah



: PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Fakultas



: FKIP



Program Studi



: PGSD S-1



UPBJJ-UT



: Pangkalan Baru



1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id. 2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun. 3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS THE. 4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya). 5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka. 6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.



Pangkalpinang, 22 Desember 2020 Yang Membuat Pernyataan



Devi Yartika



1)



A. Tunarungu memiliki beberapa istilah lain yang terkenal di masyarakat Indonesia, antara lain tuli, bisu, ataupun kurang dengar. Tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran (Haenudin, 2013:53). Suharmini, (2009:35) memberikan pengertian tunarungu adalah keadaan keterbatasan fungsi Rinaitori. Ketunarunguan disebabkan oleh hilangnya kemampuan untuk menerima rangsangan suara baik sebagian ataupun keseluruhan. Ketunarunguan dapat mengakibatkan adanya hambatan dalam perolehan bahasa, sehingga hal ini akan berdampak pada kemampuan berinteraksi maupun berkomunikasi serta pemahaman individu terhadap kejadian sosial disekitarnya (Sary, 2014:11). Sadjaah (2005:81) mengatakan bahwa tunarungu disebabkan oleh banyak faktor dan erat kaitannya dengan kapan terjadinya gangguan pendengaran itu sendiri. Tunarungu dapat terjadi pada saat sebelum lahir (prenatal), saat lahir (natal), dan setelah dilahirkan (post natal). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan atau kerusakan pada organ pendengarannya, baik setengah maupun keseluruhan, dan hal tersebut menyebabkan ketidakmampuan menerima informasi secara Rinaitori. Ketidakmampuan dalam menerima informasi secara Rinaitori ini berdampak pada kemampuan berbicara dan kemampuan berinteraksi serta pemahaman informasi di sekitar anak tunarungu. Tidak lengkapnya fungsi fisik remaja tunarungu, dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya karena fungsi fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran akibatnya individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi seseorang yang menyandang tuna rungu dengan individu lain yaitu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap Negara. Kehilangan pendengaran bisa disebabkan oleh faktor genetik, infeksi pada ibu seperti cacar air selama kehamilan, komplikasi ketika melahirkan, atau penyakit



awal masa kanak-kanak seperti gondok atau cacar air. Banyak anak sekarang ini dilindungi dari kehilangan pendengaran dengan vaksinasi seperti untuk mencegah infeksi. Tanda-tanda masalah pendengaran adalah mengarahkan salah satu telinga ke pembicara, menggunakan salah satu telinga dalam percakapan, atau tidak memahami percakapan ketika wajah pembicara tidak dapat dilihat indikasi lain adalah tidak mengikuti arahan, sering kali meminta orang untuk mengulang apa yang mereka katakan, salah mengucapkan kata atau nama baru, atau tidak mau berpartisipasi dalam diskusi kelas. Sebab-sebab kelainan pendengaran atau tunarungu juga dapat terjadi sebelum anak dilahirkan, atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapat dibagi dalam: a. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal) 1. Faktor keturunan Cacar air, 2. Campak (Rubella, Gueman measles) 3. Terjadi toxaemia (keracunan darah) 4. Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar 5. Kekurangan oksigen (anoxia) 6. Kelainan organ pendengaran sejak lahir b. Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal) c. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis 1. Anak lahir pre mature 2. Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang) 3. Proses kelahiran yang terlalu lama d. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal) 1. Infeksi 2. Meningitis (peradangan selaput otak) 3. Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan 4. Otitismedia yang kronis 5. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya



