Bukan Hanya PancaSola - Artikel 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bukan hanya Panca Sola Dahulu ketika mendengar perbincangan mengenai reformasi gereja, pikiran saya langsung tertuju pada kisah perjuangan para reformator untuk menyerukan ‘Panca Sola’, yakni Sola Fide (hanya iman), Sola Gratia (hanya anugerah), Sola Scriptura (hanya Alkitab), Solus Christus (hanya Kristus) dan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan hanya bagi Allah). Dengan kata lain, saya berpikir bahwa reformasi gereja itu hanya sebatas upaya pembaharuan yang dilakukan oleh para reformator terhadap ajaran gereja yang menyimpang pada masa itu dengan kembali pada ‘Panca Sola’. Melalui perkuliahan dalam kelas ‘Teologi dan Sejarah Ibadah Reformed’, pikiran saya yang lama tentang reformasi gereja yang sempit itu pun turut direformasi. Pembaharuan yang diperjuangkan dan dikerjakan oleh para reformator tidak hanya sebatas pembaharuan pengajaran Firman, pelaksanaan sakramen baptisan dan perjamuan kudus, dan pelayanan doa dalam lingkungan gereja, tetapi juga pembaharuan itu juga menyentuh pelayanan sosial kepada orang-orang sakit, orang-orang tua, para janda dan anak-anak yatim maupun orang-orang miskin. Hal itu menunjukkan bahwa para reformator memiliki keprihatinan terhadap sikap gereja Abad Pertengahan yang menjadikan pelayanan sosial sebatas perbuatan baik untuk menyelamatkan diri sendiri (mengurangi masa di purgatori), dan juga tidak menutup mata terhadap berbagai isu-isu sosial yang terjadi pada masa itu. Keprihatinan para reformator terhadap penyimpangan pelayanan sosial oleh gereja, dan juga terhadap berbagai isu sosial itu lahir dari keinsyafan bahwa kita telah diselamatkan Tuhan semata-mata oleh karena kasih karunia-Nya, dan diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:8-10). Keinsyafan demikian melahirkan kesadaran dalam diri para reformator bahwa mereka diselamatkan bukan dengan tujuan hanya untuk masuk surga (keselamatan pribadi), melainkan juga untuk mengerjakan tugas yang Allah kehendaki, yaitu meneruskan perbuatan kasih kepada sesama atau ‘sent to serve’. Dengan begitu, pelayanan sosial atau perbuatan kasih kepada sesama yang dikerjakan oleh para reformator bukan sekadar aktivitas dan pelayanan berdasarkan hobi atau tindakan kasihan (iba), tetapi karena didorong kasih dan Firman Allah yang telah diterima dari Yesus Kristus sendiri, bahwa kita diselamatkan karena dikasihi atau memperoleh kasih Allah, yang kemudian dipanggil untuk mengasihi dan melayani, pertama-tama kepada Allah, lalu kepada sesama. Jadi pelayanan sosial atau perbuatan baik kita sepenuhnya adalah respon kita terhadap karya keselamatan yang Allah kerjakan dan panggilan untuk kembali mengasihi Allah dan sesama (Kel 20:1-17; Ul 5:6-21; Mat. 22:37-40). Diinspirasi oleh pengajaran dan tindakan para reformator, khususnya Calvin, Abraham Kuyper, seorang teolog dan Perdana Menteri Belanda (tahun 1901-1905), berkata, “Mungkinkah orang percaya hidup dalam dunia ini tanpa memedulikan problema sosial yang ada di dalam masyarakat?”1



1



Abraham Kuyper, Iman Kristen dan Problema Sosial (Surabaya: Momentum, 2014), 37.