Cairan Serebrospinal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organisme penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitifitas antibiotika.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dan fisiologi Cairan Serebrospinal ? 2. Bagaimana pembentukan Cairan Serebrospinal ? 3. Bagaimana reabsorbsi dan sirkulasi Cairan Serebrospinal ? 4. Apa saja patofisiologi Cairan Serebrospinal ? 5. Bagaimana pengambilan Cairan Serebrospinal ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi Cairan Serebrospinal. 2. Untuk mengetahui dan memahami proses pembentukan Cairan Serebrospinal. 3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Cairan Serebrospinal. 4. Untuk mengetahui dan memahami reabsorbsi dan sirkulasi Cairan Serebrospinal. 5. Untuk mengetahui dan memahami pengambilan Cairan Serebrospinal.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi dan Fisiologi Cairan Serebrospinal



Selain mendapatkan perlindungan dari tulang dan membrane meninges, otak dan sumsum tulang belakang mendapat perlindungan selanjutnya melalui “bantalan cairan” yang terdapat disekeliling otak dan sumsum tulang belakang serta juga di dalam strukturstruktur tersebut. Cairan ini disebut serebrospinal. Cairan ini berwarna jernih dan menyerupai cairan limfe serta mengandung air, glukosa, garam mineral, sedikit protein, dan sel darah putih. Kepadatan bandingannya adalah 1005. Cairan serebrospinal bertindak sebagai larutan yang membawa oksigen serta zat makanan ke otak dan sumsum tulang belakang serta mengubah limbah yang dihasilkan oleh kedua organ tersebut. Cairan ini membentuk suatu bantalan cairan untuk melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari cedera akibat benturan. Cairan serebrospinal berasal dari darah dan dibentuk di dalam otak. Di ventrikelventrikel otak terdapat suatu rangkaian kapiler yang disebut pleksus koroid. Cairan serebrospinal yang dihasilkan disini memenuhi kedua ventrikel sisi, yaitu ventrikel ketiga dan keempat. Saluran yang menghubungkan ventrikel sisi ke ventrikel ketiga adalah foramina Munro dan saluran yang menghubungkan ventrikel ketiga dengan ventrikel keempat adalah akuaduktus Sylvii. Dari tonjolan ventrikel keempat, cairan serebrospinal masuk kedalam suatu lubang yang disebut furamen magendie dan sampai ke dalam ruang subarknoid yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. 1. Anatomi Cairan Serebrospinal a. System Ventrikel Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, amsing-masing 2



ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata b. Meninges dan Ruang Subaraknoid Otak dan medulla spinalis di selimuti dan dilindungi oleh 3 membran jaringan ikat yang di sebut meninges. Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang bersifat non neural. Meninges membentuk devisi di dalam tengkorak,mengelilingi sinus vena, dan mengandung cairan serebrospinal. Meninges memiliki 3 lapisan. Lapisan ganda terluar, di sebut duramater, melekat dengan permukaan terdalam tengkorak. Lapisan tengah adalah jirim araknoid, yang membungkus seluruh system saraf pusat dan membentuk ruang araknoid yang berisi cairan serebrospinal. Lapisan terdalam, disebut piamater, melekat pada otak, medulla spinalis dan saraf segmental dan berisi pembuluh darah kecil. - Duramater. Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan endosteumnya. - Araknoid. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal.



3



-



Piamater. Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisurafisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra. c. Ruang Epidural. Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural. d. Ruang Subdural. Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural. 2. Fisiologi Cairan Serebrospinal Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah. CSS mempunyai fungsi : a. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf. b. CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak c. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid. d. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral. e. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.