tuna rungu wicara yaitu pre natal (keturunan), natal (bawaan dari pihak ibu), post natal (otitis media). B. Dampak Kelainan Bagi Anak Kelainan yang terjadi pada anak akan membawa dampak tersendiri. Jenis dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi anak. Kelainan yang di atas normal, yaitu anak yang mempunyai kemampuan/bakat luar biasa atau yang disebut anak berbakat, barangkali akan mempunyai dampak sangat positif terhadap anak-anak ini. Mereka akan merasa bangga dengan kelainan yang dimilikinya. Namun, jika anak tersebut tidak tertangani secara baik, ada kemungkinan kelebihan yang dimilikinya membuat dia sombong, merasa superior, dan merendahkan teman-temannya. Jika ini yang terjadi, tentu anak tersebut dalam masalah. Di samping itu, kelainan atau kelebihan yang dimiliki oleh anak berbakat dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam hidupnya. Dia mungkin akan menjadi frustrasi karena berada di antara orangorang dewasa, sedangkan dari segi usia dia masih anak-anak. Hal ini terjadi, misalnya pada anak-anak yang dari segi kemampuan sudah layak memasuki perguruan tinggi, sedangkan dari segi usia dia masih memerlukan temanteman sebaya untuk bermain. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai kelainan di bawah normal, kelainan



tersebut



mempunyai



dampak



yang



umumnya



menghambat



perkembangan anak, lebih-lebih jika ia tidak mendapat layanan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya. Hambatan ini tentu dapat diminimalkan dengan memberikan/menyediakan



lingkungan



yang



membantu



anak



dalam



mengembangkan potensi yang dimilikinya. Seperti yang digambarkan dalam kasus-kasus di atas, dampak kelainan bagi anak sangat banyak dan beragam. Ada anak yang kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, terhambat berbagai aspek perkembangannya, namun ada juga yang mampu tumbuh seperti anak-anak lainnya. Jenis kelainan pada anak juga menimbulkan dampak yang spesifik. Misalnya, anak tunarungu akan mendapat hambatan dalam berkomunikasi, anak tunanetra mendapat hambatan dalam mobilitas, anak tunagrahita akan mendapat hambatan dalam banyak hal termasuk dalam mengembangkan keterampilan hidup



sehari-hari atau menolong diri sendiri. Jika dampak kelainan yang berkaitan dengan sensori, ruang lingkupnya terbatas pada sensori yang menderita kelainan, tidak demikian halnya dengan kelainan yang berkaitan dengan kognitif, seperti tunagrahita dan berbakat. Kelainan ini akan mempunyai dampak secara menyeluruh, seperti yang terjadi pada anak tunagrahita. Lebih parah lagi adalah bagi anak tunaganda, yang mengalami kelainan lebih dari satu aspek. Dampak kelainan ini dapat merupakan gabungan dari kelainan yang diderita, misalnya anak tunanetra yang juga menderita tunarungu, dampaknya akan lebih parah jika dia hanya menderita tunarungu atau tunagrahita saja. Sementara itu, kelainan di bawah normal yang berkombinasi dengan kelainan di atas normal, misalnya anak berbakat yang tunanetra, keberbakatan akan dapat memperkecil dampak ketunanetraannya. Contoh lain adalah anak tunadaksa (karena menderita polio, ia selalu berada di kursi roda) yang sangat cerdas. Oleh karena cerdasnya, kepercayaan dirinya tetap tinggi sehingga ia tidak terlampau banyak tergantung dari orang lain. Ia bahkan mampu mengendarai mobil sendiri, setelah beberapa bagian mobil disesuaikan dengan kebutuhannya. Tingkat kelainan juga menimbulkan kebutuhan khusus yang berbeda, sehingga dampaknya juga akan berbeda bagi anak. Anak yang menderita kelainan yang bersifat ringan mungkin masih mampu menolong diri sendiri sehingga tidak banyak tergantung pada orang lain. Makin parah tingkat kelainan, dampaknya bagi anak juga semakin parah. Ketergantungan pada orang lain akan semakin tinggi karena terhambatnya perkembangan yang cukup parah. Anak tunagrahita berat mungkin tidak dapat menolong diri sendiri, sedangkan anak tunagrahita ringan masih dapat dididik. Berdasarkan tingkat kelainan yang menimbulkan perbedaan dalam kebutuhan khusus inilah dibuat klasifikasi anak mampu didik (tunagrahita ringan) dan mampu latih (tunagrahita sedang). Contoh pada Kasus 3 merupakan ilustrasi dari dampak kelainan ganda, yang menyebabkan anak tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bantuan khusus yang khas sehingga keberadaannya sangat tergantung dari orang lain. Di samping jenis dan tingkat kelainan, waktu munculnya kelainan juga mempengaruhi berat ringannya kebutuhan khusus yang



