Cantik Itu Luka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Review Buku



“Cantik Itu Luka”



Title



: Cantik itu Luka (Beauty is a Wound)



Author



: Eka Kurniawan



Publisher



: Gramedia Pustaka Utama (GPU)



Published



: Januari 2015



Pages



: 496p



ISBN



: 9786020312583



Review : Cantik Itu Luka bermula dari kisah Dewi Ayu, seorang wanita cantik keturunan IndoBelanda yang bangkit dari kubur, setelah dua puluh satu tahun kematian. Iya, bangkit dari kubur! Di bagian-bagian awal kita disuguhkan dengan adegan horor, tapi ini bukan sepenuhnya novel horor. (Beberapa pembaca asing merasa kalimat openingnya yang paling mencuri perhatian, saya pun juga demikian dibikin tersihir). Lalu kebangkitannya menguak tragedi tentang kepahitan hidupnya yang dipaksa menjadi pelacur di akhir masa kolonial. Sehingga ia melahirkan tiga anak perempuan, kesemuanya cantik-cantik, namun tidak diketahui siapa ayahnya. Ia hidup menghidupi anak-anak itu dengan menjadi pelacur, tanpa suami. Ia mengandung lagi anaknya keempat, lelah dengan memiliki anak-anak cantik, kali



ini ia menginginkan anak yang buruk rupa, dan terjadilah, lahir bayi perempuan paling buruk rupa yang kemudian ironisnya ia beri nama Si Cantik. Terlalu panjang untuk menceritakan sinopsis novel ini, karena banyak kehidupan yang diceritakan Eka Kurniawan disepanjang 496 halaman ini, tak heran sinopsis di belakang cover buku pun ditampilkan sangat singkat. Semuanya memang bermula dari Dewi Ayu dan cerita tentang keluarganya, tapi terus terangkai bertahun-tahun kemudian melintas berbagai masa dalam Republik ini, bahkan sejak Republik ini belum benar-benar ada, sejak Belanda dan Jepang masih menguasai semua sumber daya alam dan manusia terutama di pulau jawa, hingga memasuki masa-masa kemerdekaan Indonesia, dan berlanjut sampai peristiwa yang dikenal dengan nama G30S PKI. Eka Kurniawan merajut kisah yang bisa disebut sebagai salah satu novel dengan gaya sangat klasik, tempo lambat, hampir tanpa jeda yang membuat pembaca seperti sedang maraton tanpa kesempatan mengambil napas, cara penuturan yang tampak sepadan dengan masa yang diceritakan, namun berbeda dengan novel klasik asal negara barat yang sering kubaca. Gaya klasik Eka Kurniawan tidak ragu menggambarkan gairah sex laki-laki yang muncul akibat memandang seorang perempuan cantik dengan tubuh molek, ia bahkan menggambarkan sebuah masyarakat yang tampaknya “mesum” dengan gaya apa adanya, sampai membuatku bertanya-tanya, apakah demikian gaya hidup para leluhur kita? Eka Kurniawan juga menggarap karakter setiap tokoh dengan apik, Dewi Ayu dan ketiga anak pertamanya, Alamanda, Adinda dan Maya Dewi punya karakter yang sangat kuat dengan ciri khas layaknya menyaksikan tokoh-tokoh yang hidup didunia nyata. Si cantik memang tidak mendapat porsi sebanyak kakak-kakaknya, tapi penulis tetap berhasil memperkenalkan perbedaan karakter si Cantik lewat halaman yang singkat itu. Tidak hanya mereka, ada juga peristiwa-peristiwa sejarah yang disinggung oleh penulis dari sudut pandang masyarakat kecil yang tinggal di desa pinggiran pantai di sepanjang pulau Jawa, yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, dimana preman-preman berkeliaran di terminal, dan prajurit punya markas-markas di tengah kota, bahkan jailangkung tidak asing untuk tokoh tertentu. Tidak, novel ini bukan novel horor, tidak ada indikasi kesana, tapi penulis dengan jelas menceritakan tentang hantu-hantu yang berkeliaran di kota, mengganggu penduduk dan membuat beberapa orang hampir gila, hantu-hantu yang hanya akan pergi ketika tuan rumah selesai memberi mereka makan.



Kelebihan : Alurnya maju mundur, tapi masih bisa dengan mudah dinikmati. Tiap bab begitu menarik, selalu saja ada plot twist yang nggak disangka-sangka terjadi. Dan konfliknya benar-benar bukan main-main seriusnya.



Kekurangan : Saya tak pernah habis pikir novel ini begitu “liar” bicara seksualitas. Novel ini eksplisit, ofensif dan sedikit gila. Tentu saja kegilaan itu ada dikarenakan cinta gila dari masing-masing karakternya. Adegan seks yang digambarkan tampak begitu nyeleneh dan berlebihan. Rape scene nya kadang bikin nggak nyaman. Di beberapa bagian malah terkesan hardcore.