4



B. Pembentukan Cairan Serebrospinal



Pleksus koroid (pembuluh darah seperti bunga kol yang ditutupi lapisan tipis sel epitel) pada empat ventrikel serebral merupakan lokasi utama dari pembentukan cairan serebrospinal yang terus dihasilkan dari pleksus koroid sekitar 30 mL per jam. Dibandingkan dengan cairan ekstraselular lainnya, konsentrasi sodium dan klorida pada cairan serebrospinal 7% lebih tinggi dan konsentrasi glukosa dan potassium 30% lebih rendah. Perbedaan komposisi dari cairan serebrospinal ini menunjukkan bahwa cairan serebrospinal merupakan hasil sekresi koroid dan bukan filtrat sederhana dari kapiler. Derajat keasaman (pH) dari cairan serebrospinal diatur dan dipertahankan pada angka 7,32. Perubahan pada PaCO2 dapat mengakibatkan perubahan pH cairan serebrospinal, yang menggambarkan kemampuan karbon dioksida untuk melewati sawar darah otak dengan mudah. Akibatnya, asidosis respirasi akut atau alkalosis menghasilkan perubahan pada pH cairan serebrospinal. Transport aktif ion bikarbonat akan mengembalikan pH cairan serebrospinal menjadi 7.32, meskipun terdapat perubahan pada pH arterial.



5



C. Reabsorbsi dan Sirkulasi Cairan Serebrospinal 1. Reabsorbsi Hampir seluruh cairan serebrospinal yang terbentuk setiap hari diserap kembali ke dalam sirkulasi vena melalui struktur khusus yang dikenal sebagai vili araknoid atau granulation. Vili ini menonjol dari ruang subaraknoid ke sinus vena otak dan terkadang masuk ke pembuluh darah sumsum tulang belakang. Vili araknoid merupakan trabekula yang menonjol melalui dinding vena, menghasilkan area yang sangat permeabel dan memungkinkan aliran cairan serebrospinal mengalir bebas ke dalam sirkulasi. Besarnya reabsorbsi tergantung pada gradien tekanan antara cairan serebrospinal dan sirkulasi vena. 2. Sirkulasi Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel serebral lateral dan masuk ke ventrikel ketiga melalui foramen Monro, dimana cairan serebrospinal ini kemudian bercampur dengan yang cairan terbentuk disana. Cairan serebrospinal ini lalu melewati saluran Sylvius menuju serebral ventrikel keempat, dimana masih ada cairan serebrospinal yang dibentuk. Cairan serebrospinal masuk ke magna cisterna melalui foramen lateral Luschka dan melalui foramen tengah Magendie. Dari titik ini, cairan serebrospinal mengalir melalui ruang subaraknoid ke serebrum, dimana sebagian besar merupakan lokasi vili araknoid.



D. Patofisiologi Cairan Serebrospinal Keadaan normal dan beberapa kelainan cairan serebrospinal dapat diketahui dengan memperhatikan : 1. Warna Normal cairan serebrospinal warnamya jernih dan patologis bila berwarna : kuning, santokhrom, cucian daging, purulenta atau keruh. Warna kuning muncul dari protein. Peningkatan protein yang penting danbermakna dalam perubahan warna adalah bila lebih dari 1 g/L. Cairan serebrospinal berwarna pink berasal dari darah dengan jumlah sel darah merah lebih dari 500 sdm/cm3. Sel darah merah yang utuh akan memberikan warna merah segar. Eritrosit akan lisis dalam satu jam danakan memberikan warna cucian daging di dalam cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal tampak purulenta bila jumlah leukosit lebih dari 1000 sel/ml. 2. Tekanan Tekanan CSS diatur oleh hasil kali dari kecepatan pembentukan cairan dan tahanan terhadap absorpsi melalui villi arakhnoid. Bila salah satu dari keduanya naik, maka tekanan naik, bila salah satu dari keduanya turun, maka tekanannya turun. Tekanan CSS tergantung pada posisi, bila posisi berbaring maka tekanan normal cairan serebrospinal antara 8-20 cm H2O pada daerahh lumbal, siterna magna dan 6