diperlukan oleh anak. Anak yang menderita kelainan sejak lahir tidak sempat mengalami pertumbuhan yang normal sehingga ia tidak sempat belajar keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, anak yang tuli sejak lahir, tidak pernah mendapat kesempatan untuk mendengar bunyi atau menghasilkan bunyi. Sebagai akibatnya, dia sama sekali tidak mempunyai persepsi tentang bunyi, dan keadaan ini sangat berpengaruh bagi kemampuannya untuk berkomunikasi. Sebaliknya, dampak kelainan atau kebutuhan khusus yang terjadi sesudah kelahiran dapat diperkecil karena anak-anak ini sudah sempat mengalami perkembangan yang normal sebelum munculnya kelainan. Meskipun demikian, dampak psikologis yang dihadapi mungkin jauh lebih besar pada anak yang mengalami kelainan sesudah lahir daripada yang mengalaminya sejak lahir. Misalnya, anak yang menderita tunanetra pada usia 15 tahun sudah sempat mengembangkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan penglihatan, seperti Menulis, menulis, dan mobilitas. Oleh karena itu, dampak kelainan bagi perkembangan selanjutnya tidak sama dengan jika ia menderita tunanetra sejak lahir. Meskipun ia sempat menikmati dunia, namun ia mungkin akan menjadi frustrasi karena tidak mampu lagi Menulis huruf biasa, dan belajar huruf Braille memerlukan waktu lama. Kelainan memang berdampak bagi ABK sepanjang hayatnya karena ia memiliki kebutuhan khusus



sepanjang hayatnya pula. Agar dampak ini



dapat



diminimalkan, berbagai layanan dalam setiap tahap perkembangan harus dirancang dengan cermat. Penyediaan pelayanan ini akan menjadi lebih mudah bagi kelainan yang mudah diidentifikasi, misalnya tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Namun, bagi kelainan yang susah dideteksi, seperti tunagrahita, berbakat, tunalaras, dan kesulitan belajar, dampaknya bagi anak mungkin akan menjadi lebih parah karena terlambatnya bantuan khusus yang diberikan. Terlepas dari mudah tidaknya melakukan deteksi, ABK haruslah dibantu agar dampak kelainan atau kebutuhan khusus yang diperlukannya tidak menghambat dia untuk mampu menolong diri sendiri. Dengan mencermati uraian di atas, Anda akan dapat menyimpulkan bahwa dampak kelainan, terutama yang di bawah normal



sangat bervariasi sesuai dengan jenis kelainan dan lingkungan tempat anak tersebut dibesarkan. Dampak yang sangat jelas bagi semua ABK adalah kelainan dan kebutuhan khusus akan mempengaruhi perkembangan mereka. Bagi ABK di atas normal, kelainan mungkin mempercepat perkembangan, sedangkan bagi ABK di bawah normal, kelainan tersebut kemungkinan besar menghambat perkembangan mereka. Pada dasarnya, perkembangan manusia (dalam arti perubahan



dalam



hidup)



berlangsung



selama



hidup



maka



dampak



kelainan/kebutuhan khusus ini pun akan muncul pada setiap tahap perkembangan, mulai dari masa bayi sampai dengan meninggal. Dampak Kelainan Bagi Keluarga Ada orang tua keluarga yang secara pasrah menerima kenyataan yang mereka hadapi, namun tidak jarang yang merasa sangat terpukul, dan tentu saja ada yang bersikap tidak peduli. Reaksi/sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu anggota keluarganya dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya tingkat pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan tentu saja jenis dan tingkat kelainan yang diderita. Keluarga yang berpendidikan dan berasal dari latar belakang budaya tertentu mungkin akan menerima kelainan yang diderita oleh anaknya karena anak dianggap sebagai anugerah Tuhan yang wajib diberi kasih sayang. Meskipun dapat dipastikan bahwa reaksi orang tua akan sama ketika harus menerima kenyataan yang jauh dari harapan, namun tindak lanjut dari reaksi tersebut akan bervariasi. Ada yang secara sadar berusaha mencari jalan untuk menolong anaknya agar mampu berkembang, ada yang pasrah saja tanpa berbuat apa-apa karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, bahkan ada juga yang menjadi tidak peduli atau lebih parah lagi, ada keluarga yang menyembunyikan anaknya karena rasa malu. Kasus seperti ini, masih terjadi sehingga tidak mudah untuk mendata ABK yang ada di satu daerah. Oleh karena itu, angka-angka yang didapat tentang jumlah penyandang kelainan dapat dipastikan lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya. Jenis dan tingkat kelainan juga menentukan reaksi keluarga terhadap kelainan ini. Keluarga yang memiliki anak berbakat akan menjadi sangat bangga akan