ventrikel, sedangkan jika penderita duduk tekanan cairan serebrospinal akan meningkat 10-30 cm H2O. Kalau tidak ada sumbatan pada ruang subarakhnoid, maka perubahan tekanan hidrostastik akan ditransmisikan melalui ruang serebrospinalis. Pada pengukuran dengan manometer, normal tekanan akan sedikit naik pada perubahan nadi dan respirasi, juga akan berubah pada penekanan abdomen dan waktu batuk. Bila terdapat penyumbatan pada subarakhnoid, dapat dilakukan pemeriksaan Queckenstedt yaitu dengan penekanan pada kedua vena jugularis. Pada keadaan normal penekanan vena jugularis akan meninggikan tekanan 10-20 cm H2O dan tekanan kembali ke asal dalam waktu 10 detik. Bila ada penyumbatan, tak terlihat atau sedikit sekali peninggian tekanan. Karena keadaan rongga kranium kaku, tekanan intrakranial juga dapat meningkat, yang bisa disebabkan oleh karena peningkatan volume dalam ruang kranial, peningkatan cairan serebrospinal atau penurunan absorbsi, adanya masa intrakranial dan oedema serebri. Kegagalan sirkulasi normal CSS dapat menyebabkan pelebaran vena dan hidrocephalus. Keadaan ini sering dibagi menjadi hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus obstruktif. Pada hidrosefalus komunikans terjadi gangguan reabsorpsi CSS, dimana sirkulasi CSS dari ventrikel ke ruang subarachnoid tidak terganggu. Kelainan ini bisa disebabkan oleh adanya infeksi, perdarahan subarakhnoid, trombosis sinus sagitalis superior, keadaan-keadaan dimana viscositas CSS meningkat danproduksi CSS yang meningkat. Hidrosefalus obstruktif terjadi akibat adanya ganguan aliran CSS dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Kelainan ini dapat disebabkan stenosis aquaduktus serebri, atau penekanan suatu msa terhadap foramen Luschka for Magendi ventrikel IV, aq. Sylvi dan foramen Monroe. Kelainan tersebut bias berupa kelainan bawaan atau didapat. 3. Jumlah sel Jumlah sel leukosit normal tertinggi 4-5 sel/mm3, dan mungkin hanya terdapat 1 sel polymorphonuklear saja, Sel leukosit junlahnya akan meningkat pada proses inflamasi. Perhitungan jumlah sel harus sesegera mungkin dilakukan, jangan lebih dari 30 menit setelah dilakukan lumbal punksi. Bila tertunda maka sel akan mengalami lisis, pengendapan dan terbentuk fibrin. Keadaaan ini akan merubah jumlah sel secara bermakna. Leukositosis ringan antara 5-20 sel/mm3 adalah abnormal tetapi tidak spesifik. Pada meningitis bakterial akut akan cenderung memberikan respon perubahan sel yang lebih besar terhadap peradangan dibanding dengan yang meningitis aseptik. Pada meningitis bakterial biasanya jumlah sel lebih dari 1000 sel/mm3, sedang pada meningitis aseptik jarang jumlah selnya tinggi. Jika jumlah sel meningkat secara berlebihan (5000-10000 sel /mm3), kemungkinan telah terjadi rupture dari abses serebri atau perimeningeal perlu dipertimbangkan. Perbedaan jumlah sel memberikan petunjuk ke arah penyebab peradangan. Monositosis tampak pada inflamasi kronik oleh L. monocytogenes. Eosinophil relatif jarang ditemukan dan akan tampak pada infeksi cacing dan penyakit parasit lainnya 7