anaknya. Oleh karena kebanggaan ini, tidak jarang keluarga memeras habis kemampuan anaknya sehingga menimbulkan masalah bagi anak. Namun, tidak jarang juga ada keluarga yang tidak peduli sehingga kemampuan luar biasa yang dimiliki anak tidak berkembang. Dalam hal ini, kita harus selalu ingat bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Berbeda dengan anak berbakat, setiap keluarga yang menyadari ada anggota keluarganya yang menyandang kelainan di bawah normal, lebih-lebih yang tingkat keparahannya cukup tinggi, akan merasa terpukul. Mungkin diperlukan waktu yang cukup lama sampai keluarga dapat menerima kenyataan tersebut. Dampak Kelainan Bagi Masyarakat Sikap masyarakat mungkin sangat bervariasi tergantung dari latar belakang sosial budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan berbagai fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh, bahkan tidak jarang ada yang bersikap antipati sehingga melarang anak-anaknya bergaul atau berteman dengan ABK (terutama yang di bawah normal). Tidak jarang pula keberadaan ABK di satu daerah dianggap sebagai hukuman bagi masyarakat sekitar. Kita tentu sangat berharap agar anggapan seperti itu, tidak muncul lagi dalam masyarakat. Sebagai seorang guru, lebih-lebih guru di sekolah biasa, Anda perlu menyadari sikap masyarakat ini agar Anda dapat memberikan layanan yang tepat bagi ABK yang kebetulan ada di kelas Anda. Sehubungan dengan dampak keberadaan ABK bagi masyarakat perlu dicatat bahwa masyarakat di Indonesia sudah banyak yang peduli terhadap ABK. Ini dibuktikan dengan pendirian berbagai sekolah luar biasa (SLB) yang diprakarsai oleh masyarakat. Bahkan, menurut data dari Direktorat Pendidikan Dasar, jumlah SLB Swasta hampir 12 kali lipat jumlah SLB Negeri (Tahun 1998/1999: 2.875 SLB Negeri dan 33.974 SLB Swasta). Dengan demikian, keberadaan ABK memang mendorong masyarakat untuk berbuat sesuatu untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang. Para ABK diharapkan dapat mengembangkan potensinya sehingga memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka mampu menolong diri sendiri dan tidak menjadi beban masyarakat atau sumber masalah yang berkaitan



dengan kriminal. Berbeda halnya dengan anak berkelainan di bawah normal, keberadaan anak berbakat di satu daerah pada umumnya membawa dampak positif bagi masyarakat. Daerah asal ABK ini dapat terkenal karena prestasi anakanak berbakat ini. Misalnya, satu daerah di Bali, yaitu Kabupaten Bangli, menjadi dikenal oleh dunia karena pemenang Olimpiade Fisika berasal dari daerah tersebut. Tidak mustahil pula keberadaan anak-anak berbakat ini dapat menjadi pendorong bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan perkembangan anaknya dan fasilitas pendidikan di daerah tersebut. 2)



Difabel (atau kadang juga disebut disabilitas) adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal. Dari table di atas dapat diketahui bahwa disabelitas yang menempati jumlah tertinggi adalah difabel Tuna Grahita. Tuna Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan mental yang berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai IQ di bawah normal dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Sebagaimana halnya anak tunarungu, tunagrahita juga dapat dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Meskipun yang menonjol dalam hal ini adalah kemampuan mental yang di bawah normal, namun kondisi ini berpengaruh pada kemampuan lainnya, seperti kemampuan untuk bersosialisasi dan menolong diri sendiri. Tuna Grahita merupakan jenis/klasifikasi disabilitas mental. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tuna grahita pada anak, yang dapat dikaitkan dengan sindrom genetik, paparan racun, pernah menderita penyakit serius, atau cedera di bagian kepala. Berikut adalah penyebab tuna grahita yang



paling umum: a. Kondisi genetic Disabilitas intelektual pada anak dapat disebabkan oleh kondisi genetik, yang diturunkan oleh orangtua, meliputi genetika yang abnormal, kombinasi gen yang rusak, dan kasus genetika lainnya. Contoh sindrom genetika adalah Down Syndrome, Sindrom Fragile X, dan Phenylketonuria. b. Komplikasi kehamilan Disabilitas intelektual juga dapat terjadi karena janin yang tidak berkembang dengan baik di rahim. Faktor pemuciunya adalah apabila Mama mengonsumsi alkohol atau narkoba saat hamil, kurang gizi untuk Mama dan janin, atau terinfeksi virus rubella. Komplikasi tersebut mengakibatkan perkembangan otak janin yang terganggu. c. Masalah kelahiran Walaupun janin sehat saat di rahim, risiko bayi lahir terkena disabilitas intelektual dapat terjadi saat bayi kekurangan oksigen saat proses kelahiran, atau ketika bayi dilahirkan dengan kondisi yang sangat prematur. d. Penyakit atau cedera serius Tuna grahita juga dapat terjadi karena perkembangan dari penyakit serius, seperti meningitis, campak, batuk rejan, terpapar racun, tidak mendapatkan perawatan medis yang baik, atau gizi buruk yang ekstrim. e. Penyebab belum diketahui Pada dua per tiga kasus anak dengan disabilitas intelektual, penyebabnya belum diketahui. Bisa juga disebabkan karena saat Mama hamil mengonsumsi obat-obatan tanpa petunjuk dokter, sehingga efek samping obat membuat bayi memiliki infeksi otak yang serius dengan disabilitas intelektual. Untuk mengetahui jelas penyebabnya dan cara mengatasi tunagrahita pada anak, Mama perlu diagnosis langsung dari dokter spesialis untuk mengukut seberapa jauh kemampuan intelektual pada anak. Menurut Jati Rinarki, dalam bukunya “Anak Berkebutuhan Khusus” ia menyatakan berbagai efek pada anak-anak penyandang cacat intelektual: (Jati



Rinakri Atmaja, M.Pd – 2018) a. Terhadap kemampuan Akademik Kemampuan belajar anak-anak penyandang cacat intelektual sangat terbatas, terutama kemampuan mereka dalam hal-hal abstrak. Anda belajar lebih banyak dari burung beo daripada dari pemahaman. Dengan membuat kesalahan yang sama, mereka cenderung menjauh dari tindakan berpikir dan memberi mereka minat b. Sosial atau Emosional Mereka cenderung cepat lupa, sulit untuk membuat kreasi baru, dan rentang perhatiannya pendek. Dampak sosial emosional anak-anak dengan cacat intelektual mungkin karena ketidakmampuan mereka untuk menerima dan menerapkan



norma-norma



sosial



dan



pandangan



masyarakat



yang



menyamakan keberadaan cacat intelektual dengan anggota lain dari komunitas atau komunitas yang dapat terus percaya pada anak-anak dengan cacat intelektual. mereka tidak melakukan apa-apa karena kurangnya minat. Dampak dari kecacatan sosial dan emosional mereka adalah bahwa anak cacat mental tidak dapat memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sehubungan dengan kecacatan intelektual, anak-anak tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, merawat diri mereka sendiri dan memimpin. 3)



Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan belajar bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya mempunyai tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi yang seharusnya karena mendapat kesulitan belajar. Oleh karena itu, Anda pasti dapat memahami bahwa anak-anak ini tidak mudah diidentifikasi dan paling banyak terdapat di antara anak-anak yang bersekolah di sekolah biasa. Dalam proses pembelajaran di sekolah baik guru maupun siswa, pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik, sehingga mereka memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, masih banyak



siswa yang tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Kesulitan dalam belajar siswa merupakan suatu gejala yang selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana siswa kurang mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Ini terjadi karena kemampuan siswa untuk melakukan tugas yang tidak seimbang dengan tuntunan pembelajaran. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan rendah, bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kenyataan ini, menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menghadapi sejumlah hambatan dalam proses pembelajaran di kelas. Kesulitan dalam belajar merupakan suatu bentuk gangguan faktor fisik dan psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau gangguan bahasa, lisan atau tulisan yang dengan sendirinya muncul berbagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, Menulis, menulis atau membuat perhitungan matematika. Termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional akibat keadaan ekonomi, budaya atau lingkungan yang tidak menguntungkan. Jadi kesulitan belajar pada siswa adalah ketidak mampuan anak yang karena satu dan lain hal secara terkait menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimal, prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Yang sebaiknnya guru lakukan pada anak yang kesulitan belajar yaitu : a. Identifikasi



Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemuka siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut: 1. Data dokumen hasil belajar 2. Menganalisis absensi siswa di dalam kelas 3. Mengadakan wawancara dengan siswa



4. Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar. 5. Tes untuk mengetahui data tentang kesulitan belajar atau masalah yang



dihadapi. b. Diagnosis



Diagnosis adalah penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara: 1. Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran



dengan rata-rata nilai seluruh individu. 2. Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut 3. Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal yang



diperoleh. c. Prognosi



Prognosis adalah merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang di harapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis dapat berupa: 1. Bentuk treatmen yang akan dilakukan 2. Bahan atau materi yang di perlukan 3. Metode yang akan di gunakan 4. Alat bantu belajar mengajar yang di perlukan 5. Waktu kegiatan pelaksanaan d. Memberikan bantuan atau Terapi



Terapi yang dimaksud disini adalah memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut: 1. Bimbingan belajar kelompok 2. Bimbingan belajar individual 3. Pengajaran remedial 4. Pemberian bimbingan pribadi 5. Alih tangan kasus.



Diantara kesulitan belajar yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa setiap siswa di sekolah –sekolah mengahadapi masalah tersebut dan termasuk di sekolah MIN Maros. Sehingga inilah yang menjadi tantangan bagi seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar.



4) Program Pengajaran Individu (PPI) Nama Sekolah



: SD Negeri 10 Tempilang



Nama Anak



: Rina



Tanggal Lahir Anak



: 1 Januari 2011



Tanggal Pertemua Tim PPI



: 1 Desember 2020



Tanggal penempatan di kelas



: 13 Juli 2020



Tanggal berakhir



: 19 Desember 2020



Kesimpulan Hasil Asesmen No.



Aspek Perkembangan



Kekuatan



Kelemahan



Kebutuhan



1.



Kognitif



Anak dapat menyebutkan belum mampu huruf-huruf yang terdapat menulis dengan pada nama-nama buah, lancar hewan dan beberapa alat permainan



Menulis dengan lancar



2.



Komunikasi



Dapat menunjukkan huruf-huruf pada nama buah, hewan, dan beberapa alat perminan



Memahami hurufhuruf



Rina belum dapat menyalin huruf-huruf yang ditunjukkannya di buku tulis miliknya



3.



Sosial & Emosi



Perkembangan moral, kognitif, komunikasi, sensori motor sudah sesuai perkembangan



Belum mau menyapa teman (terungkap pada pedoman Identifikasi Potensi Rina untuk tingkatan usia Rina36 bl)



Melakukan pertemanan di dalam dan di luar kelas



4.



Fisik dan Motorik



Dapat berjalan lurus



Belum mampu naik turun tangga



mampu naik turun tangga



5.



Program Khusus



Untuk anak autis Program khusus mencakup aspek perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi, serta fisik dan motorik.