termasuk Cysticercosis, juga meningitis tuberculosis, neurosiphilis, lympoma susunan saraf pusat, reaksi tubuh terhadap benda asing. 4. Glukosa Normal kadar glukosa berkisar 45-80 mg%. Kadar glukosa cairan serebrospinal sangat bervariasi di dalam susunan saraf pusat, kadarnya makin menurun dari mulai tempat pembuatannya di ventrikel, sisterna dan ruang subarakhnoid lumbar. Rasio normal kadar glukosa cairan serebrospinal lumbal dibandingkan kadar glukosa serum adalah >0,6. Perpindahan glukosa dari darah ke cairan serebrospinal secara difusi difasilitasi transportasi membran. Bila kadar glukosa cairan serebrospinalis rendah, pada keadaan hipoglikemia, rasio kadar glukosa cairan serebrospinalis, glukosa serum tetap terpelihara. Hypoglicorrhacia menunjukkan penurunan rasio kadar glukosa cairan serebrospinal, glukosa serum, keadaan ini ditemukan pada derjat yang bervariasi, dan paling umum pada proses inflamasi bakteri akut, tuberkulosis, jamur dan meningitis oleh carcinoma. Penurunan kadar glukosa ringan sering juga ditemukan pada meningitis sarcoidosis, infeksi parasit misalnya, cysticercosis dan trichinosis atau meningitis zat khemikal. Inflamasi pembuluh darah semacam lupus serebral atau meningitis rheumatoid mungkin juga ditemukan kadar glukosa cairan serebrospinal yang rendah. Meningitis viral, mump, limphostic khoriomeningitis atau herpes simplek dapat menurunkan kadar glukosa ringan sampai sedang. 5. Protein Kadar protein normal cairan serebrospinal pada ventrikel adalah 5-15 mg%. pada sisterna 10-25 mg% dan pada daerah lumbal adalah 15-45 ,g%. Kadar gamma globulin normal 5-15 mg% dari total protein. Kadar protein lebih dari 150 mg% akan menyebabkan cairan serebrospinal berwarna xantokrom, pada peningkatan kadar protein yang ekstrim lebih dari 1,5 gr% akan menyebabkan pada permukaan tampak sarang laba-laba (pellicle) atau bekuan yang menunjukkan tingginya kadar fibrinogen. Kadar protein cairan serebrospinal akan meningkat oleh karena hilangnya sawar darah otak (blood barin barrier), reabsorbsi yang lambat atau peningkatan sintesis immunoglobulin loka. Sawar darah otak hilang biasanya terjadi pada keadaan peradangan,iskemia baktrial trauma ata neovaskularisasi tumor, reabsorsi yang lambat dapat terjadi pada situasi yang berhubungan dengan tingginya kadar protein cairan serebrospinal, misalnya pada meningitis atau perdarahan subarakhnoid. Peningkatan kadar immunoglobulin cairan serebrospinal ditemukan pada multiple sklerosis, acut inflamatory polyradikulopati, juga ditemukan pada tumor intra kranial dan penyakit infeksi susunan saraf pusat lainnya, termasuk ensefalitis, meningitis, neurosipilis, arakhnoiditis dan SSPE (sub acut sclerosing panensefalitis). Perubahan kadar protein di cairan serebrospinal bersifat umum tapi bermakna sedikit, bila dinilai sendirian akan memberikan sedikit nilai diagnostik pada infeksi susunan saraf pusat.



8



6. Elektrolit Kadar elektrolit normal CSS adalah Na 141-150 mEq/L, K 2,2-3,3 mRq, Cl 120130 mEq/L, Mg 2,7 mEq/L. Kadar elektrolit ini dalam cairan serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada kelainan neurologis, hanya terdapat penurunan kadar Cl pada meningitis tapi tidak spesifik. 7. Osmolaritas Terdapat osmolaritas yang sama antara CSS dan darah (299 mosmol/L0. Bila terdapat perubahan osmolaritas darah akan diikuti perubahan osmolaritas CSS. 8. pH Keseimbangan asam basa harus dipertimbangkan pada metabolik asidosis dan metabolik alkalosis. PH cairan serebrospinal lebih rendah dari PH darah, sedangkan PCO2 lebih tinggi pada cairan serebrospinal. Kadar HCO3 adalah sama (23 mEg/L). PH CSS relatif tidak berubah bila metabolik asidosis terjadi secara subakut atau kronik, dan akan berubah bila metabolik asidosis atau alkalosis terjadi secara cepat.



E. Pengambilan Cairan Serebrospinal Pengambilann cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. 1. Indikasi Lumbal Punksi a. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan bakteriologi b. Untuk membantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal anastesi c. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi 2. Kontra-Indikasi Lumbal Punksi a. Adanya peninggian tekanan intracranial dengan tanda-tanda nyeri kepala, muntah, dan papil edema b. Penyakit kardiopulmonal yang berat c. Ada infeksi local pada tempat lumbal punksi 3. Persiapan lumbal punksi a. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP b. Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan pasen/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi



9



4. Teknik Lumbal Punksi a. Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah kepala atau lutut. b. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5 c. Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi d. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCL e. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus dengan ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan meningen penusukan dihentikan, kemudian jarum diputar dengan bagian pinggir yang miring menghadap ke kepala. f. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar gula, protein, kultur baktri dan sebagainya. 5. Komplikasi Lumbal Punksi a. Sakit kepala. Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena pengurangan cairan serebrospinal b. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot c. Infeksi d. Herniasi e. Untrakranial subdural hematom f. Hematom dengan penekanan pada radiks g. Tumor epidermoid intraspinal



10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan  Selain mendapatkan perlindungan dari tulang dan membrane meninges, otak dan sumsum tulang belakang mendapat perlindungan selanjutnya melalui “bantalan cairan” yang terdapat disekeliling otak dan sumsum tulang belakang serta juga di dalam struktur-struktur tersebut. Cairan ini disebut serebrospinal. Cairan ini berwarna jernih dan menyerupai cairan limfe serta mengandung air, glukosa, garam mineral, sedikit protein, dan sel darah putih.  Anatomi Cairan Serebrospinal a. System Ventrikel b. Meninges dan ruang subaraknoid c. Ruang epidural d. Ruang subdural  Fisiologi Cairan Serebrospinal Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah. CSS mempunyai fungsi : a. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf b. CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak c. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen d. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral e. Mempertahankan tekanan intracranial  Pembentukan cairan serebrospinal Pleksus koroid (pembuluh darah seperti bunga kol yang ditutupi lapisan tipis sel epitel) pada empat ventrikel serebral merupakan lokasi utama dari pembentukan cairan serebrospinal yang terus dihasilkan dari pleksus koroid sekitar 30 mL per jam. Dibandingkan dengan cairan ekstraselular lainnya, konsentrasi sodium dan klorida pada cairan serebrospinal 7% lebih tinggi dan konsentrasi glukosa dan potassium 30% lebih rendah. Perbedaan komposisi dari cairan serebrospinal ini menunjukkan bahwa cairan serebrospinal merupakan hasil sekresi koroid dan bukan filtrat sederhana dari kapiler. Derajat keasaman (pH) dari cairan serebrospinal diatur dan dipertahankan pada angka 7,32. Perubahan pada PaCO2 dapat mengakibatkan perubahan pH cairan serebrospinal, yang menggambarkan kemampuan karbon 11















dioksida untuk melewati sawar darah otak dengan mudah. Akibatnya, asidosis respirasi akut atau alkalosis menghasilkan perubahan pada pH cairan serebrospinal. Transport aktif ion bikarbonat akan mengembalikan pH cairan serebrospinal menjadi 7.32, meskipun terdapat perubahan pada pH arterial. Reabsorbsi dan sirkulasi cairan serebrospinal Hampir seluruh cairan serebrospinal yang terbentuk setiap hari diserap kembali ke dalam sirkulasi vena melalui struktur khusus yang dikenal sebagai vili araknoid atau granulation. Vili ini menonjol dari ruang subaraknoid ke sinus vena otak dan terkadang masuk ke pembuluh darah sumsum tulang belakang. Vili araknoid merupakan trabekula yang menonjol melalui dinding vena, menghasilkan area yang sangat permeabel dan memungkinkan aliran cairan serebrospinal mengalir bebas ke dalam sirkulasi. Besarnya reabsorbsi tergantung pada gradien tekanan antara cairan serebrospinal dan sirkulasi vena. Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel serebral lateral dan masuk ke ventrikel ketiga melalui foramen Monro, dimana cairan serebrospinal ini kemudian bercampur dengan yang cairan terbentuk disana. Cairan serebrospinal ini lalu melewati saluran Sylvius menuju serebral ventrikel keempat, dimana masih ada cairan serebrospinal yang dibentuk. Cairan serebrospinal masuk ke magna cisterna melalui foramen lateral Luschka dan melalui foramen tengah Magendie. Dari titik ini, cairan serebrospinal mengalir melalui ruang subaraknoid ke serebrum, dimana sebagian besar merupakan lokasi vili araknoid. Patofisiologi cairan serebrospinal 1. Warna 2. Tekanan 3. Jumlah sel 4. Glukosa 5. Protein 6. Elektrolit 7. Osmolaritas 8. pH Pengambilan Cairan Serebrospinal Pengambilann cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dengan memperhatikan : 1. Indikasi 2. Kontra-indikasi 3. Persiapan 4. Teknik 5. Komplikasi 12



B. Saran Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kesalahan, baik dari isi materi dan cara penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembacanya.



13