Tujuan Asepek Perkembangan



Tujuan Jangka Panjang



Tujuan Jangka Pendek



Kognisi



Rina dapat menulis dengan lancar



1. Rina dapat membedakan hurufhuruf dengan media gambar binatang 2. Rina dapat membedakan hurufhuruf dengan media gambar buah 3. Rina dapat membedakan huruf-huruf menggunakan media alat permainan 4. Rina dapat membedakan hurufhuruf menggunakan bendabenda di sekitar



Komunikasi



RINA memahami instruksi sederhana yang diberikan



1. Memahami huruf-huruf yang dilihatnya 2. Memahami huruf-huruf yang disebut gurunya 3. Meletakan huruf-huruf yang disebut teman-temannya



Sosial & Emosi



RINA dapat menyapa di kelas dan di luar kelas secara mandiri



1. Rina dapat bersalaman dengan guru kelasnya ketika masuk ke sekolah/kelas 2. Rina dapat bersalaman dengan temantemannya 3. Rina dapat membalas sapaan ketika disapa oleh guru 4. Rina dapat menyapa teman yang duduk didekatnya



5. Rina dapat menyapa guru kelas ketika bertemu dengan guru kelas



Fisik dan Motorik



RINA dapat naik turun tangga



Program Khusus



Untuk anak autis Program khusus mencakup aspek perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi, serta fisik dan motorik.



waktu



1 semester



Penanggungjawab



Guru Devi Yartika GPK, orang tua, keluarga



Pendekatan dan metode



Individual dan kelompok



Alat dan media



1. Gambar – gambar : binatang, buah, alat-alat permainan, benda-benda yang ada di sekitar 2. Tangga: untuk latihan naik turun



penilaian



Pedoman Identifikasi Potensi RINA



1. RINA dapat naik tangga dengan berpegangan 2. RINA dapat naik tangga dengan tanpa berpegangan 3. RINA dapat turun tangga dengan berpegangan 4. RINA dapat turun tangga dengan tanpa berpegangan



Lembar Observasi Kisi-Kisi Lembar Pedoman Observasi Siswa Berkesulitan Belajar Menulis Permulaan No.



Indikator



1.



Identitas siswa menulis permulaan



berkesulitan



2.



Karakteristik siswa berkesulitan belajar menulis permulaan



3.



Perilaku siswa menulis permulaan



berkesulitan



belajar



belajar



Jumlah Item



Nomor Item



2



1, 2



3



3, 4, 5



14



6-14



Lampiran 1.2 Lembar Pedoman Observasi Siswa Berkesulitan Belajar Menulis Permulaan No.



Aspek yang diamati



1.



Nama siswa



2.



Jenis kelamin



3.



Karakteristik kepribadian *)



4.



Karakteristik fisik **)



5.



Karakteristik akademik ***)



Deskripsi Hasil Pengamatan



*) sifat yang tercermin pada sikap siswa membedakan dirinya dengan siswa lain **) ciri-ciri khusus yang berupa jasmani pada diri siswa ***) kemampuan yang dimiliki/tidak dimiliki siswa berupa ilmu pengetahuan, dan keterampilan



Perilaku Siswa Berkesulitan Belajar Meniulis Permulaan Kelas Rendah di SD Negeri 10 Tempilang (berilah tanda centang sesuai perilaku yang ditunjukkan oleh anak)



No.



Gambaran Perilaku



Nama Siswa



1.



Menelusuri baris-baris bacaan dengan jari Mengeja dengan nyaring kemudian menggabungkan



2.



menjadi kata Mengeja dengan nyaring tetapi tidak menggabungkan



3.



menjadi kata



4.



Menghilangkan kata



5.



Mengganti kata



6.



Menambahkan kata



7.



Melompat baris saat Meniulis



8.



Mengabaikan tanda baca



9.



Posisi tubuh tidak tepat



10.



Kenyaringan suara terlalu lemah/keras



11.



Jarak antara buku dan mata terlalu jauh/dekat



12.



Meniulis terlalu cepat/lambat



13.



Salah melafalkan kata



14.



Menolak Meniulis



Prosentase